Anda di halaman 1dari 9

Skrining Osteoporosis: Hubungan Usia dan Jenis Kelamin

SKRINING OSTEOPOROSIS: HUBUNGAN USIA


DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN OSTEOPOROSIS
DI DESA CIJAMBU KECAMATAN TANJUNGSARI

Mamat Lukman*Neti Juniarti*

ABSTRAK
Dengan meningkatnya usia harapan hidup, maka berbagai penyakit
degeneratif dan metabolik termasuk osteoporosis akan menjadi masalah sistem
muskuskletal yang memerlukan perhatian khusus, terutama di negara-negara
berkembang, termasuk di Indonesia. Untuk mengetahui secara dini terjadinya
osteoporosis dapat dilakukan skrining dengan mengukur kepadatan massa tulang
(Bone Mineral Density) menggunakan alat densitometry. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan usia dan jenis kelamin dengan kejadian
osteoporosis di Desa Cijambu Kecamatan Tanjungsari. Metode deskriptif
korelasional dengan pendekatan cross sectional dilakukan untuk melihat
hubungan kedua variabel tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah
penduduk Desa Cijambu yang berusia >18 tahun berjumlah 2.444 orang. Teknik
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling dengan
ukuran sampel sejumlah 259 orang. Hasil penelitian menunjukkan kejadian
osteoporosis lebih banyak terdapat pada perempuan dibandingkan laki-laki dan
paling banyak terdapat pada usia 45-59 tahun. Untuk kejadian osteoporosis,
sebagian besar mempunyai resiko rendah yaitu sebesar 60% dan resiko tinggi
hanya 11%, . Untuk korelasi dapat diketahui memiliki hubungan yang signifikan
antara usia dan kejadian osteoporosis di Desa Cijambu (p value < 0,05).
Sedangkan untuk jenis kelamin, tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin
dengan kejadian osteoporosis. (p value ≥ 0,05).

Kata kunci : osteoporosis, usia, jenis kelamin

ABSTRACT
Because of increasing of life expectancy, many degenerative and
metabolic diseases such as osteoporosis which is one of musculoskeletal system
problem will need special treatment especially for development countries
including Indonesia. Early diagnosis for Osteoporosis can be done with screening
of bone mineral density using densitometry equipment. Objective of this research
was to identify the relation of age and sex with incidence of osteoporosis in Desa
Cijambu Kecamatan Tanjungsari. This research use correlation descriptive
method with cross sectional approached. Population of people in Desa Cijambu
has aged more than 18 years is 2,444 with sample for this research is 259
respondents. Sampling technique that has been used for this research is
accidental sampling. The result shows that incidence of osteoporosis is more
happen in female than male and the high risk consists in the aged of 45-59
years. Most of respondents have low risk of incidence osteoporosis with number
is 60%, but fewer respondents (11%) have high risk of incidence. The analysis
shows that there is significant correlation between age and incidence of
osteoporosis (p value < 0.05). While with sex, there is no correlation between
sex and incidence of osteoporosis (p value ≥ 0.05).

Keywords : osteoporosis, age, sex

Volume 10 No. XIX Oktober 2008 – Februari 2009 Hal 18


Skrining Osteoporosis: Hubungan Usia dan Jenis Kelamin

PENDAHULUAN dengan risiko Osteoporosis lebih


Dengan meningkatnya usia tinggi adalah Sumatera Selatan
harapan hidup, maka berbagai (27,7%), Jawa Tengah (24,02%), DI
penyakit degeneratif dan metabolik Yogyakarta (23,5%), Sumatera
termasuk osteoporosis akan Utara (22,82%), Jawa Timur
menjadi masalah sistem (21,42%) dan Kalimantan Timur
muskuskletal yang memerlukan (10,5%). Penelitian lain di kota
perhatian khusus, terutama di Jakarta, Bandung, Semarang,
negara-negara berkembang, Surabaya dan Medan tahun 2002
termasuk di Indonesia. Osteoporosis juga menunjukkan bahwa
merupakan suatu kondisi yang Osteoporosis di Indonesia sudah
ditandai dengan penurunan seharusnya diwaspadai. Dari
kepadatan tulang. Akibatnya, tulang 101.161 responden, ternyata 29%
menjadi rapuh. Osteoporosis akan diantaranya telah menderita
membuat tulang berlubang-lubang Osteoporosis.
seperti spons. Kelainan tulang ini Tulang yang telah mengalami
akan meningkatkan risiko patah osteoporosis bisa mengalami patah
tulang. tulang hanya karena kecelakaan
Orang lanjut usia merupakan kecil yang sebenarnya tidak akan
sasaran paling rentan untuk terkena terlalu berpengaruh terhadap tulang
osteoporosis. Ketika wanita normal. Patahan bisa dalam bentuk
mencapai usia 80 tahun, ia memiliki retakan seperti di tulang pinggul,
risiko 40 persen mengalami satu atau tekukan seperti yang sering
atau lebih patah tulang belakang. terjadi pada tulang belakang.
Data Departemen Kesehatan tahun Patahan akibat osteoporosis
2005 menunjukkan bahwa usia seringkali terjadi di daerah tulang
harapan hidup orang Indonesia belakang, pinggul, serta
meningkat dari 64,71 tahun (1995- pergelangan, tetapi patahan tetap
2000) menjadi 67,68 tahun (2000- bisa terjadi di hampir semua tulang
2005). Dengan adanya peningkatan (Brunner, 2002).
usia harapan hidup di Indonesia, Tulang yang normal tersusun
masalah osteoporosis atau tulang atas protein, kolagen serta kalsium.
keropos perlu mendapat perhatian Ketiga penyusun ini akan
serius. Dari sekitar 18,4 juta menguatkan tulang. Massa tulang
populasi penduduk usia lanjut di atau kepadatan tulang merupakan
Indonesia, diperkirakan 19,7 persen kekuatan matriks tulang terdapat
dari populasi tersebut menderita dalam struktur tulang rangka. Pada
penyakit osteoporosis (Depkes RI, umumnya, semakin tinggi kepadatan
2004). tulang, maka tulang akan semakin
Menurut hasil analisa data kuat. Kepadatan tulang ini sangat
yang dilakukan oleh Puslitbang Gizi dipengaruhi oleh faktor genetik,
Depkes pada 14 provinsi yang juga dimodifikasi oleh faktor-
menunjukkan bahwa masalah faktor lain serta obat-obatan
Osteoporosis di Indonesia telah (Monahan dan Neighbors, 1998).
mencapai pada tingkat yang perlu Pada umumnya,
diwaspadai yaitu 19,7%. Itulah pembentukan kepadatan tulang
sebabnya kecenderungan akan dimulai sejak usia anak-anak
Osteoporosis di Indonesia 6 kali dan akan mencapai puncaknya pada
lebih tinggi dibandingkan dengan usia 25 tahun. Kepadatan tulang ini
negeri Belanda. Lima provinsi selanjutnya akan bertahan selama

Volume 10 No. XIX Oktober 2008 – Februari 2009 Hal 19


Skrining Osteoporosis: Hubungan Usia dan Jenis Kelamin

sepuluh tahun. Setelah mencapai merupakan faktor risiko terjadinya


usia 35 tahun, baik laki-laki maupun osteoporosis.
perempuan akan mengalami Perawat sebagai tenaga
penurunan massa tulang sebesar kesehatan yang lebih menekankan
0.3-0.5% per tahunnya. Hal ini pada upaya promotif dan preventif
disebabkan oleh proses memiliki peranan yang besar dalam
penuaan. Pada perempuan, hormon melaksanakan skrining ini (Kozier,
estrogen sangat berpengaruh dalam 2004). Berdasarkan data dari
mempertahankan kepadatan tulang. Puskesmas Tanjungsari tahun 2009
Saat kadar estrogen menurun paska penyakit muskuloskletal termasuk
menopause, maka penurunan sepuluh penyakit terbesar di Desa
kepadatan tulang akan semakin Cijambu.
cepat. Selama 5-10 tahun pertama Berdasarkan latar belakang di
setelah menopause, perempuan bisa atas, maka peneliti akan melakukan
mengalami penurunan massa tulang penelitian mengenai hubungan usia
sebesar 2-4% per tahun. Artinya, dan jenis kelamin dengan risiko
mereka akan kehilangan massa osteoporosis di Desa Cijambu
tulang sebesar 25-30% dalam masa Kecamatan Tanjungsari.
ini. Percepatan penurunan massa
tulang pasca menopause ini METODE PENELITIAN
merupakan penyebab utama Metode pada umumnya
terjadinya osteoporosis pada diperlukan dalam suatu penelitian.
perempuan (Guyton, 2000). Penggunaan metode ini harus sesuai
Kampanye pencegahan dan dengan permasalahan penelitian.
penanganan osteoporosis telah lama Metode yang digunakan dalam
dilakukan, namun kesadaran penelitian ini adalah Deskriptif
masyarakat guna melakukan Korelasional, yaitu metode penelitian
pencegahan seperti deteksi dini yang tidak hanya melihat gambaran
masih sangat rendah. Oleh karena variabel yang diteliti tetapi juga
itu, pendidikan kesehatan tentang melihat apakah ada hubungan
pencegahan dan pengobatan antara dua atau beberapa variabel
osteoporosis. Kunci utama untuk (Arikunto, 2006).
mencegah dan mengatasi kerapuhan Sedangkan rancangan yang
tulang adalah dengan gaya hidup, digunakan pada penelitian ini adalah
pola makan dan aktivitas fisik yang cross sectional. Penelitian cross
seimbang. Gaya hidup yang tidak sectional adalah suatu penelitian
sehat seperti merokok, meminum yang mempelajari dinamika korelasi
minuman keras, kurang vitamin B antara variabel dependen dengan
dan kalsium serta kurangnya kulit variabel independen dilakukan pada
terpapar sinar matahari karena takut waktu bersamaan ( Notoatmodjo,
hitam, menjadi pemicu utama 2005).
banyaknya kasus osteoporosis Populasi adalah keseluruhan
(Depkes RI, 2004). Selain hal-hal subjek penelitian (Arikunto, 2006).
tersebut skrining untuk deteksi dini Populasi dalam penelitian ini
osteoporosis juga perlu untuk penduduk Desa Cijambu yang
dilakukan, terutama pada kelompok berusia >18 tahun berjumlah 2.444
wanita dan yang berusia lebih dari orang.
35 tahun karena kedua kategori ini Sampel adalah sebagian yang
yang menurut penelitian sebelumnya diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili

Volume 10 No. XIX Oktober 2008 – Februari 2009 Hal 20


Skrining Osteoporosis: Hubungan Usia dan Jenis Kelamin

seluruh populasi (Notoatmodjo, perhitungan distribusi frekuensi


2005). Teknik sampling yang sebagai berikut :
digunakan dalam penelitian ini F
adalah accidental sampling dengan P= x 100%
N
ukuran sampel sejumlah 259 orang. Keterangan :
Tehnik pengumpulan data P : Persentase responden
dilakukan dengan cara melakukan F : Jumlah responden yang
wawancara secara langsung pada termasuk kriteria
responden dan melakukan N : Jumlah keseluruhan
pemeriksaan kepadatan tulang responden
dengan menggunakan alat
densitometer pada setiap responden Hasil perhitungan diinterpretasikan
yang datang. dengan menggunakan kriteria
Setelah data terkumpul dari sebagai berikut:
hasil pengumpulan data, maka
dilakukan pengolahan data. 0% : Tak seorangpun
Pengolahan data bertujuan merubah responden
data mentah dari hasil pengukuran 1-25% : Sebagian kecil dari
menjadi data yang lebih halus responden
sehingga memberi arah untuk 26-49% : Hampir setengahnya
pengkajian lebih lanjut. Pengolahan responden
data dilaksanakan dengan 50% : Setengahnya
menggunakan rumus atau aturan responden
yang sesuai dengan pendekatan 51-75% : Sebagian besar
penelitian atau desain yang responden
dipergunakan sehingga diperoleh 76-99% : Hampir seluruhnya
suatu kesimpulan yang disebut responden
analisa data ( Arikunto, 2006 ). 100% : Seluruhnya
responden
Analisa Data
Analisa data merupakan Analisa Bivariat
kegiatan setelah data dari seluruh Analisa Bivariat yang
responden atau sumber lain dilakukan bertujuan melihat ada
terkumpul ( Sugiyono, 2007 ). tidaknya hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat seperti
Analisa Univariat yang tampak pada kerangka konsep.
Analisa Univariat berupa Dalam penelitian ini dilakukan
distribusi frekuensi digunakan untuk dengan memakai uji Rank Spearman
data berkatagori nominal dan dengan bantuan software komputer.
ordinal. Analisa persentase ini Hasil akhir uji statistik adalah
bertujuan mendapat gambaran untuk mengetahui apakah keputusan
distribusi responden serta untuk uji Ho ditolak atau Ho diterima.
mendeskripsikan variabel Digunakan tingkat kepercayaan
independen dan dependen. 95%. Ketentuan pengujian adalah p-
Selanjutnya untuk mengetahui value < 0,05, maka ada hubungan
persentase responden untuk tiap yang signifikan, tetapi bila p-value ≥
kategori di dalam suatu variabel atau 0,05 maka tidak ada hubungan yang
dimensi maka digunakan rumus signifikan (Sugiyono, 2004).

Volume 10 No. XIX Oktober 2008 – Februari 2009 Hal 21


Skrining Osteoporosis: Hubungan Usia dan Jenis Kelamin

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan gambar di samping,


Gambar 1. Gambaran Kejadian hampir sebagian besar mempunyai
Osteoporosis Desa Cijambu resiko ringan kejadian osteoporosis
dan hanya 11% yang mempunyai
resiko tinggi menderita osteoporosis

Tabel 1. Korelasi Jenis Kelamin dan Kejadian Osteoporosis


Jenis Kelamin Risiko Osteoporosis P value
Tinggi Sedang Rendah
Laki-laki 6 16 34 0.04
Perempuan 26 69 144
Total 32 85 178

Berdasarkan tabel di atas, tidak terdapat hubungan antara usia dengan kejadian
osteoporosis di Desa Cijambu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang.

Tabel 2. Korelasi Usia dan Kejadian Osteoporosis


Usia Risiko Osteoporosis P value
Tinggi Sedang Rendah
19-35 tahun 2 13 80 0,489
35-44 tahun 2 14 44
45-59 tahun 4 24 36
60-74 tahun 16 22 10
75-90 tahun 8 12 8
Total 32 85 178

Berdasarkan tabel di atas densitas tulang berhubungan


dapat disimpulkan bahwa terdapat dengan proses usia karena itu selalu
perbedaan antara usia dan kejadian merupakan hasil yang konstan
osteoporosis di Desa Cijambu yaitu walau tidak terdapat suatu penyakit
sebesar 0,489 yang artinya terdapat atau kekurangan hormon atau
keeratan sedang namun mempunyai nutrisi. Pada laki-laki, kehilangan
hubungan yang sangat signifikan. tulang mulai secara konstan akibat
Pada penelitian ini baik yang proses penuaan pada level rendah
resiko ringan, sedang dan berat yang sama, dan secara umum
lebih banyak terjadi pada wanita mencapai “fracture threshold” pada
dibandingkan laki-laki. Hal ini sesuai usia yang lebih lanjut dibandingkan
dengan studi dalam tiga dekade wanita. sehingga fracture threshold
terakhir, massa skeletal mulai pada wanita terjadi jauh lebih awal
menurun sekitar 0,5% per tahun dari pada laki-laki karena dua faktor
baik pada laki-laki maupun yaitu yang pertama puncak massa
perempuan. Penurunan massa dan tulang pada wanita secara umum

Volume 10 No. XIX Oktober 2008 – Februari 2009 Hal 22


Skrining Osteoporosis: Hubungan Usia dan Jenis Kelamin

lebih rendah dari pada laki-laki dan komunitas berbasis epidemiologis


yang kedua karena ketika masuk menunjukkan di Amerika Serikat
masa menopause, karena penurunan proporsi tulang lansia (usia > 50
fungsi ovarium, kehilangan tulang tahun) wanita memiliki densitas
lebih cepat 3% per tahunnya tulang femoral di bawah nilai batas
(Yuehuei An, 2002). Setelah fase ini normal (threshold) adalah 13-18%.
kecepatan kehilangan tulang rata- Dan untuk laki-laki yang usianya >
rata 5-10 tahun, massa skeletal 50 tahun, 3-6% memiliki kriteria
berkurang pada daerah kansilus dan yang sama. Sedangkan penelitian
kortikal yang kecepatannya lebih pada orang-orang di kanada
rendah, hal ini juga terjadi pada laki- melaporkan 15,8% wanita yang
laki berdasarkan hasil observasi. berusia >50 tahun didiagnosa
Osteoporosis lebih banyak menderita osteoporosis berdasarkan
terjadi pada wanita. Hal ini rendahnya kepadatan tulang pada
disebabkan pengaruh hormon tulang belakang lumbal atau tulang
estrogen yang mulai menurun femoral. Sedangkan di Perancis
kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 baru-baru ini suatu penelitian
tahun. Selain itu, wanita pun melaporkan prevalensi osteoporosis
mengalami menopause yang dapat pada wanita post menopause
terjadi pada usia 45 tahun. Seiring bervariasi antara 14% pada wanita
dengan pertambahan usia, fungsi lansia yang berusia 50-70 tahun
organ tubuh justru menurun. Pada yang didiagnosis menderita
usia 75-85 tahun, wanita memiliki osteoporosis berdasarkan
risiko 2 kali lipat dibandingkan pria densitometry dan 51% pada wanita
dalam mengalami kehilangan tulang yang > 80 tahun. Hal ini sesuai
trabekular karena proses penuaan, dengan penelitian yang dilakukan di
penyerapan kalsium menurun dan Desa Cijambu di mana resiko sedang
fungsi hormon paratiroid meningkat. dan tinggi banyak terdapat pada
Hasil Penelitian di Desa usia pra lansia dan lansia sehingga
Cijambu Kecamatan Tanjungsari disimpulkan pada penelitian ini
Kabupaten Sumedang menunjukkan terdapat hubungan antara usia
kejadian osteoporosis resiko tinggi dengan kejadian osteoporosis. Pada
banyak terdapat usia 45-59 tahun gambar di bawah ini dapat
dan resiko sedang terbanyak menjelaskan bahwa dengan deteksi
terdapat pada usia 60-74 tahun. awal melalui penelitian diharapkan
Penelitian NHANES (National Health dapat mencegah osteoporosis dan
and Examination Survey) diterapi segera.

Volume 10 No. XIX Oktober 2008 – Februari 2009 Hal 23


Skrining Osteoporosis: Hubungan Usia dan Jenis Kelamin

Faktor usia dan jenis kelamin Osteoporosis 2 kali lipat. Percepatan


merupakan faktor yang tidak dapat pembudayaan Perilaku Hidup Sehat
diubah. Namun melalui penelitian ini untuk mencegah Osteoporosis,
diharapkan dapat meningkatkan sangat diperlukan peran aktif kader
kesadaran kita bahwa ini merupakan baik kader dari masyarakat umum,
keadaan yang dapat maupun para tokoh masyarakat
membahayakan. Selain usia dan serta peran aktif para petugas
jenis kelamin masih banyak faktor kesehatan dimanapun berada.
yang tidak dapat diubah,
diantaranya ukuran tubuh, etnis dan SIMPULAN
riwayat keluarga. Banyak hal yang Kejadian osteoporosis di
dapat dilakukan untuk mencegah Desa Cijambu Kecamatan
kejadian osteoporosis melalui faktor- Tanjungsari lebih banyak terdapat
faktor yang dapat diubah seperti pada perempuan dibandingkan laki-
hormon seks, anoreksia, konsumsi laki dan paling banyak terdapat pada
kalsium dan vitamin D, penggunaan usia 45-59 tahun. Masyarakat Desa
obat-obatan, gaya hidup (aktivitas Cijambu sebagian besar mempunyai
yang kurang), merokok dan minum resiko rendah menderita
alkohol. osteoporosis yaitu sebesar 60%,
Pemeriksaan densitas mineral 29% menderita resiko sedang dan
tulang merupakan cara terbaik untuk hanya 11% yang resiko tinggi
menentukan kesehatan tulang. osteoporosis. Dari aspek hubungan
Pemeriksaan ini dapat jenis kelamin dan kejadian
mengidentifikasi osteoporosis, osteoporosis tidak terdapat adanya
menentukan faktor resiko fraktur, hubungan, namun hal ini berbeda
mengukur pengaruh pengobatan dengan usia yaitu terdapat
osteoporosis. Alat ini bermanfaat hubungan antara usia dan kejadian
untuk mendeteksi densitas tulang osteoporosis.
yang rendah sebelum terjadinya
fraktur, mengkonfirmasi diagnosis SARAN
osteoporosis jika terdapat satu atau Skrining merupakan
lebih fraktur, memprediksi intervensi kesehatan masyarakat
kemungkinan fraktur dan yang potensial untuk mencatat isu
menentukan angka kehilangan ini dan kemudian mengurangi
tulang dan memonitor pengaruh insidensi kejadian osteoporosis
pengobatan. Cara yang paling tepat termasuk promosi densitometry
adalah mencegah osteoporosis tulang untuk mendeteksi
melalui upaya pencegahan sedini osteoporosis sebelum terjadi fraktur.
mungkin dengan membudayakan Berdasarkan penelitian ini, maka
Perilaku Hidup Sehat yang intinya diusulkan perlu adanya upaya
mengkonsumsi makanan dengan gizi promosi bahaya osteoporosis kepada
seimbang yang memenuhi masyarakat, penyebaran informasi
kebutuhan nutrisi dengan unsur mengenai osteoporosis kepada
kaya serat, rendah lemak dan kaya masyarakat, pemberian pemahaman
kalsium (1.000 - 1.200 mg kalsium kepada kelompok lansia agar dapat
per hari), berolah raga secara mencegah terjadinya fraktur,
teratur, tidak merokok dan tidak pemberian pemahaman kepada
mengkonsumsi alkohol. Merokok dan kaum wanita untuk melakukan
mengkonsumsi alkohol yang tinggi upaya pencegahan dini terhadap
dapat meningkatkan risiko kejadian osteoporosis, kurangi atau

Volume 10 No. XIX Oktober 2008 – Februari 2009 Hal 24


Skrining Osteoporosis: Hubungan Usia dan Jenis Kelamin

eliminasi kebiasaan konsumsi obat– Management. New York:


obatan jenis kortikosteroid, dan Springer Publishing Company
pencarian faktor – faktor lain yang Guyton, A. 2000. Fisiologi Manusia
menyebabkan kejadian osteoporosis. dan Mekanisme Penyakit.
Bila hal – hal ini dilakukan akan Jakarta: EGC
membantu meminimalisasi dan Kozier.B. 2004. Fundamentals of
mengeliminasi penyebaran penyakit nursing.USA: Prentice hall
osteoporosis. Lewis, dkk. 2000. Medical Surgical
Nursing : Assessment and
DAFTAR PUSTAKA Management of Clinical
An, Yuehuei A. 2002. Orthopedic Problems. Philadelphia:
Issues in Osteoporosis. New Mosby
York: CRC Press Looker AC, Orwoll ES, Johnston Jr
Arikunto, S. 2002. Prosedur CC, et al.1997. Prevalence of
Penelitian Suatu Pendekatan low femoral bone density in
Praktek. Jakarta : Rineka older U.S. adults from
Cipta NHANES III. J Bone Miner
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Res
Ajar Keperawatan Medikal Monahan & Neighbors. 1998.
Bedah, Edisi 8: Volume 2. Medical Surgical Nursing:
Jakarta: EGC Foundations for Clinical
Carpernito,L.J. 1999. Nursing care Practice, 2nd edition. USA:
plans&documentation. Saunders Company
Nursing diagnoses and National Institute of Health. 2001.
colaboratteve problems. (2nd Osteoporosis prevention,
ed). (Monica Ester& diagnosis, and
Setiawan,Trj).Jakarta : EGC Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi
(buku asli diterbitkan 1995) Penelitian Kesehatan. Jakarta
Dargent-Molina P, Piault S, Breart G. : Rineka Cipta
2006. Identification of Siegel, S. 1997. Statistik
women at increased risk of Nonparametrik untuk Ilmu-
osteoporosis: no need to use Ilmu Sosial. Jakarta: PT
different screening tools at Gramedia.
different ages Sudoyo, W. Aru. 2006. Ilmu Penyakit
Dempsey & Dempsey. 2002. Riset Dalam. Jakarta: Pusat
Keperawatan; Buku Ajar dan Penerbitan Ilmu Penyakit
Latihan, edisi empat. EGC: Dalam Fakultas Kedokteran
Jakarta Universitas Indonesia
Depkes RI. 2009. Kecenderungan Sugiyono. 2004. Statistik Non
Osteoporosis Di Indonesia 6 Parametrik untuk Penelitian.
Kali Lebih Tinggi Dibanding Bandung: CV Alfabeta
Negeri Belanda. Tenenhouse A, Joseph L, Kreiger N,
http://www.depkes.go.id et al. 2000. Estimation of
Ganong, F. 2002. Buku Ajar Fisiologi the, prevalence of low bone
Kedokteran, Edisi 20. density in Canadian women
Jakarta: EGC. and men using a population-
Gueldner, dkk. 2008. Osteoporosis: specific DXA reference
Clinical Giudelines for standard: the Canadian
Prevention, Diagnosis and Multicentre Osteoporosis

Volume 10 No. XIX Oktober 2008 – Februari 2009 Hal 25


Skrining Osteoporosis: Hubungan Usia dan Jenis Kelamin

Study (CaMos). Osteoporos * Penulis adalah Staf Edukatif


Int .[32,33] 2000; 11 (10): Keperawatan Komunitas
897-904 Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Padjadjaran

Volume 10 No. XIX Oktober 2008 – Februari 2009 Hal 26

Anda mungkin juga menyukai