PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sistem saraf merupakan suatu sistem dalam tubuh yang vital. Sistem saraf terdiri atas
tiga bagian, yaitu susunan saraf pusat, susunan saraf tepi, dan susunan saraf otonom.
Susunan saraf pusat meliputi otak dan sumsum tulang belakang. Susunan saraf tepi terdiri
atas urat saraf yang berasal dari otak dan sumsum tulang belakang. Susunan saraf otonom
terdiri dari saraf simpatik dan saraf parasimpatik.
Fungsi utama sistem saraf adalah untuk mendeteksi, menganalisis, dan mentransfer
informasi. Innformasi digabungkan oleh sistem sensori dan diintegrasikan oleh otak kemudian
digunakan untuk ditransmisikan ke sistem motorik untuk kontrol pergerakan, fungsi viseral,
dan endokrin. Aksi ini dikendalikan oleh neuron yang merupakan penghubung antara sistem
sensori dan motorik.
Susunan saraf pusat manusia mengandung sekitar 100 miliar neuron. Terdapat juga
sel-sel glia sebanyak 10-50 kali jumlah tersebut. Neuron pada sistem saraf pusat terdapat
dalam berbagai bentuk dan ukuran. Meskipun demikian, sebagian besar mempunyai bagian-
bagian yang sama dengan neuron motorik spinal yang khas. Sel ini mempunyai lima sampai
tujuh tonjolan yang disebut dendrite. Khususnya di korteks serebri dan serebeli, dendrite
mempunyai tonjolan-tonjolan bulat kecil yang disebut tonjolan dendrite. Dendrite menerima
informasi dari neuron lain menuju badan sel. Badan sel mengandung nukleus. Komponen sel
saraf lainnya yaitu axon yang dapat mencapai panjang hingga satu meter yang berfungsi
menyalurkan ke otot, kelenjar, dan neuron lain (Ganong 2012).
Terhambatnya aliran darah menuju sel neuron dapat mengakibatkan gangguan
neurologis. Pemahaman tentang penyebab gangguan neurologi memerlukan pengetahuan
mekanisme molekular dan biokimia. Terdapat beberapa gangguan neurologi antara lain
Parkinson, myasthenia gravis, epilepsi, Alzheimer, dementia, hidrosefalus, cedera medula
spinalis, Hernia nukleus pulposus dan stroke.
Stroke merupakan masalah kesehatan yang sudah lama sekali dikenal di dunia
kedokteran. Namun demikian, hingga kini, stroke masih menjadi masalah kesehatan yang
serius dan belum dapat diturunkan angka kejadiannya secara signifikan. Stoke adalah
terminologi klinis untuk gangguan sirkulasi darah nontraumatik yang terjadi secara akut pada
suatu fokal area di otak, yang berakibat terjadinya keadaan iskemia dan gangguan fungsi
neurologis fokal maupun global, yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau langsung
menimbulkan kematian (Wajoepramono 2015). Secara tipikal, stroke bermanisfestasi sebagai
1
munculnya defisit neurologis secar tiba-tiba, seperti kelemahan gerakan ataupun
kelumpuhan, defisit sensorik atau bisa juga gangguan berbahasa.
Stroke secara garis besar terbagi menjadi dua jenis, yaitu stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Stroke iskemik terjadi karena aterosklerosis yang menyumbat suatu pembuluh
darah ke otak. Sedangkan stroke hemoragik terjadi karena pecahnya pembuluh darah
sehingga menghambat aliran darah normal dan darah merembes ke suatu daerah di otak dan
merusaknya.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
a. Melaporkan pengkajian pada keluarga dengan masalah gangguan mobilitas fisik pada
keluarga
b. Melaporkan analisa data hasil pengkajian dan penetapan diagnosa keperawatan pada
keluarga dengan masalah gangguan mobilitas fisik pada keluarga
c. Melaporkan penetapan rencana tindakan keperawatan pada keluarga dengan masalah
gangguan mobilitas fisik pada keluarga
d. Melaporkan implementasi keperawatan pada keluarga dengan masalah gangguan
mobilitas fisik pada keluarga
e. Melaporkan evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan pada keluarga dengan
masalah gangguan mobilitas fisik pada keluarga
f. Melaporkan hasil dokumentasi terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan pada keluarga
dengan masalah gangguan mobilitas fisik pada keluarga.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. DEFINISI KELUARGA
B. TIPE KELUARGA
3
a. Keluarga inti (Nuclear Family) Adalah keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu dan anak- anak.
b. Keluarga besar (Extended Family) Adalah keluarga inti di tambah sanak
saudara, misalnya ; nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman,
bibi dan sebagainya.
c. Keluarga berantai (Serial Family) Adalah keluarga yang terdiri dari pria
dan wanita yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu
keluarga inti.
d. Keluarga duda atau janda (Single Family) Adalah keluarga yang terjadi
karena perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (Compocite) Adalah keluarga yang berpoligami
yang hidup bersama.
f. Keluarga kabitas (Cahabitation) Adalah keluarga yang terdiri dari dua
orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.
C. DEFINISI STROKE
Definisi yang paling banyak diterima secara luas adalah bahwa stroke
adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gejala dan atau tanda klinis yang
berkembang dengan cepat yang berupa gangguan fungsional otak fokal maupun
global yang berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada intervensi bedah atau
membawa kematian), yang tidak disebabkan oleh sebab lain selain penyebab
vaskuler (Mansjoer, 2013). Menurut Geyer (2016) stroke adalah sindrom klinis
yang ditandai dengan berkembangnya tiba-tiba defisit neurologis persisten
fokus sekunder terhadap peristiwa pembuluh darah. Stroke merupakan
penyebab kecacatan nomor satu di dunia dan penyebab kematian nomor dua di
dunia. Duapertiga stroke terjadi di negara berkembang. Pada masyarakat barat,
80% penderita mengalami stroke iskemik dan 20% mengalami stroke
hemoragik. Insiden stroke meningkat seiring pertambahan usia (Dewanto dkk,
2012).
D. ETIOLOGI
Stroke pada anak-anak dan orang dewasa muda sering ditemukan jauh
lebih sedikit daripada hasil di usia tua, tetapi sebagian stroke pada kelompok
usia yang lebih muda bisa lebih buruk. Kondisi turun temurun.
predisposisi untuk stroke termasuk penyakit sel sabit, sifat sel sabit,
penyakit hemoglobin SC (sickle cell), homosistinuria, hiperlipidemia dan
trombositosis. Namun belum ada perawatan yang memadai untuk
hemoglobinopati, tetapi homosistinuria dapat diobati dengan diet dan
hiperlipidemia akan merespon untuk diet atau mengurangi lemak obat jika
perlu. Identifikasi dan pengobatan hiperlipidemia pada usia dini dapat
4
memperlambat proses aterosklerosis dan mengurangi risiko stroke atau infark
miokard pada usia dewasa (Gilroy, 2012).
1.Stroke Iskemik
Sekitar 80% sampai 85% stroke adalah stroke iskemik, yang terjadi
akibat obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi
serebrum. Klasifikasi stroke iskemik berdasarkan waktunya terdiri atas:
- Vasokonstriksi
2.Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik, yang merupakan sekitar 15% sampai 20% dari semua
stroke, dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur
5
sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subarakhnoid atau langsung ke
dalam jaringan otak. Beberapa penyebab perdarahan intraserebrum: perdarahan
intraserebrum hipertensif; perdarahan subarakhnoid (PSA) pada ruptura
aneurisma sakular (Berry), ruptura malformasi arteriovena 11 (MAV), trauma;
penyalahgunaan kokain, amfetamin; perdarahan akibat tumor otak; infark
hemoragik; penyakit perdarahan sistemik termasuk terapi antikoagulan (Price,
2015)
E. PATOFISIOLOGI
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi di mana saja di dalam
arteri-arteri yang membentuk Sirkulus Willisi (Gambar 1): arteria karotis
interna dan sistem vertebrobasilar atau semua cabang-cabangnya. Secara
umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15 sampai 20
menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan. Perlu diingat bahwa oklusi di
suatu arteri tidak selalu menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi
oleh arteri tersebut. Alasannya adalah bahwa mungkin terdapat sirkulasi
kolateral yang memadai ke daerah tersebut. Proses patologik yang mendasari
mungkin salah satu dari berbagai proses yang terjadi di dalam pembuluh darah
yang memperdarahi otak. Patologinya dapat berupa (1) keadaan penyakit pada
pembuluh itu sendiri, seperti pada aterosklerosis dan trombosis, robeknya
dinding pembuluh, atau peradangan; (2) berkurangnya perfusi akibat gangguan
status aliran 12 darah, misalnya syok atau hiperviskositas darah; (3) gangguan
aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari jantung atau
pembuluh ekstrakranium; atau (4) ruptur vaskular di dalam jaringan otak atau
ruang subaraknoid (Price et al, 2016).
Suatu stroke mungkin didahului oleh Transient Ischemic Attack (TIA) yang
serupa dengan angina pada serangan jantung. TIA adalah serangan-serangan
defisit neurologik yang mendadak dan singkat akibat iskemia otak fokal yang
cenderung membaik dengan kecepatan dan tingkat penyembuhan bervariasi
tetapi biasanya dalam 24 jam. TIA mendahului stroke trombotik pada sekitar
50% sampai 75% pasien (Harsono, 2016).
6
Secara patologi stroke dibedakan menjadi sebagai berikut:
2) Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik, yang merupakan sekitar 15% sampai 20% dari semua
stroke, dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur
sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subarakhnoid atau langsung ke
dalam jaringan otak. Sebagian dari lesi vaskular yang dapat menyebabkan
7
perdarahan subarakhnoid (PSA) adalah aneurisma sakular dan malformasi
arteriovena (MAV). Mekanisme lain pada stroke hemoragik adalah pemakaian
kokain atau amfetamin, karena zat-zat ini dapat menyebabkan hipertensi berat
dan perdarahan intraserebrum atau subarakhnoid. Perdarahan intraserebrum ke
dalam jaringan otak (parenkim) paling sering terjadi akibat cedera vaskular
yang dipicu oleh hipertensi dan ruptur salah satu dari banyak arteri kecil yang
menembus jauh ke dalam jaringan otak. Biasanya perdarahan di bagian dalam
jaringan 15 otak menyebabkan defisit neurologik fokal yang cepat dan
memburuk secara progresif dalam beberapa menit sampai kurang dari 2 jam.
Hemiparesis di sisi yang berlawanan dari letak perdarahan merupakan tanda
khas pertama pada keterlibatan kapsula interna. Penyebab pecahnya aneurisma
berhubungan dengan ketergantungan dinding aneurisma yang bergantung pada
diameter dan perbedaan tekanan di dalam dan di luar aneurisma. Setelah pecah,
darah merembes ke ruang subarakhnoid dan menyebar ke seluruh otak dan
medula spinalis bersama cairan serebrospinalis. Darah ini selain dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial, juga dapat melukai jaringan
otak secara langsung oleh karena tekanan yang tinggi saat pertama kali pecah,
serta mengiritasi selaput otak (Price, 2015).
F. GAMBARAN KLINIS
1) Infark pada Sistem Saraf Pusat
Tanda dan gejala infark arteri tergantung dari area vaskular yang
terkena. - Infark total sirkulasi anterior (karotis):
o Hemiplegia (kerusakan pada bagian atas traktus kortikospinal),
o Hemianopia (kerusakan pada radiasio optikus),
o Defisit kortikal, misalnya disfasia (hemisfer dominan), hilangnya
fungsi visuospasial (hemisfer nondominan). - Infark parsial sirkulasi
anterior: 16
o Hemiplegia dan hemianopia, hanya defisit kortikal saja. - Infark
lakunar: o Penyakit intrinsik (lipohialinosis) pada arteri kecil profunda
menyebabkan sindrom yang karakteristik. - Infark sirkulasi posterior
(vertebrobasilar):
o Tanda-tanda lesi batang otak,
o Hemianopia homonim. - Infark medulla spinalis (Price, 2015).
8
2) Serangan Iskemik Transien Tanda khas TIA adalah hilangnya fungsi
fokal SSP secara mendadak; gejala seperti sinkop, bingung, dan pusing
tidak cukup untuk menegakkan diagnosis. TIA umumnya berlangsung
selama beberapa menit saja, jarang berjam-jam. Daerah arteri yang
terkena akan menentukan gejala yang terjadi: - Karotis (paling sering):
o Hemiparesis,
o Hilangnya sensasi hemisensorik,
o Disfasia, o Kebutaan monokular (amaurosis fugax) yang disebabkan
oleh iskemia retina. - Vertebrobasilar:
o Paresis atau hilangnya sensasi bilateral atau alternatif,
o Kebutaan mendadak bilateral (pada pasien usia lanjut), 17
o Diplopia, ataksia, vertigo, disfagia-setidaknya dua dari tiga gejala ini
terjadi secara bersamaan (Price, 2015).
3) Perdarahan Subarakhnoid Akibat iritasi meningen oleh darah, maka
pasien menunjukkan gejala nyeri kepala mendadak (dalam hitungan
detik) yang sangat berat disertai fotofobia, mual, muntah, dan tanda-
tanda meningismus (kaku kuduk dan tanda Kernig). Pada perdarahan
yang lebih berat, dapat terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan
gangguan kesadaran. Pada funduskopi dapat dilihat edema papil dan
perdarahan retina. Tanda neurologis fokal dapat terjadi sebagai akibat
dari: - Efek lokalisasi palsu dari peningkatan tekanan intrakranial, -
Perdarahan intraserebral yang terjadi bersamaan, - Spasme pembuluh
darah, akibat efek iritasi darah, bersamaan dengan iskemia (Price, 2015).
4) Perdarahan Intraserebral Spontan Pasien datang dengan tanda-tanda
neurologis fokal yang tergantung dari lokasi perdarahan, kejang, dan
gambaran peningkatan tekanan intrakranial. Diagnosis biasanya jelas
dari CT scan (Price, 2015)
9
G. FAKTOR – FAKTOR RESIKO
1. Hipertensi
3. Kolestrol tinggi.
4. Obesitas.
9. Konsumsi alkohol.
H. Pemeriksaan Penunjang
I.PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang cepat, tepat, dan cermat memegang peranan besar
dalam menentukan hasil akhir pengobatan. Betapa pentingnya pengobatan
stroke sedini mungkin, karena ‘jendela terapi’ dari stroke hanya 3-6 jam. Hal
yang harus dilakukan adalah: - Stabilitas pasien dengan tindakan ABC (Airway,
breathing, Circulation) - Pertimbangkan intubasi bila kesadaran stupor atau
koma atau gagal napas 19 - Pasang jalur infus intravena dengan larutan salin
normal 0,9 % dengan kecepatan 20 ml/jam, jangan memakai cairan hipotonis
seperti dekstrosa 5 % dalam air dan salin 0, 45 %, karena dapat memperhebat
edema otak - Berikan oksigen 2-4 liter/menit melalui kanul hidung - Jangan
memberikan makanan atau minuman lewat mulut - Buat rekaman
elektrokardiogram (EKG) dan lakukan foto rontgen toraks - Ambil sampel
10
untuk pemeriksaan darah: pemeriksaan darah perifer lengkap dan trombosit,
kimia darah (glukosa, elektrolit, ureum, dan kreatinin), masa protrombin, dan
masa tromboplastin parsial - Jika ada indikasi, lakukan tes-tes berikut: kadar
alkohol, fungsi hati, gas darah arteri, dan skrining toksikologi - Tegakkan
diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik - CT Scan atau
resonansi magnetik bila alat tersedia (Mansjoer, 2013).
1. Pengkajian Keperawatan
1) Identitas klien
2) Keluhan utama
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
Kriteria hasil :
11
- Klien tidak gelisah
- GCS Tanda-tanda vital normal(nadi : kali permenit, suhu: 36-36,7 C, pernafasan kali
permenit)
c) Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelainan tekanan intrakranial tiap dua jam
d) Berikan posisi kepala lebih tinggi dengan letak jantung (beri bantal tipis)
c) Mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini dan untuk penetapan
tindakan yang tepat
e) Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intra kranial dan potensial terjadi
perdarahan ulang
Kriteria hasil:
12
- Bertambahnya kekuatan otot
Intervensi:
b) Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak sakit
a) Menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek
pada daerah yang tertekan
b) Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi
jantung dan pernapasan
c) Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk
digerakkan
Kriteria hasil:
- Klien mampu merespon setiap berkomunikasi secara verbal maupun isarat Intervensi:
c) Bicaralah dengan klien secara pelan dan gunakan pertanyaan yang jawabannya ya
atau tidak.
Rasional:
13
b) Mencegah rasa putus asa dan ketergantungan pada orang lain.
f) Melatih klien belajar bicara secara mandiri dengan baik dan benar.
Kriteria hasil:
Intervensi:
b) Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada waktu, selama dan sesudah makan
c) Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual dengan menekan
ringan diatas bibir/dibawah dagu jika dibutuhkan
f) Mulailah untuk memberikan makan peroral setengah cair, makan lunak ketika klien
dapat menelan air
i) Kolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan ciran melalui iv atau makanan
melalui selang.
Rasional
14
b) Untuk klien lebih mudah untuk menelan karena gaya gravitasi
d) Memberikan stimulasi sensori (termasuk rasa kecap) yang dapat mencetuskan usaha
untuk menelan dan meningkatkan masukan
g) Menguatkan otot fasial dan dan otot menelan dan menurunkan resiko terjadinya
tersedak
i) Mungkin diperlukan untuk memberikan cairan pengganti dan juga makanan jika
klien tidak mampu untuk memasukkan segala sesuatu melalui mulut
Kriteria hasil:
- Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan obat
Intervensi:
d) Berikan intake cairan yang cukup (2 liter perhari) jika tidak ada kontraindikasi
15
f) Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian pelunak feses (laxatif, suppositoria,
enema)
Rasional
c) Diit seimbang tinggi kandungan serat merangsang peristaltik dan eliminasi reguler
e) Aktivitas fisik reguler membantu eliminasi dengan memperbaiki tonus oto abdomen
dan merangsang nafsu makan dan peristaltic
f) Pelunak feses meningkatkan efisiensi pembasahan air usus, yang melunakkan massa
feses dan membantu eliminasi
4. Implementasi Keperawatan
c) Mengobservasi dan catat tanda-tanda vital dan kelainan tekanan intrakranial tiap dua
jam
d) Memberikan posisi kepala lebih tinggi dengan letak jantung (beri bantal tipis)
b) Mengajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak
sakit.
16
3) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah otak.
c) Melakukan pembicaraan dengan klien secara pelan dan gunakan pertanyaan yang
jawabannya ya atau tidak.
b) Meletakkan posisi kepala lebih tinggi pada waktu, selama dan sesudah makan
c) Menstimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual dengan
menekan ringan diatas bibir/dibawah dagu jika dibutuhkan
f) Memulai untuk memberikan makan peroral setengah cair, makan lunak ketika klien
dapat menelan air
i) Melakukan kolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan ciran melalui iv atau
makanan melalui selang.
17
d) Berikan intake cairan yang cukup (2 liter perhari) jika tidak ada kontraindikasi.
f) Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian pelunak feses (laxatif, suppositoria,
enema)
5. Evaluasi
5) Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan obat
18
BAB III
Umur : 49 Tahun
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
19
C. Genogram 3 (tiga) Generasi
: Klien
: Tinggal Bersama
D. Tipe Keluarga
Keluarga Inti (Nuclear Fanily ) Karena terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Tn. A dan Ny. M mengatakan budaya yang di anut oleh keluarga adalah budaya
banjar.
F. Identifikasi Agama
Tn. A dan Ny. M berserta keluarganya beragama islam
G. Status Kelas Sosial
Komunikasi keluarga Ny. S antara tetangga sekitar baik dan saling membantu dan
saling tolong menolong.
20
H. Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Keluarga
21
II. TAHAP PERKEMBANGAN DAN SEJARAH KELUARGA
1. Tahap Perkembangan dan Tugas Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap V : Keluarga dengan anak Remaja
- Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat
remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkatkan otonomnya
- Mempertahankan komunikasinterbuka antara orang tua dan anak. Hindari
perdeebatan. Kecurigaana dan permusuhan.
- Perubahan system peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
2. Tugas Perkembangan yang Belum Terpenuhi
B T
6
5
S
2
4
3 1
22
Keterangan :
1. Pintu rumah
2. Kamar Tidur
3. Ruang tamu
4. Pintu dapur
5. Dapur
6. Kamar mandi/wc
Hubungan antar tetangga dengan keluarga Ny. M baik saling membantu dan
meolong dan kadang sore berkumpul depan barak untuk sekedar mengobrol.
Sekitaran rumah tetangga sudah berkeluarga.
Tn. A dan Ny. M tinggal di rumah jabiren sejak menikah dan tidak pernah pindah
tempat . dan mempunyai 1 unit kendaraan yang digunakan Tn. A untuk bekerja
sehar-harinya
23
IV. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola Komunikasi Keluarga
Keluarga Tn. A dan Ny. M menggunakan Bahasa banjar dan Dayak sehari-
harinya. Selalu terbuka dan jujur dalam segala hal. selalu menyelesaikan konflik
yang ada dalam keluarga
3. Struktur Peran
Formal : Tn. A sebagai Kepala Keluarga, Ny. M sebagai Istri, Nn. S dan an. S
sebagai anak dalam keluarga.Tn. A dan Nn. S sebagai pencari nafkah keluarga.
Informal : Tn. A dan Ny. M sebagai orang tua untuk anak anaknya sebagai
penghiburan dalam keluarga nyaa
4. Nilai-Nilai Keluarga
Keluarga Tn. A dan Ny. M saling mengasihi terutama terhadap anak anak nya
yang sangat disayangi. Keluarga Ny. M juga mengatakan percaya bahwa hidup ini
sudah ada yang mengatur yaitu Allah SWT sebagai pedoman hidup mereka.
V. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif
Keluarga Tn. A dan Ny. M mengatakan berusaha memelihara keharmonisan antar
anggota keluarga, saling percaya, saling menyayangi dan saling menghormati
2. Fungsi Sosialisasi
Keluarga Ny. M memiliki hubungan yang baik dalam bersosialisasi dengan
masyarakat setempat, dan mmeperkenalkan anak-anak nya dnegan baik untuk
3. Fungsi Perawatan Kesehatan
24
Tn. A dan Ny. M mempunyai 2 orang anak. Anak pertama berusia 21 tahun dan
anak ke- 2 berusia 14 tahun, tidak pernah melalukan aborsi dan sekarang tidak
25
c. PEMERIKSAAN FISIK
A. Tn. A
Penampilan Umum :
Pemeriksaan Fisik :
Kepala : Baik, tidak ada benjolan dan rambut tidak rontok sedikit berketombe dan
rambut cukup panjang. Bentuk kepala simetris tidak lonjong.
Leher : leher normal tidak pembekakan kelenjar getah bening, tidak ada luka dan
nyeri tekan.
Mata : normal dapat melihat dengan jelas, Reflek cahaya +/+
Telinga : telingga normal dapat mendengar dengan jelas. Dan sedikit kotor
Hidung : hidung normal tidak ada luka tidak ada nyeri tekan
Mulut : Gigi lengkap tidak ada ompong dan bibir kering tetapi tidak panas dalam
Dada : penapasan normal bentuk dada simetris tidak ada nyeri tekan
Abdomen : Pada perut tidak ada luka tidak ada benjolan tidak ada pembekakan dan
tidak ada nyeri tekan. .
Ektermitas : Ektermitas atas dan bawah normal kaki dan tangan dapat digerakan tidak
ada patah tulang.
Integumen : Kulit berwarna hitam.
26
PEMERIKSAAN FISIK
NY. M
Penampilan Umum :
Cukup bersih
Ny. M mengatakan tidak ada keluhan hanya saja sulit untuk melakukan aktivitas karena
badan sebelah yang tidak bisa digerakan
Pemeriksaan Fisik :
Kepala : Baik, tidak ada benjolan dan rambut tidak rontok sedikit berketombe dan rambut
cukup panjang. Bentuk kepala simetris tidak lonjong.
Leher : leher normal tidak pembekakan kelenjar getah bening, tidak ada luka dan nyeri
tekan.
Mata : normal dapat melihat dengan jelas, Reflek cahaya +/+
Telinga : telingga normal dapat mendengar dengan jelas. Dan sedikit kotor
Hidung : hidung normal tidak ada luka tidak ada nyeri tekan
Mulut : Gigi lengkap tidak ada ompong dan bibir kering tetapi tidak panas dalam
Dada : penapasan normal bentuk dada simetris tidak ada nyeri tekan
Abdomen : Pada perut tidak ada luka tidak ada benjolan tidak ada pembekakan dan tidak
ada nyeri tekan. .
Ektermitas : Ektermitas atas sebelah kiri tidak bisa digunakan untuk bekerja dan kaki kiri
sama tidak dapat digerakan karena stroke .
Integumen : Kulit berwarna kecoklatan dan lembab
Leher, Spina, Servikal
Fleksi : menggerakkkan dagu menempel ke dada 45
27
Ekstensi : mengembalikan kepala ke posisi tegak 45
Hiperekstensi : menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin 10
Fleksi Lateral : memiringkan kepala sejauh mungkin ke arah setiap bahu 40-45
Rotasi : memutar kepala sejauh mungkin dalam gerakan sirkuler 180
Bahu
Fleksi : menaikkan lengan dari posisi di samping tubuh ke depan ke posisi di atas kepala
180
Ekstensi : mengembalikan lengan ke posisi semula 180
Abduksi : menaikkan lengan ke posisi samping di atas kepala dengan telapak tangan jauh
dari kepala 180
Adduksi : menurunkan lengan ke samping dan menyilang tubuh sejauh mungkin 320
Rotasi dalam : dengan siku fleksi, memutar bahu dengan menggerakan lengan sampai ibu
jari menghadap ke dalam dan ke belakang 90
Rotasi luar : dengan siku fleksi, menggerakkan lengan sampai ibu jari ke atas dan samping
kepala 90
Lengan Bawah
Supinasi : memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan menghadap ke atas
70-90
Pronasi : memutar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap ke bawah 70-90
Pergelangan Tangan
Fleksi : menggerakkan telapak tangan ke sisi dalam lengan bawah 80-90
Ekstensi : menggerakkan jari-jari sehingga jari-jari, tangan, dan lengan bawah berada
dalam arah yang sama 80-90
Abduksi (fleksi radial) : menekuk pergelangan tangan miring (medial) ke ibu jari Sampai
30
Adduksi (fleksi luar) : menekuk pergelangan tangan miring (lateral) ke arah lima jari30-50
Jari-jari Tangan
Fleksi : membuat pergelangan 90
Ekstensi : meluruskan jari tangan 90
Hiperekstensi : menggerakkan jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin 30-60
Ibu Jari
Fleksi : menggerakkan ibu jari menyilang permukaan telapak tangan 90
Ekstensi : menggerakkan ibu jari lurus menjauh dari tangan 90
28
Pinggul
Fleksi : menggerakkan tungkai ke depan dan atas 90-120
Ekstensi : menggerakkan kembali kesamping tungkai yang lain 90-120
Lutut
Fleksi : menggerakkan tumit ke arah belakang paha 120-130
Ekstensi : mengembalikan tungkai ke lantai120-130
Mata Kaki
Dorsifleksi : menggerakkan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke atas 20-30
Plantarfleksi : menggerakkan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk kebawah 45-50
PEMERIKSAAN FISIK
An. S
Penampilan Umum :
Cukup bersih
Pemeriksaan Fisik :
Kepala : tidak ada benjolan, rambut tidak rontok dan berwarna hitam. Mata : normal
dan bentuk mata simetris, Reflek cahaya +/+ . Telinga : normal dapat mendnegar
dengan baik. Mulut : Warna bibir merah muda dan lembab, gigi lengkap. Hidung
normal dapat membeda kan bau bau an tidak ada nyeri tekan. Abdomen : baik tidak
ada sakit perut dan tidak ada benjolan tidak ada pembengkakan dan nyeri tekan.
Ektermitas : kekuatan otot baik bergerak dengan kuat
29
d. HARAPAN KELUARGA
Tn. A dan Ny. M selalu berharap keluarga selalu dalam kedamaian
selalu bersama – sama dalam suka dan duka . berharap untuk anak-anaknya
bertumbuh kembang layak nya anak anak seusia nya dengan kesehatan yang
sehat tidak sakit sakitan.
Mahasiswa
( Desi Rinjani )
NIM : PO.62.20.1.16.128
30
e. ANALISA DATA
f. PRIORITAS MASALAH
a. Diagnosa Keperawatan Keluarga :
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan
otot
31
2. Kemungkinan 1/2x2 = 1 Tingkat pengetahuan keluarga yang kurang
masalah Untuk dan ny. M tidak melakukan terapi, tetapi
Dirubah : keluarga sudah berusaha mengobati
Sebagian
3. Potensial Masalah 1/3x1 = 1/3 Masalah sudah berjalan lama dan sudah
Untuk Dicegah : terjadi gangguan pada Ny. M
Rendah
Skor Total 2 1/ 3
32
g. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA SESUAI
PRIORITAS
33
klien
Tingkat
3
A:
ganggua
n
Mobilita
s Fisik
teratasi
P:
pertahan
kan
intervens
i
34
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada Bab IV ini mahasiswa akan membahas kesenjangan antara konsep dan
aplikasi asuhan keperawatan keluarga di keluarga Ny. M meliputi pengkajian,
diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
A. Pengkajian
pengkajian sebagai awal bagi keluarga untuk mengidentifikasi data-data yang ada
keluarga memahami betul lingkup, metode, alat bantu, dan format pengkajian yang
digunakan.
Saat mengidentifikasi data umum yaitu keadaan fisik data yang didapat kurang
maksimal hal tersebut terjadi karena keluarga tidak terlalu terbuka mengenai
masalah keadaan fisik pada orang lain. Untuk mendapatkan data tersebut dilakukan
bina hubungan saling percaya antara keluarga serta menjelaskan dengan baik tujuan
keadaan fisik keluarga diperlukan selama 3 kali kunjungan dan akhirnya didapatkan
35
data yang mendukung keadaan fisik keluarga, hal tersebut didukung dengan
Pemeriksaan fisik berjalan dengan baik karena keluarga menyambut dengan baik
kedatangan perawat.
B.Diagnosa
Masalah – masalah keluarga yang muncul adalah terkait dengan anggota keluarga
Masalah gangguan mobilitas fisik pada Ny.M muncul berdasarkan data yang
diperoleh dari keluarga yaitu Ny. M mengatakan 6 tahun yang lalu pernah
kanannya pernah mengalami stroke dan sampai sekarang terkadang masih tidak
terasa, anggota gerak pada bagian kanan terkadang masih tidak terasa/ kebas, TD :
C.Intervensi
36
Adapun rencana tindakan keperawatan pada diagnosa gangguan mobilitas fisik
merawat anggota keluarga dengan stroke yang sesuai dengan teori ( Wright &
Loehay dalam friedman 2018) adalah : Untuk diagnosa gangguan mobilitas fisik
1.Aspek kognitif
D.Implementasi
37
penyampaiannya mengguanakan bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti
oleh keluarga, menggunakan media didalam penyampaiann informasi (pendidikan
kesehatan), disini perawat lebih banyak melakukan demonstrasi secara langsung
serta melakukan pengulangan informasi beberapa kali agar keluarga memahami
apa yang sudah disampaikan oleh perawat. Namun walaupun terdapat hambatan
tindakan keperawatan tersebut dapat terlaksana dengan cukup baik, karena
keluarga memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga keluarga memiliki antusias
yang tinggi untuk mendengarkan penjelasan dari perawat.
E.Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan sudah sesuai dengan teori yang ada yaitu berdasarkan
kriteria verbal, afektif dan psikomotorik. Evaluasi untuk diagnosa pertama respon
verbal keluarga mampu menyebutkan pengertian stroke, penyebab stroke, tanda
dan gejala stroke, komplikasi stroke, penatalaksanaan stroke, cara pencegahan
stroke berulang pada keluarga, lingkungan yang baik untuk penderita stroke.
Respon afektif mengabil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah stroke.
Respon psikomotorik mendemonstrasikan cara perawatan pada penderita stroke
dengan gangguan mobilitas fisik.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah utama
diabetes mellitus di keluarga Tn.A khususnya pada Ny.M yang
mengalami masalah gangguan mobilitas fisik melalui pendekatan proses
keperawatan keluarga mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi,
maka sebagai langkah akhir dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini dapat
diambil simpulan sebagai berikut :
1. Melalui pengkajian dapat teridentifikasi penyebab dan
masalah keperawatan dikeluarga Tn.A dengan masalah
gangguan mobilitas fisik pada Ny.M karena penurunan
38
kekuatan otot, dan sedangkan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga dengan masalah stroke .
2. Rencana keperawatan mampu teridentifikasi dengan baik
secara langsung oleh perawat, dalam mengatasi masalah
tersebut diatas dikaji dengan cara mengkaji kriteria verbal,
kriteria afektif, kriteria psikomotorik dikeluarga Tn. A
3. Implementasi keperawatan mampu diidentifikasi dan
dilakukan dengan baik, untuk mengatasi masalah pada
keluarga Ny. M untuk diagnosa pertama. Sedangkan kriteria
afektif dengan cara memotivasi keluarga untuk merawat
keluarga dengan masalah kesehatan yang dialami oleh
keluarga tersebut, dan untuk kriteria psikomotorik dengan
cara mendiskusikan dan mengajarkan cara untuk mengatasi
masalah kesehatan pada keluarga.
4. Evaluasi dari tindakan keperawatan diatas dapat
diidentifikasi dengan baik. Dengan mengkaji keluarga
dimana keluarga mampu melakukan tindakan keperawatan
yang diajarkan oleh perawat.
39
LAMPIRAN :
Disusun Oleh :
40
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
41
D. MATERI
Terlampir
E. SASARAN
Ny. M dan Keluarga di Desa Jabiren RT.1
F. METODE
1. Ceramah
2. Praktek
3. Diskusi Tanya Jawab
42
1. Menggali kemampuan 1. Menyampaikan
keluarga tentang materi pengetahuannya
yang akan disampaikan. tentang materi
2. Memberikan penjelasan penyuluhan
tentang materi yang akan 2. Mendengarkan
diberikan kepada keluarga penyuluh
dengan menyampaikan materi
menggunakan leaflet dan dan mengikuti
20 menit Kegiatan inti flip chart dan melakukan simulasi
simulasi 3. Bertanya tentang
3. Memberikan kesempatan materi yang telah
kepada keluarga untuk diberikan
bertanya. 4. Menjawab pertanyaan
4. Memberikan pertanyaan
kepada sasaran tentang
materi yang sudah
disampaikan penyuluh
1. Menyimpulkan dan 1. Mendengarkan
mengklarifikasi materi 2. Menyepakati perenca
penyuluhan yang telah naan tindak lanjut.
disampaikan kepada 3. Mendengarkan
sasaran penyuluh menutup
2. Membuat perencanaan acara dan menjawab
5 menit Penutup
dari materi yang telah salam
disampaikan
3. Menutup acara dan
mengucapkan salam serta
terima kasih kepada
sasaran.
43
I. EVALUASI
1. Mengajukan pertanyaan lisan
44
J. REFERENSI
Zulaicha, 2016. Pembahasan Stroke. Diunduh dari
https://id.scribd.com/doc/311858641/Materi-Stroke. Tanggal 3 Mei 2019
45
LAMPIRAN MATERI
A. Pengertian penyakit stoke
Menurut WHO, stroke adalah gangguan fungsional otak sebagian atau menyeluruh yang
timbul secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam, yang disebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak (WHO, 2016).
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika sebagian sel-sel otak mengalami kematian akibat
gangguan aliran darah karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak. Aliran darah yang
terhenti membuat suplai oksigen dan zat makanan ke otak juga terhenti, sehingga sebagian otak
tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya (Utami P, 2009).
B. Gejala stroke
Gejala stroke dapat diamati dari beberapa hal, yaitu :
1. Serangan kecil atau serangan awal stroke biasanya diawali dengan daya ingat menurun dan
sering kebingungan secara tiba-tiba dan kemudian menghilang dalam waktu 24 jam.
2. Adanya serangan neurologis fokal berupa kelemahan atau kelumpuhan lengan, tungkai
atau salah satu sisi tubuh.
3. Melemahnya otot (hemiplegia), kaku dan menurunnya fungsi sensorik.
4. Hilangnya rasa atau adanya sensasi abnormal pada lengan atau tungkai atau salah satu sisi
tubuh seperti baal, mati rasa sebelah badan, terasa kesemutan.
5. Rasa perih bahkan seperti rasa terbakar dibagian bawah kulit.
6. Gangguan penglihatan seperti hanya dapat melihat secara parsial ataupun tidak dapat
melihat keseluruhan karena penglihatan gelap dan pandangan ganda sesaat.
7. Menurunnya kemampuan mencium bau dan mengecap.
8. Berjalan menjadi sulit dan langkahnya tertatih-tatih bahkan terkadang mengalami
kelumpuhan total.
9. Hilangnya kendali terhadap kandung kemih sehingga sering kencing tanpa disadari.
10. Kehilangan keseimbangan, gerakan tubuh tidak terkoordinasi dengan baik.
11. Tidak memahami pembicaraan orang lain, tidak mampu membaca, menulis dan berhitung
dengan baik .
12. Adanya gangguan dan kesulitan dalam menelan makanan ataupun minuman (cenderung
keselek).
46
13. Adanya gangguan bicara dan sulit berbahasa yang ditunjukkan dengan bicara tidak jelas
(rero), sengau, pelo, gagap dan berbicara haya sepatah kata bahkan sulit memikirkan atau
mengucapkan kata-kata yang tepat.
14. Menjadi Pelupa (Dimensia) dan tidak mampu mengenali bagian tubuh . Vertigo (pusing,
puyeng) atau perasaan berputar yang menetap saat tidak beraktivitas.
15. Kelopak mata sulit dibuka.
16. Menjadi lebih sensitif, mudah menangis ataupun tertawa.
17. Banyak tidur dan selalu ingin tidur.
18. Gangguan kesadaran, pingsan sampai tak sadarkan diri
47
Dari berbagai penelitian diyemukan bahwa ras kulit putih memiliki peluang lebih besar
untuk terkena stroke dibandingkan dengan ras kulit hitam.
2. Faktor yang dapat dimodifikasi
Hipertensi (darah tinggi)
Orang yang mempunyai tekanan darah yang tinggi memiliki peluang besar untuk
mengalami stroke. Bahkan hipertensi merupakan penyebab terbesar (etiologi) dari kejadian
stroke itu sendiri. Hal ini dikarenakan pada kasus hipertensi, dapat terjadi gangguan aliran
darah tubuh dimana diameter pembuluh darah akan mengecil (vasokontriksi) sehingga
darah yang mengalir ke otak pun akan berkurang. Dengan pengurangan aliran darah otak
(ADO) maka otak akan akan kekurangan suplai oksigen dan juga glukosa (hipoksia),
karena suplai berkurang secara terus menerus, maka jaringan otak lama-lama akan
mengalami kematian.
Penyakit jantung
Adanya penyakit jantung seperti penyakit jantung koroner, infak miokard (kematian otot
jantung) juga merupakan faktor terbesar terjadinya stroke. Seperti kita ketahui, bahwa
sentral dari aliran darah di tubuh terletak di jantung. Bilamana pusat mengaturan aliran
darahnya mengalami kerusakan, maka aliran darah tubuh pun akan mengalami gangguan
termasuk aliran darah yang menuju ke otak. Karena adanya gangguan aliran, jaringan otak
pun dapat mengalami kematian secara mendadak ataupun bertahap.
Diabetes melitus
Diabetes melitus (DM) memiliki risiko untuk mengalami stroke. Hal ini terkait dengan
pembuluh darah penderita DM yang umumnya menjadi lebih kaku (tidak lentur). Adanya
peningkatan ataupun penurunan kadar glukosa darah secara tiba-tiba juga dapat
menyebabkan kematian jaringan otak.
Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia merupakan keadaan dimana kadar kolesterol didalam darah berlebih
(hiper = kelebihan). Kolesterol yang berlebih terutama jenis LDL akan mengakibatkan
terbentuknya plak/kerak pada pembuluh darah, yang akan semakin banyak dan menumpuk
sehingga dapat mengganggu aliran darah.
48
Obesitas
Kegemukan juga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stroke. Hal tersebut terkait
dengan tingginya kadar lemak dan kolesterol dalam darah pada orang dengan obesitas,
dimana biasanya kadar LDL (lemak jahat) lebih tinggi dibandingkan dengan kadar
HDLnya (lemak baik/menguntungkan).
Merokok
Berdasarkan penelitian didapatkan, bahwa orang-orang yang merokok ternyata memiliki
kadar fibrinogen darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.
Peningkatan kadar fibrinogen ini dapat mempermudah terjadinya penebalan pembuluh
darah sehingga pembuluh darah menjadi sempit dan kaku dengan demikian dapat
menyebabkan gangguan aliran darah.
D. Pentalaksanaan pada klien stroke
a) Stroke embolik dapat diterapi dengan antikoagulan
b) Stroke hemoragik diobati dengan penekanan pada penghentian pendarahan dan pencegahan
kekambuhan mungkin diperlukan tindakan bedah
c) Semua stroke diterapi dengan tirah baring dan penurunan rangsangan eksternal/untuk
mengurangi kebutuhan oksigen seberum, dapat dilakukan tindakan-tindakan untuk
menurunkan tekanan dab edema intrakanium.
E. Pencegahan stroke
Tindakan pencegahan dibedakan atas pencegahan primer dan sekunder. Pencegahan primer
bertujuan untuk mencegah stroke pada mereka yang belum pernah terkena stroke. Pencegahan
sekunder ditujukan untuk mereka yang pernah terkena stroke termasuk TIA (Wahjoepramono
2015).
Menurut Wahjoepramono (2015), pencegahan primer dapat dilakukan dengan modifikasi
gaya hidup yang meliputi :
1) Penurunan berat badan : mengupayakan berat badan normal
2) Pola makan yang tidak memicu hipertensi : mengkonsumsi buah-buahan, sayuran, dan produk
susu rendah lemak serta mengurangi konsumsi lemak jenuh
3) Diet rendah garam : mengurangi intake garam <100 mmol per hari (2,4 g Na atau 6 g NaCl)
4) Aktivitas fisik : aktivitas fisik rutin seperti jalan santai minimal 30 menit per hari
49
Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang ditujukan pada pasien yang sudah pernah
mengalami stroke atau TIA. Target akhir dari pencegahan sekunder adalah agar jangan sampai
terjadi seranagn TIA ataupun stroke yang berulang. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
Stroke Council of the American Heart Associationmerekomendasikan hal pencegahan
sebgai berikut :
Diet AHA step II: ≤ 30 % lemak, < 7
% lemak jenuh, < 200 mg/hari
kolesterol, penurunan berat badan
LDL < 100 mg/dL dan aktifitas fisik.
HDL > 35 mg/dL Jika target tak tercapai dan LDL >
Lemak TC < 200 mg/dL 130 mg/dL berikan terapi
TG < 200 mg/dL medikamentosa (mis: statin).
Bila LDL 100-130 mg/dL,
medikamentosa dapat
dipertimbangkan.
Edukasi pasien dan keluarga untuk
Mengurangi konsumsi
Alkohol kurangi / hentikan kebiasaan minum
alkohol
alcohol
Latihan fisik sedang (jalan santai,
jogging, bersepeda atau aerobik).
Aktifitas 30–60 menit dalam 3-4 kali
Program dengan supersi medis bagi
fisik / menggu
pasien dengan rsiko tinggi (penyakit
jantung)
≤ 120 % dari berat badan
Obesitas Diet dan latihan fisik
ideal berdasarkan tinggi
AHA: American Heart Association, HDL: high density lipoprotein, LDL: low density lipoprotein,
TC: total cholesterol, TG: trigliserida
50
beberapa zat aktif,yangdapat mengurangi risiko terkena stroke akibat penyumbatan pembuluh
darah, seperti:
Alginate, yakni serat tak larut yang berperan mengurangi kadar lemak, trigliserida serta
kolesterol dalam darah, sehingga terkontrol.
laminarin sebagai zat anti penggumpalan darah yang membantu mengurangi risiko
penyakit jantung dan stroke.
Iodium organik membantu mengoptimalkan fungsi tiroid untuk metabolisme tubuh lebih
baik
Mineral koloidal yang mudah diserap oleh tubuh.
Kandungan lain yang berguna bagi pasien pasca stroke adalah fucoidan yaitu suatu
polisakarida kompleks yang membantu memperbaiki daya ingat dan sistem motorik pasca
stroke serta meregenerasi sel-sel baru untuk kesehatan menyeluruh.
Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan pada pasien pasca stroke yang
dilakukan Universias Manitoba, Winnipeg, Kanada. Hasilnya menunjukkan bahwa fucoidan
dalam brown seaweed mempercepat pemulihan fungsi motorik pada minggu pertama serta
memperbaiki memori.
Penelitian manfaat ganggang laut coklat lainnya:
Fucoidan dalam ganggang coklat mampu menghambat pembentukan bekuan darah
sehingga menurunkan resiko terserang penyakit jantung dan stroke (Malmo University
Hospital, Swedia)
Fucoidan dalam ganggang coklat mempercepat fungsi motorik pada minggu pertama dan
perbaikan memori (University of Manitoba, Winnipeg-Canada)
Ganggang coklat mengubah aktifitas enzim di liver yg mengontrol metabolisme asam
lemak, sehingga menurunkan kadar lemak dalam darah. Selain itu, dapat juga
meningkatkan pembakaran lemak di liver (Laboratory of Lipid Chemistry, Yokohama-
Jepang)
Ganggang laut coklat (brown seaweed) membantu menurunkan kadar kolesterol sebanyak
26,5% dan trigliserida sebanyak 36,1% (Cardiovascular Center di RS Sakhalin, Rusia)
(Utama J 2017).
2) Ikan Tuna
51
Ikan tuna juga merupakan sumber yang baik untuk vitamin B6 dan asam folat. World's
Health Rating dari The George MateljanFoundation menggolongkan kandungan vitamin B6 tuna
ke dalam kategori sangat bagus karena mempunyai nutrient density yang tinggi, yaitu mencapai
6,7 (batas kategori sangat bagus adalah 3,4-6,7). Vitamin B6 bersama asam folat dapat
menurunkan level homosistein. Homosistein merupakan komponen produk antara yang
diproduksi selama proses metilasi. Homostein sangat berbahaya bagi pembuluh arteri dan sangat
potensial untuk menyebabkan terjadinya penyakit jantung.
Meskipun ikan tuna mengandung kolesterol, kadarnya cukup rendah dibandingkan dengan
pangan hewani lainnya. Kadar kolesterol pada ikan tuna 38-45mg per 100gr daging. Kandungan
gizi yang tinggi membuat tuna sangat efektif untuk menyembuhkan berbagai penyakit, salah
satunya stroke. Sebuah studi yang pernash dilakukan selama 15 tahun menunjukkan bahwa
konsumsi ikan tuna 2-4 kali setiap minggu, dapat mereduksi 27% resiko penyakit sroke daripada
yang hanya mengkonsumsi 1 kali dalam sebulan. Konsumsi 5 kali atau lebih dalam setiap
minggunya dapat mereduksi penyakit stroke hingga 52 persen. Konsumsi tuna 13 kali per bulan
dapat mengurangi risiko tubuh dari ischemic stroke, yaitu stroke yang disebabkan oleh kurangnya
aliran darah ke otak.
3) Sayur dan Buah-buahan
Sebagian besar buah dan sayur memiliki nilai gizi dan mineral yang cukup tinggi.
Kandungan gizi tersebut sangat dibutuhkan untuk merevitalisasi sel-sel dan jaringan tubuh yang
telah rusak serta meningkatkan sistem metabolisme serta sistem kekebalan didalam tubuh.
Terdapat beberapa jenis buah dan sayur yang digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit
stroke diantaranya adalah: melon, alpukat, pisang, apel, belimbing, jambu biji, dan asparagus.
Pencegahan terjadinya stroke harus dilakukan sepanjang masa. Dengan bertambahnya usia,
kemungkinan untuk terserang stroke. Oleh karena itu, harus diusahakan untuk selalu mengurangi
atau menghilangkan berbagai faktor resiko, terutama dengan melakukan diet dan olahraga secara
teratur (Wirakusumah 2011).
Selain itu, menurut Wirakusumah (2011), makanan yang dapat menolong untuk mencegah
stroke antara lain :
Sumber asam lemak omega-3
Komponen ini banyak terkandung di dalam ikan. Suatu penelitian yang dilakukan di Belanda
terhadap populasi yang berusia 60-90 tahun, yang selalu mengkonsumsi ikan (sekurang-
52
kurangnya satu kali seminggu), membuktikan bahwa resiko terserang stroke pada 15 tahun ke
depan hanya setengah kali dibandingkan dengan populasi lain yang tidak mengkonsumsi ikan.
Hal ini membuktikan bahwa asam lemak omega-3 yang terkandung di dalam ikan akan
memperbaiki struktur membran sel. Dalam hal ini, sel akan lebih kuat dan lentur. Selain itu,
asam lemak omega-3 dapat membantu thromboxane yang berfungsi menurunkan
terbentuknya gumpalan darah.
Teh
Stroke dapat juga dilawan dengan teh, khususnya jenis teh hijau. Sebuah studi di Jepang
membuktikan dengan mengkonsumsi teh hijau sebanyak lima cangkir sehari dapat
menurunkan resiko terserang stroke. Di dalam teh hijau terkandung antioksidan yang dapat
mencegah terjadinya kerusakan sel. Bahkan, teh hijau mengandung komponen antioksidan
yang lebih kuat dibanding vitamin E dan vitamin C. Berikut ini adalah zat-zat yang berperan
sebagi sumber antioksidan :
Betakaroten, di dalam makanan komponen ini dapat mencegah perubahan kolesterol
menjadi unsur toksik yang mampu membentuk plak dan akan menggumpal di dalam
arteri. Betakaroten yang diubah menjadi vitamin A, akan melawan kerusakan sel saraf
ketika otak kehilangan oksigen. Betakaroten banyak terdapat pada wortel, tomat, papaya,
bit, serta sayur dan buah yang berwarna jingga.
Vitamin E, dapat mengurangi pembentukan gumpalan darah (plak) yang dapat
menyumbat arteri. Contoh sumber pangan yang mengandung vitamin E adalah taoge.
Vitamin C, dapat memperkuat dinding pembuluh darah dan mencegah terjadinya
hemorrhages (keluarnya darah dari pembuluh) otak. Bahan pangan yang mengandung
vitamin C antara lain jeruk, jambu biji, tomat dan lain-lain.
Sumber kalium
Makanan sumber kalium seperti pisang, dapat menurunkan resiko terserangnya stroke.
Diduga, asupan kalium yang memadai membuat dinding arteri lebih elastik dan normal. Selain
itu, juga dapat melindungi kerusakan pembuluh darah akibat tekanan darah yang tinggi.
Bawang Bombay dan bawang putih
Bawang Bombay dan bawang putih dapat mencegah penggumpalan darah yang akan
menyumbat aliran darah ke otak. Selain itu, juga dapat memacu mekanisme pelarutan
gumpalan darah di dalam tubuh.
53
Sedangkan hal-hal yang harus diwaspadai antara lain :
Sumber lemak
Penderita stroke dianjurkan untuk membatasi asupan makanan yang mengandung lemak. Jenis
lemak yang harus diwaspadai, terutama lemak jenuh yang dapat memicu terbentuknya gumpalan-
gumpalan lemak dalam pembuluh darah. Inilah yang akan menghambat aliran darah ke otak
sehingga menimbulkan stroke.
Garam
Diduga, kelebihan garam dapat memicu timbulnya mini stroke. Pengujian yang dilakukan
terhadap tikus menunjukkan bahwa pada otak tikus yang mnengkonsumsi ransum dengan
kadar garam yang tinggi, akan tampak adanya kerusakan arteri dan jaringan, yang disebabkan
oleh keadaan mini stroke.
Alkohol
Penderita stroke dianjurkan untuk membatasi asupan alkohol karena kelebihan alcohol yang
tinggi dapat meningkatkan resiko terserangnya stroke. Konsentrasi alcohol yang tinggi dapat
memicu terjadinya emboli (penggumpalan), dan ischemia (kurangnya darah dalam jaringan),
yang disebabkan oleh perubahan konsentrasi darah dan kontraksi pembuluh darah. Kondisi
inilah yang mengawali terjadinya stroke.
F. Penting nya mobilitas fisik untuk klien dengan stroke
Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas, mudah, dan
teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan
kesehatannya. Sedangkan gangguan mobilisasi fisik (imobilisasi) didefinisikan oleh North
American Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu keadaan ketika individu
mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik (Kim et al, 2016 dalam
Fundamental Keperawatan Potter dan Perry, Ed. 4, Vol. 2).Mobilisasi dan Imobilisasi berada
pada suatu rentang dengan banyak tingkatan imobilisasi parsial di antaranya.Beberapa klien
mengalami kemunduran dan selanjutnya berada di antara rentang mobilisasi-imobilisasi,
tetapi pada klien lain, berada pada kondisi mobilisasi mutlak dan berlanjut sampai jangka
waktu tidak terbatas (Perry dan Potter, 1994). Perubahan dalam tingkat mobilisasi fisik dapat
mengakibatkan instruksi pembatasan gerak dalam bentuk tirah baring, pembatasan gerak fisik
54
selama penggunaan alat bantu eksternal (mis. Gips atau traksi rangka), pembatasan gerakan
volunter, atau kehilangan fungsi motorik.
I. Jenis Mobilisasi dan Imobilisasi
1. Jenis Mobilisasi
a. Mobilisasi penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara
penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan
menjalankan peran sehari-hari. Mobilisasi penuh ini merupakan fungsi saraf
motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh
seseorang.
b. Mobilisasi sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena
dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada tubuhnya. Hal
ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan
traksi. Pasien paraplegi dapat mengalami mobilisasi sebagian pada
ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol motorik dan sensorik.
Mobilisasi sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
1. Mobilisasi sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Dapat disebabkan
oleh trauma reversible pada sistem musculoskeletal, contohnya adalah
adanya dislokasi sendi dan tulang.
2. Jenis Imobilisasi
a. Imobilisasi fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik
dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan,
seperti pada pasien dengan hemiplegia yang tidak mampu mempertahankan
55
tekanan di daerah paralisis sehingga tidak dapat mengubah posisi tubuhnya
untuk mengurangi tekanan.
b. Imobilisasi intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami
keterbatasan daya pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak
akibat suatu penyakit.
c. Imobilisasi emosional, keadaan ktika seseorang mengalami pembatasan
secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam
menyesuaikan diri. Contohnya keadaan stress berat dapat disebabkan karena
bedah amputasi ketika seseorang mengalami kehilangan bagian anggota
tubuh atau kehilangan sesuatu yang paling dicintai.
d. Imobilisasi sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan dalam
melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakitnya sehingga dapat
memengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.
56
57