Anak Sakit Print
Anak Sakit Print
Oleh:
Kelompok IV
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul: “Asuhan Anak Dengan
Penyakit Pada Bayi Khususnya Pada Diare Dengan Dehidrasi Disertai Dengan
PenyakitJantung Bawaan”. Makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan belajar
bagi mahasiswa untuk pencapaian kompetensi dalam mata kuliah Asuhan
Kebidanan Anak Sakit.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan
keterbatasan yang dimiliki penulis dalam penulisan makalah ini.Oleh karena itu
penulis mengharapkan saran yang membangun untuk sempurnanya makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan masalah.......................................................................................... 2
C. Tujuan makalah ............................................................................................ 2
D. Manfaat makalah .......................................................................................... 2
BAB II KAJIAN TEORI..................................................................................... 3
A. Diare .............................................................................................................. 3
B. Dehidrasi ....................................................................................................... 9
C. Penyakit jantung bawaan............................................................................... 13
BAB III KAJIAN KASUS .................................................................................. 30
BAB IV PENUTUP ............................................................................................ 38
A. Simpulan ....................................................................................................... 38
B. Saran .............................................................................................................. 38
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 39
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan anak merupakan salah satu masalah yang masih suslit
ditangani dalam bidang kesehatan.Kesehatan anak merupakan
cerminan derajat kesehatan suatu bangsa karena anak sebagai penerus
bangsa harusnya memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan
dalam meneruskan pembangunan bangsa maka dari itu kesehatan
anak harus diprioritaskan guna dalam perencanaan pembangunan
suatu bangsa.
Diare merupakan masalah yang paling sering terjadi di
lingkungan masyarakat Indonesia.Penyebab diare yang paling sering
dijumpai karena sanitasi lingkungan yang kurang baik, makanan yang
sudah terkontaminasi bakteri, jika masih mendapatkan ASI bisa saja
personal hygiene ibu yang kurang terutama pada
payudaranya.Biasanya munculnya penyakit ini ditandai oleh frekuensi
BAB yang lebih dari 3 kali sehari, dengan bentuk feses dan tinja yang
cair. Diare akan mengganggu keseimbangan normal dari cairan
elektrolit bayi maupaun anak maka dari itu biasanya diare sering
disertai dengan dehidrasi.
Diare dengan dehidrasi membuat tubuh anak atau bayi
mengalami kehilangan lebih banyak cairan daripada yang didapatkan,
sehingga keseimbangan gula-garam tubuh terganggu dan tubuh tidak
dapat menjalankan fungsi normalnya. Apabila tidak ditangani dengan
segera maka diare dengan dehidrasi ini dapat menyebabkan bayi
lemas, nafsu makan atau frekuensi menyusui menjadi menurun, rewel
dan gelisah tidak jarang juga membuat keadaan bayi atau anak
semakin tidak baik karena dapat menyebabkan bayi susah bernafas,
mata cekung, dan peristaltic usus meningkat. Sejumlah mekanisme
yang turun dan malnutrisi karena cakupan masuakn kalori yang
1
kurang dapat menyebabkan bayi mengalami gagal pertumbuhan
contohnya penyakit jantung bawaan.
Penyakit jantung bawaan selain karena factor genetic ada
beberapa factor lain yaittu factor prenatal berperan dalam
mempengaruhi pertumbuhan bayi dengan kelainan jantung, penyakit
jantung bawaan juga dapat diakibatkan oleh diare dengan dehidrasi
yang tidak cepat ditangani. Diare dengan dehidrasi yang
menyebabkan bayi malas untuk menyusui, karena asupan kalori yang
kurang dapat mengakibatkan bayi yang tampak gelisah, ketika
menagis kulit berwarna kebiruan.
Berdasarkan pemaparan diatas maka kelompok menyusun
makalah ini untuk dapat mengkaji lebih dalam mengenai data fokus
pengkajian data dan penatalaksaan kasus diare dengan dehidrasi
disertai dengan penyakit jantung bawaan.
B. Rumusan masalah
1. Apakah pengkajian data fokus pada kasus?
2. Apakah diagnosis pada kasus ?
3. Bagaimana penatalaksasnaan pada kasus ?
4. Apa saja tindakan pencegahan supaya tidak terjadi pada kasus ?
5. Bagaimana dokumentasi asuhan kasus tersebut ?
C. Tujuan makalah
1. Untuk mengetahui pengkajian data fokus pada kasus.
2. Untuk mengetahui diagnosis pada kasus.
3. Untuk mengetahui penatalaksasnaan pada kasus.
4. Untuk mengetahui tindakan pencegahan supaya tidak terjadi pada
kasus.
5. Untuk mengetahui dokumentasi asuhan kasus tersebut.
D. Manfaat makalah
Manfaat dalam penulisan makalah ini adalah memberikan informasi
dan wawasan untuk dapat mendeteksi dini mengenai tanda gejala
anak sakit melalui pengkajian data fokus.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Diare
Diare merupakan suatu keadaan
pengeluarantinjayangtidaknormalatautidaksepertibiasanyaditandaidengan
peningkatanvolume,keenceransertafrekuensilebihdari3kaliseharidanpada
neonateslebihdari3 kaliseharidengantanpalenderdarah.(Aziz,2006).Diare
dapatjugadidefinisikansebagaisuatukondisidimanaterjadiperubahandalam
kepadatan dan karakter tinja, atau tinja cair dikeluarkan tiga kali atau
lebih perhari.
(Ramaiah,2007).Diaremerupakansalahsatugejaladaripenyakitpada
sistemgastrointestinalataupenyakitlaindiluarsaluranpencernaan.(Ngastiyah
,2003).Jadidiareadalahbuangairbesaryangfrekuensinyalebihdari3kali
sehari dengan konsistensi tinjayang encer.
Klasifikasi diareberdasarkan lamawaktu diareterdiri dari :
1. Diareakut
Diareakutyaitubuangairbesardenganfrekuensiyangmeningkatdan
konsistensitinjayanglembekataucairdanbersifatmendadakdatangnya dan
berlangsungdalamwaktu kurang dari 2 minggu. Menurut Depkes (2002),
diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari tanpa diselang-
seling berhenti lebih dari 2 hari. Berdasarkanbanyaknyacairan
2. Diarepersisten
Diarepersistenadalahdiareyangberlangsung15-30hari,merupakan
kelanjutan dari diareakutatau peralihan antaradiareakut dan kronik.
3. Diarekronik
Diare kronisadalahdiarehilang-timbul,atauberlangsung lamadengan
penyebab non-infeksi, sepertipenyakit sensitif terhadap gluten atau
gangguanmetabolisme yangmenurun.Lamadiarekroniklebihdari30
hari.Menurut(Suharyono,2008),diarekronikadalahdiareyangbersifat
menahun atau persisten dan berlangsung2 minggulebih.
Diare dapat disebabkan oleh :
3
1. Faktor infeksi
Infeksi enteral, infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas,dsb), infeksi virus (Enterovirus,
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E,
hystolytica, G. lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
Infeksi parenteral merupakan infeksi di luar system pencernaan yag
dapat menimbulkan diare seperti, ostitis media akut, tonsillitis,
bronkopneumonia, ensafalitis, dan sebagainya
2. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Malabsorbsi lemak dan protein.
3. Faktor lingkungan
Penyakit diaremerupakan merupakan salah satu penyakit yang
berbasisi lingkungan.Duafaktoryangdominanyaitusaranaairbersih dan
pembuangan tinja.Keduafaktor ini akanberinteraksi bersama dengan
perilakumanusia.Apabilafaktorlingkungantidaksehatkarenatercemar kuman
diare serta berakumulasi dengan perilakumanusia yang tidak sehat pula,
yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian
penyakitdiare.
4. Faktor gizi
Diare menyebabkangizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh
karena itu, pengobatan dengan makanan baik merupakan komponen
utamapenyembuhandiaretersebut.Bayidanbalitayanggizinyakurang sebagian
besarmeninggal karena diare. Hal inidisebabkan karena
dehidrasidanmalnutrisi.
5. Faktor sosial ekonomi masyarakat
Sosialekonomimempunyaipengaruhlangsungterhadapfaktor-faktor
penyebab diare.Kebanyakananakmudahmenderitadiareberasaldari
keluargabesardengandayabeliyangrendah,kondisirumahyangburuk, tidak
mempunyaipenyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan.
4
6. Faktor psikologis diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa
takut dan cemas).
1. Kontrol setiap makanan dan minuman yang akan dikonsumsi oleh bayi
atau balita apakah bersih atau tidak.Cek selalu tanggal kadaluwarsa
produk minuman dan makanan.
2. Perhatikan dan periksa dengan betul kesterilan dari botol yang bayi
gunakan untuk minum susu formula maupun ASI perah. Kondisi botol
harus selalu bersih agar sang bayi tidak terinfeksi virus.
3. Pastikan untuk selalu menggunakan bahan-bahan makanan yang segar
4. Sesudah selesai bermain dan sudah waktunya makan atau tidur bagi si
bayi atau balita, jangan pernah lupa untuk membersihkan tangan
mereka hingga benar-benar steril.
5. Apabila bayi atau balita dibiasakan bermain di lantai, maka selalu
pastikan untuk membersihkan lantai secara teratur. Segala benda atau
mainan yang ada di lantai pun perlu untuk selalu dibersihkan agar bayi
atau balita terjaga kebersihannya meski kerap memegang benda-benda
tersebut.
1. Rencanapengobatan A
Terapi diare tanpa dehidrasi diare tanpa dehidrasi menerangkan 5
langkah terapi diare di rumah
beri cairan lebih banyak dari biasanya
Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama
Anak yang mendapat ASI eksklusif, beri oralit atau air matang
sebagai tambahan
Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri susu yang biasa
5
diminum dan oralit atau cairan rumah tangga sebagai tambahan (kuah
sayur, air tajin, air matang, dsb)
Beri Oralit sampai diare berhenti. Bila muntah, tunggu 10 menit
dan dilanjutkan sedikit demi sedikit. - Umur < 1 tahun diberi 50-100 ml
setiap kali berak - Umur > 1 tahun diberi 100-200 ml setiap kali berak.
Anak harus diberi 6 bungkus oralit (200 ml) di rumah bila: - Telah
diobati dengan Rencana Terapi B atau C tidak dapat kembali kepada
petugas kesehatan jika diare memburuk.
Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit
Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi, beri makan sesuai
umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat, tambahkan 1-
2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan, beri makanan kaya Kalium
seperti sari buah segar, pisang, air kelapa hijau, beri makan lebih sering
dari biasanya dengan porsi lebih kecil (setiap 3-4 jam), setelah diare
berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan selama 2
minggu
Antibiotik hanya diberikan sesuai indikasi. Misal: disenteri, kolera
dll
Nasihati ibu/ pengasuh Untuk membawa anak kembali ke petugas
kesehatan bila : Berak cair lebih sering, muntah berulang, sangat haus,
makan dan minum sangat sedikit, timbul demam, berak berdarah, tidak
membaik dalam 3 hari
2. Rencana pengobatanB
Digunakanuntukmengatasidiaredenganderajatdehidrasiringandan sedang
dengancara3jampertamadiberikan75ml/kgBB,beratbadan anak tidak
diketahui, berikan oralit palingsedikit sesuai tabel berikut:
Jumlah Oralityangdiberikan pada3jampertama:
Umur <1 Tahun 1– 5 Tahun >5 tahun
Jumlah oralit 300 600 1200
Berikananakyangmenginginkanlebihbanyakoralit,dorongjugaibu
untukmeneruskanASI.Bayikurang dari6bulanyang tidakmendapatkan
6
ASI,berikanjuga 100-200mlairmasak.Setelah3-4jam,nilaikembali
anakmenggunakanbaganpenilaian,kemudianpilihrencanaA,B,danC
untukmelanjutkan.
3. Rencanapengobatan C
Rencana pengobatanC digunakan untuk mengatasi diare dengan
derajatberat.Pertama-tamaberikancairanintravena segera. Ringer Laktat
atau NaCl 0,9% (bila RL tidak tersedia) 100 ml/kg BB, dibagi sebagai
berikut: Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba ,
Nilai kembali tiap 15-30 menit. Bila nadi belum teraba, beri tetesan lebih
cepat.Juga beri oralit (5 ml/kg/jam) bila penderita bisa minum; biasanya
setelah 3-4 jam (bayi) atau1-2 jam (anak).Berikan obat Zinc selama 10
hari berturut-turut. Dosis obat Zinc (1 tablet = 20 mg) - Umur < 6 bulan :
1/2 tablet /hari - Umur ≥ 6 bulan : 1 tablet /hari.
Data Fokus
Subyektif :
7
ringan sampai buruk dan dapat terjadi hipoglikemia. Kehilangan Berat
Badan dapat dimanifestasikan tahap-tahap dehidrasi.
Riwayat alergi : alergi obat, makanan, ataupun debu
Pola eliminasi: BAB (frekuensi, banyak, warna dan bau) atau tanpa
lendir, darah dapat mendukung secara makroskopis terhadap kuman
penyebab dan cara penanganan lebih lanjut. BAK perlu dikaji untuk output
terhadap kehilangan cairan lewat urine.
Pola istirahat: Pada bayi, anak dengan diare kebutuhan istirahat
dapat terganggu karena frekuensi diare yang berlebihan, sehingga menjadi
rewel.
Pola aktivitas: Bayi tampak lemah, gelisah sehingga perlu bantuan
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Obyektif:
Keadaan umum : Bayi terlihat lemas
Tanda-tanda vital :suhu mengalami peningkatan , pernafasan
frekuensi nafas meningkat, denyut jantung cepat dan lemah
Berat Badan: Bayi yang mengalami diare berat badannya sangat
mudah menurun
Mata : Mata Bayi terlihat cekung
Mulut :mulut bayi terlihat kering
Pencernaan: peristaltik usus meningkat mengakibatkan bayi lebih
sering BAB
Perut : tidak adanya nyeri tekan , pada saat palpasi perut bayi
kembung
Anus : bersih, tampak kemerahan
Eksteimitas : pergerakan bayi lemah dan bayi sangat lemah
Kulit : kulit bayi teraba hangat dan turgor kulit sangat buruk
Pemeriksaan Penunjang:
Pemeriksaan tinja : Makroskopis dan mikroskopis, PH dan kadar gula
dalam tinja, bila perlu diadakan uji bakteri
8
Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
Penatalaksanaan :
B. Dehidrasi
Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total, dapat berupa
hilangnya air lebih banyak dari natrium (dehidrasi hipertonik), atau
hilangnya air dan natrium dalam jumlah yang sama (dehidrasi isotonik),
atau hilangnya natrium yang lebih banyak daripada air (dehidrasi
hipotonik). Kadar air dalam lean body mass bayi (tubuh tanpa jaringan
lemak) kurang lebih 82%. Apabila bayi kehilangan cairan 5% atau lebih
akan terjadi dehidrasi.
Pada masa gestasi akhir sampai minggu pertama sesudah kelahiran,
fungsi ginjal mengalami perubahan sedemikian rupa sehingga
mempengaruhi keseimbangan air dan garam.Air di dalam tubuh terdapat
di dalam sel (intraseluler) atau di luar sel (ekstraseluler). Pada masa
gestasi akhir cairan ekstraseluler bertambah, tetapi pada waktu lahir
terjadi perubahan fisiologik yang menyebabkan berkuangnya cairan
ekstraseluler. Dengan ginjal yang makin matur dan
beradaptasi dengankehidupan ekstrauterin, eksresi urin bertambah
mengakibatkan berkurangnya cairan ekstraseluler. Kecepatn filtrasi
9
glomerulus berkurang, sehingga kehilangan Natrium melalui urin
berkurang dan kecepatan reabsorbsi ginjal terhadap natrium melalui
tubulus juga berkurang.Pada bayi prematur karena fungsi ginjal yang
imatur, ketidakseimbangan ini lebih berat.
Dehidrasi pada bayi terjadi ketika bayi tidak mendapatkan cairan yang
cukup untuk kebutuhan tubuhnya, biasanya terjadi jika muntah- muntah,
diare, panas tinggi atau mengeluarkan keringat yang banyak.Dehidrasi
bisa ringan dan mudah diatasi, bisa juga parah dan membahayakan jiwa.
1. Jenis-Jenis Dehidrasi
a. Dehidrasi ringan (jika penurunan cairan tubuh 5 % dari berat
badan).
b. Dehidrasi sedang (jika penurunan cairan tubuh antara 5-10 % dari
berat badan)
c. Dehidrasi berat (jika penurunan cairan tubuh lebih dari 10 % dari
berat badan).
10
kembali ke posisi normal, ini bisa menjadi tanda dehidrasi.Hal ini
terjadi karena tidak cukup air mencapai kulit.
d. Mulut kering dan lengket
Bayi yang tidak terhidrat dengan benar sering menunjukkan gejala
mulut kering.Hal ini dapat disertai dengan air liur putih atau busa di
sudut mulut bayi.
e. Popok kering
Popok bayi kering selama lebih dari beberapa jam dan tentu tidak
boleh kering selama lebih dari 5 atau 6 jam.Hal ini dapat terjadi bila
bayi dehidrasi karena tubuhnya menggunakan sedikit cairan yang
diminum dan juga hanya mengeluarkan sedikit cairan.Sembelit adalah
gejala serupa, walaupun ini mungkin hasil dari hal-hal lain seperti
nafsu makan yang buruk atau sistem pencernaan lambat.
Jika dehidrasi tahap serius terjadi, segera bawa ke UGD untuk
diberikan infus.Atau bisa konsul ke dokter anak untuk dicek
keadaannya. Untuk dehidrasi ringan biasanya dokter akan
menyarankan anak diberikan cairan elektrolit yang bisa didapat dengan
mudah di apotik. Selain itu jangan berhenti menyusui ASI atau
memberikan susu botol.
3. Mencegah Dehidrasi
Pencegahan dehidrasi harus dilakukan terutama ketika bayi sedang
sakit atau hari sangat panas,Cara mencegah dehidrasi:
a. Memberikan cairan yang banyak kepada bayi.
b. Jika umur bayi sudah lebih dari empat bulan, berikan juga banyak air
putih.
c. Ketika memberikan jus buah pada bayi, campurlah dengan air supaya
cairannya lebih banyak.
Hal yang perlu diperhatikan saat penanganan dehidrasi pada kondisi
berikut ini:
a. Demam: berikan banyak cairan jika bayi anda demam. Jika ia terlihat
kesulitan dalam menelan, berikan obat anti nyeri atas petunjuk dokter.
11
b.Kepanasan: terlalu banyak aktivitas di hari yang panas, atau duduk
diam dalam waktu lama di ruang yang panas dan penuh sesak bisa
menyebabkan berkeringat deras dan kehilangan cairan. Berikan cairan
lebih banyak dari biasanya dalam kondisi seperti ini.
c. Diare: jika bayi sedang menderita infeksi saluran pencernaan atau flu
perut, ia akan kehilangan cairan melalui diare dan muntah-muntah.
Jangan berikan jus buah karena akan memperparah sakitnya. Jangan
juga sembarangan memberikan obat anti diare tanpa petunjuk dokter.
Yang perlu dilakukan adalah memberikan ASI atau susu botol lebih
banyak dari biasanya, juga tambahan air putih untuk bayi di atas
empat bulan. Jika bayi sudah terlihat mulai dehidrasi segera berikan
cairan elektrolit.
d.Muntah-muntah: infeksi pencernaan atau virus dapat menyebabkan
muntah- muntah. Berikan cairan elektrolit sedikit-sedikit tapi sering,
yaitu dua sendok teh setiap lima menit. Jika bayi bisa bertahan tidak
muntah selama satu jam, mulai berikan cairan elektrolit empat sendok
teh 15 menit sekali.
e. Menolak minum: radang tenggorokan, sakit di tangan, kaki, mulut
bisa sangat menyakitkan dan membuat bayi tidak mau minum.
Konsultasi pada dokter untuk memberikan obat anti nyeri, kemudian
tawari ASI atau susu botol dan air putih, sedikit-sedikit tapi sering.
Data focus
S ubyektif:
a. Lebih dari 6 jam tidak buang air kecil
b. Pipisnya berwarna lebih gelap dari biasanya dan baunya lebih kuat
c. Lemah dan lesu
d. Tidak keluar air mata ketika menangis
e. Tangan dan kaki terasa dingin dan terlihat kemerahan
f. Rewel dan mengantuk berlebihan.
Obyektif:
a. TD normal
12
b. RR normal
c. Nadi normal
d. Status mental normal
e. Turgor normal
f. Mukosa sedikit kering
g. Urin sedikit berkurang
h. Ubun-ubun cekung
i. Mata cekung
j. Mulut dan bibir kering atau pecah-pecah
Penatalaksanaan :
1. Beri cairan dan makanan sesuai rencana terapi B
2. Jika anak juga mempunyai kasifikasi berat lainya :
a. Rujuk segera
b. Anjurkan ibu agar tetap member ASI.
3. Nasihati ibu kapan harus kembali segera.
Kunjungan ulang setelah 5 hari bila tidak ada perbaikan
13
bawaan sekitar 1% dari keseluruhan bayi lahir hidup dan merupakan
penyebab utama akibat kecacatan sewaktu kelahiran.Sebagian besar
pengidap PJB tersebut meninggal dunia ketika masih bayi kecuali
masalah ini dapat dideteksi lebih awal sehingga penanganan baik
terhadap penyakit utama maupun penyakit penyerta dapat lebih
optimal.Angka kejadian PJB di Indonesia adalah 8 tiap 1000 kelahiran
hidup. Jika jumlah penduduk Indonesia 200 juta, dan angka kelahiran
2%, maka jumlah penderita PJB di Indonesia bertambah 32000 bayi
setiap tahun (Bambang Madiyono, 2000).
Etiologi
1. Eksogen (Luar)
Infeksi rubella atau penyakit virus lain, obat-obat yang diminum ibu
(misalnya thalidomide), radiasi atau pajanan terhadap sinar Rontagen dan
sebagainya yang dialami ibu pada kehamilan muda.Diferensiasi lengkap
susunan jantung terjadi pada kehamilan bulan kedua. Faktor eksogen
mempunyai pengaruh terbesar terhadap terjadinya kelainan jantung dalam
masa tersebut
2. Endogen (Dalam)
Faktor genetik/kromosom memegang peranan kecil dalam terjadinya
kelainan jantung congenital (Prawirohardjo, 1999).Menurut Latief, dkk
(2005) penyakit jantung bawaan (PJB) merupaka kelainan yang
disebebkan oleh gangguan perkembangan sistem kardiovaskular pada
embrio.Terdapat peranan faktor endogen dan eksogen. Masih disangsikan
apakah tidak ada faktor lain yang mempengaruhinya. Faktor tersebut
adalah:
a. Lingkungan: diferensial bentuk jantung lengkap pada akhir bulan kedua
kehamilan. Faktor penyebab PJB terutama terdapat selama dua bulan
pertama kehamilan ialah rubella pada ibu dan penyakit virus lain,
14
talidomid, dan mungkin obat-obat lain, radiasi. Hipoksia juga dapat
menjadi penyebab PDA.
b. Hereditas: Faktor genetik mungkin memegang peranan kecil saja,
sedangkan kelainan kromosom biasanya tidak terdapat. Walaupun
demikian beberapa keluarga mempunyai insiden PJB tinggi, jenis PJB
yang sama terdapat pada anggota keluarga yang sama.
Klasifikasi
15
memisahkan antrium kiri dan kanan. Berdasarkan letak lubang defek
ini dibagi menjadi defek septum atrium primum, bila lubang terletak di
daerah ostium primum, defek septum atrium sekundum, bila lubang
terletak di daerah fossa ovalis dan defek sinus venosus, bila lubang
terletak di daerah sinus venosus, serta defek sinus koronarius
(Ratya,2013).
Sebagian besar penderita defek atrium sekundum tidak
memberikan gejala (asimptomatis) terutama pada bayi dan anak kecil,
kecuali anak sering batuk pilek sejak kecil karena mudah terkena
infeksi paru. Bila pirau cukup besar maka pasien dapat mengalami
sesak napas (Ratya,2013).
Diagnosa dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik yakni dengan
askultasi ditemukan murmur ejeksi sistolik di daerah katup pulmonal
di sela iga 2-3 kiri parasternal. Selain itu terdapat juga pemeriksaan
penunjuang seperti elektrokardiografi (EKG) atau alat rekam jantung,
foto rontgen jantung, MRI, kateterisasi jantung, angiografi koroner,
serta ekokardiografi. Pembedahan dianjurkan untuk semua penderita
yang bergejala dan juga yang tidak bergejala dan penutupan defek
tersebut dilakukan pada pembedahan jantung terbuka dengan angka
mortalitas kurang dari 1% (Ratya,2013).
16
pada waktu minum, memerlukan waktu lama untuk menghabiskan
makanannya, seringkali menderita infeksi paru dan bahkan dapat
terjadi gagal jantung.
Pada pemeriksaan fisik, terdengar intensitas bunyi jantung ke-2
yang menigkat, murmur pansistolik di sela iga 3-4 kiri sternum dan
murmur ejeksi sistolik pada daerah katup pulmonal. Terapi ditujukan
untuk mengendalikan gejala gagal jantung serta memelihara tumbuh
kembang yang normal. Jika terapi awal berhasil, maka pirau akan
menutup selama tahun pertama kehidupan. Operasi dengan metode
transkateter dapat dilakukan pada anak dengan risiko rendah (low risk)
setelah berusia 15 tahun(Ratya,2013).
3) Patent Ductus Arteriousus (PDA)
Patent Ductus Arteriousus (PDA) atau duktus arteriosus persisten
adalah duktus arteriosus yang tetap membuka setelah bayi lahir.1
Kelainan ini banyak terjadi pada bayi-bayi yang lahir premature.
Penderita PDA yang memiliki defek kecil dapat hidup normal
dengan tidak atau sedikitnya gejala, namun defek yang besar dapat
menimbulkan gagal jantung kongestif yang serupa dengan gagal
jantung pada VSD.16 Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya
murmur sinambung (continous murmur) di sela iga 2-3 kiri sternum
menjalar ke infraklavikuler.
Pengetahuan tentang kapan tepatnya penutupan duktus terjadi
penting dalam tatalaksana penanganan PDA, karena pada kasus
tertentu seperti pasien PDA yang diikuti dengan atresia katup
pulmonal, duktus arteriosus justru dipertahankan untuk tetap terbuka.
Pada kasus PDA pada umumnya penderita memerlukan penutupan
duktus dengan pembedahan (Ratya,2013).
17
aliran darah dan membebani otot jantung. Jenis PJB tanpa pirau antara
lain: Stenosis pulmonal, Stenosis aorta, dan Koarktasio aorta.
1) Stenosis pulmonal
Istilah stenosis pulmonal digunakan secara umum untuk
menunjukkan adanya obstruksi pada jalan keluar ventrikel kanan atau
a. pulmonalis dan cabang-cabangnya.Kelainan ini dibagi menjadi 3
tipe yaitu valvar, subvalvar, dan supravalvar.Stenosis pulmonal 80%
merupakan tipe valvuler dan ditemukan sebagai kelainan yang berdiri
sendiri.Insiden stenosis pulmonal meliputi 10% dari keseluruhan
penyakit jantung bawaan.
Sebagian besar stenosis pulmonal bersifat ringan dengan prognosis
baik sepanjang hidup pasien. Pada stenosis yang berat akan terjadi
limitasi curah jantung sehingga menyebabkan sesak napas, disritmia
hingga gagal jantung. Pada stenosis pulmonal ringan sampai sedang
terdengar bunyi jantung ke-2 yang melemah dan terdapat klik ejeksi
sistolik. Klik diikuti dengan murmur ejeksi sistolik derajat I-III pada
tepi kiri atas sternum yang menjalar ke punggung (Ratya,2013).
Terapi yang dianjurkan pada kasus sedang hingga berat ialah
valvuloplasti balon transkateter. Prosedur ini sekarang dilakukan oleh
bayi kecil, sehingga dapat menghindari pembedahan neonates yang
berisiko tinggi.
2) Stenosis aorta
Pada kelainan ini dapat ditemui katup aorta hanya memilki dua
daun yang seharusnya tiga, atau memiliki bentuk abnormal seperti
corong.Dalam jangka waktu tertentu lubang atau pembukaan katup
tersebut sering menjadi kaku dan menyempit karena terkumpulnya
endapan kalsium.
Pada pasien stenosis aorta yang ringan atau pun moderat sering
tidak memberikan keluhan, tapi stenosis akan makin nyata karena
proses fibrosis dan kalsifikasi pada waktu menjelang kian dewasa.17
Klik ejeksi sistolik akan terdengar keras dan jelas di sela iga 2-3 pada
tepi kanan atas sternum. Stenosis aorta yang ringan dan asimptomatik
18
biasanya tidak diperlukan tindakan apapun kecuali profilaksis
antibiotik untuk mencegah endokarditis. Pada stenosis aorta yang
cukup berat perlu dilakukan tindakan secepatnya dengan valvuloplasti
balon atau pembedahan (Ratya,2013).
3) Koarktasio aorta
Koarktasio aorta meupakan kelainan jantung non sianotik yang
paling banyak menyebabkan gagal jantung pada bayi-bayi di minggu
pertama setelah kelahirannya.
Diagnosis dapat dengan menemukan adanya perbedaan yang besar
antara tekanan darah pada extremitas atas dengan extremitas bawah.
Foto rontgen dada memperlihatkan kardiomegali dengan kongesti vena
pulmonalis, pemeriksaan Doppler pada aorta akan memperlihatkan
aliran arteri yang terganggu.
Pada neonates pemberian prostalglandin (PGE1) untuk membuka
kembali duktus arteriosus akan memperbaiki perfusi sistemik dan
mengkoreksi asidosis. Tindakan pelebaran koarktasio dengan kateter
balon bila dikerjakan dengan baik dapat memberikan hasil yang
memuaskan (Ratya,2013).
19
kombinasi 4 komponen yakni defek septum ventrikel, over-riding
aorta, stenosis pulmonal, serta hipertensi ventrikel kanan.
Pada Tetralogi Fallot yang ringan pada waktu istirahat maupun
melakukan aktivitas fisik tidak tampak adanya sianosis. Pada TF yang
moderat hingga berat sianosis akan tampak bahkan pada saat anak
istirahat. Seorang anak yang mengidap TF akan mudah merasa lelah,
sesak dan hiperpnu karena hipoksia. Pada pemeriksaan fisik, ujung-
ujung jari tampak membentol dan berwarna biru (finger clubbing) dan
pada auskultasi terdengar bunyi jantung ke-1 normal sedangkan bunyi
jantung ke-2 tunggal disertai murmur ejeksi sitolik di bagian
parasternal sela iga 2-3 kiri (Ratya,2013).
Bayi-bayi dengan tetralogi berat memerlukan pengobatan medik
dan intervensi bedah pada masa neonatus.Terapi ditujukan segera pada
pemberian segera penambahan aliran darah pulmonal untuk mencegah
sekuele hipoksia berat. Pemberian PGE1 dapat menyebabkan dilatasi
duktus arteriousus dan memberi aliran darah pulmonal yang cukup
sampai prosedur bedah dapat dilakukan (Ratya,2013).
2) Atresia Pulmonal
Atresia pulmonal merupakan kelainan jantung kongenital sianostik
yang sangat jarang ditemukan. Atresia pulmonal disebabkan oleh
gagalnya proses pertumbuhan katup pulmonal, sehingga tidak terdapat
hubungan antara ventrikel kanan dengan arteri pulmonal. Kelainan ini
dapat terjadi dengan septum ventrikel yang masih intak atau disertai
dengan defek pada septum ventrikel.
Gejala dan tanda sianotik tampak pada hari-hari pertama
kehidupan.Bunyi jantung ke-2 terdengar tunggal, dan tidak terdengar
adanya murmur pada sela iga 2-3 parasternal kiri karena arteri
pulmonal atretik. Pada foto rontgen ditemukan pembesaran jantung
dengan vaskularisasi paru yang berkurang (Ratya,2013).
Prostalglandin digunakan untuk mempertahankan duktus arteriosus
tetap membuka sambil menunggu intervensi lebih lanjut.Septostomi
20
atrial dengan balon harus dilakukan secepatnya apabila pirau
antarinteratrial agak retriktif. Koreksi total yakni membuat ligasi
koleteral baru dilakukan bila anak sudah berusia di atas 1 tahun
(Ratya,2013).
Manifestasi Klinik
21
dibedakan pada sianosis perifer yang sering didapatkan pada anak yang
kedinginan. Sianosis perifer lebih jelas terlihat pada ujung-ujung jari.
3. Toleransi latihan. Toleransi latihan merupakan petunjuk klinis yang baik
untuk menggambarkan status kompensasi jantung ataupun derajat kelainan
jantung. Pasien gagal jantung selalu menunjukkan toleransi latihan berkurang.
Gangguan toleransi latihan dapat ditanyakan pada orangtua dengan
membandingkan pasien dengan anak sebaya, apakah pasien cepat lelah, napas
menjadi cepat setelah melakukan aktivitas yang biasa, atau sesak napas dalam
keadaan istirahat. Pada bayi dapat ditanyakan saat bayi menetek. Apakah ia
hanya mampu minum dalam jumlah sedikit, sering beristirahat, sesak waktu
mengisap, dan berkeringat banyak. Pada anak yang lebih besar ditanyakan
kemampuannya berjalan, berlari atau naik tangga. Pada pasien tertentu seperti
pada tetralogi Fallot anak sering jongkok setelah lelah berjalan.
4. Infeksi saluran napas berulang. Gejala ini timbul akibat meningkatnya aliran
darah ke paru sehingga mengganggu sistem pertahanan paru. Sering pasien
dirujuk ke ahli jantung anak karena anak sering menderita demam, batuk, dan
pilek. Sebaliknya tidak sedikit pasien PJB yang sebelumnya sudah diobati
dengan tuberculosis sebelum dirujuk ke ahli jantung anak.
5. Bising jantung. Terdengarnya bising jantung merupakan tanda penting dalam
menentukan penyakit jantung bawaan. Bahkan kadang-kadang tanda ini yang
merupakan alasan anak dirujuk untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Lokasi bising, derajat serta penjalarannya dapat menentukan jenis kelainan
jantung. Namun tidak terdengarnya bising jantung pada pemeriksaan fisis,
tidak menyingkirkan adanya kelainan jantung bawaan. Jika pasien diduga
menderita kelainan jantung, sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang
untuk diagnosis. Pemeriksaan penunjang dasar yang penting untuk penyakit
jantung bawaan adalah foto rontgen dada, elektrokardiografi, dan pemeriksaan
laboratorium rutin. Pemeriksaan lanjutan mencakup ekokardiografi dan
kateterisasi jantung. Kombinasi kedua pemeriksaan lanjutan tersebut untuk
visualisasi dan konfirmasi morfologi dan patoanatomi masing-masing jenis
penyakit jantung bawaan memungkinkan ketepatan diagnosis mendekati
seratus persen.
22
(Mulyadi,2000)
Empat hal gejala yang paling sering ditemukan pada neonatus dengan
PJB, yaitu:
23
bahkan dapat timbul kejang. Kalau tidak cepat ditanggulangi dapat
menimbulkan kematian.
3. Abses otak. Abses otak biasanya terjadi pada PJB sianotik. Biasanya abses
otak terjadi pada anak yang berusia di atas 2 tahun. Kelainan ini
diakibatkan adanya hipoksia dan melambatnya aliran darah di otak. Anak
biasanya datang dengan kejang dan terdapat defisit neurologis.
(Mulyadi,2000)
24
5. Konsumsi obat-obatan tertentu saat kehamilan juga harus dihindari karena
beberapa obat diketahui dapat membahayakan janin yang dikandungnya.
Penggunaan obat dan antibiotika bisa mengakibatkan efek samping yang
potensial bagi ibu maupun janinnya. Penggunaan obat dan antibiotika saat
hamil seharusnya digunakan jika terdapat indikasi yang jelas. Prinsip
utama pengobatan wanita hamil dengan penyakit adalah dengan
memikirkan pengobatan apakah yang tepat jika wanita tersebut tidak
dalam keadaan hamil. Biasanya terdapat berbagai macam pilihan, dan
untuk alasan inilah prinsip yang kedua adalah mengevaluasi keamanan
obat bagi ibu dan janinnya.
6. Hindari paparan sinar X atau radiasi dari foto rontgen berulang pada masa
kehamilan.
7. Hindari paparan asap rokok baik aktif maupuin pasif dari suami atau
anggota keluarga di sekitarnya.
8. Hindari polusi asap kendaraan dengan menggunakan masker
pelindung agar tidak terhisap zat - zat racun dari karbon dioksida.
9. Wanita yang merencanakan kehamilan sebaiknya mengkonsumsi asam
folat 400 mikrogram per hari untuk mencegah cacat janin
(Rika,2013)
Data focus
Subjektif
1. Umur bayi
2. Keluhan : sering kelelahan, kulit kebiruan, susah bernafas, menangis
sepanjang hari
3. Riwayat ANC : obat yang pernah diminum yang dapat berbahaya untuk
janin, masalah selama kehamilan yaitu Penyakit rubela yang diderita ibu
pada awal kehamilan dapat menyebabkan PJB pada bayi yaitu PDA, PV,
ASD, Thalidomide and Isotretinoin (cardiac malformation) dam Lithium
(TV). Penyakit rubela yang diderita ibu pada awal kehamilan dapat
menyebabkan PJB pada bayi. ibu pajanan terhadap sinar Rontgen saat
25
kehamilan muda, terpapar zat polutan tertentu. Risiko juga meningkat jika
wanita hamil terinfeksi virus tertentu dan pekerjaan ibu saat hamil terpapar
zat polutan tertentu yang dapat berbahaya untuk janin
4. Riwayat kesehatan : penyakit jantung, DM, hipertensi
5. Riwayat keluarga : jenis penyakit genetik dan sindrom tertentu erat
berkaitan dengan kejadian PJB seperti sindrom Noonan, Leopard, Ellis
van Creveld, Kartagener, Alcapa, Alagille, DiGeorge, Down, Scimitar,
Holt-Oram, Turner, William, Shone complex
6. Gaya hidup : mengkonsumsi alcohol (VSD) dan NAPZA
7. Lingkungan :terpapar zat polutan tertentu yang dapat berbahaya untuk
janin. Tinggal di lingkungan dengan pencemaran lingkungan yang tinggi
8. Wanita yang telah melahirkan anak dengan kelainan jantung kongenital
memiliki risiko tinggi untuk melahirkan bayi selanjutnya dengan kelainan
jantung.
9. Kebutuhan nutrisi dan cairan : jenis,frekuensi
10. Kesulitan bernafas
Objektif
1. Keadaan umum : lemas
2. Kesadaran menurun
3. Warna kulit: kebiruan
4. Tanda-Tanda Vital
HR: takikardi atau bradikardi
RR: Takipnea > 60x / menit
5. Antropometri : biasanya terjadi gangguan pertumbuhan pada bayi
6. Pemeriksaan dada : inspeksi untuk melihat ada tidaknya retraksi dada,
auskultasi untuk mendengar irama jantung dan paru-paru
7. Pemeriksaan ekstermitas : kuku kaki dan tangan berwarna biru
8. Pemeriksaan untuk diagnosa kelainan jantung
meliputi :
a. Foto rontgen dada
b. Elektrokardiografi(EKG)
26
c. Ekokardiografi (pemeriksaan jantung menggunakan gelombang
ultrasound)
d. Kateterisasi jantung (untuk melihat fungsi jantung lebih detail dengan
memasukkan selang kecil melalui pembuluh darah vena menuju
jantung)
Penatalaksanaan :
Tindakan Bidan jika menemukan kasus PJB (Prosedur Pelaksanaan Rujukan
Bayi)
27
suhu rendah. Jika suhu bayi kurang panas , sedangkan fasilitas inkubator
tidak ada, bayi dapat digendong dengan cara kangguru oleh ibu, ayah atau
anggota keluarganya, atau bayi dibungkus dengan selimut plastik, atau
diantara selimut pembungkus bayi diletakkan aluminium foil. Salah satu
cara mempertahankan suhu tubuh bayi adalah dengan Metode kangguru.
e. Pemeriksaan gula darah apabila memungkinkan dilakukan dengan
dekstrostiks dan apabila hasilnya menunjukkan hipoglikemi pemberian
infus disesuaikan.
f. Bayi yang muntah-muntah atau kejang atau mengalami aspirasi sebaiknya
dipasang selang masuk ke dalam lambung (selang nasogastrik) untuk
dekompresi
g. Jejas yang terbuka seperti meningocele, gastroskikis, ditutup dengan kasa
yang dibasahi dengan cairan NaCl 0,9 % hangat.
(Rika,2013)
28
Tempat rujukan mengirim umpan balik mengenai keadaan bayi beserta
anjuran tindak lanjut paska rujukan terhadap bayi ke petugas yang merujuk
(puskesmas/polindes).Tindak lanjut paska rujukan bayi sakit dilaksanakan
oleh bidan di desa atau petugas daerah binaan pendekatan perawatan
kesehatan masyarakat.
7. Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Rujukan
Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rujukan dilaksanakan oleh pengelola
dari jenjang administrasi yang lebih tinggi dengan menggunakan instrumen
kuesioner.Instrumen ini digunakan untuk menilai pelaksanaan rujukan di suatu
wilayah Dati II.Sasarannya adalah Tim Audit Maternal Perinatal di Dati II dari
Dinas Kesehatan dan Dokter Spesialis Kebidanan dan Spesialis Anak dari
rumah sakit rujukan yang melakukan pembahasan rujukan kasus bayi baru
lahir dengan petugas kesehatan di tingkat pelayanan kesehatan dasar yang
merujuk kasus tersebut.
(Mulyadi,2000)
29
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. SUBYEKTIF
1. Identitas
Anak
Nama : PA
Umur/tanggallahir : 2 Bulan/ 28-Januari-2017
Jeniskelamin : Laki-laki
Agama : Hindu
Anakke- :1
Alamatrumah : Jl. HayamWuruk/71A
Ibu Ayah
Nama : Ny.ST Tn.SR
Umur : 25th 27th
Agama : Hindu Hindu
Status perkawinan : Sah Sah
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Pegawai Swasta
No Telp/HP : 081999727xxx 091236123xxx
AlamatRumah : Jl. HayamWuruk/71A Jl. HayamWuruk/71A
30
3. Riwayat prenatal
a. Riwayat ANC ibu
Ibu menyatakan telah melaksanakan pemeriksaan kehamilan sebanyak
6 kali di Puskesmas
b. Imunisasi TT
Ibu menyatakan telah mendapatkan imunisasi TT sebanyak 4 kali.
4. Riwayat intranatal
a. Masa gestasi saat dilahirkan : 40 minggu
b. Penolongpersalinan :ibu menyatakan saat persalinan ia ditolong oleh
Bidan.
c. Cara bersalin :ibu menyatakan bersalin secara normal.
d. Rawat gabung : ibu menyatakan ia dan bayinya dirawat bersama-sama.
31
e. Antropometribaru lahir (6 jam pertama) : BB : 3300 gram, PB : 50cm,
LK 34 cm, LD 33cm
5. Riwayat
JenisImunisasi yang
UmurAnak TanggalPemberian Efeksamping yang dialami
didapat
0 28 – 1 - 2017
Hb0 -
6. Data bio-psiko-sosial-spiritual
a. Bernafas :ibu menyatakan anaknya mengalami susah bernafas.
b. Nutrisi :
1) Jenis minuman :ibu menyatakan anaknya meminum ASI.
2) Frekuensi minum on demannd : ibu menyatakan bayinya dalam
beberapa hari ini mengalami susah untuk minum susu.
3) Makanan lain yang diberikan : ibu menyatakan bayinya tidak
diberikan makanan lain selain ASI.
c. Eliminasi :
1) Buang air besar
a) Frekuensi dalam sehari : ibu menyatakan bayinya BAB
sebanyak 7 kali dalam sehari.
b) Konsistensi : ibu menyatakan bayinya BAB
dengan konsistensi cair.
c) Warna feses :ibu menyatakan warna feses bayinya
kuning.
d) Masalah : ibu menyatakan perut bayinya
menjadi kembung.
32
2) Buang air kecil
a) Frekuensi dalam sehari : ibu menyatakan bayinya buang air
kecil sebanyak 4 kali dalam sehari.
b) Konsistensi : ibu menyatakan konsistensi BAK
anaknya cair.
c) Jumlah : 120ml
d) Masalah : ibu menyatakan anaknya tidak
mengalami masalah saat BAK.
d. Istirahat
a) Lama tidur dalam sehari : tidur siang 30 menit, tidur malam 7
jam
b) Masalah : ibu menyatakan bayinya rewel dan
susah beristirahat.
e. Psikologi
1) Penerimaan orang tua terhadap anak : ibu menyatakan orang tua
sangat menerima kehadiran anaknya.
2) Pengasuhan anak dominan dilakukan oleh : ibu menyatakan untuk
mengasuh anak ia mengasuhnya sendiri, dan juga dibantu suami.
f. Sosial
1) Hubungan intern keluarga: ibu menyatakan hubungannya sangat
baik bersama keluarga.
2) Pengambilan keputusan dalam keluarga: ibu menyatakan
pengambilan keputusan diakukan bersama keluarga.
3) Sibling : ibu menyatakan tidak adanya sibling karena merupakan
anak pertama.
4) Kebiasaan orang tua yang berpengaruh pada tumbuh kembang
anak : ibu menyatakan tidak memiliki kebiasaan buruk yang
berpengaruh pada tumbuh kembang anaknya.
5) Kepercayaan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak : ibu menyatakan tidak ada permasalahan.
33
g. Pengetahuan orang tua tentang
1) Tanda anak sakit :ibu menyatakan tidak begitu paham
mengenai permasalahan yang dialami anaknya.
2) Asuhan dasar anak :ibu menyatakan mengetahui asuhan
dasar yang baik untuk anaknya.
3) Tumbuh kembang anak :ibu menyatakan mengetahui
persoalan tumbuh kembang anaknya.
4) Stimulasi perkembangan anak: ibu menyatakan mengetahui
stimulasi dalam perkembangan anaknya.
B. OBJEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaanfisikumum
a. Keadaan umum : keadaan bayi nampak rewel, dan gelisah
b. Warna kulit : warna kulit bayi nampak berwarna kebiruan saat
menangis, dan menetap selama beberapa menit.
c. Kesadaran : compos mentis
d. Tanda vital : Suhu 38,50C, RR 55x/menit, HR140x/menit
2. Pengukuran Antropometri
a. Berat badan : 5000gram
b. Panjang badan : 57cm
c. Lingkar kepala : 38cm
d. Lingkar dada : 40 cm (lingkar dada nampak lebih lebar dari seharusnya)
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan leher
1) Muka : bayi nampak pucat
2) Rambut
a) Kebersihan : rambut bayi nampak bersih
3) Ubun-ubun : ubun-ubun bayi nampak datar
4) Sutura : sutura bayi nampak normal
5) Kelainan congenital pada kepala : tidak nampak ada kelainan
congenital pada kepala bayi
34
6) Mata
a) Kondisi: mata bayi nampak cekung
b) Konjungtiva: konjungtiva bayi nampak pucat
c) Sclera: sclera bayi nampak putih
7) Hidung
a) Nafas cuping hidung : tidak terdapat nafas cuping hidung
b) Pengeluaran pada hidung : tidak nampak ada pengeluaran pada
hidung
8) Mulut
a) Mukosa mulut :mukosa mulut bayi nampak kering
b) Lidah : lidah nampak bersih
9) Telinga
a) Bentuk : telinga bayi nampak simetris
b) Kebersihan : telinga bayi nampak bersih
10) Leher
a) Pembesaran kelenjar tiroid : tidak nampak pembesaran kelenjar
tiroid
b) Pembesaran kelenjar limfe : tidak nampak pembesaran kelenjar
limfe
c) Bendungan vena jugularis : tidak nampak ada bendungan vena
jugularis.
b. Dada dan aksila
1) Tarikan intercostal: nampak terdapat tarikan intercostal
2) Suara nafas: suara nafas bayi nampak tersengal-sengal karena sesak
saat bernafas
3) Payudara :payudara nampak simetris
4) Pengeluaran payudara: tidak terdapat pengeluaran pada payudara
5) Pembesaran kelenjar limfe aksila : tidak terdapat pembesaran kelenjar
limfe aksila.
c. Abdomen
1) Bentuk perut : bentuk perut simetris
2) Peristaltic usus : terdapat peningkatan peristaltic usus
35
d. Anogenetalia :
1) Bayi laki-laki : pada alat genetalia bayi tidak nampak ada
keabnormalan
e. Ekstremitas
1) Oedema: tidak terdapat odema
2) Kuku : kuku nampak sianosis
3) Kelainan pada bentuk kaki: tidak nampak terdapat kelainan pada kaki
bayi.
4) Kelaianan pada jari : tidak nampak terdapat kelainan pada jari bayi.
C. ANALISIS
Bayi PA umur 2 bulan dengan Diare dan Dehidrasi dan Penyakit Jantung
Bawaan
Masalah :
Bayi PA mengalami badan meriang, rewel dan gelisah
D. PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa bayi mengalami diare, dan
menurut gejala yang ditemukan bayi menderita penyakit jantung bawaan
ibu mengerti dengan informasi yang diberikan.
36
B. Bayi dengan kejang-kejang perlu diberi pengobatan antikonvulsi
terlebih dahulu agar kondisi bayi tidak bertambah berat
C. Bayi sesak nafas dengan sianosis harus diberi oksigen
D. Suhu tubuh bayi dipertahankan agar tetap hangat dalam batasan normal
(36,5-37,5 C) dengan menggunakan termometer yang dapat membaca
suhu rendah. Jika suhu bayi kurang panas , sedangkan fasilitas
inkubator tidak ada, bayi dapat digendong dengan cara kangguru oleh
ibu, ayah atau anggota keluarganya, atau bayi dibungkus dengan
selimut plastik, atau diantara selimut pembungkus bayi diletakkan
aluminium foil. Salah satu cara mempertahankan suhu tubuh bayi
adalah dengan Metode kangguru.
E. Pemeriksaan gula darah apabila memungkinkan dilakukan dengan
dekstrostiks dan apabila hasilnya menunjukkan hipoglikemi pemberian
infus disesuaikan.
F. Bayi yang muntah-muntah atau kejang atau mengalami aspirasi
sebaiknya dipasang selang masuk ke dalam lambung (selang
nasogastrik) untuk dekompresi
G. Jejas yang terbuka seperti meningocele, gastroskikis, ditutup dengan
kasa yang dibasahi dengan cairan NaCl 0,9 % hangat.
7. Menyiapkan keperluan rujukan
37
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
1. Data fokus sangat penting dikaji untuk menentukan diagnose
dari suatu penyakit. Data fokus dari kasus ini adalah adanya
keluhan berak cair sebayak 7 kali disertai badan meriang, bayi
rewel, kulit tampak kebiruan ketika menangis dan menetap
beberapa menit, bayi tampak gelisah, susah bernafas, mulut dan
bibir kering, mata cekung disertai dengan peningkatan
peristaltik usus.
2. Diagnosis yang dapat diambil dari data fokus yang telah dikaji
adalah By.PA umur 2 bulan dengan diare dan dehidrasi sedang
dan PJB.
3. Penatalaksanaan dari kasus tersebut sesuai kewenangan bidan
adalah dengan menangani diare dan dehidrasi sedang dan
melakukan kolaborasi dengan dokter untuk menangani PJB dan
merujuk ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
4. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan
sanitasi yang baik, personal hygiene, pemenuhan nutrisi, serta
memperhatikan keadaan ibu ketika ada dalam masa antenatal.
B. Saran
Dengan meningkatnya angka kejadian sakit pada anak atau bayi,
diharapakan pada orangua agar aselalu mewaspai bila anak atau
bayi tidak stabil atau dirasa sakit, karena bila terlambat dalam
penanganan maka berakibat sanagt buruk bahkan dapat
meyebabkan kematian.Dalam merawat bayi dengan diare harus
meprioritaskan penanganan yang sesuai dengan tepat.Selalu
melakukan pengkajian data terfokus sehingga dapat dilakukan
penanganan yang tepat dan susai dengan kondisi bayi.
38
DAFTAR PUSTAKA
Arief dan Kristiyanasari, Weni, 2009. Neonatus dan asuhan keperawatan anak.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Aziz Alimul.H. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Depkes RI. 2011. Buku Saku Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Latief , dkk. 2005. Ilmu Kesehatan Anak ,buku kuliah 2. Bagian Ilmu Kesehatan Anak.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta
Manuaba, Ida Bagus Gde.2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Maryunani, Anik. Dkk. 2002. Asuhan Kegawatdaruratan dan penyulit pada neonatus.
Jakarta: Trans info Media
39
Prawirohardjo sarwono, 1999.Ilmu Kebidanan edisi ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Rahman, A.M & Teddy, O. 2009. Deteksi dini penyakit jantung bawaan pada
neonatus.http://www.google.co.id/url. Diakses tanggal : 15 Maret 2017.
Ratya.2013.Penyakit Jantung
Bawaan.(online).http://eprints.undip.ac.id/44121/3/RATYA_G2A009109_Bab2
KTI.pdf
Jakarta.
40