Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penggolongan Alkohol terbagi menjadi 3 yakni, Asiklik Alkohol, Terpena
Alkohol, Seskuiterpena Alkohol. Pada makalah ini kami membahas tanaman serai
yang berasal dari golongan Asiklik Alkohol yang terdapat Geraniol, sitronellal,
dan sitronellol.
Tanaman serai dipercaya berasal dari Asia Tenggara atau Sri Lanka.
Tanaman ini tumbuh alami di Sri Lanka, tetapi dapat ditanam pada berbagai
kondisi tanah di daerah tropis yang lembab, cukup sinar matahari dan memiliki
curah hujan relatif tinggi. Saat ini, tanaman serai dapat ditanam meluas dalam
kawasan tropika. Kebanyakan negara menanam serai untuk menghasilkan minyak
atsirinya secara komersial dan untuk pasar lokal sebagai perisa atau rempah ratus.
Sereh adalah tanaman rempah yang keberadaannya sangat melimpah di
Indonesia. Tanaman sereh banyak dibudidayakan pada ketinggian 200 – 800 dpl.
Sereh memiliki nama familiar yang berbeda-beda di setiap daerahnya seperti
sereue mongthi (Aceh), sere (Gayo), sangge-sangge (Batak), serai (Batawi)
(Minangkabau), sarae (Lampung), sere (Melayu), sereh (Sunda), sere (Jawa
Tengah), sere (Madura), dan masih banyak nama lain untuk menyebutkan serah di
daerah lain.
Tanaman sereh terdiri dari akar, batang dan daun. Selama ini akar tanaman
sereh dimanfaatkan untuk obat tradisonal dan batang tanaman sereh paling banyak
dimanfaatkan sebagai bumbu dapur dan aroma pada minuman hangat seperti
serbat, bajigur, dan bandrek, sedangkan daun tanaman sereh dimanfaatkan
menjadi minyak atsiri. Minyak atsiri daun sereh mengandung sitronelal 32-45%,
geraniol 12-18%, sitronelol 11-15%, geranil asetat 3-8%, sitronelil asetat 2-4%,
sitral, kavikol, eugenol, elemol, kadinol, kadinen, vanilin, limonen, kamfen. Di
Indonesia terdapat dua jenis tanaman serai yaitu serai dapur (Cymbopogon
citratus) dan serai wangi (Cymbopogon nardus). Tanaman serai ini banyak

1
ditemukan di daerah Jawa yaitu di dataran rendah yang memiliki ketinggian 60-
140 mdpl.
Tanaman serai wangi merupakan tanaman dengan habitus terna perenial
dan disebut dengan suku rumput-rumputan. Tanaman serai wangi memiliki akar
yang besar. Akarnya merupakan akar serabut yang berimpang pendek. Batang
tanaman serai wangi bergerombol dan berumbi, lunak dan berongga. Isi
batangnya merupakan pelepah umbi untuk pucuk dan berwarna putih kekuningan.
Namun ada juga yang berwarna putih keunguan atau kemerahan. Batangnya
bersifat kaku dan mudah patah serta tumbuh tegak lurus di atas tanah. Daun
tanaman serai berwarna hijau tidak bertangkai. Daunnya kesat, panjang, runcing
dan berbau khas. Daunnya memiliki tepi yang kasar dan tajam. Tulang daunnya
tersusun sejajar. Panjang daunnya sekitar 50-100 cm sedangkan lebarnya kira-kira
2 cm. Daging daunnya tipis serta pada pemukaan dan di bagian bawah daun
terdapat bulu halus.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa deskripsi dari serai wangi?
2. Bagaimana taksonomi serai wangi?
3. Bagaimana morfologi serai wangi?
4. Apa saja kandungan kimia serai wangi?
5. Apa saja kegunaan serai wangi?
6. Bagaimana metode pemisahan serai wangi?

1.3 Tujuan
1. Mengerti tentang deskripsi dari serai wangi
2. Mengetahui tentang taksonomi serai wangi
3. Mengetahui bagaimana morfologi serai wangi
4. Mengetahui apa saja kandungan kimia serai wangi
5. Mengetahui apa saja kegunaan serai wangi
6. Mengetahui bagaimana metode pemisahan serai wangi

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Minyak Atsiri


Minyak atsiri juga dikenal dengan nama minyak mudah menguap atau
minyak terbang. Pengertian atau definisi minyak atsiri yang ditulis dalam
Encyclopedia of Chemical Technology menyebutkan bahwa minyak atsiri
merupakan senyawa yang pada umumnya berwujud cairan, yang diperoleh dari
bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, dan biji maupun dari bunga
dengan cara ekstraksi.

Tanaman penghasil minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150-200 spesies


tanaman yang termasuk dalam famili Pinaceae, Labiatae, Compositae, Lauraceae,
Myrtaceae dan Umbelliferaceae. Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap
bagian tanaman yaitu, dari daun, bunga, buah, biji, batang atau kulit dan akar atau
rizhome. Minyak atsiri dapat diekstrak dengan 4 cara yaitu, penyulingan
(distillation), pengepresan (pressing), ekstraksi dengan pelarut menguap (solvent
extraction), dan ekstraksi dengan lemak padat (enfleurasi). Umumnya, metode
yang paling sering digunakan adalah penyulingan. Minyak atsiri dalam industri
digunakan untuk pembuatan kosmetik, parfum, antiseptik, obat-obatan, flavoring
agent dalam bahan pangan atau minuman dan sebagai pencampur rokok kretek.

Minyak atsiri mempunyai sifat-sifat mudah menguap pada suhu kamar


tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai
tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut
dalam air. Minyak atsiri akan mengabsorpsi oksigen dari udara sehingga akan
berubah warna, aroma, dan kekentalan sehingga sifat kimia minyak atsiri tersebut
akan berubah. Minyak atsiri secara umum di bagi menjadi dua kelompok.
Pertama, minyak atsiri yang komponen penyusunnya sukar untuk dipisahkan,
seperti minyak nilam dan minyak akar wangi. Minyak atsiri kelompok ini
lazimnya langsung digunakan tanpa diisolasi komponen-komponen penyusunnya

3
sebagai pewangi berbagai produk. Kedua, minyak atsiri yang komponen-
komponen senyawa penyusunnya dapat dengan mudah dipisahkan menjadi
senyawa murni, seperti minyak sereh wangi, minyak daun cengkeh, minyak
permen dan minyak terpentin.

2.2 Penggolongan Minyak Atsiri

Berdasarkan komponen kimia, minyak atsiri dapat digolongkan sebagai


berikut :
1. Minyak Atsiri Hidrokarbon
Minyak atsiri ini tidak mengandung komponen yang mempunyai gugus
fungsional, maka hidrokarbon terdapat hampir dalam semua minyak atsiri yang
terdiri dari terpen-terpen yang tidak mengandung oksigen, seskuiterpen dan
diterpen. Identifikasi minyak hidrokarbon, terutama ditetapkan dengan mengukur
bobot jenis, indeks bias atau dengan rotasi optisnya. Komponen-komponen
hidrokarbon yang terdapat dalam minyak atsiri yaitu hidrokarbon alifatik (asiklik)
dan hidrokarbon aromatik.
2. Minyak Atsiri Alkohol
Alkohol-alkohol yang sering terdapat didalam minyak menguap dapat
digolongkan dalam alkohol asiklik, alkohol terpen dan alkohol seskuiterpen.
Alkohol-alkohol terpen terpenting adalah mentol dari oleum (menthae pipirites)
dan bornaol (suatu terpen alkohol disiklik dari borneo camphor) sedangkan dari
seskuiterpen alkohol adalah santalol (minyak sandalwood dan gingerol).
3. Minyak Atsiri Aldehid
Aldehid yang terdapat dalam minyak atsiri terdiri dari aldehida asiklik dan
siklik. Simplisia minyak atsiri yang mengandung Aldehid, misalnya: Citri fructus
cortex, Auranti amari cortex, dan Cinnamomi cortex.
4. Minyak Atsiri Keton
Senyawa-senyawa keton yang terdapat di dalam minyak atsiri yaitu terdiri
dari (1) Keton terpen monosiklik seperti menton, karvo, piperito, pulegon dan

4
diosfenol, (2) Keton bisiklik seperti kamfenon dan thuion, (3) Keton non terpen
seperti iron.
5. Minyak Atsiri Fenol
Minyak atsiri fenol dibagi dalam dua jenis senyawa fenol yaitu terdapat
dialam dan yang terbentuk sebagai hasil penyulingan destkruktif dari bagian
tanaman.
6. Minyak Atsiri Eter-Fenolik
Di alam minyak atsiri eter-fenolik terdapat senyawa-senyawa seperti anatol
dan safrol, dapat juga ditemukan turunan safrol dalam minyak atsiri seperti
miristisin dan apiol.
7. Minyak Atsiri Oksida
Eukaliptol (sineol) terdapat dalam tanaman eucalyptus dan juga disebut
kayu putol oleh karena terdapat juga didalam tanaman kayu putih. Senyawa
oksida lain adalah askaridol yang merupakan dioksida dari semen, yang
merupakan isi aktif dari oleum chenopodii.
8. Minyak Atsiri Ester
Minyak atsiri ester yang terdapat dalam minyak atsiri sangat banyak
jenisnya, tetapi yang umum terdapat adalah ester asetat dari terpineol, borneol dan
geraniol. Senyawa lain yang terdapat dalam minyak atsiri adalah senyawa alil-
isotiosianat didalam minyak mosterd metil salisilat didalam oleum gaultheriae

2.3 Deskripsi Serai Wangi (Cymbopogon nardus)


Serai atau Cymbopogon citratus atau sering disebut Cymbopogon nardus
(Lenabatu) merupakan tumbuhan yang masuk ke dalam family rumput-rumputan
atau Poaceae. Dikenal juga dengan nama serai dapur (Indonesia), sereh (Sunda),
bubu (Halmahera); serai, serai dan serai dapur (Malaysia); tanglad dan salai
(Filipina); balioko (Bisaya), slek krey sabou (Kamboja), si khai/ shing khai
(Laos), sabalin (Myanmar), cha khrai (Thailand). Tanaman ini dikenal dengan
istilah Lemongrass karena memiliki bau yang kuat seperti lemon, sering
ditemukan tumbuh alami di negara-negara tropis. Tanaman serai mampu tumbuh

5
sampai 1-1,5 m. Panjang daunnya mencapai 70-80 cm dan lebarnya 2-5cm,
berwarna hijau muda, kasar dan mempunyai aroma yang kuat.
Tanaman serai genus Cymbopogon meliputi hampir 80 spesies, tetapi
hanya beberapa jenis yang menghasilkan minyak atsiri yang mempunyai arti
ekonomi dalam perdagangan. Tanaman serai yang diusahakan di Indonesia terdiri
dari dua jenis yaitu Cymbopogon nardus (lenabatu) dan Cymbopogon winterianus
(mahapengiri). Jenis mahapengiri mempunyai ciri-ciri daunnya lebih lebar dan
pendek, disamping itu menghasilkan minyak dengan kadar sitronellal 30-45% dan
geraniol 65-90%. Sedangkan jenis lenabatu menghasilkan minyak dengan kadar
sitronellal 7-15% dan geraniol 55-65%.

2.4 Taksonomi Serai Wangi (Cymbopogon nardus)


Serai umumnya tumbuh sebagai tanaman liar di tepi jalan atau kebun,
tetapi dapat ditanam dalam berbagai kondisi di daerah tropis yang lembab, cukup
sinar matahari, dan bercurah hujan relatif tinggi. Kedudukan taksonomi tanaman
serai menurut Santoso (2007) :
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Trachebionta
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Graminae/Poaceae
Genus : Cymbopogon
Species : Cymbopogon nardus L. Rendle

2.5 Morfologi Serai Wangi (Cymbopogon nardus)


Daun tanaman serai berwarna hijau tidak bertangkai. Daunnya kesat,
panjang, runcing dan berbau khas. Daunnya memiliki tepi yang kasar dan tajam.
Tulang daunnya tersusun sejajar. Panjang daunnya sekitar 50-100 cm sedangkan

6
lebarnya kira-kira 2 cm. Daging daunnya tipis serta pada pemukaan dan di bagian
bawah daun terdapat bulu halus. Morfologi tanaman serai dapat dilihat pada
Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Morfologi tanaman serai wangi

2.6 Kandungan Kimia Serai Wangi (Cymbopogon nardus)


Tanaman serai mengandung minyak esensial atau minyak atsiri yang
terdiri dari aldehid isovalerik, betakariofilen, dipenten, furfural, geraniol,
limonene, linalool, mircen, metilheptenon, neral, nerol, sitral dan sitronellal. Serai
wangi mempunyai metabolit sekunder antara lain saponin, tanin, kuinon dan
steroid. Selain itu tumbuhan ini mengandung kumarin dan minyak atsiri.
Menurut Guenther (1990), senyawa kimia dari minyak serai ada berbagai
macam. Senyawa penyusun dari minyak atsiri serai dapat dilihat pada Tabel 2.5.
Senyawa Penyusun Kadar %
Sitronelal 32-45
Geraniol 12-18
Sitronelol 12-15
Geraniol asetat 3-8
Sitronelol asetat 2-4
Limonena 2-5
Elemol dan terpen lain 2-5
Elemena dan cadinen 2-5

7
Senyawa utama penyusun minyak sereh adalah sitronelal sitronelol, dan
geraniol. Gabungan ketiga komponen utama minyak sereh dikenal sebagai total
senyawa yang dapat diasetilasi. Ketiga komponen ini menentukan intensitas bau
harum, nilai dan harga minyak sereh. Menurut standar pasar internasional,
kandungan sitronelal dan jumlah total alkohol masing-masing harus lebih tinggi
dari 35%.

1. Geraniol ( C10H180 )

Geraniol merupakan persenyawaan yang terdiri dari 2 molekul isoprene


dan 1 molekul air, dengan rumus bangun adalah sebagai berikut :

2. Sitronellol ( C10H200 )
Sitronelol hasil isolasi dari minyak atsiri sereh terdiri dari sepasang
enansiomer (R)-sitronelal dan (S)-sitronelal. Rumus bangunnya adalah
sebagai berikut:

8
3. Sitronellal (C10H16O)

Rumus bangunnya adalah sebagai berikut:

Sitronelol dan geraniol, serta ester geraniol dan ester sitronelol banyak
digunakan sebagai bahan pengharum ruangan, tisu, sabun, dan kosmetik.
Komponen kimia dalam minyak sereh wangi cukup komplek, namun komponen
yang terpenting adalah sitronellal dan geraniol. Kedua komponen tersebut
menentukan intensitas bau, harum, serta nilai harga minyak sereh wangi. Kadar
komponen kimia penyusun utama minyak sereh wangi tidak tetap, dan tergantung
pada beberapa faktor. Biasanya jika kadar geraniol tinggi maka kadar sitronellal
juga tinggi. Sitronelol dan geraniol merupakan bahan aktif yang tidak disukai dan
sangat dihindari serangga, termasuk nyamuk sehingga penggunaan bahan-bahan
ini sangat bermanfaat sebagai bahan pengusir serangga.

2.7 Kegunaan Serai Wangi (Cymbopogon nardus)


Manfaat dari serai wangi terkait dengan kandungan senyawa aktif di
dalamnya yaitu minyak atsirinya. Minyak atsiri serai wangi memiliki banyak
kandungan, salah satunya adalah sitronelal yang memiliki potensi untuk
membunuh nyamuk. Sitronelal dan geraniol merupakan dua senyawa penting
dalam serai wangi yang dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan ester
untuk parfum dan kosmetik. Apabila dilihat dari segi pengobatan tradisional, serai
wangi dapat digunakan untuk perawatan pasca melahirkan dan sakit kepala. Serai

9
wangi juga dapat digunakan untuk menghasilkan minyak pijat untuk mengatasi
pegal dan kembung perut.
Serai wangi dapat digunakan pula sebagai bahan pestisida nabati dan
tanaman konservasi. Tanaman serai wangi dapat tumbuh pada tanah yang
memiliki ketersedian hara rendah. Selain itu, serai wangi mempunyai perakaran
serabut yang kuat sehingga banyak digunakan sebagai tanaman untuk vegetasi
konservasi lahan miring dan tanaman pioneer pada lahan bekas tambang.

10
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Determinasi Tanaman


Hasil determinasi tanaman yang diperoleh dari Balai Besar Pengembangan
dan Penelitian Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO2T) Karanganyar
Jawa Tengah menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini
benar tanaman sereh wangi (Cymbopogon nardus L Rendle).

3.2 Metode Pemisahan


3.2.1 Bagian Tanaman
Sampel penelitian adalah batang sereh seberat 3 kg yang berumur 6
bulan dengan ciri batang berwarna putih kekuningan sampai putih
keunguan. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten.

3.2.2 Pembuatan Simplisia


Akar dipisahkan dari bagian batang yang merupakan batang semu
dan daun selanjutnya dicuci dengan bersih, selanjutnya dipotong-
potong kecil lalu dikeringkan dengan cara dianginanginkan. Setelah
kering kurang lebih mengandung kadar air + 10%, sampel
diserbukkan dan siap digunakan bahan penelitian.

3.2.3 Cara Ekstraksi


Pembuatan ekstrak daun sereh wangi menggunakan teknik
maserasi yaitu dengan memanaskan daun sereh wangi dalam air suhu
90 0C selama 30 menit. Selanjutnya di saring dan dipekatkan dengan
menggunakan Rotary evaporator.

11
3.3 Tinjauan Farmakologi
3.3.1 Pengujian In vitro
Uji daya hambat ekstrak daun sereh wangi terhadap Colletotrichum
sp secara in vitro dilakukan di dalam cawan petri dengan menggunakan
metode biakan cendawan. Dengan cara mencampurkan ekstrak daun sereh
wangi sesuai konsentrasi perlakuan ke dalam media PDA dan selanjutnya
disterilisasi menggunakan autoclave (pada kontrol positif tidak
ditambahkan ekstrak sereh wangi sedangkan pada kontrol negatif yang
dicampurkan ke media PDA adalah fungisida sintetik). Setelah itu pada
bagian tengah media PDA yang telah beku diletakan potongan biakan
Colletotrichum sp dengan diameter 0,5 cm. Setelah inkubasi selama 7 hari
dilakukan pengamatan dengan mengukur daya hambat terhadap
pertumbuhan Colletotrichum sp.

3.3.2 Pengujian In vivo


Pengujian in-vivo dilakukan untuk mengetahui kemampuan ekstrak
daun sereh wangi dalam meningkatkan ketahanan buah cabai terhadap
penyakit antraknosa. Buah cabai merah besar yang dalam kondisi sehat
dan segar digunakan sebagai unit percobaan. Buah cabai yang sehat dicuci
terlebih dahulu dengan menggunakan air steril dan dikeringkan.
Selanjutnya buah cabai diterilisasi dengan alcohol 70 % dan selanjutnya
direndam ke dalam ekstrak daun sereh wangi dengan konsentrasi sesuai
perlakuan selama 10 menit (pada control negative buah cabai tidak
direndam sedangkan pada control positif buah cabai direndam dalam
larutan fungisida kimia), kemudian buah cabai dikering anginkan dan
dimasukkan ke dalam bak plastic yang ditutup dengan alumunium foil dan
dibungkus dengan plastik untuk menjaga kelembaban selama 24 jam.
Setelah inkubasi cabai di inokulasi dengan isolat Colletotrichum sp dan
selanjutnya buah cabai diletakan pada bak plastik yang pada keempat
sudutnya diberi kapas basah steril.

12
Buah cabai tersebut diinkubasi selama 7 hari dan setiap hari
dilakukan pengamatan terhadap gejala yang muncul. Pengamatan yang
dilakukan adalah :

1. Masa inkubasi (hari)


Masa inkubasi merupakan waktu yang diperlukan pathogen untuk
melakukan infeksi dihitung berdasarkan waktu gejala pertama muncul
pada buah cabai setelah inokulasi.
2. Intensitas Serangan (%)
Intensitas serangan cendawan dihitung berdasarkan skor luas bercak,
kemudian diidentifikasi berdasarkan kriteria ketahanan tanaman
penyakit (Sakerebau dan Soekarno 2013). Rumus yang digunakan
adalah IS = [ Σ(nxV)/(ZxN)] x 100 %, dimana IS = Intensitas
serangan, n = jumlah buah setiap kelas bercak, V = nilai skor setiap
kelas bercak, N = jumlah buah yang diamati, dan Z = nilai skor kelas
luas bercak yang tertinggi
3. Susut bobot buah cabai
Pengukuran susut bobot dilakukan dengan menimbang buah cabai
sebelum dan sesudah pengamatan dengan rumus : Susut bobot = [(b1-
b2)/b1] x 100 %, dimana b1 = bobot awal dan b2 = bobot akhir.

13
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Serai atau Cymbopogon citratus atau sering disebut Cymbopogon nardus
(Lenabatu) merupakan tumbuhan yang masuk ke dalam family rumput-rumputan
atau Poaceae.
Taksonomi Serai Wangi (Cymbopogon nardus):
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Trachebionta
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Graminae/Poaceae
Genus : Cymbopogon
Species : Cymbopogon nardus L. Rendle

Kandungan Senyawa Kimia Minyak Atsiri Serai Wangi (Cymbopogon nardus) :


Senyawa Penyusun Kadar %
Sitronelal 32-45
Geraniol 12-18
Sitronelol 12-15
Geraniol asetat 3-8
Sitronelol asetat 2-4
Limonena 2-5
Elemol dan terpen lain 2-5
Elemena dan cadinen 2-5

14
Manfaat dari serai wangi terkait dengan kandungan senyawa aktif di
dalamnya yaitu minyak atsirinya. Minyak atsiri serai wangi memiliki banyak
kandungan, salah satunya adalah sitronelal yang memiliki potensi untuk
membunuh nyamuk. Sitronelal dan geraniol merupakan dua senyawa penting
dalam serai wangi yang dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan ester
untuk parfum dan kosmetik. Apabila dilihat dari segi pengobatan tradisional, serai
wangi dapat digunakan untuk perawatan pasca melahirkan dan sakit kepala. Serai
wangi juga dapat digunakan untuk menghasilkan minyak pijat untuk mengatasi
pegal dan kembung perut.

4.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna kedepannya
penulis akanlebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung
jawabkan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Oyen, L.P.A dan N.X. Dung. 1999. Plant Resources of South-East Esia 19,
Essentialoil Plants. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia.

Sastrohamidjojo, H. 2002. Kromatografi. Yogyakarta : Penerbit Liberty.

Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: Balai Pustaka.

Harris JG, Harris MW. 1994. Plant Identification Terminology An Ilustrated


Glossary. USA: Spring Like Publishing.

Chooi, O.H. 2008. Rempah Ratus: Khasiat Makanan dan Ubatan. Prin-AD.
SDN.BHD, Kuala Lumpur

Agusta, A. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Penerbit ITB

Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri.Yogyakarta : Gadjah Mada.


University Press. Simarta

Armando dan Rochim. 2009. Memproduksi Minyak Atsiri Berkualitas. Cetakan I.


Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta

Arifin, Zainal. 2014. Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Wijayakusuma, Hembing. 2005. Atasi Kanker dengan Tanaman Obat. Jakarta :


Puspa Swara

Wijoyo, P. M. 2009. 15 Ramuan Penyembuh Maag. Bee Media Indonesia. Jakarta

Santoso, Singgih. 2007. Statistik Deskriptif: Konsep dan Aplikasi dengan.


Microsoft Exel dan SPSS. Yogyakarta: ANDI. Santrock

Khoirotunnisa, M. 2008. Aktivitas Minyak Atsiri Daun Sereh (Cymbopogon


winterianus, jowitt) terhadap Pertumbuhan Malassezia furfur secara In
Vitro dan Identifikasinya. [Disertasi]. Semarang: Universitas Diponegoro

16
Guenther, E. 1990. The Essential Oil (minyak atsiri), diterjemahkan oleh
S.Ketaren. Jakarta: UI Press

Hutapea, J,R. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia Edisi Kedua, Penerbit.
Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Syamsuhidayat dan Hutapea, J.R., 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia,


305-306, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan, Jakarata.

17

Anda mungkin juga menyukai

  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Dea Safitri Febriyani
    Belum ada peringkat
  • Makalah
    Makalah
    Dokumen20 halaman
    Makalah
    Dea Safitri Febriyani
    Belum ada peringkat
  • Krim Eritromisin
    Krim Eritromisin
    Dokumen18 halaman
    Krim Eritromisin
    Dea Safitri Febriyani
    Belum ada peringkat
  • Glikosida Sianogenik Makalah
    Glikosida Sianogenik Makalah
    Dokumen15 halaman
    Glikosida Sianogenik Makalah
    Dea Safitri Febriyani
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 4 - Tuberkulosis
    Kelompok 4 - Tuberkulosis
    Dokumen40 halaman
    Kelompok 4 - Tuberkulosis
    Dea Safitri Febriyani
    Belum ada peringkat
  • Bab I Fitokim
    Bab I Fitokim
    Dokumen2 halaman
    Bab I Fitokim
    Dea Safitri Febriyani
    Belum ada peringkat
  • File Bab Ii
    File Bab Ii
    Dokumen2 halaman
    File Bab Ii
    Dea Safitri Febriyani
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Ariya Prahasta
    Belum ada peringkat
  • Imunologi
    Imunologi
    Dokumen1 halaman
    Imunologi
    Dea Safitri Febriyani
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Dea Safitri Febriyani
    Belum ada peringkat
  • Farklin
    Farklin
    Dokumen1 halaman
    Farklin
    Dea Safitri Febriyani
    Belum ada peringkat
  • File Bab Ii
    File Bab Ii
    Dokumen15 halaman
    File Bab Ii
    Melfi Triani Siska
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Ariya Prahasta
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 4 - Tuberkulosis
    Kelompok 4 - Tuberkulosis
    Dokumen40 halaman
    Kelompok 4 - Tuberkulosis
    Dea Safitri Febriyani
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Ariya Prahasta
    Belum ada peringkat
  • Print
    Print
    Dokumen7 halaman
    Print
    Dea Safitri Febriyani
    Belum ada peringkat
  • Desain Obat
    Desain Obat
    Dokumen12 halaman
    Desain Obat
    Dea Safitri Febriyani
    Belum ada peringkat
  • Kuisioner
    Kuisioner
    Dokumen6 halaman
    Kuisioner
    Dea Safitri Febriyani
    Belum ada peringkat
  • 24c84443f9f66c008cfe2967d4ec91e9
    24c84443f9f66c008cfe2967d4ec91e9
    Dokumen24 halaman
    24c84443f9f66c008cfe2967d4ec91e9
    David T
    Belum ada peringkat
  • Fito
    Fito
    Dokumen2 halaman
    Fito
    Dea Safitri Febriyani
    Belum ada peringkat
  • Berat & HDL
    Berat & HDL
    Dokumen3 halaman
    Berat & HDL
    Dea Safitri Febriyani
    Belum ada peringkat
  • Makalah Farklin
    Makalah Farklin
    Dokumen28 halaman
    Makalah Farklin
    Dea Safitri Febriyani
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Dea Safitri Febriyani
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    Dea Safitri Febriyani
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Ariya Prahasta
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    Dea Safitri Febriyani
    Belum ada peringkat
  • Copy Resep
    Copy Resep
    Dokumen1 halaman
    Copy Resep
    Dea Safitri Febriyani
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen17 halaman
    Bab I
    Dea Safitri Febriyani
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    Dea Safitri Febriyani
    Belum ada peringkat