PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hawks, 2009; Guyton & Hall, 2008). Definisi lain menjelaskan bahwa Diabetes
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
sekresi insulin. Kurangnya sekresi atau produksi insulin terjadi akibat kerusakan
sel beta pankreas. Faktor genetik turut menentukan kerentanan sel–sel beta
merusak sel–sel beta. Sedangkan Kelainan dasar pada diabetes melitus tipe 2 yaitu
jaringan perifer. Reseptor insulin pada pasien diabetes melitus tipe 2 mengalami
memproduksi glukosa dan kadar glukosa darah meningkat. Proses ini ditambah
glukosa.
1
World Health Organization (WHO) pada September 2012 menjelaskan
bahwa jumlah penderita Diabetes Melitus di dunia mencapai 347 juta orang.
International Diabetes Federation (IDF) Atlas 2015, memprediksi untuk usia 20-
79 tahun jumlah penderita Diabetes Melitus di Indonesia dari 10 juta pada tahun
2015 menjadi 16,2 juta pada tahun 2040. Dengan angka tersebut Indonesia
menempati urutan ke-6 di dunia pada tahun 2040, atau naik satu peringkat
dibanding data IDF pada tahun 2015 yang menempati peringkat ke-7 di dunia.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2014, terdapat 27.470 kasus
penyakit diabetes melitus dengan 747 kematian. Sedangkan berdasrkan data Dinas
Kesehatan Kota Makassar pada tahun 2015, penyakit Diabetes Melitus menempati
peringkat empat dari sepuluh penyebab utama kematian di Kota Makassar yaitu
sebanyak 191 kasus dengan jumlah penderita sebanyak 25.145 jiwa (Dinas
Kesehatan Kota Makassar, 2015). RSUD Labuang Baji Makassar, jumlah pasien
rawat jalan pada tahun 2014 sebanyak 209 pasien, tahun 2015 sebanyak 277
pasien, dan pada tahun 2016 sebanyak 195 pasien yang menderita penyakit
terhadap infeksi saluran kemih (ISK) adalah faktor imunitas, perubahan faal, dan
perlekatan bakteri pada sel uroepitelium. Faktor imunitas yaitu berupa gangguan
2
glukosa yang tinggi dalam urine (glukosuria) juga dapat menghambat aktivitas
Urine pada penderita diabetes melitus memiliki kadar glukosa yang tinggi,
nitrogen, sehingga bakteri pada urine penderita diabetes melitus lebih banyak dari
pada urine normal. Infeksi pada pasien diabetes melitus umumnya terlokalisasi di
saluran kemih. Kadar glukosa yang tinggi di dalam urine merupakan media yang
dengan masuknya mikoorganisme, seperti jamur, virus, dan bakteri dalam saluran
dari pasien ISK, Mikroorganisme lain yang sering ditemukan adalah Proteus spp,
2009).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
3
a. Tujuan Umun
b. Tujuan khusus
D. Manfaat Penelitian
a. Untuk Akademik
b. Untuk Praktisi
dengan bahaya dan dampak yang diakibatkan bakteri yang berkembang biak
c. Untuk Peneliti
4
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Tentang Variabel
hiperglikemia (Black & Hawks, 2009; Guyton & Hall, 2008). Definisi lain
Association, 2010).
b. Epidemiologi
347 juta orang dan lebih dari 80% kematian akibat DM terjadi pada negara
6
miskin dan berkembang. International Diabetes Federation (IDF) Atlas
Melitus di Indonesia dari 10 juta pada tahun 2015 menjadi 16,2 juta pada
dunia pada tahun 2040, atau naik satu peringkat dibanding data IDF pada
tahun 2007 menjadi 6,9% atau sekitar 9,1 juta pada tahun 2013. Diabetes
sudah ada 4,8 juta kematian yang disebabkan langsung oleh Diabetes
Melitus. Tiap 10 detik ada satu orang atau tiap 1 menit ada 6 orang yang
7
penyebab utama kematian di Kota Makassar yaitu sebanyak 191 kasus
dengan jumlah penderita sebanyak 25.145 jiwa Zamaa, & Sainudin, 2018).
tahun 2014 sebanyak 209 pasien, tahun 2015 sebanyak 277 pasien, dan
pada tahun 2016 sebanyak 195 pasien yang menderita penyakit diabetes
c. Klasifikasi
telah disahkan oleh WHO, yaitu: diabetes melitus tipe 1, Diabetes Melitus
dalam diabetes melitus tipe ini yaitu destruksi autoimun sel-sel beta
8
autoimun pada diabetes melitus tipe ini dimulai dari penemuan
2016).
oleh sel beta pankreas atau gangguan fungsi insulin (resistensi insulin)
tidak dapat bekerja dengan baik karena reseptor insulin pada sel
darah. Kondisi ini bila dalam jangka panjang akan berdampak pada
(Suriani, 2012).
9
Penderita diabetes melitus tipe 2, ada kecenderungan faktor
diabetes melitus tipe ini memiliki kemungkinan dua kali lebih tinggi
penyebab dari 10-20% diabetes melitus tipe ini adalah gen yang
Gejala yang menyertai diabetes melitus tipe ini yaitu cepat lelah berat,
10
3) Diabetes Melitus Gestasional (DGM)
kehamilan.
penyakit lain. Jumlah kasus diabetes tipe ini sebanyak 1-5% dari
11
d. Patofisiologi
Kurangnya sekresi atau produksi insulin terjadi akibat kerusakan sel beta
sebelum usia 30 tahun dan ditemukan kurang lebih 10% dari seluruh kasus
dengan berat badan berlebih atau obesitas yang didukung dengan polidipsi
dan kurang aktivitas. Defisiensi insulin terjadi akibat sel beta secara terus
12
Kekurangan sekresi insulin oleh pankreas juga menyebabkan kecepatan
tipe 2 ditemukan lebih dari 90% dari seluruh kasus (Septianingsih, 2012).
e. Komplikasi
infeksi.
(Septianingsih, 2012).
13
pengendalian glikemik yang buruk (Black & Hawks, 2009). Tipe infeksi
infeksi saluran kemih (ISK), infeksi saluran napas dan infeksi kulit. Infeksi
b. Epidemiologi
dan masih menjadi masalah kesehatan dan dapat menjadi penyebab sepsis
14
Kesehatan Republik Indonesia, penderita ISK di Indonesia berjumlah 90 –
100 kasus per 100.000 penduduk per tahun atau sekitar 180.000 kasus baru
c. Patofisiologi
urea yang tinggi, dan glikoprotein dalam jumlah besar yang mempengaruhi
diganti dengan bakteri uropatogenik dan melalui rute ascending dari uretra
15
terjadinya kolonisasi mikroorganisme. Konsentrasi glukosa yang tinggi
(Septianingsih, 2012).
a. Pengertian Urine
kondisi ginjal dan saluran kemih (Aulia,D dan Lydia,A. 2014) sehingga
16
dapat digunakan dalam menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih
dkk, 2014).
2014):
3) Urin pagi merupakan urin yang dikeluarkan pada pagi hari setelah
bangun tidur. Urin pagi lebih pekat dari urin baik digunakan untuk
HCG.
mengetahui adanya radang dan letak lesi dari urin laki – laki.
5) Urin porsi tengah yaitu penampungan urin aliran tengah dengan aliran
17
membersihkan introitus disekitar urethra pada wanita dan glans laki-
6) Urin porsi pertama yaitu penampungan aliran urin yang pertama. Urin
kateter. Spesimen tidak boleh diambil dari tampungan bag urine pada
kemih dalam kondisi normal adalah steril maka baik digunakan untuk
a. Defenisi
khusus (nukleus) dan tidak ada membran inti. DNA pada bakteri
berbentuk sirkuler, panjang dan biasa disebut nukleoid. DNA bakteri tidak
mempunyai intron dan hanya tersusun atas ekson saja. Bakteri juga
18
memiliki DNA ekstrakromosomal yang tergabung menjadi plasmid yang
(aseksual) dimana dari satu sel membelah menjadi dua sel yang identik.
solid dan liquid. Media pertumbuhan solid seperti piring agar digunakan
untuk mengisolasi kultur murni dari bakteri yang diinginkan. Dalam media
bagi kita jika kita ingin mengisolasi sel individu. Dalam kedua media
tersebut, terdapat nutrisi bagi sel dalam jumlah yang terbatas sehingga
phase. Lag phase adalah fase pertumbuhan lambat. Hal ini disebabkan oleh
19
kebutuhan bakteri untuk beradaptasi dengan lingkungannya demi
substrat dihasilkan dalam jumlah yang banyak. Fase kedua adalah log
phase (Fase logaritmik), dikenal juga dengan fase eksponensial. Fase ini
Tingkat dimana sel berkembang biak pada fase ini disebut sebagai growth
rate (k). Waktu yang dibutuhkan sel untuk membelah diri menjadi dua
bagian dalam fase ini disebut sebagai generation time (g). Selama log
Lalu, masuklah koloni tersebut ke dalam fase ketiga, fase stasioner. Fase
ini ditandai dengan habisnya nutrisi yang tersedia. Sel mulai menghentikan
yang sangat cepat menuju masa dormansi. Fase terakhir yang dilewati
bakteri adalah fase penurunan. Setelah periode waktu pada fase stasioner
sejumlah kecil sel yang hidup akan bertahan selama beberapa bulan atau
20
Umumnya Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh mikroorganisme
1) Escherichia coli
Volume sel Escherichia coli berkisar 0.6-0.7 m3. Bakteri ini dapat
Domain : Bacteria
Kingdom : Eubacteria
Phylum : Proteobacteria
21
Class : Gammaproteobacteria
Order : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
2009).
22
sering dipakai. Teknik rekombinasi DNA tidak akan ada tanpa
23
makhluk heterotrof yang tergantung pada molekul-molekul organik
O157:H7 ini dapat bertahan hidup pada suhu yang sangat rendah
dan asam. Salah satu contoh kasus adalah bakteri Escherichia coli
d) Patogenesis
kemih pertama pada kira-kira 90% wanita muda. Gejala dan tanda-
24
tandanya antara lain sering kencing, disuria, hematuria, dan piuria.
atas. Tak satupun dari gejala atau tanda-tanda ini bersifat khusus
2) Proteus spp
25
a) Klasifikasi Dan Morfologi
peritrik. Bakteri Proteus spp tumbuh optimum pada suhu 35-37 °C,
26
penyebab infeksi pada 90 pasien di Inggris pada tahun 1987. Hasil
(Nurdin, 2009).
Domain : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gammaproteobacteria
Order : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Proteus
Species : Proteus
saluran kemih, bakteri ini sulit diterapi dan dapat berakibat fatal
c) Patogenesis
27
Bakteri ini adalah bakteri patogen oportunis. Dapat
dan lesi fokal pada penderita yang lemah atau pada penderita yang
3) Klebsiella spp
28
a) Klasifikasi Dan Morfologi
positif
pada media padat tumbuh koloni mucoid (24 jam). Mudah dibiakan
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Order : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Klebsiella
29
- Klebsiella oxytoca
- Klebsiella ozaena
- Klebsiella rhinoscleromatis
itu, bakteri ini juga dapat menyebabkan infeksi saluran kemih, dan
penyakit dengan cara menjaga sanitasi dan pola hidup yang baik, di
infeksi saluran kemih dan bakteremia dengan lesi fokal pada pasien
c) Patogenesis
napas bagian atas, usus dan saluran kemih dan alat kelamin. Tidak
30
Bakteri ini sering menimbulkan pada traktus urinarius
4) Staphylococcus aureus
31
a) Klasifikasi Dan Morfologi
1,0 μm. Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat
Divisio : Protophyta
Subdivisio : Schizomycetes
Classis : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Familia : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
32
aureus jarang ada, tetapi sangat penting karena dapat menyebabkan
(Nurdin, 2009).
c) Patogenesis
5) Pseudomonas aeruginosa
33
a) Klasifikasi Dan Morfologi
Divisio : Proteobacteria
Kelas : Gammaproteobacteria
Ordo : Pseudomonadales
Famili : Pseudomonadaceae
Genus : Pseudomonas
34
meningitis karena kontaminasi pada waktu punksi lumbal, infeksi
c) Patogenesis
distress syndrome
saluran kemih bila masuk bersama kateter dan instrumen lain atau
35
5. Teori Tentang Identifikasi Bakteri
media selektif.
dua yaitu bakteri yang dapat menyerap warna violet atau biru tua
36
5) Uji Katalase digunakan untuk mengetahui sifat bakteri dalam
6) Uji TSIA (Triptic Sugar Iron Agar) bertujuan untuk membedakan jenis
(butt) dan lereng (slant) media jika berwarna merah bersifat basa dan
jika berwana kuning bersifat asam. Jika pada media terdapat sulfur
pada media.
positif jika terjadi perubahan warna dari media dari orange menjadi
ungu.
37
cincin merah pada bagian atas tabung (+) setelah penambahan reagen
kovak. Orniti jika media berubah warna dari ungu menjadi kuning (+).
maka media akan berubah menjadi merah, jika bakteri tidak mampu
dengan alfa naftol dan KOH 40% maka media akan berubah menjadi
merah.
dari tiap jenis gula yaitu glukosa, sukrosa, maltose, arabinosa, manitol
38
B. Kerangka Konsep
Diabetes Melitus
Diabetes melitus tipe 2 adalah penyakit gangguan
metabolik yang ditandai oleh kenaikan gula darah akibat
penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas atau
gangguan fungsi insulin (resistensi insulin)
Komplikasi
Kronik Akut
39
C. Variabel/Fokus Penelitian
1. Variable bebas
2. Variable terkait
Melitus (DM)
D. Definisi Operasional
bacteriuria).
3. Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan
selubung inti).
40
E. Kriteria Objektif
Kriteria objektif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu urine penerita
Diabetes Melitus.
F. Hipotesis Penelitian
Ada terdapat bakteri gram negative dan gram positif pada urine penderita
Diabetes Melitus
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh disajikan secara
bakteri.
1. Lokasi
Rezky Makassar
1. Alat
Alat yang digunakan yaitu tabung reaksi, erlenmeyer, ose bulat, ose
lurus, bunsen, rak tabung, batang pengaduk, gelas ukur, pipet tetes, corong,
preparat
2. Bahan
carbol fuchsin, lugol, Kristal violet, oil emersi, media BHIB, media Mac
Conkeyagar, media blood agar, media katalase, media MIO, media erea,
42
media sitrat, media VP, media MR, media NB, glukosa, sukrosa, maltose,
manitol, kovaks, methyl red, à naftol, KOH, kapas, label dan kertas.
1. Populasi
Melitus (DM)
2. Sampel
a. Kriteria inklusi
b. Kriteria esklusi
43
E. Cara Kerja
1. Tahapan Persiapan
urine yang steril dan kering untuk menampung urine. Wadah urine harus
steril agar tidak ada bakteri lain yang mengkontaminasi sampel urine yang
telah didapat. Urine ditampung dalam wadah yang sudah berisi urine
bakteri seperti alat-alat yang terbuat dari kaca seperti tabung reaksi,
erlenmeyer, cawan petri, gelas ukur, media yang dibuat, dan larutan NaCl
2. Tahapan Pelaksanaan
4) Dihomogenkan
6) Diamati media.
44
b. Isolasi pada media Mac Conkey Agar
5) Diamati bentuk, warna, dan ukuran koloni bakteri yang tumbuh pada
gores kuadran.
5) Diamati bentuk, warna, dan ukuran koloni bakteri yang tumbuh pada
3) Kategori 1
45
4) Kategori 2
diulangi
pemeriksaan ulang.
5) Kategori 3
NaCl
46
8) Dicuci dengan aquadest mengalir
16) Bakteri gram positif (+) dilakukan uji katalase terlebih dahulu,
f. Uji katasale
4) Diambil biakan bakteri menggunakan ose steril dan dioles di atas kaca
6) Diamati.
udara.
47
g. Uji koagulasi
h. Uji biokimia
tusuk
48
5) Diperhatikan adanya gas pada media. Jika media berpindah
sinambung
e. Diamati media.
sinambung
e. Diamati media.
49
Interpretasi hasil : negatif (-) : tidak terjadinya perubahan
f. Diamati media.
2) Indol : jika terbentuk cincin merah pada bagian atas tabung (+)
3) Orniti : jika media berubah warna dari ungu menjadi kuning (+)
dihomogenkan
50
f. Diamati media
dihomogenkan
f. Diamati media
manitol)
51
d. Diinkubasi kedalam inkubator selama 24 jam dengan suhu 37oC
f. Diamati media.
media dari merah menjadi kuning dan positif (+) : terjadi perubahan
G. Etika Penelitian
52
BAB IV
A. Hasil Penelitian
tabel berikut :
Tabel 4.1
Hasil Penelitian Pada Sampel Urine Penderita Diabetes
Jumlah
No Kode Sampel Hasil Keterangan
Koloni
1 A1 Positif Escherchia coli 397
6 C2 Positif Streptococcus -
7 D1 Negatif - -
53
14 G2 Positif Staphylococcus aures 108
berikut:
Tabel 4.2
Hasil Pengamatan sampel urine A
Karakteristik Sampel A
BHIB Tumbuh subur
Koloni berbentuk bulat, cembung, berwana merah
Mac Conkey Agar muda dengan ukuran sedang-besar dan pinggiran
koloni rata.
Koloni berbentuk bulat, cembung berwana putih
Blood Agar dengan ukuran kecil-sedang dan pinggiran koloni
rata.
Karakteristik Mac Conkey Agar (A1) Blood Agar (A2)
Jumlah Kolini 397 koloni 321 koloni
Bentuk : Monobasil Bentuk : Menyerupai Anggur
Pewarnaan gram Warna : Merah Warna : Ungu
Bakteri : Gram Negatif Bakteri : Gram Positif
54
Uji katalase (+)
Dasar : Asid Dasar : Asid
Lereng : Asid Lereng : Asid
TSIA
H2S : (-) H2S : (-)
Gas : (+) Gas : (+)
Sulfur : (-) Sulfur : (-)
SIM Indol : (+) Indol : (-)
Mortiliti : (+) Mortiliti : (+)
UREA (+) (+)
SITRAT (-) (-)
MR (+) (-)
VP (-) (-)
GULA-GULA
(glukosa, sukrosa,
(+), (+), (+) dan (+) (+), (+), (+) dan (+)
maltosa dan
manitol)
Sumber data: Data Primer 2019
Tabel 4.3
Hasil Pengamatan sampel urine B
Karakteristik Sampel B
BHIB Tumbuh subur
Berbentuk bulat, cembung. Berukuran sedang-besar,
Mac Conkey Agar
berwarna merah muda dan pingggiran rata
Berbentuk bulat, cembung. Berukuran besar,
Blood Agar
berwarna krem/putih dan pingggiran rata
Karakteristik Mac Conkey Agar (B1) Blood Agar (B2)
Jumlah Kolini 376 koloni 199 koloni
Bentuk : Monobasil Bentuk : Coccus Berantai
Pewarnaan gram Warna : Merah Warna : Ungu
Bakteri : Gram Negatif Bakteri : Gram Positif
Uji katalase - (-)
Dasar : Asid Dasar : Asid
Lereng : Asid Lereng : Alkali
TSIA
H2S : (-) H2S : (+)
Gas : (+) Gas : (+)
55
Sulfur : (-) Sulfur : (+)
SIM Indol : (+) Indol : (+)
Mortiliti : (+) Mortiliti : (+)
UREA (+) (+)
SITRAT (-) (-)
MR (+) (-)
VP (-) (-)
GULA-GULA
(glukosa, sukrosa,
(+), (+), (+) dan (+) (+), (+), (+) dan (+)
maltosa dan
manitol)
Sumber data: Data Primer 2019
Tabel 4.4
Hasil Pengamatan sampel urine C
Karakteristik Sampel C
BHIB Tumbuh subur
Koloni berbentuk bulat, cembung, berwana merah
Mac Conkey Agar muda dengan ukuran sedang-besar dan pinggiran
koloni rata.
Koloni berbentuk bulat, cembung berwana putih
Blood Agar dengan ukuran kecil-sedang dan pinggiran koloni
rata.
Karakteristik Mac Conkey Agar (C1) Blood Agar (C2)
Jumlah Kolini 574 koloni -
Bentuk : Monobasil Bentuk : Coccus Berantai
Pewarnaan gram Warna : Merah Warna : Ungu
Bakteri : Gram Negatif Bakteri : Gram Positif
Uji katalase - (-)
Dasar : Asid Dasar : Asid
Lereng : Asid Lereng : Alkali
TSIA
H2S : (-) H2S : (+)
Gas : (+) Gas : (+)
56
Sulfur : (-) Sulfur : (+)
SIM Indol : (+) Indol : (+)
Mortiliti : (+) Mortiliti : (+)
UREA (+) (+)
SITRAT (-) (-)
MR (+) (-)
VP (-) (-)
GULA-GULA
(glukosa, sukrosa,
(+), (+), (+) dan (+) (+), (+), (+) dan (+)
maltosa dan
manitol)
Sumber data: Data Primer 2019
Tabel 4.5
Hasil Pengamatan sampel urine D
Karakteristik Sampel D
BHIB Tumbuh subur
Koloni berbentuk bulat, cembung, berwana merah
Mac Conkey Agar muda dengan ukuran sedang-besar dan pinggiran
koloni rata.
Koloni berbentuk bulat, cembung berwana putih
Blood Agar dengan ukuran kecil-sedang dan pinggiran koloni
rata.
Karakteristik Mac Conkey Agar (D1) Blood Agar (D2)
Jumlah Kolini - 388 koloni
Bentuk : Menyerupai Anggur
Pewarnaan gram - Warna : Ungu
Bakteri : Gram Positif
Uji katalase - (+)
Dasar : Asid
Lereng : Asid
TSIA -
H2S : (-)
Gas : (+)
Sulfur : (-)
SIM - Indol : (-)
Mortiliti : (+)
UREA - (+)
57
SITRAT - (-)
MR - (-)
VP (-)
GULA-GULA
(glukosa, sukrosa,
- (+), (+), (+) dan (+)
maltosa dan
manitol)
Sumber data: Data Primer 2019
Tabel 4.6
Hasil Pengamatan sampel urine E
Karakteristik Sampel E
BHIB Tumbuh subur
Koloni berbentuk bulat, cembung, berwana merah
Mac Conkey Agar muda dengan ukuran sedang-besar dan pinggiran
koloni rata.
Koloni berbentuk bulat, cembung berwana putih
Blood Agar dengan ukuran kecil-sedang dan pinggiran koloni
rata.
Karakteristik Mac Conkey Agar (E1) Blood Agar (E2)
Jumlah Kolini 275 koloni 411 koloni
Bentuk : Monobasil Bentuk : Coccus Berantai
Pewarnaan gram Warna : Merah Warna : Ungu
Bakteri : Gram Negatif Bakteri : Gram Positif
Uji katalase - (-)
Dasar : Asid Dasar : Asid
Lereng : Asid Lereng : Alkali
TSIA
H2S : (-) H2S : (+)
Gas : (+) Gas : (+)
Sulfur : (-) Sulfur : (+)
SIM Indol : (+) Indol : (+)
Mortiliti : (+) Mortiliti : (+)
UREA (+) (+)
SITRAT (-) (-)
MR (+) (-)
VP (-) (-)
58
GULA-GULA
(glukosa, sukrosa,
(+), (+), (+) dan (+) (+), (+), (+) dan (+)
maltosa dan
manitol)
Sumber data: Data Primer 2019
Tabel 4.7
Hasil Pengamatan sampel urine F
Karakteristik Sampel F
BHIB Tumbuh subur
Koloni berbentuk bulat, cembung, berwana merah
Mac Conkey Agar muda dengan ukuran sedang dan pinggiran koloni
rata.
Koloni berbentuk bulat, cembung berwana putih
Blood Agar dengan ukuran kecil-sedang dan pinggiran koloni
rata.
Karakteristik Mac Conkey Agar (F1) Blood Agar (F2)
Jumlah Kolini 410 koloni 316 koloni
Bentuk : Monobasil Bentuk : Menyerupai Anggur
Pewarnaan gram Warna : Merah Warna : Ungu
Bakteri : Gram Negatif Bakteri : Gram Positif
Uji katalase - (+)
Dasar : Asid Dasar : Asid
Lereng : Asid Lereng : Asid
TSIA
H2S : (-) H2S : (-)
Gas : (+) Gas : (+)
Sulfur : (-) Sulfur : (-)
SIM Indol : (-) Indol : (-)
Mortiliti : (+) Mortiliti : (+)
UREA (+) (+)
SITRAT (+) (-)
MR (-) (-)
VP (-) (-)
GULA-GULA
(glukosa, sukrosa,
(+), (+), (+) dan (+) (+), (+), (+) dan (+)
maltosa dan
manitol)
Sumber data: Data Primer 2019
59
Tabel 4.8
Hasil Pengamatan sampel urine G
Karakteristik Sampel G
BHIB Tumbuh subur
Koloni berbentuk bulat, cembung, berwana merah
Mac Conkey Agar muda dengan ukuran sedang-besar dan pinggiran
koloni rata.
Koloni berbentuk bulat, cembung berwana putih
Blood Agar dengan ukuran kecil-sedang dan pinggiran koloni
rata.
Karakteristik Mac Conkey Agar (G1) Blood Agar (G2)
Jumlah Kolini 433 koloni 108 koloni
Bentuk : Monobasil Bentuk : Menyerupai Anggur
Pewarnaan gram Warna : Merah Warna : Ungu
Bakteri : Gram Negatif Bakteri : Gram Positif
Uji katalase - (+)
Dasar : Asid Dasar : Asid
Lereng : Asid Lereng : Asid
TSIA
H2S : (-) H2S : (-)
Gas : (+) Gas : (+)
Sulfur : (-) Sulfur : (-)
SIM Indol : (+) Indol : (-)
Mortiliti : (+) Mortiliti : (+)
UREA (+) (+)
SITRAT (-) (-)
MR (+) (-)
VP (-) (-)
GULA-GULA
(glukosa, sukrosa,
(+), (+), (+) dan (+) (+), (+), (+) dan (+)
maltosa dan
manitol)
Sumber data: Data Primer 2019
60
Tabel 4.9
Hasil Pengamatan sampel urine H
Karakteristik Sampel H
BHIB Tumbuh subur
Koloni berbentuk bulat, cembung, berwana merah
Mac Conkey Agar muda dengan ukuran sedang-besar dan pinggiran
koloni rata.
Koloni berbentuk bulat, cembung berwana putih
Blood Agar dengan ukuran kecil-sedang dan pinggiran koloni
rata.
Karakteristik Mac Conkey Agar (H1) Blood Agar (H2)
Jumlah Kolini 397 koloni 297 koloni
Bentuk : Monobasil Bentuk : Menyerupai Anggur
Pewarnaan gram Warna : Merah Warna : Ungu
Bakteri : Gram Negatif Bakteri : Gram Positif
Uji katalase - (+)
Dasar : Asid Dasar : Asid
Lereng : Asid Lereng : Asid
TSIA
H2S : (-) H2S : (-)
Gas : (+) Gas : (+)
Sulfur : (-) Sulfur : (-)
SIM Indol : (+) Indol : (-)
Mortiliti : (+) Mortiliti : (+)
UREA (+) (+)
SITRAT (-) (-)
MR (+) (-)
VP (-) (-)
GULA-GULA
(glukosa, sukrosa,
(+), (+), (+) dan (+) (+), (+), (+) dan (+)
maltosa dan
manitol)
Sumber data: Data Primer 2019
61
Tabel 4.10
Hasil Pengamatan sampel urine I
Karakteristik Sampel I
BHIB Tumbuh subur
Koloni berbentuk bulat, cembung, berwana merah
Mac Conkey Agar muda dengan ukuran sedang dan pinggiran koloni
rata.
Koloni berbentuk bulat, cembung berwana putih
Blood Agar dengan ukuran kecil-sedang dan pinggiran koloni
rata.
Karakteristik Mac Conkey Agar (I1) Blood Agar (I2)
Jumlah Kolini 280 koloni 411 koloni
Bentuk : Monobasil Bentuk : Menyerupai Anggur
Pewarnaan gram Warna : Merah Warna : Ungu
Bakteri : Gram Negatif Bakteri : Gram Positif
Uji katalase - (+)
Dasar : Asid Dasar : Asid
Lereng : Asid Lereng : Asid
TSIA
H2S : (-) H2S : (-)
Gas : (+) Gas : (+)
Sulfur : (-) Sulfur : (-)
SIM Indol : (-) Indol : (-)
Mortiliti : (+) Mortiliti : (+)
UREA (+) (+)
SITRAT (+) (-)
MR (-) (-)
VP (-) (-)
GULA-GULA
(glukosa, sukrosa,
(+), (+), (+) dan (+) (+), (+), (+) dan (+)
maltosa dan
manitol)
Sumber data: Data Primer 2019
62
Tabel 4.11
Hasil Pengamatan sampel urine J
Karakteristik Sampel J
BHIB Tumbuh subur
Koloni berbentuk bulat, cembung, berwana merah
Mac Conkey Agar muda dengan ukuran sedang-besar dan pinggiran
koloni rata.
Koloni berbentuk bulat, cembung berwana putih
Blood Agar dengan ukuran kecil-sedang dan pinggiran koloni
rata.
Karakteristik Mac Conkey Agar (J1) Blood Agar (J2)
Jumlah Kolini 397 koloni 346 koloni
Bentuk : Monobasil Bentuk : Menyerupai Anggur
Pewarnaan gram Warna : Merah Warna : Ungu
Bakteri : Gram Negatif Bakteri : Gram Positif
Uji katalase - (+)
Dasar : Asid Dasar : Asid
Lereng : Asid Lereng : Asid
TSIA
H2S : (-) H2S : (-)
Gas : (+) Gas : (+)
Sulfur : (-) Sulfur : (-)
SIM Indol : (+) Indol : (-)
Mortiliti : (+) Mortiliti : (+)
UREA (+) (+)
SITRAT (-) (-)
MR (+) (-)
VP (-) (-)
GULA-GULA
(glukosa, sukrosa,
(+), (+), (+) dan (+) (+), (+), (+) dan (+)
maltosa dan
manitol)
Sumber data: Data Primer 2019
B. Pembahasan
63
bertujuan untuk menggambarkan keadaan dan mendapatkan keterangan
tinggi, yang dimana glukosa merupakan kandungan nutrisi yang penting bagi
nitrogen, sehingga bakteri pada urine penderita diabetes melitus lebih banyak
dari pada urine normal. Infeksi pada pasien diabetes melitus umumnya
dengan metode kultur. Sampel pada penelitian ini adalah urine penderita
pada media BHIB. Penggunaan media BHIB bertujuan untuk mengisolasi dan
selama 24 jam dengan suhu 37oC media berubah dari jernih menjadi keruh
(Mac Conkey Agar dan Blood Agar) dengan menggunakan metode gores
(bakteri target atau bakteri yang kita inginkan) dan menghambat pertumbuhan
bakteri lain (bakteri non target). Setelah dilakukan inokulasi, media Mac
64
Conkey Agar dan Blood Agar diinkubasi kembali selama 24 jam dengan suhu
37oC. Terdapat 9 bakteri yang yang tumbuh pada media Mac Conkey Agar
yang diantaranya bakteri Escherchia coli dan klepsiella spp, sedangkan pada
media Blood Agar terdapat 10 bakteri yang tumbuh yang diantaranya bakteri
bakteri manjadi dua kelompok besar yaitu gram positif dan gram negatif.
Koloni pada media Blood Agar dilakukan uji katalase untuk dapat
uji ini bakteri Staphylococcus aures dapat memecah H2O2 menjadi H2O dan
O2, yang ditandai terbentuknya gelembung atau buih setelah koloni dan
Setelah dilakukan pewarnaan gram dan uji katalase pada media Blood
Agar kemudian dilakukan inokulasi pada media TSIA. Uji TSIA berfungsi
(glukosa, laktosa dan sukrosa). Koloni yang tumbuh pada media TSIA
diinokulasi ke media uji biokimia diantaranya uji ures, sitrat, MR, VP, SIM
san media gula-gula. Uji urea berfungsi untuk mengetahui apakah bakteri
65
sebagai sumber karbon. Uji SIM berfungsi untuk mengetahui pergerakan
bakteri, tes indol dan pembentukan H2S. Uji MR berfungsi untuk mengetahui
1. Escherchia coli
asam dan gas di dalam waktu jam. Bakteri ini berpotensi patogen karena
metil karbinol dari glukosa, dan uji penggunaan sitrat sebagai sumber
66
karbon. bakteri ini dapat memfermentasi laktosa dengan memproduksi
2. klepsiella spp
3. Staphylococcus aures
67
S. aureus adalah bakteri gram positif yang memiliki bentuk coccus
(bulat), berwarna ungu dan bergerombol. Bakteri ini tidak bergerak, tidak
menghasilkan enterotoksin
kotoran, air, susu, makanan dan minuman dan peralatan makan serta pada
dan kulit dengan proposi yang berbeda Terdapat kurang lebih 18 spesies
satunya S. aureus.
4. Streptococcus
bakteri non motil dan tidak membentuk spora. Kelompok bakteri ini
utama adalah asam laktat, tidak pernah berupa gas. Banyak spesies
68
pertumbuhan koloni, pola hemolisis pada agar darah (ά-hemolisis, β-
Metode penyebaran bakteri ini melalui tangan, sapu tangan, pakaian, debu
dan bakteri klepsiella spp yang teridentifikasi dalam 2 dari 19 sampel (10%).
kontak dengan pasien, dan bisa juga melalui antibiotic yang diberikan kepada
habitat alami pada saluran cerna manusia dan hewan. Pada manusia , bakteri
69
asimtomatik pada pasien yang dikateterisasi. Colgan et al juga menyebutkan
Eschericia coli sebagai bakteri yang paling banyak terisolasi dari pasien
bakteri yang paling banyak ditemukan. Hal ini sesuai dengan hasil yang
didapatkan dimana pada urine penderita diabetes melitus bakteri yang paling
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
bakteri berbeda untuk setiap penelitian tergantung dari metode dan alat yang
digunakan, kondisi kesehatan pasien dan kuantitas koloni bakteri dalam urin.
B. Saran
71
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association. (2010). Position statement: Standards of medical
care in diabetes 2010. 3 Maret 2012. Diabetes Care, 35(Suppl.1)
http://care.diabetesjournals.org.
Black, J.M dan Hawks, J.H. (2009). Clinical management for positive outcomes.
(Ed 8), Saunders, an imprint of Elseiver, Inc. St. Louis
Departemen Kesehatan RI. (2014). Waspada Infeksi Saluran Kemih. 02 Maret
2016.
http://www.depkes.go.id/index.php/wasada+infeksi+saluran+kemih/.
Dewi, Sri. S. (2015). Hitung Jumlah Bakteri Dan Leukosit Pada Urine Penderita
Diabete Melitus Tersangka Infeksi Saluran Kemih. Skripsi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang.
Fatimah, R N. (2015). Diabetes Melitus Tipe 2. J Majority. Vol. 4. No. 5.
Guyton, A.C. & Hall, J.E. (2008). Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11.
Cetakan I. Jakarta: EGC.
Hanum, N.N. (2013). Hubungan Kadar Glukosa Darah Sewaktu Dengan Profil
Lipid Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Cilegon Periode Januari-April 2013. Skripsi. FK dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
IDF. 2015.IDF Diabetes Atlas. International Diabetes Federation. Jurnal
International Diabetes Federation doi:10.1289/image.ehp.v119.i03.
Johnson, M. (2015). Diabetes: Terapi dan Pencegahannya. Ed. 3, Indonesia
Publishing House. Jawa Barat.
Kemkes. 2016. Mari Kita Cegah Diabetes Dengan Cerdik.
http://www.depkes.go.id. Diakses Pada Tanggal 13 September 2017
Mirza, Maulana. (2008). Mengenal Diabetes Panduan Praktis mengenai Penyakit
Kencing Manis. Jogjakarta. Katahati.
Nurafni, A Dan Afrida. (2018). Faktor Resiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II
Di RSUD Labuang Baji Makassar. Jurnal ilmiah kesehatan diagnosis.
Vol 12 no 4 tahun 2018. eISSN=2302-2531
Nurdin, firdaus. (2009). Pola Kepekaan Bakteri Gram Negatif Dari Pasie Infeksi
Saluran Kemih Terhadap Antibiotik Golongan Fluorokuinolon. FKUI.
jakarta
Ramadani,E dkk. (2014). Hubungan Kadar Nitrit Dengan Jumlah Leukosit Urine
Pada Suspek Infeksi Saluran Kemih. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang.
72
Ridwan, Z. et al. (2016). Ketoasidosis Diabetik Di Diabetes Melitus Tipe 1.
Indonesian Journal of Clinical Pathologi And Medical Laboratory. Vol.
22. No. 2. Hal: 200-203.
Septianingsih, M. (2012). Determinan Ifeksi Saluran Kemih pasien Diabetes
Melitus Perempuan Di RSB Bandung. Universitas indosesia.
Suriani, N. (2012). Gangguan Metabolisme Karbohidrat Pada Penderita Diabetes
Melitus. Malang, Fakultas Kedokteran Universitas Barawijaya.
Tito, Istikhara. M. (2014). Isolasi dan identifikasi bakteri kitinolotik yang
terdapat pada cangkang lobster air tawar. Universitas airlangga. Surabaya.
Windasari, N.N. (2014). Pendidikan Keseatan Dalam Meningkatkan Kepatuhan
Merawat Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II. Tesis. Univesitas
Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta.
Zamaa, Muhammad S dan Sainudin. (2018). Hubungan Kepatuhan Pengobatan
Dengan Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe
II. Departemen Keperawatan Medikal Bedah/Program Studi Ilmu
Keperawatan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar.
73
LAMPIRAN
Uji Biokimia
Jenis Bakteri
TSIA Urea Sitrat MIO MR VP Glukosa Sukrosa Maltosa Manitol
Dasar = Asid
S = (-)
Lereng = Asid
Escherichia coli (-) (-) I = (+) (+) (-) (+) (+) (+) (+)
H2S = (-)
M = (+)
Gas = (+)
Dasar = Alkali
S = (+)
Lereng = Asid
Proteus spp Variabel Variabel I = (-) (+) (-) (+) Variabel (-) (-)
H2S = (-)
M = (+)
Gas = (-)
Dasar = Asid
S = (-)
Lereng = Asid
Klebsiella spp (+) (+) I = (-) (-) (+) (+) (+) (+) (+)
H2S = (-)
M = (+)
Gas = (+)
Dasar = Asid
S = (-)
Staphylococcus Lereng = Asid
(+) (-) I = (+) (-) (+) (+) (+) (+) (+)
aureus H2S = (-)
M = (+)
Gas = (+)
Dasar = Alkali
S = (-)
Pseudomonas Lereng = Alkali
Variabel (+) I = (-) (-) (-) (+) (-) (-) (+)
aeruginosa H2S = (-)
M = (+)
Gas = (-)
74
75