Makalah PLI
Makalah PLI
NAMA KELOMPOK :
ARIS 1507122830
GRETHY ASMARA.S 1507122032
Produksi arang aktif di Indonesia pada tahun 1993 baru mencapai 20.000 ton
dengan konsumsi terbesar didalam negeri oleh industri minyak nabati, monosodium
glutamate, industri gula, ethanol dan pengolahan air limbah. Untuk arang aktif
dengan kualifikasi tertentu Indonesia masih mengimpornya dari beberapa Negara
sebanyak 2.000 ton/tahun. (R.Sudrajat dan Salim S, 1994)
Cangkang kelapa sawit merupakan salah satu jenis limbah padat hasil
samping dari industri pengolahan kelapa sawit, yang saat ini masih menimbulkan
permasalahan bagi lingku ngan hidup. Hal ini disebabkan karena limbah ini
diproduksi dalam jumlah besar dan sukar terdegradasi atau terurai secara alami di
lingkungan. Cangkang kelapa sawit mengandung lignin (29,4%), hemiselulosa
(27,7%), selulosa (26,6%), air (8,0%), komponen ekstraktif (4,2%), abu (0,6%). Oleh
karena itu, limbah ini sangat berpotensi jika dikembangkan menjadi produk-produk
yang bermanfaat dan memberi nilai tambah dari aspek ekonomi serta ramah
lingkungan (Prananta, 2009).
Kelebihan dari cangkang kelapa sawit dibandingkan dengan batu bara adalah
cangkang kelapa sawit lebih ramah bagi lingkungan dan orang sekitar. Unsur batu
bara mengandung sulfur dan nitrogen sehingga pembuangan uap dari boiler akan
menggangu kesehatan masyarakat. Saat ini pemanfaatan cangkang sawit diberbagai
industri pengolahan minyak CPO masih belum digunakkan sepenuhnya, sehingga
masih meninggalkan residu, yang akhirnya cangkang ini dijual mentah ke pasaran
(Purba, 2004).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Arang aktif adalah karbon tak berbentuk yang diolah secara khusus untuk
menghasilkan luas permukaan yang sangat besar, berkisar antara 300-2000 m3/gr.
Luas permukaan yang besar dari struktur dalam pori-pori karbon aktif dapat
dikembangkan, struktur ini memberikan kemampuan karbon aktif menyerap (adsorb)
gas-gas dan uap-uap dari gas dan dapat mengurangi zat-zat dari liquida. (kirk othmer,
1992)
Menurut Standart Industri Indonesia (SII No. 0258-79) yang dikeluarkan
departmen perindustrian, persyaratan arang aktif adalah sebagai berikut :
• Bagian yang hilang pada suhu 950oC , maksimum 15%
• Air,maksimum 10%
• Abu, maksimum 2,5%
• Bagian yg tidak diperarang, tidak ada
• Daya serap terhadap larutan I2 , minimum 20%
Berdasarkan ukuran pori-porinya karbon aktif dikelompokkan menjadi dua
jenis yaitu:
1. Mikropori, dengan ukuran pori-pori 101000 Angstrom.
2. Makropori, dengan ukuran pori-pori lebih besar dari 1000 Angstrom.(Paul NC and
Fred, 1980).
Aktivasi dengan suhu tinggi Pada cara ini karbon atau arang dipanaskan
dengan suhu tinggi didalm system tertutup tanp udara sambil dialiri gas inert. Saat ini
terjadi reaksi lanjutan pemecahan atau peruraian sisa deposit tar dan senyawa
hidrokarbon sisa karbonisasi keluar dari permukaan karbon sebagai akibat gas suhu
tinggi dan adanya aliran gas inert, sehingga akan dihasilkan karbon dengan luas
permukaan yang cukup luas atau disebut karbon aktif (Tutik dkk, 2001)
Berbeda dengan aktivasi kimia, pada cara ini proses aktivasi berlangsung
melalui dua tahap :
a. Proses karbonisasi
b. Dilanjutkan dengan proses aktivasi dengan menggunakan steam pada
suhu yang tinggi.
Pada cara ini karbon yang diperoleh dari pembakaran dihaluskan menjadi
produk dan kemudian dilakukan steam pada suhu yang tinggi berarti pada cara ini
bila dibandingkan dengan cara aktivasi kimia memerlukan peralatan yang lebih
kompleks. Proses pembakaran atau karbonisasi dari bahan dasar dilakukan dalam
sebuah dapur yang tertutup dan berhubungan dengan udara proses atau dinamakan
”Destructive Distillation” atau ”Pirolisa Kayu”. Dari distilasi tanpa udara ini, akan
terbentuk arng primer (charcoal primer). Aktivasi dari charcoal masih sangat rendah,
hal ini dapat disebabkan masih banyaknya melekat sisasisa tar coke (sisa-sisa
senyawa hidrokarbon) sedangkan senyawa hidrokarbon ini terikat secara kimiawi
sehingga sukar untuk dipisahkan secara ekstraksi dengan menggunakan pelarut (Farid
E dkk, 1981).
Tahapan pengaktifan atau pengeluaran senyawa yang menutupi rongga dan
pori-pori arang dapat dilakukan dengan cara dehidrasi menggunakan garam jenuh
seperti MgCl2, ZnCl2, CaCl2 dll dan asam atau basa H3PO4, H2SO4, NaOH dll (R.
Sudrajat dkk, 1994).
Pada proses aktivasi yang mempergunakan garam mineral, asam dan basa
sebagai activator, dimana activator ini ditambahkan pada bahan dasar sebelum
dilakukan proses pembakaran atau karbonisasi. Maka pada saat proses karbonisasi
dilakukan activator tersebut akn mengikat karbon yang baru berbentuk dengan gaya
adhesi sehingga bila activator tersebut dicuci dengan air maka akan diperoleh karbon
yang mempunyai permukaan lebih terbuka sehingga mempunyai gaya adhesi yang
lebih besar. (Farid E dkk, 1981)
Proses pengarangan terjadi melalui tahap pemutusan ikatan antara karbon
dengan senyawa lain (Hidrogen), dimana karbon tersebut tidak mengalami proses
oksidasi. (Joni TL dkk, 1995).
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses karbonasi :
1. Waktu karbonisasi Bila waktu karbonisasi diperpanjang maka reaksi pirolisis
semakin sempurna sehingga hasil arang semakin turun tetapi cairan dan gas
makin meningkat.Waktu karbonisasi berbedabeda tergantung pada jenis-jenis
dan jumlah bahan yang diolah. Misalnya : tempurung kelapa memerlukan waktu
3 jam (BPPI Bogor, 1980), sekam padi kira-kira 2 jam (Joni TL dkk,1995) dan
tempurung kemiri 1 jam (Bardi M dan A Mun’im,1999).
2. Suhu karbonisasi Suhu karbonisasi yang berpengaruh terhadap hasil arang
karena semakin tinggi suhu, arang yang diperoleh makin berkurang tapi hasil
cairan dan gas semakin meningkat. Hal ini disebabkan
oleh makin banyaknya zat-zat terurai dan yang teruapkan. Untuk tempurung
kemiri suhu karbonisasi 400oC (Bardi M dan A Mun’im, 1999), dan tempurung
kelapa suhu karbonisasi 600oC (BPPI Bogor, 1980).
Keterangan gambar :
1. Alat pirolisis
2. Thermo control
3. Kondensor
4. Statif
5. Erlenmeyer.
2. Metode Penelitian
1. Proses Karbonasi
a. Cangkang kelapa sawit dijemur dibawah sinar matahari sampai kering (berat
kosong).
b.Kemudian ditimbang sebanyak 50 gram, lalu dikarbonisasi pada suhu 400oC
selama 0,5 jam dalam alat pirolisis dengan sedikit udara.
c. Setelah itu arang yang terbentuk diging dan diayak dengan ukuran 10 mesh dan
tertahan di 12 mesh.
2. Proses Aktivasi
a. Arang yang terbentuk direndam dalam larutan H3PO4 dengan konsentrasi 1, 3,
5, 7 dan 9% volum, dengan perbandingan 1:15 dalam beaker glass selama waktu
yang ditentukan kemudian disaring.
b.Kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 110oC. c. Arang aktif yang
terbentuk kemudian dianalisa.
3. Metode Analisa
1. Analisa bahan, meliputi :
a. Kadar air Ditimbang 1 gram sample dalam cawan yang telah dikeringkan,
dimasukkan dalam oven lalu dipanaskan pada suhu 110oC selama 2 jam,
kemudian didinginkan dalam eksikator dan ditimbang.
b. Kadar abu Ditimbang 1 gram sample dalam cawan yang telah diketahui
beratnya dan diabukan diatas api sampai seluruh sample menjadi abu, cawan
didinginkan dalam eksikator dan ditimbang.
c. Fixed karbon Kadar fixed karbon dapat diperoleh dengan rumus : Fixed karbon
= 100 – kadar air – kadar abu – volatile (dalam %)
2. Analisa hasil, meliputi :
a. Uji daya serap terhadap Iod 0,25 gram sample dimasukkan kedalam erlenmeyer,
tambahkan 25 ml larutan I2 kocok selama 15 menit. Kemudian cairan disaring
dengan menggunakan kertas saring. Ambil 10 ml filtrat dan dititrasi dengan
larutan thiosulfat 0,1 N. Jika warna kuning dari larutan telah samar tambhkan
larutan kanji 1% sebagai indikator. Titrasi kembali dengan teratur sampai titik
akhir yaitu warna biru telah hilang. Untuk perbandingan digunakan larutan
blanko dengan cara yang sama.
b.Bagian yang hilang pada pemanasan 950oC Ditimbang 1 gram sample, lalu
masukkan dalam cawan kemudian diatas cawan tersebut ditutupi dengan cawan
yang lain yang telah diketahui beratnya. Kemudian dipanaskan sampai suhu
950oC dalam furnice. Setelah suhu tercapai kemudian cawan dan isinya
dibiarkan dingin lalu ditimbang.
c. Kadar air Ditimbang 1 gram sample dalam cawan yang telah dikeringkan,
dimasukkan dalam oven lalu dipanaskan pada suhu 110oC selama 2 jam,
kemudian didinginkan dalam eksikator dan ditimbang.
d.Kadar abu Ditimbang 1 gram sample dalam cawan yang telah diketahui beratnya
dan diabukan diatas api sampi seluruh sample menjadi abu, cawan didinginkan
dalam eksikator dan ditimbang.
Pada grafik 1. menunjukkan bahwa semakin lama perendaman arang dalam H3PO4
maka kadar air semakin tinggi. Namun sebaliknya kadar air akan menurun pada
konsentrasi aktifator yang lebih besar. Hal ini dimungkinkan karena karbon tersebut
tidak mengandung bahan yang menyerap air. Syarat mutu karbon aktif untuk kadar
air adalah maksimal 15% (SII 0258-88), sedangkan hasil analisa kadar air karbon
aktif cangkang kelapa sawit, berkisar antara 7,15% - 7,77%.
Kadar abu pada arang aktif cangkang kelapa sawit Pada grafik 2.
menunjukkan bahwa semakin lama perendaman kadar abu semakin meningkat,
namun akan turun ketika konsentrasi aktifator meningkat. Syarat mutu karbon aktif
untuk kadar abu adalah maksimal 10% (SII 0258 – 88), sedangkan hasil analisa kadar
air karbon aktif cangkang kelapa sawit, berkisar antara 1,09% - 2,85%.
Grafik II. Kadar abu pada arang aktif cangkang kelapa sawit
Grafik III. Volatile Matter pada arang aktif cangkang kelapa sawit
Pada grafik 4. menunjukkan bahwa kemampuan adsorbsi karbon aktif dari
hasil aktifasi dengan larutan kimia H3PO4 cenderung meningkat sesuai dengan
peningkatan konsentrasi larutan kimia aktifasi, hal ini dikarenakan bahwa semakin
tinggi konsentrasi larutan kimia aktifasi maka semakin kuat pengaruhnya larutan
kimia tersebut mengikat senyawa-senyawa tar sisa karbonisasi untuk keluar melewati
mikro pori-pori dari cangkang kelapa sawit. Syarat mutu karbon aktif untuk daya
serap terhadap Iodine (I2) adalah maksimal 20% (SII 0258 – 88), sedangkan hasil
analisa kadar air karbon aktif cangkang kelapa sawit, berkisar antara 7,61% - 21,83%.
Grafik IV. Daya serap arang aktif cangkang kelapa sawit terhadap I2
BAB V
KESIMPULAN
1. Hasil Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa arang aktif yang terbuat dari
cangkang kelapa sawit pada suhu karbonisasi 400oC selama 0,5 jam, hasilnya
cukup baik, warnanya hitam mengkilat.
Andriati Amir Husin, 2003, “Limbah Untuk Bahan Bangunan”. Farid Effendi,
Soebjono, 1981, “Aktifasi Arang Batok Kelapa”.
Joni Tallo Lembang, dkk, 1995 “Rekayasa Pembuatan Tungku Pembakaran Sekam
padi untuk pembuatan Arang Aktif dari Sekam Padi”. Balai Penelitian dan
Pengembangan Industri, Ujunga Pandang.
Kirk Othmer, 1992, Encyclopedia Of Chemical Technology 2nd Edition Vol 4, John
Willy and Sons.
Mudjijati dkk, 1997, “Pembuatan karbon Aktif dari Char Gambut”, Jurusan Teknik
Kimia UWM, Surabaya.
Paul N. Cheremisnoff and feid Ellerbusch, 1980, “Carbon adsorption Hand Book”,
Anu Arbon Science, USA.
Proyek Sistem Informasi IPTEK Nasional, 1999, “Arang Aktif Dari tempurung
Kelapa”, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
R. Sudradjat dan Salim S., 1994, “Petunjuk Pembuatan Arang Aktif”, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Shreve, R, N, 1977, “Chemical
Process Industries” McGrowHill Kogasha.
Tutik M dan Faizah H, 2001, “Aktifasi Arang Tempurung Kelapa Secara Kimia
dengan Larutan Kimia ZnCl2, KCl dan HNO3, Jurusan Teknik Kimia UPN,
Yogyakarta.