Elemen Lentur
SNI 1729‐2015
DK 1
Elemen Lentur – Balok
DK 2
Penampang Baja untuk Balok
DK 3
Penampang Baja untuk Balok
Profil dengan
minimal satu
sumbu simetri
DK 4
Elemen Lentur – Balok
DK 5
Perilaku Balok Lentur
Perencanaan balok lentur
Kapasitas lentur tegangan
lentur, umumnya untuk
balok bentang menengah
Kapasitas geser tegangan
geser, umumnya untuk
balok bentang pendek
Lendutan/deformasi
umumnya untuk balok
bentang panjang
Kondisi batas kekuatan
berhubungan dengan
stabilitas
DK 6
Perilaku Lentur Sederhana
Profil Simetris
Tegangan lentur pada penampang dengan minimum satu
sumbu simetri dan dibebani pada pusat gesernya
M x My
f
Sx Sy
Iy Ix
dengan Sy dan Sx
cx cy
Sehingga M x c y My c x
f
Ix Iy
DK 7
Perilaku Lentur Sederhana
Profil Simetris
Sx dan Sy adalah Modulus Elastis Penampang
Sx dan Sy digunakan pada penentuan kapasitas lentur
penampang
Ix Iy Ix
Sx Sy Sx
cy cx cy
DK 8
Perilaku Balok Lentur dengan
Penahan Lateral
Distribusi tegangan pada balok profil I akibat momen lentur
DK 12
Perencanaan Elemen Lentur
Kapasitas Nominal Lentur, Mn
DK SI 3212 Set 5b ‐ Sem 2, 2017/2018 13
Perencanaan Elemen Lentur –
Momen Lentur
Perencanaan Lentur (LRFD)
Mu bMn
φb adalah faktor reduksi kekuatan lentur = 0.9
Mn adalah kuat lentur nominal penampang
Mu adalah momen lentur perlu (berdasarkan kombinasi
beban terbesar)
Kondisi batas (LRFD)
a. Leleh penuh (tekuk tidak terjadi sebelum leleh)
b. Tekuk lokal (pelat sayap atau pelat badan)
c. Tekuk torsi lateral
Penentuan kondisi batas didasarkan pada parameter
kelangsingan
DK 14
Parameter Kelangsingan
Panjang elemen tekuk, yaitu
panjang balok tak ditopang lateral, Lb, (untuk kondisi
batas tekuk torsi lateral) tekuk pada elemen
tinggi pelat, h, dan lebar sayap, b, (untuk kondisi batas
tekuk lokal badan/sayap) tekuk pada penampang
Tebal elemen tekuk ditinjau
jari‐jari girasi minimum, rmin, (untuk kondisi batas tekuk
torsi lateral) tekuk pada elemen
tebal pelat, tf dan tw, (untuk kondisi batas tekuk lokal
badan/sayap) tekuk pada penampang
Kondisi ujung elemen yang ditinjau
DK 15
Perencanaan Elemen Lentur –
Momen Lentur
LRFD: Mu bMn
b = 0.9
Mu = momen lentur perlu (berdasarkan kombinasi
beban terbesar)
Mn = kuat lentur nominal penampang
Kondisi batas berdasarkan LRFD
a. Kondisi batas leleh penuh (tekuk tidak terjadi sebelum leleh)
b. Kondisi batas tekuk torsi lateral
c. Kondisi batas tekuk lokal (pelat sayap atau pelat badan)
DK 16
Batasan Zonasi
ZONA 1 (Lb < Lp)
Kondisi Plastik Sempurna
(Plastic Buckling) – Bentang
Pendek
Zona 2 (Lp <Lb<Lr)
Kondisi Tekuk Torsi‐lateral
Inelastik (Inelastic Buckling) –
Bentang Menengah
Zona 3 (Lb>Lr)
Kondisi Tekuk Torsi‐lateral
Elastik (Elastic Buckling) –
Bentang Panjang
DK 17
Batasan Zonasi
Untuk penampang WF dan Kanal ganda
DK 18
Batasan Zonasi
DK 19
Kuat Lentur Nominal (Mn), Zona 1
• Kondisi Batas Leleh Penuh ( p , Lb < Lp)
Seluruh penampang mengalami leleh, tidak ada
pengaruh tekuk lokal
Pada kondisi batas terbentuk sendi plastis
Kapasitas Nominal (Mn)
Mn Mp Z x fy SF My
Zx = Modulus plastis penampang
SF = Shape factor
F
y
DK 20
Desain Balok, Zona 1
DK 21
Desain Balok, Zona 1
DK 22
DK SI 3212 Set 5b ‐ Sem 2, 2017/2018 23
Kuat Lentur Nominal (Mn), Zona 2
• Kondisi Batas Tekuk Global/Tekuk Torsi Lateral
• Bentang Menengah (Lp <Lb Lr)
Lb L p
Mn
Cb M p M p M r M p
Lr L p
Dimana:
12.5Mmax
Cb 2.3
2.5Mmax 3MA 4MB 3MC
DK 24
Faktor Pengali Momen (Cb), Zona 2
Pengaruh Cb terhadap Momen Nominal Mn
Mn 12.5Mmax
Cb
Nilai teoritis 2.3
2.5Mmax 3MA 4MB 3MC
C bM p
Mp C bMp Mn
C bM r
Mr Cb >
C1.0=
b
1.0
Lp Lr Lb
Mmax adalah Momen terbesar pada segmen yang tidak dikekang, while
MA, MB, dan MC are, adalah momen pada 1/4 point, 1/2 point, dan 3/4
point pada segmen
DK 25
Faktor Pengali Momen (Cb), Zona 2
Sample Cb values for doubly symmetric members (Table
3‐1 of AISC Manual)
DK 26
Faktor Pengali Momen (Cb), Zona 2
Sample Cb values for doubly symmetric members (Table
3‐1 of AISC Manual)
DK 27
Tekuk Torsi Lateral
A qu
Y
A
Ln = L
Y X
Lkx = L
Z
X (d) Potongan A - A
Lky = L
Z
DK 29
DK 30
Elastic Buckling, Zone 3
Panjang tak terkekang lebih dari Lr.
Maka balok akan segera menekuk pada sumbu lemahnya
tanpa didahului leleh pada penampangnya. Balok akan
mengalami tekuk elastik pada arah lateral dan sekaligus
mengalami torsi‐lateral (lateral torsional buckling).
DK 31
Moment Capacities, Zone 3
DK 32
DK 33
Kuat Lentur Nominal (Mn)
Mn Tanpa Tekuk Lokal
Bentang Bentang Bentang
Mn
Pendek Menengah Panjang
Lp Lr Lb (panjang tak terkekang)
DK 34
Tekuk Lokal
Terbagi menjadi 2 tipe
Tekuk Lokal Plat Sayap (Flange Local Buckling, FLB)
Tekuk Lokal Plat Badan (Web Local Buckling, WLB)
Kondisi Batas Penampang
λ = kelangsingan plat penampang lentur
DK 36
Kuat Lentur Nominal
• Kondisi Batas Tekuk Lokal (plat sayap atau
plat badan) Mn Tanpa Tekuk Global (LTB)
Penampang Kompak ( λ ≤ λp ) profil produksi PABRIK
Mn = Mp = Zx fy
Penampang Tak Kompak (λp < λ ≤ λr )
p
M n M p M p M r
r p
Penampang Langsing (λ > λr )
Mr Sx fy fr
2
Mn Mr r
DK 37
Kuat Lentur Nominal (Mn)
• Kondisi Batas Tekuk Lokal (plat sayap atau plat
badan)
Kondisi tekuk elastis, r
Runtuh akibat tekuk elastik pada plat penampang
tanpa mengalami leleh penampang
Kapasitas Nominal (Mn)
r
2
Mn Mr
Mr = Momen batas tekuk penampang
Mr S x ( fy fr )
fr = Tegangan sisa
DK 38
Kuat Lentur Nominal (Mn)
b. Kondisi Batas Tekuk Lokal (plat sayap atau plat
badan)
Kondisi tekuk inelastis, p r
Runtuh akibat tekuk dan mengalami defleksi inelastis
Kapasitas Nominal (Mn)
p
Mn Mp Mp Mr
r p
Mp = Momen plastis penampang
Mr = Momen batas tekuk penampang
DK 39
Kuat Lentur Nominal (Mn)
Mn Tanpa Tekuk Global (LTB)
Mn
Kompak Tak Kompak Langsing
λp λr λf, λw
Profil yang diproduksi pabrik umumnya KOMPAK ‐ lentur
DK 40
Kondisi Batas Penampang
Batas kelangsingan
p: membatasi daerah plastis penuh dan plastis sebagian
r : membatasi daerah plastis sebagian dan elastis
Klasifikasi penampang
0 p : penampang kompak
p r : penampang tak kompak
DK 41
AISC Manual
Devided into stiffened elements and unstiffened elements
An unstiffened element is a projecting piece with one free
edge parallel to the direction of the compression force
A stiffened element is supported along the two edges in
that direction
DK 42
Tekuk Lokal
Elemen tanpa pengaku (unstiffened elements)
DK 43
Tekuk Lokal
Elemen yang diperkaku (stiffened elements)
DK 44
Tekuk Lokal
Elemen yang diperkaku (stiffened elements)
DK 45
DK 46
DK SI 3212 Set 5b ‐ Sem 2, 2017/2018 47
Perencanaan
Elemen Lentur
Kapasitas Nominal Geser (Vn)
DK 48
Perencanaan Geser Balok Lentur
Perencanaan Geser (LRFD)
Vu v V n
Vu adalah gaya geser perlu (dari beban yang bekerja)
Vn adalah kuat geser nominal
φv adalah faktor reduksi kekuatan geser = 0.90
Batas kekuatan geser umumnya tidak menentukan
tetapi tetap harus diperiksa, terutama jika terdapat
beban terpusat atau lubang pada plat badan
DK 49
Luas Penampang Geser (Aw)
Penampang persegi empat Aw adalah luas total
penampang
Aw = b ∙ d
Penampang IWF Aw diasumsikan hanya
disumbangkan plat badan (web)
Aw = h ∙ tw
h = tinggi bersih plat badan
h = d – 2 tf
DK 50
Kuat Geser Nominal (Vn)
Vn 0.6 fyw Aw C v
Leleh
h kv E
1.10 Cv = 1.0
tw fyw
fyw = tegangan leleh pelat badan ;
5
Kv 5
Aw = luas plat badan = h ∙ tw
a h 2
DK 51
Kuat Geser Nominal (Vn)
Vn 0.6 fyw Aw C v
Tekuk inelastis pada plat badan
kv E
k nE h k nE 1 .10
1 .10 1 .37 fyw
fyw tw fyw Cv
h
tw
fyw = tegangan leleh pelat badan ;
Aw = luas plat badan = h ∙ tw 5
Kv 5
a h 2
DK 52
Kuat Geser Nominal (Vn)
Vn 0.6 fyw Aw C v
Tekuk Elastis pada Plat Badan
h knE 1 .51EK v
1 .37 Cv 2
tw fyw h
Fy
tw
fyw = tegangan leleh pelat badan ;
5
Aw = luas plat badan = h ∙ tw Kv 5
a h 2
DK 53
Kuat Geser Nominal (Vn)
Vn
Leleh Tekuk Tekuk
Geser Inelastik Elastik
Vn = 0.6 fyw Aw
V n 0.6 f yw A w
kn E 1
Vn 0.6 fyw Aw 1.10
f h tw
yw
0.9 E k n Aw
Vn
h tw 2 Vn
0 . 9 E k n Aw
h t w 2
batas
leleh geser batas
tekuk
inelastik
knE knE
1.10 1.37
f yw f yw
h
tw
DK 54
DK 55
DK 56
Kombinasi Lentur dan Geser
Tidak ada rumus empiris untuk kombinasi lentur
dan geser
Kondisi batas mengikuti nilai yang terendah dari
masing‐masing kondisi lentur atau geser
DK 57
Deflections (based on American Standard)
Practical approach
Service live‐load deflections to approximately 1/360
of the span length
For situations where precise and delicate machinery
is supported, limited to 1/1500 or 1/2000 of the span
lengths.
2010 AASHTO Specifications
Limit deflections in steel beams and girders due to
live load and impact to 1/800 of the span.
For bridges in urban areas that are shared by
pedestrians, the maximum value equal to 1/1000 of
the span lengths
DK 58
Deflections (based on American Standard)
DK 59
DK 60