103 220 1 SM
103 220 1 SM
Abstrak
Perkembangan teknologi sistem penerangan buatan memungkinkan adanya peningkatan penghematan
pemakaian energi listrik serta umur pakai yang lebih lama. Namun demikian, tingkat efisiensi serta
kualitas dari suatu produk tentunya harus melewati pengujian menggunakan metoda standar yang telah
disepakati. Penelitian ini bertujuan untuk dapat memberikan gambaran kualitas awal lampu LED bulb
yang beredar di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metoda standar uji IEC/PAS
62612 : 2009. Sampel uji didapat melalui survei pasar di wilayah Jakarta dan sekitarnya dengan daya
pengenal antara 2 sampai 13 watt. Pengujian dilakukan menggunakan Integrating Sphere Photometer
(ISP) dan Goniophotometer. Analisis terhadap efikasi dan faktor daya lampu LED bulb tersebut
dilakukan dengan pendekatan grafik distribusi normal. Sebanyak 30% dari sampel yang diuji
menunjukkan adanya ketidaksesuaian daya nyata sebesar ±15% dari daya pengenal pada kemasan.
Sebanyak 90% dari populasi sampel menunjukkan nilai efikasi inisial lebih dari 58 lm/w, setara dengan
kriteria tanda hemat energi bintang empat lampu fluorescent swabalast dan dapat meningkatkan
efisiensi pencahayaan sekitar 29%. Namun demikian, hanya sebesar 3,41% dari sampel yang diuji
menunjukkan nilai faktor daya di atas 0,76 sehingga berpotensi dapat mengganggu kinerja jaringan
distribusi listrik.
Kata kunci: lampu LED bulb, lampu penerangan, penghematan energi listrik, IEC/PAS 62612: 2009
Abstract
The development of artificial lighting system technology enables improvement of electrical energy
efficiency and also service life. Nevertheless, efficiency level and product quality surely have to pass
the test of agreed standard method. This study aims to provide an overview of initial quality of LED
light bulbs which have been marketed in Indonesia. The study is conducted by using a standard test
method, IEC / PAS 62612: 2009. Test samples are obtained through a market survey in Jakarta and its
surrounding areas with rated power between 2 into 13 watts. Integrating Sphere Photometer (ISP) and
Goniophotometer are used for the testing. Analysis of efficacy and power factor of LED light bulb is
done with a normal distribution graph approach. 30 % of total samples tested have ± 15 % deviation
between real powers measured and rated power stated on their packaging. 90 % of the sample
population is concluded to have initial efficacy value higher than 58 lm / w; equivalent to the four stars
of energy-saving criteria for fluorescent self-ballasted lamp, and these lamps can improve the lighting
Diterima : 27 Januari 2014, direvisi : 13 November 2014, disetujui terbit : 18 Desember 2014 115
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan dan Energi Terbarukan
Ketenagalistrikan
Vol. 13 No. 2 Desember 2014
Vol. 1152–Desember
13 :No. 122 2014 : 115 – 122
efficiency approximately 29 %. However, only 3.41 % of the tested samples have power factor values
above 0.76 that it may potentially affect electrical distribution line.
Key words: LED bulb lamps, lighting, electrical energy efficiency, IEC/PAS 62612: 20092009
Diterima
116 : 27 Januari 2014, direvisi : 13 November 2014, disetujui terbit : 18 Desember 2014
Analisis Pengujian
Ketenagalistrikan dan Kinerja Nilai Efikasi dan Faktor Daya Inisial Lampu Led Bulb
Energi Terbarukan
Swabalast2014
Vol. 13 No. 2 Desember : 115 – 122Standar IEC/PAS 62612:2009
Menggunakan
dilakukan setelah lampu dinyalakan selama 15 pengulangan sebanyak 3 kali. Hasil pengujian
menit (bagian annex A.3.2.), namun dari hasil yang didapat dari setiap sampel diambil nilai
percobaan yang dilakukan, lampu LED bulb rata-rata untuk setiap model/type lampu LED
swabalast umumnya berada dalam kondisi bulb yang diujikan. Tingkat efisiensi
stabil menyala setelah 30 menit. Kondisi dalam pencahayaan (efikasi) dihitung dengan
peralatan ISP dipertahankan suhunya sebesar membagi antara nilai fluks luminus dengan
24 – 26 0C. Suplai tegangan arus bolak-balik daya nyata terukur. Selain menggunakan
diatur pada posisi 220 V. peralatan ISP, juga dilakukan pengujian
Mulai dengan menggunakan peralatan
goniophotometer (metode uji absolut) dengan
Persiapan Alat Ukur dan menggunakan satu buah sampel dari setiap
Ruang Uji
model/tipe. Hal ini dilakukan untuk
Set catu daya pada Set kondisi ruang mengetahui tingkat perbandingan serta
tegangan 220 V pada suhu 24 – 25 0C
kesesuaian dari hasil pengujian yang didapat
Pasang lampu uji dalam
integrator melalui dua alat yang berbeda.
Tidak Cek suhu dalam bola kerja (performance) awal dari lampu LED bulb
integrator pada kondisi 24 –
26 0C swabalast yang ada dipasaran Indonesia
Ya
dilakukan dengan menggunakan dua buah
Catat hasil peralatan pengujian, yaitu peralatan
pengukuran
goniophotometer (pengukuran absolut) yang
dimiliki oleh laboratorium uji KIM-LIPI dan
Hitung nilai efikasi
peralatan Integrating Sphere Photometer
Diterima : 27 Januari 2014, direvisi : 13 November 2014, disetujui terbit : 18 Desember 2014 117
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan dan Energi Terbarukan
Ketenagalistrikan
Vol. 13 No. 2 Desember 2014
Vol. 1152–Desember
13 :No. 122 2014 : 115 – 122
nilai efikasi dan faktor daya dapat dilihat pada sama. Perbedaan ini dapat disebabkan antara
Gambar 1 dan Gambar 2. lain, tingkat akurasi peralatan dan kualitas
sampel uji produk.
Selain pengukuran terhadap nilai efikasi
dan faktor daya, juga dilihat perbedaan hasil
pengujian terhadap nilai daya nyata yang
dikonsumsi dengan daya nyata pengenal yang
tertera pada kemasan produk. Hasil pengujian
dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 2. Perbandingan Hasil Uji Nilai Dari gambar diatas terlihat bahwa tren
Faktor Daya Menggunakan Peralatan hasil pengukuran daya nyata dengan
Gonio dan ISP menggunakan peralatan ISP dan gonio
memiliki kesamaan. Nilai hasil pengukuran
Dari Gambar 1 tersebut, terlihat bahwa yang dihasilkan memiliki perbedaan dengan
perbedaan hasil pengujian nilai efikasi daya nyata pengenal yang tertera pada setiap
minimum adalah sebesar -20 persen, kemasan produk sampel yang diujikan.
maksimum 42 persen, dengan nilai rata-rata 5 Perbedaan nilai yang mencapai ± 15 persen
persen. Sedangkan dari Gambar 2, didapatkan terdapat sebanyak 30 persen dari keseluruhan
perbedaan hasil pengujian nilai faktor daya produk yang diuji (standar IEC/PAS 62612
minimum -9 persen, maksimum 19 persen, klausul 7, dikatakan bahwa konsumsi daya
dengan nilai rata-rata 2 persen. Meskipun pengukuran tidak boleh melebihi nilai 15%
terdapat perbedaan dari setiap hasil pengujian dari daya pengenalnya). Hal ini menandakan
dari kedua peralatan tersebut, namun hampir adanya ketidaksesuaian yang dapat merugikan
keseluruhan hasil pengujian dari kedua masyarakat dalam hal pembelian lampu LED
peralatan tersebut menunjukkan tren data yang bulb, dimana pada nilai luminansi (tingkat
118 : 27 Januari 2014, direvisi : 13 November 2014, disetujui terbit : 18 Desember 2014
Diterima
Ketenagalistrikan dan Energi
Analisis Pengujian KinerjaTerbarukan
Nilai Efikasi dan Faktor Daya Inisial Lampu Led Bulb
Vol. 13 No. 2 Desember
Swabalast2014 : 115 – 122Standar IEC/PAS 62612:2009
Menggunakan
Diterima : 27 Januari 2014, direvisi : 13 November 2014, disetujui terbit : 18 Desember 2014 119
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan dan Energi Terbarukan
Ketenagalistrikan
Vol. 13 No. 2 Desember 2014
Vol. 1152–Desember
13 :No. 122 2014 : 115 – 122
Diterima
120 : 27 Januari 2014, direvisi : 13 November 2014, disetujui terbit : 18 Desember 2014
Analisis Pengujian Kinerja Nilai Efikasi dan Faktor Daya Inisial Lampu Led Bulb
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Swabalast
Vol. 13 No. 2 Desember Menggunakan
2014 : 115 – 122 Standar IEC/PAS 62612:2009
bernilai lebih dari 58 lm/w sehingga apabila faktor daya 0,25, maka suplai tenaga listrik
nilai tersebut dijadikan batasan minimum nilai yang harus disediakan oleh PT. PLN adalah
fluks luminus inisial terhadap lampu LED bulb sebesar ± 5.109 MVA. Namun, apabila nilai
maka tingkat efisiensinya akan jauh lebih baik faktor daya dari setiap lampu LED yang ada
dari lampu fluoresen swabalast. Sebagai sebesar 0,5, maka dengan menggunakan
contoh, untuk nilai daya nyata sebesar 5 watt asumsi yang sama seperti pada perhitungan
pada lampu fluoresen swabalast dengan nilai sebelumnya, suplai energi listrik yang harus
efikasi sebesar 45 lm/w maka besar total nilai dibangkitkan adalah sebesar ± 2.554 MVA.
fluks luminus yang dipancarkan oleh lampu Dari 10 persen grafik distribusi normal
tersebut hanya sebesar 225 lumen. Sedangkan tertinggi akan didapat nilai faktor daya
untuk lampu LED bulb swabalast dengan daya terendah sebesar 0,76 dimana jumlah populasi
nyata yang sama akan dapat menghasilkan nilai yang ada hanya sebanyak 3,41 persen. Dengan
fluks luminus sebesar 290 lumen, sehingga meningkatkan batasan nilai faktor daya dari
didapatkan kenaikan tingkat efisiensi sebesar ± produk LED bulb menjadi 0,5, maka
29 persen. diperkirakan 57 persen dari produk yang
Nilai faktor daya minimum hasil beredar dipasaran akan hilang. Penerapan
pengukuran berdasarkan grafik distribusi batasan standar mutu ini harus disosialisasikan
normal adalah sebesar 0,18, sedangkan nilai dan didiskusikan dengan para produsen dalam
tertinggi sebesar 0,94. Frekuensi nilai tertinggi negeri mengenai kesiapan mereka akan hal
faktor daya yang muncul sebesar 0,44 tersebut agar nantinya tidak akan merugikan
sebanyak 6 kali. Apabila nilai grafik tersebut produsen dalam negeri.
diambil 10 persen dari keseluruhan populasi Dalam kasus negara lain, New Zealand
data yang ada, maka populasi produk yang telah menetapkan nilai faktor daya sebesar 0.7
akan hilang sebesar 9,48 persen dengan nilai pada lampu LED dengan daya ≥ 5 watt untuk
faktor daya minimum sebesar 0,25. Faktor mendapatkan label ENERGY STAR® yang
daya dengan nilai 0,25 berarti suplai daya (VA) berlaku mulai 1 Agustus 2011[3]. Sedangkan
yang harus diberikan kepada lampu tersebut pada negara bagian California, Amerika
sebanyak 4 kali lebih besar dari konsumsi daya Serikat, penerapan kriteria kinerja lampu LED
nyatanya (W). Hal ini tentunya akan merugikan tahap pertama yang berlaku mulai 1 September
dari sistem pembangkitan listrik yang ada. 2013[7], nilai faktor daya yang dipersyaratkan
Sebagai ilustrasi, berdasarkan data statistik adalah sebesar 0,4 untuk lampu LED dengan
PT.PLN tahun 2011, jumlah pelanggan sektor daya 2 < P < 5 W, nilai faktor daya sebesar 0,5
rumah tangga adalah sebanyak 42.577.542. untuk lampu LED dengan daya 5 < P < 25 W,
Apabila setiap pelanggan menggunakan dan nilai faktor daya sebesar 0,9 untuk lampu
sedikitnya tiga buah lampu LED bulb dengan LED dengan daya P > 25 W.
konsumsi daya nyata sebesar 10 watt dan
121
Diterima : 27 Januari 2014, direvisi : 13 November 2014, disetujui terbit : 18 Desember 2014
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan dan Energi Terbarukan
Ketenagalistrikan
Vol. 13 No. 2 Desember 2014
Vol. 1152–Desember
13 :No. 122 2014 : 115 – 122
Umumnya, pengambilan nilai 10 persen nilai faktor daya tersebut dapat berpotensi
dari grafik distribusi normal pada kedua mengganggu kinerja jaringan distribusi listrik.
kondisi di atas merupakan asumsi dasar jika Tingkat kehandalan dari lampu LED
pemerintah akan memberlakukan suatu bulb dapat ditunjukkan melalui pengujian
kebijakan pemberlakuan standar mutu lumen maintenance overlife selama 6000 jam.
minimum (Minimum Energy Performance Pengujian ini diusulkan untuk dijadikan
Standard). Dimana kebijakan tersebut harus penelitian lanjutan agar lampu LED bulb yang
menjadi solusi bagi semua pihak, yaitu beredar dipasaran dapat diketahui tingkat
membantu masyarakat menghemat energi kehandalannya.
listrik melalui pembelian lampu LED bulb
yang berkualitas, mengurangi beban DAFTAR PUSTAKA
pembangkitan listrik, maupun peningkatan [1]. IEC/PAS 62612 : 2009, Self-ballasted
kualitas produk dalam negeri sehingga dapat LED-lamps for general lighting services –
bersaing dengan produk impor. Performance Requirements
[2]. Lia Kurniawati, 2008, Pengaruh
KESIMPULAN DAN SARAN Pencahayaan LED Terhadap Suasana
Ketidaksesuaian antara hasil pengukuran Ruang Café dan Restoran. Universitas
dan pengenal daya nyata dari lampu LED bulb Indonesia
sebanyak 30 persen dari model/type sampel [3]. EECA, 2011, ENERGY STAR® LED light
yang diuji. Hal ini tentunya dapat merugikan bulbs – Key Product Criteria, New
konsumen dalam pemakaian jenis lampu LED Zealand ENERGY STAR®
bulb nantinya. [4]. Peraturan Menteri ESDM nomor 6 tahun
Nilai efikasi inisial lampu LED bulb 2011 tentang Pembubuhan Label Tanda
yang ditunjukkan dari hasil perhitungan Hemat Energi Untuk Lampu Swabalast
umumnya jauh lebih besar dari jenis lampu [5]. Data Statistik PT.PLN tahun 2011
fluoresen swabalast. Dengan membandingkan [6]. N.Fauziah, 2012, LED Performance and
nilai efikasi yang dihasilkan dari lampu LED Economic Study, The 19th conference of
bulb dan fluoresen swabalast dengan daya the electric power supply industry. A383
pengenal 5 watt, akan didapatkan kenaikan [7]. McGaraghan M., 2013, LED Replacement
tingkat efisiensi pencahayaan sebesar ± 29 Lamps, Response to california energy
persen. commission 2013 pre-rulemaking appliace
Hasil pengujian menunjukkan nilai efficiency invitation to participate. 12-
faktor daya yang dihasilkan oleh lampu LED AAER-2B; Lighting
bulb umumnya berada dibawah 0.76 (90 persen
dari populasi distribusi normal). Rendahnya
Diterima
122 : 27 Januari 2014, direvisi : 13 November 2014, disetujui terbit : 18 Desember 2014