Anda di halaman 1dari 8

Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan

Vol. 13 No. 2 Desember 2014 : 115 – 122 ISSN 1978-2365

ANALISIS PENGUJIAN KINERJA NILAI EFIKASI DAN FAKTOR DAYA


INISIAL LAMPU LED BULB SWABALAST MENGGUNAKAN STANDAR
IEC/PAS 62612:2009

ANALYSIS OF PERFORMANCE TESTING OF INITIAL EFFICACY VALUE


AND POWER FACTOR OF BULB SELF-BALLASTED LAMP BY USING
STANDARD IEC/PAS 62612:2009

Tri Anggono, M.Irsan Pasaribu, Weltis Sasnofia, Khalif Ahadi


Puslitbangtek Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi
Jl. Ciledug Raya Kav. 109, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan
anggono_tri@yahoo.com

Abstrak
Perkembangan teknologi sistem penerangan buatan memungkinkan adanya peningkatan penghematan
pemakaian energi listrik serta umur pakai yang lebih lama. Namun demikian, tingkat efisiensi serta
kualitas dari suatu produk tentunya harus melewati pengujian menggunakan metoda standar yang telah
disepakati. Penelitian ini bertujuan untuk dapat memberikan gambaran kualitas awal lampu LED bulb
yang beredar di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metoda standar uji IEC/PAS
62612 : 2009. Sampel uji didapat melalui survei pasar di wilayah Jakarta dan sekitarnya dengan daya
pengenal antara 2 sampai 13 watt. Pengujian dilakukan menggunakan Integrating Sphere Photometer
(ISP) dan Goniophotometer. Analisis terhadap efikasi dan faktor daya lampu LED bulb tersebut
dilakukan dengan pendekatan grafik distribusi normal. Sebanyak 30% dari sampel yang diuji
menunjukkan adanya ketidaksesuaian daya nyata sebesar ±15% dari daya pengenal pada kemasan.
Sebanyak 90% dari populasi sampel menunjukkan nilai efikasi inisial lebih dari 58 lm/w, setara dengan
kriteria tanda hemat energi bintang empat lampu fluorescent swabalast dan dapat meningkatkan
efisiensi pencahayaan sekitar 29%. Namun demikian, hanya sebesar 3,41% dari sampel yang diuji
menunjukkan nilai faktor daya di atas 0,76 sehingga berpotensi dapat mengganggu kinerja jaringan
distribusi listrik.

Kata kunci: lampu LED bulb, lampu penerangan, penghematan energi listrik, IEC/PAS 62612: 2009

Abstract
The development of artificial lighting system technology enables improvement of electrical energy
efficiency and also service life. Nevertheless, efficiency level and product quality surely have to pass
the test of agreed standard method. This study aims to provide an overview of initial quality of LED
light bulbs which have been marketed in Indonesia. The study is conducted by using a standard test
method, IEC / PAS 62612: 2009. Test samples are obtained through a market survey in Jakarta and its
surrounding areas with rated power between 2 into 13 watts. Integrating Sphere Photometer (ISP) and
Goniophotometer are used for the testing. Analysis of efficacy and power factor of LED light bulb is
done with a normal distribution graph approach. 30 % of total samples tested have ± 15 % deviation
between real powers measured and rated power stated on their packaging. 90 % of the sample
population is concluded to have initial efficacy value higher than 58 lm / w; equivalent to the four stars
of energy-saving criteria for fluorescent self-ballasted lamp, and these lamps can improve the lighting

Diterima : 27 Januari 2014, direvisi : 13 November 2014, disetujui terbit : 18 Desember 2014 115
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan dan Energi Terbarukan
Ketenagalistrikan
Vol. 13 No. 2 Desember 2014
Vol. 1152–Desember
13 :No. 122 2014 : 115 – 122

efficiency approximately 29 %. However, only 3.41 % of the tested samples have power factor values
above 0.76 that it may potentially affect electrical distribution line.

Key words: LED bulb lamps, lighting, electrical energy efficiency, IEC/PAS 62612: 20092009

PENDAHULUAN diuji dengan menggunakan standar IEC/PAS


Pemakaian energi listrik pada sektor 62612 : 2009 untuk dapat mengetahui tingkat
rumah tangga berdasarkan data statistik kinerjanya. Penelitian ini ditujukan untuk dapat
PT.PLN yang dikeluarkan pada tahun 2011 memberikan gambaran kualitas awal lampu
adalah sebesar 65.111,57 GWh atau sebesar LED bulb swabalast yang beredar dipasaran
41,21 persen, lebih besar daripada pemakaian Indonesia untuk dapat menentukan nilai efikasi
energi listrik pada sektor industri yang hanya serta faktor daya dari produk lampu LED bulb
sebesar 34,64 persen. Dari nilai tersebut, swabalast yang menggunakan catu daya arus
berdasarkan data hasil survei yang dilakukan bolak-balik.
oleh UNEP (united nation environment
program) melalui program enlighten initiative, METODOLOGI
konsumsi energi listrik untuk kebutuhan Pelaksanaan penelitian ini dilakukan
penerangan di Indonesia adalah sebesar 15 dengan melakukan uji kinerja lampu LED bulb
persen dari total pemakaian energi listrik. swabalast menggunakan standar uji IEC/PAS
Perkembangan teknologi sistem penerangan 62612 : 2009. Sampel uji di dapat dengan
buatan telah mengalami beberapa kali melakukan survei pasar yang berada di wilayah
perubahan, mulai dari teknologi lampu pijar Jakarta dan sekitarnya, terkumpul sebanyak 61
(incandescent), teknologi lampu fluoresen, dan model/tipe. Range daya pengenal yang didapat
terakhir teknologi LEDs (light emitting diode). pada sampel uji berkisar antara 2 sampai 13
Perkembangan teknologi ini memungkinkan watt. Pengujian dilakukan dengan
adanya perubahan pemakaian energi listrik menggunakan peralatan Integrating Sphere
yang lebih hemat serta umur pakai yang lebih Photometer (ISP) untuk mengetahui nilai fluks
lama. luminus serta parameter kelistrikan lainnya
Namun demikian, tingkat efisiensi yang (metode uji komparatif). Dalam melakukan
dapat menunjukkan pemakaian energi listrik pengujian, lampu sampel dinyalakan terlebih
yang lebih hemat serta kualitas dari suatu dahulu didalam peralatan ISP selama 30 menit
produk lampu LED tentunya harus melewati dalam keadaan pintu peralatan ISP tertutup
pengujian laboratorium dengan menggunakan rapat sebelum diambil data pengujiannya
standar pengujian yang telah disepakati, baik berupa nilai fluks luminus (lumen), daya
secara nasional maupun internasional. Lampu (watt), tegangan (volt), arus (ampere), dan
LED bulb swabalast yang banyak faktor daya. Sebagai catatan, dalam standar
dipergunakan pada sektor rumah tangga dapat IEC/PAS 62612 : 2009 pengambilan data

Diterima
116 : 27 Januari 2014, direvisi : 13 November 2014, disetujui terbit : 18 Desember 2014
Analisis Pengujian
Ketenagalistrikan dan Kinerja Nilai Efikasi dan Faktor Daya Inisial Lampu Led Bulb
Energi Terbarukan
Swabalast2014
Vol. 13 No. 2 Desember : 115 – 122Standar IEC/PAS 62612:2009
Menggunakan

dilakukan setelah lampu dinyalakan selama 15 pengulangan sebanyak 3 kali. Hasil pengujian
menit (bagian annex A.3.2.), namun dari hasil yang didapat dari setiap sampel diambil nilai
percobaan yang dilakukan, lampu LED bulb rata-rata untuk setiap model/type lampu LED
swabalast umumnya berada dalam kondisi bulb yang diujikan. Tingkat efisiensi
stabil menyala setelah 30 menit. Kondisi dalam pencahayaan (efikasi) dihitung dengan
peralatan ISP dipertahankan suhunya sebesar membagi antara nilai fluks luminus dengan
24 – 26 0C. Suplai tegangan arus bolak-balik daya nyata terukur. Selain menggunakan
diatur pada posisi 220 V. peralatan ISP, juga dilakukan pengujian
Mulai dengan menggunakan peralatan
goniophotometer (metode uji absolut) dengan
Persiapan Alat Ukur dan menggunakan satu buah sampel dari setiap
Ruang Uji
model/tipe. Hal ini dilakukan untuk
Set catu daya pada Set kondisi ruang mengetahui tingkat perbandingan serta
tegangan 220 V pada suhu 24 – 25 0C
kesesuaian dari hasil pengujian yang didapat
Pasang lampu uji dalam
integrator melalui dua alat yang berbeda.

Aktifkan peralatan ISP


selama 30 menit HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian terhadap parameter nilai unjuk

Tidak Cek suhu dalam bola kerja (performance) awal dari lampu LED bulb
integrator pada kondisi 24 –
26 0C swabalast yang ada dipasaran Indonesia

Ya
dilakukan dengan menggunakan dua buah
Catat hasil peralatan pengujian, yaitu peralatan
pengukuran
goniophotometer (pengukuran absolut) yang
dimiliki oleh laboratorium uji KIM-LIPI dan
Hitung nilai efikasi
peralatan Integrating Sphere Photometer

Analisis hasil pengujian


(pengukuran komparatif) yang dimiliki oleh
dengan distribusi normal
laboratorium uji P3TKEBTKE. Tujuan dari
pengukuran dengan menggunakan kedua
Selesai
peralatan ini adalah untuk mengetahui deviasi
Gambar 1. Diagram Alir Pengujian perbedaan hasil pengukuran dengan
menggunakan dua alat berbeda namun
Untuk parameter kelistrikan lainnya prosedur pengujian yang sama, terutama dalam
disesuaikan seperti yang dipersyaratkan dalam menentukan waktu kestabilan lampu sebelum
standar IEC/PAS 62612:2009. Setiap dilakukan pengukuran yaitu selama 30 menit.
model/tipe diwakili oleh 3 sampel uji, dimana Besar nilai pengukuran yang didapat untuk
pengujian terhadap setiap sampel uji dilakukan

Diterima : 27 Januari 2014, direvisi : 13 November 2014, disetujui terbit : 18 Desember 2014 117
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan dan Energi Terbarukan
Ketenagalistrikan
Vol. 13 No. 2 Desember 2014
Vol. 1152–Desember
13 :No. 122 2014 : 115 – 122

nilai efikasi dan faktor daya dapat dilihat pada sama. Perbedaan ini dapat disebabkan antara
Gambar 1 dan Gambar 2. lain, tingkat akurasi peralatan dan kualitas
sampel uji produk.
Selain pengukuran terhadap nilai efikasi
dan faktor daya, juga dilihat perbedaan hasil
pengujian terhadap nilai daya nyata yang
dikonsumsi dengan daya nyata pengenal yang
tertera pada kemasan produk. Hasil pengujian
dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 1. Perbandingan Hasil Uji Nilai


Efikasi Menggunakan Peralatan Gonio dan
ISP

Gambar 3. Perbandingan Hasil Uji Nilai


Daya Nyata Pengenal dan Pengukuran

Gambar 2. Perbandingan Hasil Uji Nilai Dari gambar diatas terlihat bahwa tren
Faktor Daya Menggunakan Peralatan hasil pengukuran daya nyata dengan
Gonio dan ISP menggunakan peralatan ISP dan gonio
memiliki kesamaan. Nilai hasil pengukuran
Dari Gambar 1 tersebut, terlihat bahwa yang dihasilkan memiliki perbedaan dengan
perbedaan hasil pengujian nilai efikasi daya nyata pengenal yang tertera pada setiap
minimum adalah sebesar -20 persen, kemasan produk sampel yang diujikan.
maksimum 42 persen, dengan nilai rata-rata 5 Perbedaan nilai yang mencapai ± 15 persen
persen. Sedangkan dari Gambar 2, didapatkan terdapat sebanyak 30 persen dari keseluruhan
perbedaan hasil pengujian nilai faktor daya produk yang diuji (standar IEC/PAS 62612
minimum -9 persen, maksimum 19 persen, klausul 7, dikatakan bahwa konsumsi daya
dengan nilai rata-rata 2 persen. Meskipun pengukuran tidak boleh melebihi nilai 15%
terdapat perbedaan dari setiap hasil pengujian dari daya pengenalnya). Hal ini menandakan
dari kedua peralatan tersebut, namun hampir adanya ketidaksesuaian yang dapat merugikan
keseluruhan hasil pengujian dari kedua masyarakat dalam hal pembelian lampu LED
peralatan tersebut menunjukkan tren data yang bulb, dimana pada nilai luminansi (tingkat

118 : 27 Januari 2014, direvisi : 13 November 2014, disetujui terbit : 18 Desember 2014
Diterima
Ketenagalistrikan dan Energi
Analisis Pengujian KinerjaTerbarukan
Nilai Efikasi dan Faktor Daya Inisial Lampu Led Bulb
Vol. 13 No. 2 Desember
Swabalast2014 : 115 – 122Standar IEC/PAS 62612:2009
Menggunakan

kecerahan cahaya) dari suatu lampu ditentukan


oleh besaran daya yang dikonsumsi seperti
terlihat pada Gambar 4.

Gambar 6. Grafik Nilai Efikasi Terhadap


Fluks Luminus

Nilai efikasi tertinggi yang dihasilkan


Gambar 4. Korelasi Antara Besar
Konsumsi Daya Nyata Dengan Luminansi dari pengujian ini didapatkan sebesar 103
lm/watt dari model lampu LED bulb konsumsi
daya nyata sebesar 4,39 watt, sedangkan nilai
Nilai efikasi yang dihasilkan dari setiap
terendah efikasi didapatkan sebesar 28 lm/w
daya nyata yang sama dikonsumsi dari setiap
dari model lampu LED bulb konsumsi daya
sampel yang diujikan menghasilkan nilai yang
nyata 5,75 watt. Hal ini menandakan bahwa
berbeda-beda pula seperti terlihat pada Gambar
5. setiap produk yang beredar dipasaran saat ini
memiliki kualitas yang berbeda-beda.
Konsumsi daya yang besar belum tentu
memiliki tingkat efisiensi yang tinggi. Hal ini
kemungkinan disebabkan adanya pengaruh
pemakaian chip serta komponen driver yang
berbeda-beda kualitasnya. Hal ini juga
diperlihatkan pada Gambar 6 yang
menunjukkan perbandingan antara nilai efikasi
Gambar 5. Grafik Nilai Efikasi Terhadap dan fluks luminus yang dipancarkan oleh
Konsumsi Daya Nyata lampu LED bulb. Tingkat kecerahan cahaya
yang dihasilkan belum tentu menghasilkan
Sedangkan hasil pengukuran terhadap efisiensi yang sama besarnya pula. Pada setiap
nilai efikasi dibandingkan fluks luminus yang nilai fluks luminus memiliki nilai efikasi yang
dihasilkan dari setiap sampel dapat dilihat pada berbeda-beda lebih dari 70 persen.
Gambar 6. Keberagaman ini menunjukkan perlunya
ditetapkan suatu standar mutu untuk lampu
LED bulb agar para produsen/distributor dapat
menjaga kualitas produk yang akan diedarkan

Diterima : 27 Januari 2014, direvisi : 13 November 2014, disetujui terbit : 18 Desember 2014 119
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan dan Energi Terbarukan
Ketenagalistrikan
Vol. 13 No. 2 Desember 2014
Vol. 1152–Desember
13 :No. 122 2014 : 115 – 122

sehingga masyarakat dapat merasakan


penghematan energi yang nyata dengan
kualitas cahaya yang baik.
Analisis terhadap tingkat efikasi dan
nilai faktor daya lampu LED bulb yang beredar
dipasaran saat ini digunakan pendekatan
melalui grafik distribusi normal yang
ditunjukkan oleh Gambar 7. Dengan grafik
Gambar 8. Grafik Distribusi Normal Nilai
tersebut akan diketahui prediksi populasi
Faktor Daya
produk yang akan hilang dari pasaran dengan
satuan nilai yang telah ditetapkan.
Nilai faktor daya minimum hasil
pengukuran berdasarkan grafik distribusi
normal adalah sebesar 0,18, sedangkan nilai
tertinggi sebesar 0,94. Frekuensi nilai tertinggi
faktor daya yang muncul sebesar 0,44
sebanyak 6 kali. Apabila nilai grafik tersebut
diambil 10 persen dari keseluruhan populasi
data yang ada, maka populasi produk yang
akan hilang sebesar 9,48 persen dengan nilai
faktor daya minimum sebesar 0,25.
Gambar 7. Grafik Distribusi Normal Nilai
Nilai efikasi hasil pengujian tersebut
Efikasi
menunjukkan tingkat efisiensi yang lebih baik
dari lampu fluoresen swabalast. Hal ini didasari
Nilai efikasi lampu LED terendah adalah
bahwa dengan mengacu terhadap Peraturan
sebesar 28 lm/w sedangkan tertinggi sebesar
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
103 lm/w. Frekuensi data terbesar ada pada
nomor 6 tahun 2011 pada bagian lampiran (uji
nilai 87 lm/w dengan nilai frekuensi
lumen) tabel kriteria tanda hemat energi untuk
kemunculan 5 kali. Apabila nilai grafik
lampu swabalast, disebutkan untuk range daya
tersebut diambil 10 persen dari keseluruhan
pengenal 5-9 watt nilai efikasi yang berhak
populasi data yang ada, maka populasi produk
mendapatkan bintang tertinggi (bintang 4)
yang akan hilang sebesar 7,67 persen dengan
bernilai lebih dari 55 lm/w, dan untuk range
nilai efikasi minimum sebesar 58 lm/w.
daya pengenal 10-15 watt nilai efikasi yang
Grafik distribusi normal dari nilai faktor
berhak mendapatkan bintang tertinggi bernilai
daya pada sampel dapat dilihat pada Gambar 8.
lebih dari 57 lm/w. Pada grafik distribusi
normal, 90 persen populasi sampel yang diuji

Diterima
120 : 27 Januari 2014, direvisi : 13 November 2014, disetujui terbit : 18 Desember 2014
Analisis Pengujian Kinerja Nilai Efikasi dan Faktor Daya Inisial Lampu Led Bulb
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Swabalast
Vol. 13 No. 2 Desember Menggunakan
2014 : 115 – 122 Standar IEC/PAS 62612:2009

bernilai lebih dari 58 lm/w sehingga apabila faktor daya 0,25, maka suplai tenaga listrik
nilai tersebut dijadikan batasan minimum nilai yang harus disediakan oleh PT. PLN adalah
fluks luminus inisial terhadap lampu LED bulb sebesar ± 5.109 MVA. Namun, apabila nilai
maka tingkat efisiensinya akan jauh lebih baik faktor daya dari setiap lampu LED yang ada
dari lampu fluoresen swabalast. Sebagai sebesar 0,5, maka dengan menggunakan
contoh, untuk nilai daya nyata sebesar 5 watt asumsi yang sama seperti pada perhitungan
pada lampu fluoresen swabalast dengan nilai sebelumnya, suplai energi listrik yang harus
efikasi sebesar 45 lm/w maka besar total nilai dibangkitkan adalah sebesar ± 2.554 MVA.
fluks luminus yang dipancarkan oleh lampu Dari 10 persen grafik distribusi normal
tersebut hanya sebesar 225 lumen. Sedangkan tertinggi akan didapat nilai faktor daya
untuk lampu LED bulb swabalast dengan daya terendah sebesar 0,76 dimana jumlah populasi
nyata yang sama akan dapat menghasilkan nilai yang ada hanya sebanyak 3,41 persen. Dengan
fluks luminus sebesar 290 lumen, sehingga meningkatkan batasan nilai faktor daya dari
didapatkan kenaikan tingkat efisiensi sebesar ± produk LED bulb menjadi 0,5, maka
29 persen. diperkirakan 57 persen dari produk yang
Nilai faktor daya minimum hasil beredar dipasaran akan hilang. Penerapan
pengukuran berdasarkan grafik distribusi batasan standar mutu ini harus disosialisasikan
normal adalah sebesar 0,18, sedangkan nilai dan didiskusikan dengan para produsen dalam
tertinggi sebesar 0,94. Frekuensi nilai tertinggi negeri mengenai kesiapan mereka akan hal
faktor daya yang muncul sebesar 0,44 tersebut agar nantinya tidak akan merugikan
sebanyak 6 kali. Apabila nilai grafik tersebut produsen dalam negeri.
diambil 10 persen dari keseluruhan populasi Dalam kasus negara lain, New Zealand
data yang ada, maka populasi produk yang telah menetapkan nilai faktor daya sebesar 0.7
akan hilang sebesar 9,48 persen dengan nilai pada lampu LED dengan daya ≥ 5 watt untuk
faktor daya minimum sebesar 0,25. Faktor mendapatkan label ENERGY STAR® yang
daya dengan nilai 0,25 berarti suplai daya (VA) berlaku mulai 1 Agustus 2011[3]. Sedangkan
yang harus diberikan kepada lampu tersebut pada negara bagian California, Amerika
sebanyak 4 kali lebih besar dari konsumsi daya Serikat, penerapan kriteria kinerja lampu LED
nyatanya (W). Hal ini tentunya akan merugikan tahap pertama yang berlaku mulai 1 September
dari sistem pembangkitan listrik yang ada. 2013[7], nilai faktor daya yang dipersyaratkan
Sebagai ilustrasi, berdasarkan data statistik adalah sebesar 0,4 untuk lampu LED dengan
PT.PLN tahun 2011, jumlah pelanggan sektor daya 2 < P < 5 W, nilai faktor daya sebesar 0,5
rumah tangga adalah sebanyak 42.577.542. untuk lampu LED dengan daya 5 < P < 25 W,
Apabila setiap pelanggan menggunakan dan nilai faktor daya sebesar 0,9 untuk lampu
sedikitnya tiga buah lampu LED bulb dengan LED dengan daya P > 25 W.
konsumsi daya nyata sebesar 10 watt dan

121
Diterima : 27 Januari 2014, direvisi : 13 November 2014, disetujui terbit : 18 Desember 2014
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan dan Energi Terbarukan
Ketenagalistrikan
Vol. 13 No. 2 Desember 2014
Vol. 1152–Desember
13 :No. 122 2014 : 115 – 122

Umumnya, pengambilan nilai 10 persen nilai faktor daya tersebut dapat berpotensi
dari grafik distribusi normal pada kedua mengganggu kinerja jaringan distribusi listrik.
kondisi di atas merupakan asumsi dasar jika Tingkat kehandalan dari lampu LED
pemerintah akan memberlakukan suatu bulb dapat ditunjukkan melalui pengujian
kebijakan pemberlakuan standar mutu lumen maintenance overlife selama 6000 jam.
minimum (Minimum Energy Performance Pengujian ini diusulkan untuk dijadikan
Standard). Dimana kebijakan tersebut harus penelitian lanjutan agar lampu LED bulb yang
menjadi solusi bagi semua pihak, yaitu beredar dipasaran dapat diketahui tingkat
membantu masyarakat menghemat energi kehandalannya.
listrik melalui pembelian lampu LED bulb
yang berkualitas, mengurangi beban DAFTAR PUSTAKA
pembangkitan listrik, maupun peningkatan [1]. IEC/PAS 62612 : 2009, Self-ballasted
kualitas produk dalam negeri sehingga dapat LED-lamps for general lighting services –
bersaing dengan produk impor. Performance Requirements
[2]. Lia Kurniawati, 2008, Pengaruh
KESIMPULAN DAN SARAN Pencahayaan LED Terhadap Suasana
Ketidaksesuaian antara hasil pengukuran Ruang Café dan Restoran. Universitas
dan pengenal daya nyata dari lampu LED bulb Indonesia
sebanyak 30 persen dari model/type sampel [3]. EECA, 2011, ENERGY STAR® LED light
yang diuji. Hal ini tentunya dapat merugikan bulbs – Key Product Criteria, New
konsumen dalam pemakaian jenis lampu LED Zealand ENERGY STAR®
bulb nantinya. [4]. Peraturan Menteri ESDM nomor 6 tahun
Nilai efikasi inisial lampu LED bulb 2011 tentang Pembubuhan Label Tanda
yang ditunjukkan dari hasil perhitungan Hemat Energi Untuk Lampu Swabalast
umumnya jauh lebih besar dari jenis lampu [5]. Data Statistik PT.PLN tahun 2011
fluoresen swabalast. Dengan membandingkan [6]. N.Fauziah, 2012, LED Performance and
nilai efikasi yang dihasilkan dari lampu LED Economic Study, The 19th conference of
bulb dan fluoresen swabalast dengan daya the electric power supply industry. A383
pengenal 5 watt, akan didapatkan kenaikan [7]. McGaraghan M., 2013, LED Replacement
tingkat efisiensi pencahayaan sebesar ± 29 Lamps, Response to california energy
persen. commission 2013 pre-rulemaking appliace
Hasil pengujian menunjukkan nilai efficiency invitation to participate. 12-
faktor daya yang dihasilkan oleh lampu LED AAER-2B; Lighting
bulb umumnya berada dibawah 0.76 (90 persen
dari populasi distribusi normal). Rendahnya

Diterima
122 : 27 Januari 2014, direvisi : 13 November 2014, disetujui terbit : 18 Desember 2014

Anda mungkin juga menyukai