PMK 85 TH 2015 Pola Tarif RS Nasional PDF
PMK 85 TH 2015 Pola Tarif RS Nasional PDF
REPUBLIK INDONESIA
No.9, 2016 KEMENKES. Rumah Sakit. Tarif Nasional.
Pencabutan.
www.peraturan.go.id
2016, No. 9 -2-
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG POLA TARIF
NASIONAL RUMAH SAKIT.
www.peraturan.go.id
2016, No. 9
-3-
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Pola Tarif Nasional adalah pedoman dasar yang berlaku
secara nasional dalam pengaturan dan perhitungan
untuk menetapkan besaran tarif rumah sakit yang
berdasarkan komponen biaya satuan (unit cost) dan
dengan memperhatikan kondisi regional.
2. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
3. Tarif Rumah Sakit adalah imbalan yang diterima oleh
Rumah Sakit atas jasa dari kegiatan pelayanan maupun
non pelayanan yang diberikan kepada pengguna jasa.
4. Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit adalah
pimpinan tertinggi dengan nama jabatan kepala, direktur
utama, atau direktur.
5. Pelayanan Medis adalah pelayanan yang bersifat individu
yang diberikan oleh tenaga medis dan perawat berupa
pemeriksaan, pelayanan konsultasi dan tindakan.
6. Pelayanan Penunjang Medis adalah pelayanan kepada
pasien untuk membantu penegakan diagnosis, terapi, dan
penunjang lainnya.
7. Pelayanan Rehabilitasi Medis adalah pelayanan yang
diberikan kepada pasien dalam bentuk pelayanan
fisioterapi, terapi okupasional, terapi wicara,
ortotik/prostetik, bimbingan sosial medis dan jasa
psikologi serta rehabilitasi lainnya.
8. Pelayanan Konsultasi adalah pelayanan yang diberikan
dalam bentuk konsultasi psikologi, gizi, dan konsultasi
lainnya.
9. Rawat Jalan Reguler adalah pelayanan pasien untuk
observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medis, dan
pelayanan kesehatan lainnya tanpa menginap di Rumah
www.peraturan.go.id
2016, No. 9 -4-
BAB II
WEWENANG DAN DASAR PENETAPAN TARIF
Pasal 2
(1) Tarif Rumah Sakit yang dikelola oleh Pemerintah Pusat
yang telah menerapkan pengelolaan keuangan badan
layanan umum ditetapkan oleh:
a. Menteri untuk tarif kegiatan pelayanan kelas III atas
usul Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah
Sakit;
b. Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang keuangan untuk tarif
kegiatan pelayanan kelas II, atas usul Kepala Rumah
Sakit atau Direktur Rumah Sakit melalui Menteri;
dan
c. Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit
untuk tarif kegiatan pelayanan selain kelas III dan
kelas II dan kegiatan non pelayanan.
www.peraturan.go.id
2016, No. 9
-5-
Pasal 3
(1) Tarif Rumah Sakit yang dikelola oleh Pemerintah Pusat
yang belum menerapkan pengelolaan keuangan badan
layanan umum ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
yang mengatur mengenai penerimaan negara bukan
pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Tarif Rumah Sakit yang dimiliki atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah yang belum menerapkan pengelolaan
keuangan badan layanan umum daerah ditetapkan
dengan Peraturan Daerah yang mengatur mengenai
retribusi daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
www.peraturan.go.id
2016, No. 9 -6-
Pasal 4
Tarif Rumah Sakit yang dikelola oleh swasta ditetapkan oleh
Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit atas
persetujuan pemilik Rumah Sakit.
Pasal 5
Dalam menetapkan Tarif Rumah Sakit harus memperhatikan
asas gotong royong, adil dengan mengutamakan kepentingan
masyarakat berpenghasilan rendah, dan tidak mengutamakan
untuk mencari keuntungan.
Pasal 6
(1) Penetapan Tarif Rumah Sakit harus mengacu pada Pola
Tarif Nasional dan pagu tarif maksimal.
(2) Pola Tarif Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan berdasarkan komponen biaya satuan
pembiayaan (unit cost) dan dengan memperhatikan
kondisi regional.
(3) Pagu tarif maksimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan Pola Tarif
Nasional dengan memperhatikan kondisi regionalnya.
(4) Pagu tarif maksimal sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
berlaku untuk seluruh Rumah Sakit di wilayah provinsi
yang bersangkutan.
(5) Selain memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), Gubernur dalam menetapkan pagu tarif
maksimal juga harus mempertimbangkan
keberlangsungan pelayanan pada setiap rumah sakit di
wilayahnya.
(6) Dalam hal Gubernur belum menetapkan pagu tarif
maksimal, penetapan Tarif Rumah Sakit mengacu pada
Pola Tarif Nasional.
Pasal 7
(1) Komponen biaya satuan pembiayaan (unit cost)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) dihitung
dengan mempertimbangkan kontinuitas dan
www.peraturan.go.id
2016, No. 9
-7-
Pasal 8
(1) Tarif Rumah Sakit bagi masyarakat yang dijamin oleh
program jaminan kesehatan nasional mengacu pada
standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Tarif Rumah Sakit untuk program tertentu mengacu
pada standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Program tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berupa program rehabilitasi Medis Bagi Pecandu,
Penyalahguna, dan Korban Penyalahgunaan Narkotika,
dan program kesehatan lain.
BAB III
KEGIATAN YANG DIKENAKAN TARIF
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 9
Semua kegiatan pelayanan dan kegiatan non pelayanan di
Rumah Sakit dikenakan Tarif Rumah Sakit.
Bagian Kedua
Kegiatan Pelayanan
Pasal 10
(1) Kegiatan pelayanan yang dikenakan Tarif Rumah Sakit
dikelompokkan berdasarkan jenis pelayanan pada
masing-masing tempat pelayanan.
www.peraturan.go.id
2016, No. 9 -8-
Pasal 11
(1) Jenis Pelayanan Medis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 ayat (2) meliputi :
a. pemeriksaan dan Pelayanan Konsultasi;
b. visite dan Pelayanan Konsultasi;
c. tindakan operatif;
d. tindakan non operatif; dan
e. persalinan.
(2) Pemeriksaan dan Pelayanan Konsultasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan pelayanan
yang dilakukan di rawat jalan dan rawat darurat.
(3) Visite dan Pelayanan Konsultasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b merupakan Pelayanan Medis yang
dilakukan di rawat inap.
(4) Tindakan operatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c merupakan tindakan pembedahan yang
dilakukan di kamar operasi pada pelayanan rawat jalan,
www.peraturan.go.id
2016, No. 9
-9-
Pasal 12
(1) Pelayanan Penunjang Medis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (2) merupakan pelayanan untuk
menunjang Pelayanan Medis.
(2) Jenis Pelayanan Penunjang Medis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. pelayanan laboratorium;
b. pelayanan radiodiagnostik;
c. pelayanan diagnostik elektromedis;
d. pelayanan diagnostik khusus;
e. pelayanan Rehabilitasi Medis;
f. pelayanan darah;
g. pelayanan farmasi;
h. pelayanan gizi;
i. pemulasaraan jenazah; dan
j. Pelayanan Penunjang Medis lainnya.
www.peraturan.go.id
2016, No. 9 -10-
Pasal 13
(1) Pelayanan laboratorium sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 ayat (2) huruf a terdiri atas:
a. pemeriksaan patologi klinik;
b. pemeriksaan patologi anatomi; dan
c. pemeriksaan mikrobiologi klinik.
(2) Pelayanan Rehabilitasi Medis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 ayat (2) huruf e terdiri atas:
a. pelayanan Rehabilitasi Medis;
b. pelayanan rehabilitasi psikososial; dan
c. pelayanan ortotik/prostetik.
(3) Pelayanan farmasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
12 ayat (2) huruf g terdiri atas:
a. pelayanan farmasi klinis; dan
b. pelayanan farmasi non klinis.
(4) Jenis pemulasaraan jenazah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 ayat (2) huruf i terdiri atas:
a. perawatan jenazah dan penyimpanan jenazah;
b. konservasi jenazah;
c. bedah mayat; dan
d. pelayanan lainnya.
(5) Pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat
(2) huruf b, huruf c, huruf d, huruf f, huruf h, dan huruf
j, masing-masing merupakan satu kesatuan pelayanan.
Bagian Ketiga
Kegiatan Non Pelayanan
Pasal 14
(1) Kegiatan non pelayanan yang dikenakan Tarif Rumah
Sakit terdiri atas kegiatan:
a. pendidikan dan pelatihan;
b. penelitian; dan
c. kegiatan penunjang lainnya.
(2) Kegiatan pendidikan dan pelatihan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi magang,
orientasi, studi banding, praktik lapangan, dan kegiatan
www.peraturan.go.id
2016, No. 9
-11-
BAB IV
KOMPONEN DAN PERHITUNGAN TARIF
Bagian Kesatu
Komponen Tarif
Pasal 15
(1) Tarif Rumah Sakit untuk kegiatan pelayanan
diperhitungkan berdasarkan komponen jasa sarana dan
jasa pelayanan pada rawat jalan, rawat inap, dan rawat
darurat.
(2) Komponen jasa sarana sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan imbalan yang diterima oleh Rumah Sakit
atas pemakaian akomodasi, bahan non medis, obat-
obatan, bahan/alat kesehatan habis pakai yang
digunakan langsung dalam rangka Pelayanan Medis dan
Pelayanan Penunjang Medis.
(3) Komponen jasa pelayanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan imbalan yang diterima oleh pemberi
pelayanan atas jasa yang diberikan kepada pasien dalam
rangka Pelayanan Medis, Pelayanan Penunjang Medis
dan/atau pelayanan lainnya.
(4) Jasa pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
terdiri atas jasa tenaga kesehatan dan jasa tenaga
lainnya.
www.peraturan.go.id
2016, No. 9 -12-
Pasal 16
Tarif Rumah Sakit untuk kegiatan non pelayanan bagi Rumah
Sakit yang dikelola oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah meliputi komponen jasa sarana dan/atau jasa lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 17
Tarif Rumah Sakit untuk kegiatan non pelayanan bagi Rumah
Sakit yang dikelola oleh swasta ditetapkan berdasarkan
peraturan internal Rumah Sakit.
Bagian Kedua
Perhitungan Tarif
Pasal 18
(1) Perhitungan tarif rawat jalan dibedakan berdasarkan
pelayanan Rawat Jalan Reguler dan Rawat Jalan Non
Reguler dengan ketentuan:
a. Pelayanan Rawat Jalan Reguler ditetapkan sesuai
dengan titik impas (break even point);
b. Pelayanan Rawat Jalan Non Reguler ditetapkan lebih
besar dari Pelayanan Rawat Jalan Reguler dengan
besaran yang ditetapkan berdasarkan asas
kepatutan.
(2) Perhitungan tarif rawat inap dibedakan berdasarkan
kelas perawatan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kelas III (tiga) ditetapkan lebih kecil dari kelas II
(dua);
b. kelas II (dua) ditetapkan sesuai titik impas (break
even point); dan
c. kelas selain huruf a dan huruf b, ditetapkan lebih
besar dari kelas II (dua) dengan besaran yang
ditetapkan berdasarkan asas kepatutan.
(3) Perhitungan tarif rawat darurat ditetapkan lebih besar
dari titik impas dengan besaran yang ditetapkan
berdasarkan asas kepatutan.
www.peraturan.go.id
2016, No. 9
-13-
Pasal 19
(1) Biaya jasa sarana untuk tarif rawat jalan dihitung dari
total biaya sarana dibagi total volume kegiatan jumlah
kunjungan dalam 1 (satu) tahun.
(2) Biaya jasa sarana untuk tarif rawat inap dihitung dari
total biaya masing-masing sarana rawat inap dibagi
jumlah volume kegiatan masing-masing sarana sesuai
kelas perawatan dalam 1 (satu) tahun.
(3) Biaya jasa sarana untuk tarif rawat darurat dihitung dari
total biaya sarana dibagi total volume kegiatan dalam 1
(satu) tahun.
Pasal 20
(1) Biaya jasa pelayanan diperhitungkan dengan
mempertimbangkan masukan dari berbagai unsur
pelayanan di Rumah Sakit.
(2) Biaya jasa pelayanan untuk jenis pelayanan yang sama
harus diperhitungkan sama di semua kelas pelayanan.
(3) Penentuan besaran biaya jasa pelayanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus mempertimbangkan
keberlangsungan pelayanan.
Pasal 21
Tarif untuk kegiatan non pelayanan berupa pendidikan,
pelatihan, dan penelitian dihitung dari total biaya pendidikan,
pelatihan, dan penelitian dibagi jumlah kegiatan pendidikan,
pelatihan, dan penelitian dalam 1 (satu) tahun.
Pasal 22
Dalam hal Rumah Sakit melakukan kerja sama operasional
dengan mitra kerja sama operasional, tarif yang dikenakan
kepada masyarakat terhadap layanan yang dihasilkan dari
kerja sama operasional sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan dan tidak melebihi pagu tarif maksimal.
www.peraturan.go.id
2016, No. 9 -14-
BAB V
PEMANFAATAN TARIF
Pasal 23
(1) Kepala atau Direktur Rumah Sakit dapat membebaskan
sebagian atau seluruh tarif sampai dengan 0% (nol
persen) dari tarif kegiatan pelayanan untuk pasien tidak
mampu membayar dan kondisi atau situasi tertentu
dengan memperhatikan kemampuan keuangan Rumah
Sakit dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Kondisi atau situasi tertentu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas :
a. pelayanan dalam keadaan emergensi dan bencana
yang meliputi banjir, gempa bumi, kebakaran,
investigasi, tersambar petir, dan gunung meletus;
b. kejadian yang diakibatkan kerusuhan/huru-hara
yang mengakibatkan sarana, prasarana, dan
peralatan kesehatan menjadi rusak;
c. kejadian yang diakibatkan kesalahan alat/standar
prosedur operasional/human error yang
menimbulkan korban yang berupa genset meledak,
boiler meledak, Central Sterile Supply Department
(CSSD) meledak, gas sentral bocor, serta lift pasien
rusak; atau
d. pelayanan yang dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan di daerah terpencil, daerah perbatasan,
daerah bermasalah kesehatan dengan kriteria
tertentu.
Pasal 24
(1) Pendapatan Rumah Sakit yang bersumber dari
penerimaan negara bukan pajak atau retribusi daerah
digunakan untuk membiayai pengeluaran Rumah Sakit
yang terdiri atas pengeluaran untuk belanja pegawai,
belanja barang/jasa, dan belanja modal sesuai dengan
kemampuan keuangan Rumah Sakit.
www.peraturan.go.id
2016, No. 9
-15-
BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 25
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, setiap Rumah
Sakit harus menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan
Menteri ini dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun
sejak Peraturan Menteri ini diundangkan.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 26
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
582/Menkes/SK/VI/1997 tentang Pola Tarif Rumah
Sakit Pemerintah; dan
b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2013
tentang Pola Tarif Badan Layanan Umum Rumah Sakit di
Lingkungan Kementerian Kesehatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 266),
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
www.peraturan.go.id
2016, No. 9 -16-
Pasal 27
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 11 Desember 2015
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 6 Januari 2016
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
WIDODO EKATJAHJANA
www.peraturan.go.id