Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGANTAR FILSAFAT ILMU


“PENGETAHUAN ILMU”

DOSEN M.K : THOFAN RAME, S.Or, M.pd

DISUSUN OLEH : 1. DARNA BAILAN

2. SURYANI GUMOLUNG

3. YUNITA MILOS

4. JEKI GARING

5. MARTHEN PANGKALANGI

SEKOLAH TINGGI ILMU KOMPUTER RAJAWALI - CCT

BEO – TALAUD

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjat kepada Tuhan yang Maha Esa, karena telah mencurahkan
hikmat serta kebijaksanaan dalam pembuatan makalah ini. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “PENGETAHUAN AGAMA “.

Dan tak lupa pula penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. dan penulis berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
penulis sendiri dan bahkan kepada para pembaca pada umumnya.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan penulis. Namun penulis merasa bahwa hasil makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaannya. Tetapi walaupun demikian penulis berusaha sebisa mungkin menyelesaikan
Makalah ini meskipun tersusun sangat sederhana.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan yang dipahami dalam arti pendek sebagai pengetahuan objektif,
tersusun, dan teratur. Ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari agama. ilmu pengetahuan
adalah rangkaian konsep dan kerangka konseptual yang saling berkaitan dan telah berkembang
sebagai hasil percobaan dan pengamatan. Ilmu pengetahuan tidak dipahami sebagai pencarian
kepastian, melainkan sebagai penyeledikan yang berkesinambungan.

Di dalam doktrin agama, terdapat beberapa landasan yang menunjukan, bahwa—di


samping—ada kebenaran yang muthlak yang langsung dari Allah swt. diakui pula eksistensi
kebenaran relatif yang merupakan hasil usaha pencapaian budaya manusia[1], seperti: kebenaran
spekulatif filsafat dan kebenaran positif ilmu pengetahuan serta kebenaran pengetahuan biasa di
dalam kehidupan sehari-hari

Ilmu Pengetahuan dan Agama adalah dua entitas yang menduduki posisi penting dalam

filsafat ilmu. Keduanya merupakan objek yang menarik untuk diperbincangkan. Posisi kedua

cabang disiplin ilmu tersebut saling memberikan nilai positif dalam menjawab persoalan-

persoalan kehidupan dan kemanusiaan. Hal itu disebabkan oleh fitrah manusia sebagai mahluk

berfikir yang selalu menghendaki rasionalitas. Manusia juga mengalami dan menyaksikan

problema-problema yang terkait dengan dimensi-dimensi misteri dalam kehidupan yang tidak

dapat dipecahkan kecuali dengan merujuk pada agama, sehingga eksistensi agama—yang

selain—sebagai sistem kepercayaan yang mengharuskan adanya kebenaran, juga sebagai

tindakan praktis terhadap aplikasi kepercayaan (iman) yang telah diakui kebenaraanya melalui

metodologi ilmu pengetahuan yang telah disepakati kebenarannya.

Karya ilmiah ini, fokus kajiannya tentang ilmu pengetahuan, agama serta hubungan ilmu

pengetahuan dan agama. Dalam penulisan karya ilmiah, penulis sadar bahwa karya ilmiah ini

jauh dari kesempurnaan sehingga membutuhkan saran yang membangun demi terciptanya

kebenaran yang seutuhnya


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan pengetahuan dan Agama ?

2. Apa yang dimaksud dengan agama !

3. Pembagian agama?

4. Kebenaran Agama?

5. Hubungan Ilmu Pengetahuan Dengan Agama

1.3 Tujuan Makalah

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk

mengetahui dan mendeskripsikan :

1. Pengertian dari Pengetahuan Agama

2. PengertianAgama

3. Arti Pembagian Agama dan Kebenaran Agama

4. Hubungan ilmu Pengetahuan dengan Agama.

1.4 Manfaat Makalah

Adapun manfaat makalah ada dua yaitu manfaat praktis dan teoritis.

1. Manfaat Praktis

Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi :

a. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan.

b. Pembaca, sebagai media informasi.

2. Manfaat Teoritis

Secara teoritis makalah ini diharapkan mampu mengembangkan pemahaman tentang

Agama, Pengetahuan Agama , Hubungan Ilmu dan Agama.


BAB I
PEMBAHASAN

2. A. Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan adalah suatu sistem pengetahuan dari berbagai pengetahuan,


mengenai suatu lapangan pengalaman tertentu, yang disusun sedemikian rupa menurut
asas-asas tertentu, hingga menjadi kesatuan atau sistem dari berbagai pengetahuan.
James menjelaskan, ilmu pengetahuan adalah rangkaian konsep dan kerangka
konseptual yang saling berkaitan dan telah berkembang sebagai hasil percobaan dan
pengamatan. Ilmu pengetahuan tidak dipahami sebagai pencarian kepastian,
melainkan sebagai penyeledikan yang berkesinambungan.

Ilmu pengetahuan juga bisa merupakan upaya menyingkap realitas secara tepat
dengan merumuskan objek material dan objek formal.Upaya penyingkapan realitas
dengan memakai dua perumusan tersebut adakalanya menggunakan rasio dan empiris
atau mensintesikan keduanya sebagai ukuran sebuah kebenaran (kebenaran ilmiah).
Penyingkapan ilmu pengetahuan ini telah banyak mengungkap rahasia alam semesta
dan mengeksploitasinya untuk kepentingan manusia.

Dewasa ini, ilmu pengetahuan yang bercorak empiristik dengan metode kuantitatif
(matematis) lebih dominan menduduki dialektika kehidupan masyarakat. Hal ini besar
kemungkinan karena banyak dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran
positivistiknya Auguste Comte yang mengajukan tiga tahapan pembebasan ilmu
pengetahuan. Pertama, menurut Auguste Comte ilmu pengetahuan harus terlepas dari
lingkungan teologik yang bersifat mistis. Kedua, ilmu pengetahuan harus bebas dari
lingkungan metafisik yang bersifat abstrak. Ketiga, ilmu pengetahuan harus
menemukan otonominya sendiri dalam lingkungan positifistik.

2. B. Bentuk Ilmu Pengetahuan

Menurut beberapa pakar, ilmu pengetahuan didefinisikan sebagai rangkaian


aktifitas berfikir dan memahami dengan mengikuti prosedur sistematika metode dan
memenuhi langkah-langkahnya. Dengan pola tersebut maka akan dihasilkan sebuah
pengetahuan yang sistematis mengenai fenomena tertentu, dan mencapai kebenaran,
pemahaman serta bisa memberikan penjelasan serta melakukan penerapan.

Secara garis besar, ilmu pengetahuan dibagi menjadi dua bentuk, yakni ilmu
eksakta dan ilmu humaniora. Ilmu eksakta adalah spesifikasi keilmuan yang
menitikberatkan pada hukum sebab akibat. Penilaian terhadap ilmu-ilmu eksakta
cenderung memakai metode observasi yang digunakan sebagai cara penelitiannya dan
mengukur tingkat validitasnya. Dengan model tersebut, penelitian terhadap ilmu-ilmu
eksakta sering mendapatkan hasil yang objektif. Sedangkan ilmu humaniora
merupakan spesifikasi keilmuan yang membahas sisi kemanusian selain yang
bersangkutan dengan biologis maupun fisiologisnya. Hal-hal yang berkaitan dengan
kemanusiaan ini lebih tertitik tekan dalam masalah sosiologis dan psikologisnya.

Menurut Jujun, cabang atau bentuk ilmu pada dasarnya berkembang dari cabang
utama, yakni filsafat alam yang kemudian berafiliasi di dalamnya ilmu-ilmu alam (the
natural sciences) dan filsafat moral yang kemudian berkembang menjadi menjadi
cabang ilmu-ilmu social (the social sciences). Dari kedua cabang tersebut, klasifikasi
keilmuan menjadi kian tak terbatas. Diperkirakan sampai sekarang ini, terdapat sekitar
650 cabang keilmuan yang masih belum banyak dikenal. Kepesatan kemajuan
perkembangan ilmu ini demikian cepat, hingga tidak menutup kemungkinan sepuluh
tahun ke depan, klasifikasi keilmuan bisa mencapai ribuan jumlahnya.

Sekian banyak jumlah cabang keilmuan tersebut, bermula dari ilmu alam yang
membagi diri menjadi dua kelompok, yakni ilmu alam (the physical sciences) dan
ilmu hidup (hayat/the biological sciences). Ilmu alam ini bertujuan untuk mempelajari
zat yang membentuk alam semesta. Ilmu ini kemudian membentuk rumpun keilmuan
yang lebih spesifik, misalnya sebagai ilmu fisika yang mempelajari tentang massa dan
energi, ilmu kimia yang membahas tentang substansi zat, ilmu astronomi yang
berusaha memahami kondisi benda-benda langit dan ilmu-ilmu lainnya. Dari rumpun
keilmuan ini kemudian membentuk ranting-ranting baru, seperti kalau dalam fisika
ada yang namanya mekanik, hidrodinamika, bunyi dan seterusnya yang masih banyak
lagi ranting-ranting kecil.

Disiplin keilmuan tersebut di atas terlahir dari beberapa sumber. Ilmu pengetahuan
yang terlahir dari sumber yang berdampak pada perbedaan dari masing-masing jenis
keilmuan. Meskipun demikian tidak semua orang mempercayai dan mengakui
keilmuan seseorang yang kebetulan muncul dari sumber yang tidak diyakini oleh
kebanyakan masyarakat. Misalnya ilmu ladunniy yang diyakini adanya di kawasan
Timur namun tidak dipercaya di daerah Barat.

Dalam buku Filsafat Ilmu karya Amsal Bakhtiar dikatakan bahwa ada beberapa
pendapat yang menyatakan bahwa sumber ilmu pengetahuan keluar dari empat hal.[8]
Pertama adalah Empirisme, menurut aliran ini seseorang bisa memperoleh
pengetahuan dengan pengalaman inderawinya. Dengan indera manusia bisa
menghubungkan hal-hal yang bersifat fisik ke medan intensional, atau
menghubungkan manusia dengan sesuatu yang kongkret-material. Kedua adalah
Rasionalisme, aliran ini menyatakan bahwa akal merupakan satu-satunya sumber
kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang diakui benar semata-mata hanya diukur
dengan rasio.

Ketiga adalah intuisi. Menurut Henry Bergson yang dikutip oleh Bakhtiar, intuisi
adalah hasil evolusi dari pemahaman yang tertinggi. Intuisi ini bisa dikatakan hampir
sama dengan insting, namun berbeda dalam tingkat kesadaran dan kebebasannya.
Untuk menumbuhkan kemampuan ini, diperlukan usaha dan kontinuitas latihan-
latihan. Ia juga menambahkan bahwa intuisi mengatasi sifat lahiriah pengetahuan
simbolis yang meliputi harus adanya analisis, menyeluruh, mutlak dan lain
sebagainya. Karena itu, intuisi adalah sarana untuk mengetahui secara langsung dan
seketika. Keempat adalah wahyu, sumber ini hanya khusus diperoleh melalui para
Nabi yang menerima pengetahuan langsung dari Tuhan semesta alam. Para Nabi
memperoleh pengetahuan tanpa upaya dan tanpa memerlukan waktu tertentu.
Pengetahuan mereka terjadi atas kehendak Tuhan.

Jika sumber pengetahuan tersebut dihubungkan dengan struktur realitas (objek)


dan struktur keilmuan, maka pengklasifikasiaanya sebagaimana dalam tabel berikut:

Tabel 2.1. Sumber Ilmu pengetahuan

Sumber ilmu Struktur Realitas (objek) Struktur Keilmuan

Intuisi, rasio, indera,


Transenden Ilmu Agama (kitab suci)
wahyu

Rasio, indera, intuisi Manusia Ilmu filsafat

Ilmu sosial, budaya,


Rasio, indera, intuisi Masyarakat
ekonomi, politik dsb

Rasio, indera, intuisi Sebab-akibat, proses Ilmu fisika, kimia dsb

Intuisi Pertahanan hidup Ilmu kelangsungan hidup

Indera Fisiko-kemis Pengetahuan sederhana

Jika melihat klasifikasi yang terdapat dalam tabel di atas, maka untuk sementara bisa
diambil kesimpulan sementara bahwa kebenaran bisa bersifat multidimensional.
Artinya ada beberapa bidang keilmuan bisa lahir dari semua sumber pengetahuan.
3. A. Pengertian Agama

Kata agama dalam bahasa inggris disebut “Religion”, dalam bahasa belanda
disebut “Religie”. Kedua kata tersebut terambil dari bahasa induk yaitu bahasa latin
yang memiliki arti “Religare”, to treat carefully (Ciicero), Relegere, to bind together
(Lactantius), atau Religare, to recover (Agustinus).

Menurut Fachruddin alkahiri, kata agama dalam bahasa indonesia berasal dari
bahasa sangsekerta yang terdiri dari dua kata, yaitu: “a” yang berarti “Tidak” dan
“Gama” yang berarti “berantakan”. Jadi kata “Agama” adalah tidak berantakan, atau
dalam pengertian lain berarti teratur. Yang dimaksud agama adalah suatu peraturan
yang mengatur keadaan manusia, maupun sesuatu yang gaib, ataupun mengenai budi-
pekerti, pergaulan hidup bersama dan lainnya.

Menurut Husain Ismail, agama adalah jalan atau metode yang bersumber dari Sang
Pencipta untuk mengetahui sifat, perbuatan dan tujuan diri-Nya menciptakan makhluk
secara umum dimana manusia termasuk di dalamnya.

3. B. Pembagian Agama

Pembagian Agama menurut ahmad Abdullah al-masdoosi dapat dikelompokkan


menjadi Tiga:

1. Revealed and non-Revealed Religions. Revealed Religion (Agama wahyu)


adalah agama yang menghendaki iman kepada Tuhan, kepada para rasul-Nya,
dan kepada Kitab-kitab-Nya serta pesannya untuk disebarkan kepada segenap
ummat manusia. Sedangkan non-revealed religion adalah agama yang tidak
memandang esensial penyerahan manusia kepada kepada tata aturan ilahi.
Menurut al-masdoosi, yang termasuk revealed religion adalah Yudaisme,
Kristen, dan Islam.
2. Agama Missionary dan Agama non-missionary, Sir TW. Arnold memasukkan
budhisme, Kristen, dan Islam pada golongan agama missionary, sedangkan
Yudaisme, Brahmanisme, dan Zoroasterianissme dimasukkan pada golongan
non-missionary. Adapun menurut al-masdoosi, baik agama Nasrani maupun
Budhisme, ditinjau dari segi ajarannya yang asli, bukanlah tergolong agama
missionary, sebagaimana juga agama lainnya (selain Islam). Menurutnya hanya
Islam-lah ajaran yang asli merupakan agama missionary. Namun dalam
perkembanganya ternyata bahwa baik agama Nasrani maupun Budhisme
menjadai agama missionary.
3. Geoghraphical-racial and universal, Ditinjau dari segi rasial dan geografikal,
agama-agama di dunia dapat dikelompokkan menjadi tiga: (1). Semitik; ialah
agama Yahudi, agama Nasrani dan agama Islam; (2). Arya; ialah Hinduisme,
Jainisme, Sikhisme, dan Zoroasterianisme; (3). Non semitik Monggolian; ialah
Confusianisme, Taoisme, dan Sinthoisme.
4. Agama Samawi dan Agama Non-Samawi, Agama merupakan satu sistem credo
(tata keimanan) dan sistem ritus (tata peribadatan), juga suatu sistem norma
(tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan
hubungan manusia dengan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata
keimanan dan tata peribatan.

Ditinjau dari segi sumbernya, maka agama dapat dibedakan menjadi dua:

1. Agama samawi, seperti agama langit, agama wahyu, agama profetis, revealed
religion, Di>n al-Samawy
2. Agama Budaya; adalah agama bumi, agama filsafat, agama ra’yu, non-revealed
religion, natural religion, Di>n al-T}abi’i>, Di>n al-Ard}.

3. C. Tujuan, Guna, dan Fungsi Agama

Pada dasarnya, manusia memerlukan suatu bentuk kepercayaan yang dapat


melahirkan nilai-nilai guna menopang kehidupannya. Selain kepercayaan itu dianut
karena kebutuhan, dalam waktu bersamaan juga harus merupakan suatu kebenaran.
Demikian juga cara berkepercayaan-pun harus benar. Disebabkan kepercayaan itu
diperlukan, maka dalam dunia nyata ditemukan bentuk-bentuk kepercayaan yang
berbeda. Hal itu dapat menimbulkan kepercayaan yang mungkin semua salah atau
salah satu diantaranya benar.Adapun salah satu kepercayaan yang dapat diakui
kebenaraannya adalah kepercayaan terhadap agama.

Agama sebagai sistem kepercayaan (iman), memiliki dua pengertian:

1. Kepercayaan (iman) sebagai institusi, yaitu iman yang merupakan bagian


(paling pokok) dari agama sendiri, yang berposisi sebagai bentuk kepercayaan
yang tertinggi yang diakui kebenarannya.
2. Kepercayaan (iman) sebagai sikap jiwa, sikap jiwa mempercayai dan
menerima sesuatu sebagai benar, yaitu sikap jiwa mendengar dan mematuhi
serta mematuhi firma Allah dengan sepenuh Hati, memusatkan segala
pengabdian hanya kepada-Nya, menyerahkan diri, hidup dan mati semata-mata
untuk-Nya.

Eksistensi agama—selain—sebagai sistem kepercayaan yang mengharuskan


adanya kebenaran, juga sebagai tindakan praktis terhadap aplikasi kepercayaan (iman)
yang telah diakui kebenaraanya. Dalam hal ini Ibnu Sina memiliki dua aspek missi,
yaitu missi teoritis dan praktis.

 Missi teoritis berfungsi mengarahkan jiwa manusia menuju kebahagiaan abadi


dengan mengajarkan ajaran dasar keimanan terhadap eksistensi Tuhan, realitas
wahyu, dan kenabian serta kehidupan sesudah mati. Adapun missi praktis
mengajarkan aspek-aspek praktis agama sebagai tindakan ritual untuk
dilaksanakan oleh seseorang yang beriman.
3. D. Kebenaran Agama

Peran agama sebagai bentuk kepercayaan mengharuskan adanya keyakinan


terhadap prinsip-prinsip dan norma-norma agama yang diakui kebenarannya.
Keyakinan tersebut haruslah bersumber dari kebenaran yang hakiki dan tidak ada
keraguan.

Di dalam doktrin agama, terdapat beberapa landasan yang menunjukan, bahwa—di


samping—ada kebenaran yang muthlak yang langsung dari Allah swt. diakui pula
eksistensi kebenaran relatif yang merupakan hasil usaha pencapaian budaya manusia
seperti: kebenaran spekulatif filsafat dan kebenaran positif ilmu pengetahuan serta
kebenaran pengetahuan biasa di dalam kehidupan sehari-hari.

Menyangkut konsep kebenaran, ada dua hal yang tidak bisa dipisahkan, yaitu:
sumber otoritas atau justifikasi dan metode untuk memperolehnya. Kebenaran agama
sumber otoritasanya adalah wahyu dari Tuhan. Oleh karenanya, konsep kebenaran
dalam pemahaman agama selalu dirujukan kepada apa yang dikatakan wahyu.
Adapun justifikasi sebuah kebenaran ilmiah terletak pada prosedur dan hasil
pengujian, bukan pada keyakinan metafisis seperti kebenaran wahyu.

4. A. Hubungan Ilmu Pengetahuan Dengan Agama

Tuhan mengajarkannya kepada umat manusia, dan membimbing manusia untuk


menjalankanya. Agama merupakan alat untuk akal dan logika, bagi orang-orang yang ingin
kabar gembira dan sedih. agama menurut sebagian orang merupakan sesuatu hal yang
menyangkut hati; suatu hal yang sangat berarti; suatu hal yang menuntun jiwa untuk
menemukan keyakinan. Agama dengan eksistensinya telah membuatnya berbeda dengan segala
apa yang pernah ada, membuatnya berbeda dengan dengan segala yang pernah dimiliki manusia.
Agama membuat orang melakukan aktifitas yang harus bersesuaian dengan apa yang
diajarkannya, baik tuntunan itu berat ataupun ringan. Agama menjadikan kehidupan manusia
lebih teratur dalam kehidupannya, karena segala dorongan dan keinginannya menjadi lebih
terarah. Agama menjadi pemimpin roh jiwa manusia. Ia juga berperan aktif membimbing
manusia untuk memahami ajaran-ajaranya. Diibaratkan seorang manusia layaknya seorang yang
berada diujung pedang, jika salah maka orang tersebut mati olehnya, tetapi agama agama datang
sebagai penyelamat. Apapun yang terjadi pada manusia, ia tidak akan bisa terlepas dari agama.
Sangat mustahil memisahkan kehidupan manusia dari agama. Seperti halnya menghilangkan
luka bekas operasi dari kulit manusia.

Bagi kalangan barat, agama adalah penghalang kemajuan. Oleh karena itu, mereka
beranggapan, jika ingin maju maka agama tidak boleh lagi mengatur hal-hal yang berhubungan
dengan dunia. Seorang Karl marx mengatakan bahwa agama adalah candu masyarakat, candu
merupakan zat yang dapat menimbulkan halusianasi yang membius. Marks mendefinisikan
bahwa setiap pemikiran tentang agama dan tuhan sangat berbahaya bagi kehidupan manusia.
sebagai seorang materialisme, Marks sama sekali tidak percaya adanya Tuhan dan secara tegas ia
ingin memerangi semua agama. Dalam pernyataan Marks, sebenarnya yang dimaksud dengan
candu masyarakat merupakan kritik terhadap realitas yang tidak berpihak pada kaum lemah.
Misalnya orang yang sedang kelaparan hanya membutuhkan nasi atau sepotong roti untuk
mengisi perutnya, bukan membutuhkan siraman rohani ataupun khutbah yang berisikan tentang
kesabaran, namun tidak memperdulikan tentang realitas sosial

Dalam pandangan saintis, agama dan ilmu pengetahuan mempunyai perbedaan. Bidang
kajian agama adalah metafisik, sedangkan bidang kajian sains / ilmu pengetahuan adalah alam
empiris. Sumber agama dari tuhan, sedangkan ilmu pengetahuan dari alam.

Dari segi tujuan, agama berfungsi sebagai pembimbing umat manusia agar hidup tenang dan
bahagia didunia dan di akhirat. Adapun sains / ilmu pengetahuan berfungsi sebagai sarana
mempermudah aktifitas manusia di dunia. Kebahagiaan di dunia, menurut agama adalah
persyaratan untuk mencapai kebahagaian di akhirat.

Menurut Amstal, bahwa agama cenderung mengedepankan moralitas dan menjaga tradisi
yang sudah mapan, eksklusif dan subjektif. Sementara ilmu pengetahuan selalu mencari yang
baru, tidak terikat dengan etika, progesif, bersifat inklusif, dan objektif. Meskipun keduanya
memiliki perbedaan, juga memiliki kesamaan, yaitu bertujuan memberi ketenangan. Agama
memberikan ketenangan dari segi batin karena ada janji kehidupan setelah mati, Sedangkan ilmu
memberi ketenangan dan sekaligus kemudahan bagi kehidupan di dunia.Misalnya, Tsunami
dalam Konteks agama adalah cobaan Tuhan dan sekaligus rancangan-Nya tentang alam secara
keseluruhan. Oleh karena itu, manusia harus bersabar atas cobaan tersebut dan mencari hikmah
yang terkandung dibalik Tsunami. Adapun menurut ilmu pengetahuan, Tsunami terjadi akibat
pergeseran lempengan bumi, oleh karena itu para ilmuwan harus mencari ilmu pengetahuan
untuk mendeteksi kapan tsunami akan terjadi dan bahkan kalau perlu mencari cara
mengatasinya.

Karekteristik agama dan ilmu pengetahuan tidak selau harus dilihat dalam Konteks yang
berseberangan, tetapi juga perlu dipikirkan bagaimana keduanya bersinergi dalam membantu
kehidupan manusia yang lebih layak. Osman Bakar mengatakan bahwa epistemology,
metafisika, teologi dan psikologi memiliki peran penting dalam mengembangkan intelektual
untuk merumuskan berbagai hubungan konseptual agama dan ilmu pengetahuan. Peran
utamanya adalah memberikan rumusan-rumusan konseptual kepada para ilmuan secara rasional
yang bisa dibenarkan dengan ilmiah dan dapat dipertanggung jawabkan untuk digunakan sebagai
premis-premis dari berbagai jenis sains. Misalnya kosmologi, dengan adanya kosmologi dapat
membantu meringankan dan mengkonseptualkan dasar-dasar ilmu pengetahuan seperti fisika dan
biologi.

Ilmu pengetahuan yang dipahami dalam arti pendek sebagai pengetahuan objektif, tersusun,
dan teratur. Ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari agama. Sebut saja al-Quran, al-Quran
merupakan sumber intelektualitas dan spiritualitas. Ia merupakan sumber rujukan bagi agama
dan segala pengembangan ilmu pengetahuan. Ia merupakan sumber utama inspirasi pandangan
orang islam tentang keterpaduan ilmu pengetahuan dan agama. Manusia memperoleh
pengetahuan dari berbagai sumber dan melalui banyak cara dan jalan, tetapi semua pengetahuan
pada akhirnya berasal dari Tuhan.

Agama dan ilmu pengetahuan memang berbeda metode yang digunakan, karena masing-
masing berbeda fungsinya. Dalam ilmu pengetahuan kita berusaha menemukan makna
pengalaman secara lahiriyah, sedangkan dalam agama lebih menekankan pengalaman yang
bersifat ruhaniah sehingga menumbuhkan kesadaran dan pengertian keagamaan yang mendalam.
Dalam beberapa hal, ini mungkin dapat dideskripsikan oleh ilmu pengetahuan kita, tetapi tidak
dapat diukur dan dinyatakan dengan rumus-rumus ilmu pasti.

Sekalipun demikian, ada satu hal yang sudah jelas, bahwa kehidupan jasmani dan rohani
tetap dikuasai oleh satu tata aturan hukum yang universal. Ini berarti, baik agama maupun ilmu
pengetahuan, yaitu Allah. Keduanya saling melengkapi dan membantu manusia dalam bidangnya
masing-masing dengan caranya sendiri.

Fungsi agama dan ilmu pengetahuan dapat dikiaskan seperti hubungan mata dan mikroskop.
Mikroskop telah membantu indera mata kita yang terbatas, sehingga dapat melihat bakteri-
bakteri yang terlalu kecil untuk dilihat oleh mata telanjang. Demikian pula benda langit yang
sangat kecil dilihat dengan mata telanjang, ini bisa dibantu dengan teleskop karena terlalu jauh.
Demikian halnya dengan wahyu Ilahi, telah membantu akal untuk memecahkan masalah-
masalah rumit yang diamati oleh indera. Jika ini hanya dilakukan oleh akal maka akan
menyesatkan manusia.
BAB III

KESIMPULAN

Dari beberapa paparan tersebut, untuk sementara bisa diambil konklusi sebagai berikut:

1. Ilmu pengetahuan adalah rangkaian aktifitas berfikir dan memahami dengan mengikuti
prosedur sistematika metode dan memenuhi langkah-langkah klasifikasi.
2. Agama adalah produk Tuhan yang bersifat dogmatik dan tidak selalu bisa diterima
dengan system ilmu pengetahuan.
3. Agama dan Ilmu Pengetahuan mempunyai peran masing-masing yang sangat mendukung
satu sama lain untuk memberikan kehidupan yang berkualitas.
.

Anda mungkin juga menyukai