Anda di halaman 1dari 8

TINGKAT KEMAMPUAN HOTS (HIGHER ORDER THINKING SKILLS)

SISWA DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN


PENDEKATAN YANG BERBEDA

ARTKEL PENELITIAN

OLEH
AISYAH SEKARINI HARIYOKO
15184202002

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PGRI PASURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2019
TINGKAT KEMAMPUAN HOTS (HIGHER ORDER THINKING SKILLS)
SISWA DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN
PENDEKATAN YANG BERBEDA

Hariyoko, A.S
Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Pasuruan
Email : Sekariniaisyah@gmail.com

Abstrak : Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya kemampuan HOTS (Higher
Order Thinking Skills) dan kurangnya penggunaan pendekatan pembelajaran yang lebih
riil. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui: (1) perbedaan kemampuan Higher Order
Thinking Skill(HOTS) siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan yang berbeda.
(2) perbedaan keaktifan siswa ketika diajar dengan pendekatan yang berbeda (3) tingkat
kemampuan Higher Order Thinking Skill(HOTS) siswa yang diajar dengan pendekatan
yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Pasuruan dari tanggal 8 April 2019
sampai dengan 13 April 2019. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen.
Instrumen yang digunakan yaitu instrumen pembelajaran, instrumen tes dan instrumen
lembar observasi. Pendekatan berbeda yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pendekatan PMRI dan pendekatan konvensional. Dalam pengujian hipotesis, peneliti
menggunkan uji-t. Hasil perhitungan uji hipotesis kemampuan Higher Order Thinking
Skill(HOTS) diperoleh thitung > ttabel (3,434039546 > 1,99897), maka hipotesis H0 ditolak,
semesntara H1 diterima, hasil perhitungan uji hipotesis keaktifan siswa diperoleh thitung >
ttabel (159,07005 > 1,99897 ) maka hipotesis H0 ditolak, semesntara H1 diterima. . Maka
dapat disimpulkan ada perbedaan kemampuan HOTS (Higher Order Thinking Skills) dan
keaktifan siswa yang diajar dengan pendekatan yang berbeda. Sedangkan untuk tingkat
kemampuan HOTS (Higher Order Thinking Skills) sebanyak pada kelas eksperimen
terdapat 12 siswa mempunyai tingkat kemampuan Higher Order Thinking Skills(HOTS)
“tinggi”, dan 18 siswa memiliki tingkat kemampuan “sedang”dan pada kelas kontrol
sebanyak 5 siswa mempuntai tingkat kemampuan Higher Order Thinking Skills(HOTS)
“tinggi”, dan 27 siswa memiliki tingkat kemampuan “sedang”.

Kata Kunci: Tingkat Kemampuan , HOTS (Higher Order Thinking Skills), Pendekatan
PMRI, Pendekatan konvensional.

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan. Pendidikan dapat diperoleh secara formal maupun non formal, Pendidikan
secara formal ditempuh melalui jalur sekolah, disekolah siswa menerima berbagai macam
mata pelajaran yang harus ditempuh dan setiap siswa harus mampu memenuhi kriteria
kelulusan minimal (KKM) pada setiap masing-masing mata pelajaran. Tujuan dari
pelaksanaan pendidikan formal di sekolah adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,
guna mencerdaskan kehidupan bangsa salah satu cara yang dapat dilakukan adalah
melalui pembelajaran matematika. Kurikulum 2013 revisi tahun 2017, pada pembelajaran
matematika siswa diharapkan tidak hanya dibekali dengan kemampuan menggunakan
perhitungan atau rumus dalam mengerjakan soal tes saja akan tetapi juga mampu bernalar
dan analitisnya dalam memecahkan masalah sehari-hari, untuk membiasakan siswa
bernalar dan menganalisis dalam memecahkan masalah sehari-hari maka mulai
digunakanlah pendekatan pembelajaran yang lebih riil, salah satunya adalah pendekatan
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia(PMRI). Selain pendekatan pembelajaran,
menurut Yuniawati (2013:111) siswa juga harus belajar matematika dengan pemahaman,
artinya peserta didik harus mengembangkan pengetahuan baru mereka secara aktif dari
pengalaman mereka sendiri dan sebelumnya pengetahuan.
Merujuk pada hasil Programme for International Student Assessment (PISA)
2016, sebanyak 70 persen siswa Indonesia tidak dapat menjawab soal berkategori Higher
Order Thinking Skills (HOTS) (Kurniati, dkk 2016:143). Dalam konteks teori pendidikan,
kondisi siswa Indonesia masih berada pada tingkat Lower Order Thinking Skills (LOTS)
atau keterampilan berpikir rendah. Kondisi ini juga terlihat jelas pada pelaksanaan Ujian
Nasional Berbasis Komputer (UNBK) tahun 2018, pada jenjang Sekolah Menengah Atas
(SMA) dan jenjang Sekolah Menengah Pertama(SMP) ketika pemerintah menyisipkan
soal HOTS sebesar 10 persen, sebagian besar peserta UNBK merasa kesulitan untuk
menjawab dengan benar.
Siswa merasa kesulitan mengerjakan soal Higher Order Thinking
Skills(HOTS) karena kenyataannya pada pembelajaran yang diterapkan disekolah belum
mencakup tentang Higher Order Thinking Skills(HOTS). Berdasarkan pengamatan
kondisi awal siswa kelas VIII sebelum tindakan adalah (1) siswa belum terampil dalam
mengerjakan sesuatu yang baru dan belum dicontohkan oleh guru, (2) siswa jarang atau
bahkan hampir tidak pernah diajarkan soal tentang HOTS, (3) siswa masih kesulitan
dalam memahami soal, (4) siswa belum bisa memisahkan bagian-bagian penting dalam
soal untuk dijadikan kunci menyelesaikan soal (5) pembelajaran hanya terpusat pada
guru. Kemudian dialog awal yang dilakukan peneliti dengan guru mata pelajaran, dari
permasalahan-permasalahan tersebut, maka peneliti dan guru menyepakati bahwa perlu
adanya pendekatan pembelajaran yang baru untuk siswa agar terampil dan lebih
mengekspolari lagi pengetahuan yang mereka miliki, agar siswa tidak bosan dan lebih
menyukai matematika apapun materinya. Berdasarkan situasi tersebut, peneliti mecoba
menggunakan Pendekatan Matematika Realistik Indonesia(PMRI) dalam pembelajaran
matematika untuk melihat perbedaan Higher Order Thinking Skills(HOTS) pada siswa
yang diajar dengan pedekatan yang berbdea.
Penellitian ini membahas tentang: (1) perbedaan kemampuan Higher Order
Thinking Skill(HOTS) siswa ketika diajar dengan pendekatan yang berbeda, (2)
perbedaan keaktifan siswa ketika diajar dengan pendekatan yang berbeda; (3) tingkat
kemampuan Higher Order Thinking Skill(HOTS) siswa yang diajar dengan pendekatan
yang berbeda?. Tujuan penelitian ini untuk (1)mengetahui perbedaan kemampuan Higher
Order Thinking Skill(HOTS) siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan yang
berbeda; (2)mengetahui perbedaan keaktifan siswa ketika diajar dengan pendekatan yang
berbeda; (3)mengetahui tingkat kemampuan Higher Order Thinking Skill(HOTS) siswa
yang diajar dengan pendekatan yang berbeda.
Hipotesis penelitian ini yaitu; (1)ada perbedaan terhadap kemampuan Higher Order
Thinking Skill(HOTS) siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan yang berbeda;
(2)ada perbedaan keaktifan siswa ketika diajar dengan pendekatan yang berbeda.

METODE PENELTIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan model penelitian posttest-
only control design. Dengan demikian, peneliti hanya ingin melihat hasil dari perlakuan
yang diberikan kepada kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok kontrol
tanpa melalui pretes untuk mengetahui kemampuan higher oder thinking skills(HOTS)
dan keaktifan siswa dalam mengkuti pembelajaran. Setelah dibandingkan peneliti akan
mengkaji tingkat kemampuan Higher Order Thinking Skill(HOTS) siswa pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
Penelitian ini berlokasi di SMPN 8 Pasuruan dengan waktu penelitian yang dilakukan
selama 6 hari yaitu tanggal 9-17 April 2019. Adapun subjek penelitian tindakan kelas ini
adalah siswa kelas VIII SMPN 8 Pasuruan Tahun Pelajaran 2018/2019, dengan kelas VII
A sebagai kelomok eksperimen dan kelas VIII B sebagai kelas kontrol.
Instrumen penelitian berupa adalah RPP, tes, observasi. Tes dilakukan untuk
memperoleh nilai kemampuan Higher Order Thinking Skill(HOTS) siswa, untuk
penskoran menggunakan rubrik penilian sebagai acuan pemberiakn nilai tes. RPP
digunakan sebagai pedoman bagi guru dalam pembelajaran, baik menggunakan
pendkatan PMRI ataupun pendekatan konvensional. Observasi dilakukn pada guru dan
siswa, pada digunakan untuk keterlakan pendekatan PMRI dan konvensional pada saat
pembelajara, sedangkan observasi untuk siswa digunakan untuk memperoleh skor
keaktifan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Sebagai langkah validasi instrumen,
peneliti memlakukan konsultasi dan revisi berulang kali kepada dosen pembimbing dan
guru pembimbing disekolah untuk menyempurnakan isi dan bentuk instrumen. Dalam
peneletian, setiap langkah akan diberi skor kemudian akan diperoleh nilai akhir dengan
menggunakan rumus :
Skor yang diperoleh
Nilai = jumlah skor maksimal 𝑥 100

Nilai tersebut kemudian diolah untuk mengetahui perbedaan kemampuan HOTS siswa
antara siswa yang mendapatkan pembelajaran menggunakan pendekatan PMRI
dengan yang mendapatkan pendekatan pembelajaran konvensional dan untuk
mengetahui perbedaan kekaaktifan siswa yang diajar dengan pendekatan yang
berbeda, peneliti menggunakan uji-t dalam poses analisisnya, dengan rumus :
x− y
t=
(𝑛𝑥 −1)𝑠 2 + (𝑛𝑦 −1)𝑠 2
𝑥 𝑦 1 1
√ ( + )
𝑛𝑥 + 𝑛𝑦 −2 𝑛𝑥 𝑛𝑦

Taraf sigifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5% artinya peneliti
percaya 95% dari keputusan hipotesis. Menentukan kriteria penerimaan dan penolakan
𝐻0 . Hipotesis nol (𝐻0 ) ditolak jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (Sugiyono, 2017:140).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini dilakukan selama 3 kali pertemuan yaitu mulai tanggal 8 April
2019 sampai 13 April 2019. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru yang
menjelaskan konsep bangun ruang sisi datar kubus dan balok dengan pendekatan PMRI
di kelas eksperimen dan pendekatan konvensional di kelas kontrol.
Selama pembelajaran, pada kelas kontrol yang menggunakan pendekatan
konvensional nampak beberapa siswa yang kurang fokus mengikuti pembelajaran
matematika, sedangkan pada kelas eksperimen yang menggunakan pendekatan PMRI
siswa nampak antusisas dan lebih fokus mengikuti pembelajaran. Hal ini menunjukkan
bahwa pendekatan PMRI yang digunakan lebih menarik perhatian siswa dan membuat
siswa lebih fokus mengikuti pembelajaran daripada pendekatan konvensional.
Hasil penelitian ini berupa (1) adanya perbedaan kemampuan higher order
thinking skill pada siswa yang diajar dengan pendekatan berbeda, (2) adanya perbedaan
kekatifan pada siswa ketika diajar dengan pendekatan berbeda, (3)tingkat kemampuan
higher order thinking skill pada siswa yang diajar dengan pendekatan berbeda.
Adanya perbedaan kemampuan higher order thinking skill pada siswa yang diajar
dengan pendekatan berbeda.
Penggunaan pendekatan pembelajaran PMRI dan pendekatan konvensioanl pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol menghasilkan perbedaan kemampuan higher order
thinking skill pada siswa hal ini trbukti dari hasil uji t sebagai berikut.
Hasil tes dikelas eksperimen dengan rata-rata 8,064516129 dan pada kelas
kontrol dengan rata-rata 7,03135. Bedasarkan pengujian menggunakan uji-t untuk
kemampuan Higher Order Thinking Skill(HOTS) didapat bahwa nilai t hitung lebih besar
dari pada t tabel yaitu 1,99897 < 6,418062847. Hasil ini menunjukkan bahwa ada
perbedaan kemampuan Higher Order Thinking Skill(HOTS) siswa yang diajar dengan
menggunakan pendekatan yang berbeda.

Adanya perbedaan kekatifan pada siswa ketika diajar dengan pendekatan berbeda.
Penggunaan pendekatan pembelajaran PMRI dan pendekatan konvensioanl
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menghasilkan perbedaan keaktifan pada siswa
hal ini trbukti dari hasil uji t sebagai berikut.
Hasil perhitungan keaktifan siswa dikelas eksperimen dengan rata-rata
8,064516129 dan pada kelas kontrol dengan rata-rata 7,03135 . Bedasarkan pengujian
menggunakan uji-t untuk keaktifan siswa didapat bahwa nilai t hitung lebih besar dari
pada t tabel yaitu didapat t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 1,99897 < 159,07005
makan artinya ada perbedaan keaktifan siswa yang diajar dengan menggunakan
pendekatan yang berbeda.

Tingkat kemampuan higher order thinking skill pada siswa yang diajar dengan
pendekatan berbeda.
Adapun diagram tingkat kemampuan Higher Order Thinking Skills(HOTS) dapat
digambarkan sebagai berikut :
30
25
Banyak Siswa

20
15
10
5
0
Kelas Kelas
Eksperimen Kontrol
Rendah 0 0
Sedang 18 27
Tinggi 12 5
Diagram 1. Tingkat Kemampuan HOTS Siswa (Sumber: diolah sendiri)

Dari diagram diatas diketahui bahwa tingkat kemampuan Higher Order Thinking
Skills(HOTS) pada kelas kontrol sebanyak 27 siswa mempunyai tingkat kemampuan
Higher Order Thinking Skills(HOTS) “sedang”, 5 siswa memiliki tingkat kemampuan
“tinggi”. Sedangkan pada kelas eksperimen sebanyak 18 siswa memiliki tingkat
kemampuan Higher Order Thinking Skills(HOTS) “sedang” dan 12 siswa memiliki
tingkat kemampuan “tinggi”. Jumlah siswa pada tingkatan “tinggi” di kelas eksperimen
lebih banyak dibandingan dengan jumlah siswa pada tingkatan “tinggi” pada kelas
kontrol. Untuk kelas kontrol maupun eksperimen tidak ada siswa yang berada pada
tingkatan “rendah” .
SIMPULAN
1. Ada perbedaan kemampuan higher order thinking skills(HOTS) antara kelas yang
diajar dengan pendekatan PMRI dengan kelas yang diajar dengan pendekatan
konvensional.
2. Tingkat kemampuan HOTS pada siswa didominasi pada tingkatan “sedang.
3. Membiasakan siswa berlatih soal HOTS melalui pendekatan pembelajaran PMRI

SARAN
Untuk peneltian selanjutnya, mungkin dapat mengembangkan temuan penelitian
ini untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pendekatan pembelajaran PMRI
dengan berbantuan media/alat peraga yang lebih menarik siswa agar pembelajaran
matematika lebih menyenangkan dan tidak membosankan.

DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. (2013). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi
Aksara.
Ariyanti, Gregoria. (2008). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Realistik
yang dipadu Pembelajaran Kooperatif Type Jigsaw pada Kelas VII SMP
st.Bernandus Madiun. (Online)
(http://ojs.unm.ac.id/pembelajar/article/download/5442/pdf_12),diakses tanggal 3
April 2019.
Basir, Muhammad. (2017). Pendekatan Pembelajaran. Sengkang : Lampena
Intimedia
Hadi, Sutarto. (2017).Pendidikan Matematika Realisttik Teori, Pengembangan Dan
Impelementasinya. Depok : PT. RajaGrafindo Persada.
Kurniati , Dian dkk. (2016). Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SMP Di
Kabupaten Jember Dalam Menyelesaikan Soal Berstandar
Pisa.(Online).(https://journal.uny.ac.id/index.php/jpep/article/view/8058/8444),
diakses 20 Mei 2019.
Mahmudah, W. (2018). Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal
Matematika Bertipe Hots Berdasar Teori Newman. (Online).
(http://ejurnal.unisda.ac.id/index.php/ujmc/article/download/845/490/), diakses 12
April 2019.
Marsella, Linda. (2014). Perbedaan Hasil Belajar Matematika Dengan
Menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education Dan
Menggunakan Metode Ceramah Siswa Kelas V Sd N Tulusrejo Dan
SDNKalirejo,GRABAG,PURWOREJO.(Online).
(http://eprints.uny.ac.id/14302/1/SKRIPSI%20Linda%20Marsella%201010824401
6.pdf), diakses 20 April 2019.
Murdani, dkk . (2013). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika
Dengan Pendekatan Realistik Untuk Meningkatkan Penalaran Geometri
Spasial Siswa Di Smp Negeri Arun Lhokseumawe. (Online).
(http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/peluang/article/download/1054/990), diakses 15
April 2019.
Nurlestari. (2015). Pengaruh Metode Pendidikan Matematika Realistik Terhadap
Pemahaman Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui E-Learning.
Skripsi tidak diterbitkan. Cirebon : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Tadris
Matematika, IAIN Syekh Nurjati.
Nuronia. (2017). Pengaruh Metode Aritmatik Plus Intelegensi Quantum(APIQ)
Terhadap Kemampuan Berhitung Siswa Kelas VII SMPN 2 GondangWetan
Pada Pokok Bahasan Bangun Datar. Skripsi tidak diterbitkan. Pasuruan: STKIP
PGRI Pasuruan
Putrawangsa, Susilahudin. (2017). Desain Pembelajaran Matematika Realistik.
Mataram: CV. Reka Karya Amerta.
Retnawati, Heri (2017). Desain pembelajaran Matematika untuk melatih HOTS.
Yogyakarta: UNY PRESS.
Sahimin, dkk. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Dan Gaya Belajar Terhadap
Hasil Belajar Pai Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Kabanjahe
Kab.Karo.(Online).(http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/eduriligia/article/download/
894/689), diakses tanggal 25 April 2019.
Sanjaya, Wina. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan . Jakarta: Prenada Media.
Sembiring,dkk. (2010) . A decade of PMRI in Indonesia. Bandung-Utrecht: APS
International.
Sugiyono. (2017). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Widodo, T & Kadarwati, S. (2013). High Order Thinking Berbasis Pemecahan
Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Berorientasi Pembentukan
Karakter Siswa. Cakrawala Pendidikan.
Wijaya, Ariyadi. (2012). Pendidikan Matematika Realistik. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Yaniawati, R.Poppy. (2013). E-Learning to Improve Higher Order Thinking Skills
(HOTS) of Students. Online. (https://media.neliti.com/media/publications/72339-
EN-e-learning-to-improve-higher-order-think.pdf), diakses tanggal 17 April 2019.

Anda mungkin juga menyukai