Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

F20 SKIZOFRENIA

Disusun Oleh
TARMIJI I4061171025

Pembimbing
Mayor CKM dr. Lollyta C.S, Sp. KJ

KEPANITERAAN KLINIK
SMF KESEHATAN JIWA
RUMAH SAKIT TK.II DUSTIRA CIMAHI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2019

0
LEMBAR PERSETUJUAN

Telah disetujui laporan kasus dengan judul:


Skizofrenia

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa

Cimahi, Juli 2019


Disusun oleh :

Tarmiji
I4061171025

Pembimbing :

dr. Lollytha C. Simanjuntak, Sp. KJ

1
BAB I
PENYAJIAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Dani
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 28 tahun
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wirausaha
Status Pernikahan : Belum Menikah
Alamat : Ciamis
Ruang : Halimun (Bangsal)
Tanggal Masuk ke Rumah Sakit : 16 Juli 2019

II. RIWAYAT PSIKIATRIK


Anamesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 16 Juli 2019 di
Bangsal Halimun RS Tingkat II Dustira, Cimahi.
a. Keluhan Utama
Pasien datang dengan gaduh gelisah dan mengamuk.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Autoanamnesis pada tanggal 16 Juli 2019
Pasien datang diantar oleh ibu, pamanya dan kepala desa di Unit
Gawat Darurat RS Tk II Dustira dengan keluhan memukul, mengamuk dan
merusak kaca mobil warga dengan batu sejak 2 hari yang lalu. Pasien
marah-marah dan sering berteriak teriak beberapa hari sebelum masuk
rumah sakit karena merasa tetangga dan orang-orang yang ada disekitar
rumahnya sedang membicarakan keluarganya. Pasien juga mengatakan sakit
hati kepada tetangganya karena sering menghina ibunya. Pasien juga
mengatakan susah tidur di malam hari dan menghabiska waktu malam

2
dengan begadang bersama teman temannya. Ketika dirawat di rumah sakit
Dustira mengaku mendengar suara-suara bisikan yang memerintahkan
pasien untuk segera berubah, meminta pasien untuk mandi dan mengerjakan
sholat. Bisikan-bisikan itu sering terdengar oleh pasien sehingga membuat
pasien lalai dan kepalanya terasa pusing. Pasien juga mengatakan melihat
ada bayangan hitam terkadang samar-samar yang tidak jelas wujudnya.
Pasien juga mengatakan ada sesosok makhluk yang masuk kedalam dirinya
dengan wujud seperti seekor harimau yang menyatu kedalam dirinya.
Alloanamnesis pada Ayah dan Ibu pasien pada tanggal 16 Juli 2019
Menurut paman dan ibu pasien, pasien tampak gelisah dan marah-
marah sejak 1 bulan yang lalu. Hal ini terjadi karena pasien sangat sakit hati
kepada tetangganya karena sering menghina ibunya dalam masalah ekonomi
dan keluarga. Pasien selalu ingin membalas apa yang sudah dilakukan
tetangganya namun ibu pasien melarangnya dan pasien hanya meluapkan
emosinya dikamar dengan mengamuk dan merusak barang dirumahnya.
Semenjak 2 hari yang lalu, emosi pasien sudah tidak tertahankan lagi karena
tetangganya masih menghina ibunya, pasien langsung mendatangi
tetangganya kemudian memukul, mengamuk dan memecahkan kaca mobil
tetangganya dengan batu. Kemudian, pasien langsung berlari, berteriak di
kebun pamannya dan dicari oleh warga sekitar. Menurut keterangan dari
ibunya, pasien juga jarang tidur dimalam hari dan sering begadang bersama
teman temanya.
Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat gangguan psikiatri
Sebelumnya pasien pernah dirawat di RS Dustira dibagian kejiwaan
dengan keluhan yang sama sejak 2 tahun yang lalu. Namun pasien tidak
pernah kontrol dikarenakan jarak yang cukup jauh dan pasien merasa
sudah tidak ada keluhan
 Kondisi medis umum
Pasien tidak memiliki keluhan medis lainnya.
 Riwayat penggunaan zat psikoaktif

3
Riwayat konsumsi alkohol (+)
Riwayat penggunaan NAPZA (-)
Riwayat merokok (+)
c. Riwayat kehidupan pribadi
 Prenatal dan perinatal
Menurut ayah dan ibu pasien, pasien lahir cukup bulan (aterm) dan
dilahirkan secara normal di puskesmas dengan dibantu oleh bidan.
 Masa kanak-kanak awal (1-3 tahun)
Riwayat kejang demam (-), Perkembangan pasien sama dengan
perkembangan anak seusianya. Namun, pemberian makanan yang tidak
sesuai pada umurnya.
 Masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
Riwayat kejang demam (-). Perkembangan dan pertumbuhan pasien sesuai
dengan anak seusianya, pasien juga memiliki teman, dan dapat
menyalurkan minat dan bakatnya seperti bermain futsal dan bermain
pimpong..
 Riwayat masa kanak akhir dan remaja
Pasien hanya bersekolah sampai SMP saja, dikarenakan Faktor ekonomi
keluarga pasien menurun, sehingga menuntut pasien untuk melanjutkan
bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Dari perubahan ekonomi tersebut,
pasien sering merasa tertekan dilingkungan sekitarnya.
d. Riwayat Masa Dewasa
 Pendidikan
Pasien merupakan tamatan SMP, tidak pernah tinggal kelas selama
sekolah.
 Pekerjaan
Pasien bekerja serabutan kadang membantu orang tua dirumah kadang
bekerja sebagai tukang ojek.
 Perkawinan
Pasien belum pernah menikah.

4
 Agama
Pasien beragama Islam namu pasien jarang beribadah.
 Aktivitas sosial
Pasien mengakui bahwa kurang berhubungan baik dengan tetangga dan
masyarakat di lingkungan sekitarnya. Pasien sangat jarang mengikuti
aktivitas sosial dilingkungannya
 Riwayat militer
Pasien tidak pernah terlibat dalam militer
 Riwayat pelanggaran hukum
Pasien tidak memiliki riwayat pelanggaran hukum sebelumnya.
 Riwayat psikoseksual
Pasien tidak pernah menunjukan prilaku penyimpangan seksual, dan pasien
memiliki ketertarikan dengan lawan jenis.
e. Riwayat Keluarga
Keluarga pernah mengalami gangguan serupa seperti pasien yaitu
ayah pasien .
f. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien tinggal dengan ke dua orang tua dan adiknya. Ayahnya adalah
seorang pekerja buruh di pasar dan ibunya bekerja di rumah dan memiliki
toko kelotong kecil kecilan dirumah. Pasien saat ini bekerja membantu
keluarga dirumah, berkebun dan kadang juga bekerja sebagai tukang ojek di
daerahnya demi memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya.
g. Impian Fantasi dan Nilai-Nilai
Pasien tidak pernah berkhayal yang aneh aneh dan berfantasi, nilai-
nilai (-).
h. Persepsi Keluarga Tentang Pasien
Orang tua pasien menganggap bahwa kondisi pasien memang sakit
dalam kejiwaanya dan sudah pernah mengalami keluhan serupa
sebelumnya, dan keluarga mendukung sepenuhnya pengobatan terhadap
pasien.

5
III. STATUS PSIKIATRIKUS
Diperiksa tanggal 16 Juli 2019.
a. Deskripsi umum
1. Penampilan
Roman wajah bingung dan tidak nyaman, sopan santun kurang,
kebersihan kurang (Dekorum Buruk)
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Hiperaktif, gelisah dan agitasi.
3. Sikap terhadap pemeriksa
Saat diperiksa pertama kali, pasien tidak kooperatif atas pertanyaan
yang diajukan oleh pemeriksa dan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh
pemeriksa.
b. Pembicaraan
Spontan, volume bicara meninggi, artikulasi jelas, irelevan, logore,
pembicaraan dapat dimengerti.
c. Mood, afek, dan keserasian
1. Mood : Irritable
2. Afek : datar
3. Kesesuaian : inapproriate
d. Pikiran/proses pikIr
1. Bentuk : Autistik
2. Arus : Asosiasi Longgar
 Produktivitas : Pasien dapat menjawab pertanyaan
pemeriksa dengan spontan.
 Kontinuitas : Asosiasi Longgar.
3. Isi : Ilusi (-), delusi (-), waham curiga (+), thougt insertion
e. Persepsi : Halusinasi auditorik (+), halusinasi visual (+), ilusi (-)
f. Sensorium dan kognisi
1. Taraf kesadaran
Kuantitas : E4V5M6

6
Kualitas : Compos Mentis
2. Orientasi
Waktu : Baik
Tempat : Baik
Orang : Baik
3. Daya ingat
Jangka panjang : Baik
Jangka pendek : Baik
Segera : Baik
4. Konsentrasi dan perhatian: Baik
5. Pengetahuan umum
Baik, sesuai dengan tingkat pendidikan
6. Kemampuan membaca dan menulis
Baik, sesuai dengan tingkat pendidikan
7. Kemampuan visuospasial
Baik
8. Kemampuan berpikir abstrak
Baik
g. Pengendalian impuls
Kurang bisa mengendalikan impuls, karena pasien belum bisa
mengendalikan dirinya untuk tidak mengamuk dan berusaha untuk tenang.
h. Daya nilai dan tilikan
1. Kesan nilai sosial : Terganggu
2. Daya nilai realita : Terganggu
3. Tilikan :3

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


a. Pemeriksaan tanda vital
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Frekuensi pernafasan : 20 x/menit

7
Frekuensi nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,8oC
Berat Badan : 50 kg
Tinggi Badan : 164 cm
Kesan Gizi : Normoweight
b. Status generalis
Kulit : Warna kulit coklat kehitaman, sianosis (-).
Kepala : Deformitas (-), luka lecet ditangan
Rambut : Pendek, berwarna hitam.
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
THT : Deviasi septum nasi (-), perdarahan (-), mukosa
hidung hiperemik (-),
Mulut : Lidah kotor (-)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening leher (-)
Jantung : Bunyi jantung S1S2 reguler, murmur (-), gallop(-)
Paru : Suara napas dasar vesikuler (+/+), ronkhi (-/-),
wheezing (-/-), sonor di kedua lapang paru
Abdomen : Datar, defans muskular (-), bising usus 10x/menit,
soepl (+), nyeri tekan (-).
Punggung : Simetris (+), deformitas (-)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2”, edema (-/-)
c. Status Neurologi
1. Glasgow Coma Scale (GCS)
E4M6V5 = 15
2. Pupil
Bentuk : Bulat (+), Isokor (+)
Diameter : Diameter 3mm/3mm
Refleks cahaya : Langsung (+/+), dan Tidak langsung (+/+)
3. Tanda Rangsang Meningeal (TRM)
Kaku kuduk : (-)
Brudzinsky I : (-)
Brudzinsky II : (-)
Kernig : (-)
Lasegue : (-)
4. Pemeriksaan Motorik

5555 5555

8
5555 5555
5. Pemeriksaan Refleks Fisiologis
Biseps : (++/++)
Triceps : (++/++)
Patella : (++/++)
Tendo achilles : (++/++)
6. Refleks Patologis
Babinski : (-)
Oppenheim : (-)
Chaddock : (-)
Tromner : (-)
Hoffman : (-)
7. Pemeriksaan Sensorik
Sensibilitas : Baik
8. Pemeriksaan Saraf Otonom
Inkontinensia urin : (-)
Inkontinensia alvi : (-)
V. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 17 Juli 2019
No Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
I Hematologi
1 Hemoglobin 14,8 g/dl 13,0-18,0
2 Eritrosit 5,6 106/ul 4,0-5,5
3 Leukosit 12,5 103/ul 4,0-10
4 Hematokrit 43,5 % 38-51
5 Trombosit 347 103/ul 140-392

II MCV/MCH/MCHC
1 MCV 77,8 Fl 75,0-100,0
2 MCH 26,5 Pq 23,0-31,0
3 MCHC 34,0 g/dl 32,0-36,0
4 RDW 15,0 % 10,0-16,0
III HITUNG JENIS
1 Basofil 0,4 % 0,0-1,0
2 Eosinofil 2,0 % 1,0-4,0
3 Segmen 72,4 % 50,0- 80,0
4 Limfosit 18,7 % 25,0-50,0

9
5 Monosit 6,5 % 4,0-8,0
IV FUNGSI HATI
1 SGOT 25 u/l <38
2 SGPT 29 u/l <41

No Nilai
. Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
1 Diabetes
Glukosa Darah Sewaktu 87 mg/dl 70-130

VI. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


Aksis 1 : F20 Skizofrenia
Aksis 2 : Tidak ada diagnosis
Aksis 3 : Tidak ada diagnosis
Aksis 4 : Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
Aksis 5 : 60-51, Gejala sedang, disabilitas sedang.

VII. DAFTAR MASALAH


a. Organobiologik : Tidak ada masalah
b. Psikologis : Terganggu
c. Sosial : Terganggu

VIII. PENATALAKSANAAN
a. Hospitalisasi
Pasien diindikasikan untuk dirawat di rumah sakit untuk mencari dan
mengobati penyakit yang mendasari timbulnya gejala-gejala yang ada pada
pasien.
b. Non-farmakologi :
Psikoterapi suportif keluarga dalam memotivasi, mendukung, dan
membantu kesembuhan pasien serta edukasi kepatuhan minum obat.

c. Farmakologi
 Inj. Lodomer1x5 mg (I.M) selama 2 hari

10
 Inj. Valdimex 1x5 mg (I.M) selama 2 hari
 PO hexymer 2x2mg
Setelah injeksi selama 3 hari maka dilanjutkan dengan :
 P.O Govotil tab 2x2,5 mg
 P.O Hexymer tab 2x2mg
 P.O Clopine tab 25 mg (0-0-1)
IX. PROGNOSIS
1. Prognosis Ke Arah Baik
a. Keluarga mendukung pasien untuk sembuh.
b. Tidak ditemukan tanda dan gejala efek samping pemakaian obat-obatan
antipsikotik.
c. Pasien saat ini lebih mudah dimintai keterangan mengenai penyakitnya
seiring proses penyembuhan dibandingkan keadaan pertama kali pasien
masuk rumah sakit.
2. Prognosis Ke Arah Buruk
a. Sering marah-marah diakibatkan hal-hal kecil, pasien selalu ingin
pulang sehingga mengganggu pengobatan pasien.
b. Sering waham curiga terhadap orang lain
c. Sering berhalusinasi ada bisikan-bisikan dari luar yang mengganggu
pasien
Sehingga kesimpulan prognosis pada pasien berdasarkan wawancara diatas
sebagai berikut :
Quo ad Vitam : Dubia ad bonam
Quo ad Functionam : Dubia ad malam
Quo ad Sanactionam : Dubia ad malam

X. FOLLOW UP HARIAN
Tanggal S O A P
17-07-19 Pasien dalam kondisi Kesadaran:CM, Skizofrenia -Inj. Lodomer 1x5 mg
gelisah, mondar- TD:110/70, (I.M)
mandir di ruang HR:80x/menit -Inj. Valdimex 1x5 mg

11
isolasi, pasien tidak RR:20x/menit, (I.M)
dapat tidur. Pasien Dekorum buruk, -PO hexymer 2x2mg
juga mendengar autistik, assosiasi
bisikan dan melihat longgar, perilaku
ada bayangan hitam.. halusinasi (+),
Halusinasi auditorik halusinasi dengar
(+), Halusinasi visual (+),halusinasi
(+) makan (+), minum visual (+) waham
(+). curiga
(+),agresivitas (+),
impulsive(+),
insight decorum
buruk.
Tilikan 1
18-07-19 Pasien tidak dapat Kesadaran:CM, Skizofrenia -PO Govotil 2x2,5 mg
tidur semalaman, Dekorum buruk, -PO Hexymer 2x2mg
Pasien belum mandi, autistik, perilaku -PO Clopine 25 mg
dan merasa kepala terhadap
terasapusing. pemeriksa sedikit
Halusinasi auditorik kooperatif, kontak
(+), Halusinasi visual mata tidak
(+), makan (+), adekuat,
minum (+). agresivitas (+),
prilaku halu (+),
halusinasi dengar
(+), halusinasi
visual (+)
assosiasi longgar
Tilikan 3
19-07-19 Pasien dalam kondisi Kesadaran:CM, Skizofrenia -PO Govotil 2x2,5 mg
tenang, di ruang TD:120/70 mmHg -PO Hexymer 2x2mg
isolasi, pasien tidur HR:76x/menit -PO Clopine 25 mg
dengan tenang, pasien RR:20x/menit,
banyak bicara, kontak Dekorum buruk,

12
(+), kooperatif dengan autistik, perilaku
pemeriksa, terhadap
Pasien tidak melihat pemeriksa
bayangan lagi. Makan kooperatif, kontak
(+), minum (+). mata adekuat,
logorhea,
impulsif,
aggresivitas
menurun,
halusinasi suara
(+), halusinasi
visual (-)
Tilikan 4
20-07-19 Pasien dalam kondisi Kesadaran:CM, Skizofrenia -PO Govotil 2x2,5 mg
tenang, di lepaskan TD:110/70mmHg -PO Hexymer 2x2mg
dari ruang isolasi, HR:84x/menit -PO Clopine 25 mg
gelisah sudah tidak RR:20x/menit,
ada gelisah, pasien Dekorum kurang,
sudah bisa tidur autistik, perilaku
dengan nyenyak. terhadap
Pasien sudah bisa pemeriksa
mandi sendiri. Makan kooperatif, kontak
(+), minum (+). mata adekuat,
logorhea,impulsif
menurun,
aggresivitas
menurun,
halusinasi suara
(+), halusinasi
visual (-)
Tilikan 4

13
21-07-19 Pasien dalam kondisi Kesadaran: CM Skizofrenia -PO Govotil 2x2,5 mg
tenang, tidur dengan TD: 120/70 -PO Hexymer 2x2mg
nyenyak, kontak HR: 76x/menit -PO Clopine 25 mg
dengan pemeriksa (+), RR: 20x/menit
mendengarkan ada Dekorum kurang,
suara di pikirannya, autistik, asosiasi
tidak melihat longgar, halusinasi
bayangan-bayangan. visual (-),
Makan (+), Minum halusinasi auditori
(+). (+),, logorea(+),
thought insertion.
Tilikan 4

BAB II
PEMBAHASAN

I. Ikhtisar Penemuan Bermakna


Pasien datang diantar oleh ibu, pamanya dan kepala desa di Unit
Gawat Darurat RS Tk II Dustira dengan keluhan memukul, mengamuk dan
merusak kaca mobil warga dengan batu sejak 2 hari yang lalu. Pasien
marah-marah dan sering berteriak teriak beberapa hari sebelum masuk
rumah sakit karena merasa tetangga dan orang-orang yang ada disekitar
rumahnya sedang membicarakan keluarganya. Pasien juga mengatakan
sakit hati kepada tetangganya karena sering menghina ibunya. Pasien juga
mengatakan susah tidur di malam hari dan menghabiska waktu malam
dengan begadang bersama teman temannya. Ketika dirawat di rumah sakit
Dustira mengaku mendengar suara-suara bisikan yang memerintahkan
pasien untuk segera berubah, meminta pasien untuk mandi dan

14
mengerjakan sholat. Bisikan-bisikan itu sering terdengar oleh pasien
sehingga membuat pasien lalai dan kepalanya terasa pusing. Pasien juga
mengatakan melihat ada bayangan hitam terkadang samar-samar yang
tidak jelas wujudnya.
Menurut paman dan ibu pasien, pasien tampak gelisah dan marah-
marah sejak 1 minggu yang lalu. Hal ini terjadi karena pasien sangat sakit
hati kepada tetangganya karena sering menghina ibunya dalam masalah
ekonomi dan keluarga. Pasien selalu ingin membalas apa yang sudah
dilakukan tetangganya namun ibu pasien melarangnya dan pasien hanya
meluapkan emosinya dikamar dengan mengamuk dan merusak barang
dirumahnya. Semenjak 2 hari yang lalu, emosi pasien sudah tidak
tertahankan lagi karena tetangganya masih menghina ibunya, pasien
langsung mendatangi tetangganya kemudian memukul, mengamuk dan
memecahkan kaca mobil tetangganya dengan batu. Kemudian, pasien
langsung berlari, berteriak di kebun pamannya dan dicari oleh warga
sekitar. Menurut keterangan dari ibunya, pasien juga jarang tidur dimalam
hari dan sering begadang bersama teman temanya.
Berdasarkan penampilan pada saat pertama kali diantar ke dua
orang tuanya roman wajah tampak gelisah, dekorum buruk dan sopan
santun kurang, tidak kooperatif, kontak mata tidak adekuat, mood irritable
dengan afek datar. Antara mood dan afek tidak terdapat kesesuaian. Pada
bentuk pikir autistik, arus piker asosiasi longgar dan isi pikir terdapat
waham curiga (+), thought insertion, halusinasi visual dan halusinasi
auditori. Tilikan derajat 3.
Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan kelainan apapun. Pada
pemeriksaan neurologis dan hasil laboratorium, tidak didapatkan kelainan
atau penyakit penyerta yang di keluhkan oleh pasien.
Setelah mendapatkan pengobatan selama 9 hari, perubahan terlihat.
Pasien menjadi lebih tenang, dapat mengontrol emosinya, halusinasi visual
dan halusinasi auditori sudah mulai berkurang, decorum sedikit membaik,
aggresivitas sudah mulai menurun.

15
II. Diagnosis
A. Aksis I
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, disimpulkan bahwa
kasus gangguan maka kasus ini termasuk gangguan jiwa skizofrenia.
Hal ini dikarenakan adanya gejala-gejala pada pasien memenuhi kriteria
diagnosis skizofrenia.1
Kriteria Diagnosis Skizofrenia Menurut PPDGJ-III :
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas
atau kurang tajam) :
a. Pikiran
1) ”thought eco” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran
ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda.
2) ”thought insertion or withdrawl” = isi pikiran yang asing dari
luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi
pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar
dirinya`(withdrawl).
3) ”thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar
sehingga orang lain atau umum mengetahuinya.
b. Waham
1) ”delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan
oleh suatu kekuatan tertentu dari luar.
2) ”delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak
berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar.
3) ”delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi
oleh suatu kekuatan tertentu dari luar.
4) “delusion perception” = pengalaman inderawi yang tak wajar,
yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat
mistik atau mukjizat.
c. Halusinasi auditorik
1) Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus
terhadap perilaku pasien.

16
2) Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri
(diantara berbagai suara yang berbicara).
3) Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian
tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil,
misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu atau
kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya
mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan
makhluk asing dari dunia lain).
2. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada
secara jelas:
a. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila
disertai baik oleh waham yang mengembang maupun yang
setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun
disertai oleh ide-ide berlebihan yang menetap atau apabila
terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-
bulan terus menerus.
b. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah, posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,
mutisme, dan stupor.
c. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan
yang tidak relevan atau neologisme.
d. Gejala gejala ”negatif” seperti sikap sangat apatis, bicara yang
jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar,
biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan
sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa
semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi
neuroleptika.
3. Adanya gejala gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama
kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase
nonpsikotik prodromal).

17
4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam
mutu keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, sikap larut dalam diri sendiri, tidak berbuat sesuatu, dan
penarikan diri secara sosial.
Sebagai tambahan:
1. Halusinasi dan/atau waham harus menonjol
a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi
perintah, atau halusinasi auditori tanpa bentuk verbal berupa
bunyi pluit, mendengung, atau bunyi tawa.
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat
seksual, atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual
mungkin ada tetapi jarang menonjol.
c. Hampir dapat berupa setiap jenis waham; waham dikendalikan,
dipengaruhi, atau passivity dan keyakinan dikejar-kejar yang
beraneka ragam, adalah yang paling khas.
2. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta
gejala katatonik secara relative tidak nyata dan tidak menonjol.
B. Aksis II
Diagnosa Aksis II tidak ada diagnosis
C. Aksis III
Diagnosis Aksis III tidak ada diagnosis
D. Aksis IV
Menurut pengakuan pasien, pasien menganggap bahwa orang
disekitarnya termasuk tetangganya sering membicarakan pasien.
Pasien merasa tetangganya tidak suka dengan pasien dan keluarga.
Maka diagnosis Aksis IV pada pasien ini adalah terdapatnya
masalah berkaitan dengan lingkungan sosial.
E. Aksis V
Penilaian kemampuan penyesuaian menggunakan skala
Global Assassment of Functioning (GAF) menurut PPDGJ III pada

18
saat ini  60-51 yaitu pasien memiliki gejala sedang dan
disabilitas sedang, sehingga pasien masih dapat menjalankan
fungsinya namun tidak maksimal dan harus dibawah pengawasan.

III. Identifikasi Faktor Risiko pada Pasien


Terdapat beberapa faktor risiko yang teridentifikasi pada pasien secara
biopsikososial
A. Biologi
Secara genetik, faktor resiko skizofrenia terdapatnya keluarga
yang pernah mengalami skizofrenia.2 Pada pasien teridentifikasi dengan
jelas. Keluarga mengakui bahwa adanya riwayat keluarga memiliki
penyakit yang sama yaitu ayah pasien.
B. Psikologi
Secara psikologi faktor resiko pada pasien merupakan stresor
psikososial yang terjadi dalam kehidupan pasien. Pasien tinggal
bersama ke dua orang tuanya dan adiknya. Menurut pengakuan pasien
bahwa pasien tidak suka dekat dengan orang disekitarnya termasuk
tetangga.
C. Sosial
Secara kondisi sosial pasien merupakan anak yang lahir dengan
keadaan sosial ekonomi menengah kebawah. Pasien menyelesaikan
sekolah hanya sampai SMP. Pasien berhubungan kurang baik dengan
orang sekitarnya dan pasien mengaku sering emosi karena merasa
dirinya dan keluarganya selalu dibicarakan oleh tetangganya.

IV. Psikodinamika
Pasien sebelumnya belum pernah menikah. Pasien merupakan anak
pertama dari dua bersaudara. Pasien merupakan lulusan SMP dan
selanjutnya pasien bekerja membantu kebutuhan keluarga. Pasien sehari-
hari bekerja membantu kedua orang tua dirumah, dan bekerja serabutan
kadang bekerja dikebun, kadang bekerja di sebagai tukang ojek.. Pasien

19
sebelumnya pernah terdiagnosis memiliki gangguan kejiwaan pada tahun
2017, pasien diperbolehkan untuk melakukan rawat jalan. Namun, dalam
proses rawat jalan pasien tidak rutin dalam meminum obat.

V. Terapi
Non Farmakologi
1. Perawatan di Rumah Sakit
Pasien diindikasikan untuk dirawat di rumah sakit dengan
tujuan untuk melakukan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui
penyebab keluhan pada pasien dan menjaga pasien agar tidak
melakukan tingkahlaku yang membahayakan orang lain.
2. Terapi Psikososial
Terapi psikososial mencakup berbagai metode untuk
meningkatkan kemampuan sosial, kecukupan diri, keterampilan
praktis, dan komunikasi interpersonal pada pasien skizofrenia.
Keluarga sangat dibutuhkan dalam pengobatan sebagai dukungan
untuk pasien dalam menjalani pengobatannya.3,4
Farmakologi
1. Haloperidol
Haloperidol merupakan golongan butirofenon pertama dari
antipsikotik utama. Kerja terapeutik obat-obat antipsikotik
konvensional adalah menghambat reseptor D2 khususnya di jalur
mesolimbik. Hal ini menimbulkan efek berkurangnya
hiperaktivitas dopamin pada jalur ini, yang didalilkan sebagai
penyebab simtom positif pada psikosis. Haloperidol adalah salah
satu obat yang umumnya digunakan untuk mengobati pasien
agresif dan berbahaya, walaupun mempunyai efek samping yang
berat, termasuk sindrom ekstrapiramidal. Perilaku agresif kelihatan
berhubungan dengan gejala positif pada skizofrenia. Semua
antagonis reseptor dopamin diabsorpsi dengan baik setelah
pemberian oral, sedangkan pada preparat liquid lebih efisien
diabsorpsi dibandingkan dengan tablet atau kapsul. Puncak

20
konsentrasi plasma biasanya mencapai 1 hingga 4 jam setelah
pemberian oral dan 30 hingga 60 menit setelah pemberian
parenteral. Tingkat steady-state tercapai kira-kira dalam 3 hingga 5
hari. Waktu paruh obat-obat ini adalah kira-kira 24 jam. Dosis
penggunaan haloperidol injeksi untuk dewasa adalah 2-10 mg, tiap
jam atau tiap 4-8 jam sekali, dengan dosis maksimal 18 mg per
hari.1Orang dewasa dalam keadaan akut cukup sesuai dengan
menggunakan dosis ekivalen haloperidol 5 hingga 20 mg.
Haloperidol yang tersedia 0,5; 1; 2; 5; 10; 20 mg tablet.
Injeksi lodomer diindikasikan pada agitasi psikomotor pada
kelainan tingkah laku. Agitasi & agresif yang berhubungan dengan
psikosis akut misalnya mania, hipomania, skizofrenia akut,
konfusional toksik termasuk delirium. Pengobatan psikosis
termasuk delusi, halusinasi, paranoia atau gangguan jiwa efektif
dalam meredakan gejala psikosis jangka pemdek.
2. Diazepam
Diazepam merupakan derivate benzodiazepine dengan
masa paruh obat 10-20 jam. Diazepam bekerja menimbulkan masa
kantuk dengan mempengaruhi reseptor GABA yaitu sejenis
penghantar sinyal listrik saraf diotak yang mneimbulakn efek
menenangkan. Bekerja pada sistem GABA yaitu dengan
memperkuat frekuensi hambatan neuron GABA.
Injeksi Valdimex adalah obat yang digunakan untuk terapi
jangka pendek pada penderita ansietas (kecemasan), insomnia,
status epileptikus, kejang demam dan spasme otot. Terutama
digunakan untuk pengobatan jangka pendek pada ansietas,
insomnia, kejang demam, dan menghilangkan kejang otot rangka
karena spasme refleks patologi lokal dalam mengurangi gejala-
gejala agitasi akut, tremor dan halusinasi. Dapat diberikan dosis
sebanyak 5x1 ampul injeksi 5 mg/ml.
3. Triheksifenidil (THP)

21
Penggunaan triheksifenidil (THP) pada pasien skizoprenia
bertujuan untuk mencegah atau mengobati salah satu efek samping
dari penggunaan obat antipsikotik konvensional jangka pendek dan
panjang berupa sindrom ekstra piramidal atau extra pyramidal
syndrome (EPS). Efek samping EPS meliputi reaksi distonia akut,
akatisia dan parkinsonisme merupakan penyebab ketidakpatuhan
pasien meminum obat antipsikotik sehingga memicu munculnya
kekambuhan.5
THP bekerja melalui neuron dopaminergik, mekanismenya
meningkatkan pelepasan dopamine dari vesikel presinaptik,
penghambatan ambilan kembali dopamine dalam terminal saraf
presinaptik atau menimbulkan suatu efek agonis pada reseptor
dopamin. THP diberikan 1-4 mg diberikan 2-3 kali sehari. Dosis
tidak boleh melebihi 15 mg sehari, dosis dinaikkan sampai
diperoleh hasil yang diharapkan.6
Hexymer melalui kandungannya yaitu Triheksifenidil
Hidroklorida dari golongan psikotropika yang dapat mengatasi
gejala-gejala penyakit Parkinson. Memiliki efek samping seperti
penglihatan kabur, pusing, mulut kering serta gangguan saluran
cerna.efek samping lain yang bersifat psikis yaitu seperti
kebingungan, halusinasi, hilang ingatan, euphoria dan gelisah.
4. Clozapine (Clopine 25 mg 0-0-1)
Clozapine merupakan antipsikotik atipikal pertama yang
ditemukan (dibenzodiazepine), tidak menyebabkan EPS (extra
pyramidal syndrome), tidak menyebabkan terjadinya tardive
dyskenesia, dan tidak terjadi peningkatan prolaktin, clozapin
mempunyai efikasi yang besar tetapi mempunyai efek samping
yang banyak (agranulositosis, kejang, sedasi dan peningkatan berat
badan) jika dibandingkan dengan jenis antipsikotik atipikal yang
lainnya. Clozapin bekerja dengan cara memblokade reseptor
5HT2A, D2, D1, D3, D4, 5HT1A, 5HT2c, 5HT3, 5HT6, 5HT7,
M1, H1. Clozapin dihubungkan dengan risiko tinggi rendahnya

22
tingkat sel darah putih yang mengakibatkan kematian. Oleh
karenanya untuk menekan risiko ini perlu dilakukan pemeriksaan
darah secara rutin. Risiko serius lainnya termasuk kejang, inflamasi
pada jantung, tingginya kadar gula darah dan pada orang lanjut
usia dengan psikosis sebagai akibat dari dementia dapat beresiko
pada kematian.8
Dosis rata-rata clozapine yang adekuat antara 250 mg – 450
mg per hari, pada penelitian melaporkan adanya efek keracunan
pada penggunaan clozapine, namun demikian efek ini disebabkan
karena penggunaan dalam dosis tunggal dan karena adanya infeksi
serta kontraindikasi akibat merokok. Akibat pertimbangan risiko
dan keuntungan penggunaan clozapine, maka clozapine tidak
digunakan sebagai terapi first line pada skiofrenia maupun
gangguan skizoafektif. Clozapine sering digunakan untuk
mengurangi efek samping otonom, seperti hipertensi ortostatik, dan
untuk mengambil keuntungan dari efek penenang clozapine.8
Clozapine merupakan obat antipsikotik atipikal yang
umumnya digunakan kepada pasien yang tidak responsif atau tidak
toleran dengan obat antipsikotik jenis lain, clozapine lebih efektif
dalam mengurangi gejala skizofrenia dari pada obat antipsikotik
tipikal, dengan efek lebih baik terutama bagi pasien yang resisten
obat. Tingkat perawatan ulang yang rendah dan tingkat diterima
kembali pasien lebih baik merupakan kelebhan clozapine. Namun
clozapine tidak dianjurkan pada pasien dengan usia lanjut yang
menderita demensia.
5. Olanzapine
Olanzapin merupakan obat yang aman dan efektif untuk
mengobati skizofrenia baik simpton positif maupun negatif. Dosis
awal olanzapin adalah 5-10 mg/hari dengan rentang dosis 10-30
mg/hari. Sediaan di Indonesia meliputi onzapin (5 mg; 10 mg),
olandoz (olanzapin 5 mg; 10 mg).5,6

23
BAB III
KESIMPULAN

Pasien laki-laki berusia 28 tahun mengalami Skizofrenia dengan keluhan


mengamuk, mudah marah, dan tingkat emosional yang tinggi serta suka
menghancurkan barang-barang dirumah saat marah. Pasien datang dengan
decorum buruk, sopan santun kurang, dan kurang rapi, tidak kooperatif, mood
irretable dengan afek datar. Bentuk piker autistic, arus piker asosiasi longgar dan
isi pikir terdapat waham curiga (+), halusinasi dengar (+), halusinasi lihat
(+).thougt insertion Dari hasil follow up yang telah dilakukan terdapat perbaikan
pada pasien.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan R.I. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan


Jiwa di Indonesia III cetakan pertama. Jakarta: Direktorat Jenderal
PelayananMedik Departemen Kesehatan RI; 2013.
2. Kaplan, B.J., Sadock, V.A. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry :
Behavioral; 2007.
3. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. 2013.
4. Kaplan & Sadock. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi kedua. 2014.
5. Ikatan Apoteker Indonesia.ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia. 2017.
6. Maslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. 2014.
7. Zahnia,S. Skizofrenia Epidemiologic Study. 2016.

25

Anda mungkin juga menyukai