Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Informasi publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola,

dikirim, dan atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan

penyelenggaraan negara dan atau penyelenggaraan badan publik lainnya yang

sesuai dengan Undang-Undang ini serta informasi yang berkaitan dengan

kepentingan publik. Informasi publik merupakan hal yang mutlak diketahui oleh

suatu masyarakat dalam suatu negara karena hal ini menyangkut apa yang

dilakukan negara terhadap mereka.

Keterbukaan informasi publik merupakan wacana penting dalam tata kelola

pemerintahan dewasa ini. Bahkan, wacana keterbukaan ini dimensinya meluas

meluas hampir semua sektor kehidupan; seperti sosial, politik, ekonomi dan

lainnya. Keterbukaan informasi publik telah menjadi isu sentral dalam

pembahasan mengenai pembangunan nasional. Dimana transparansi atau

keterbukaan informasi publik menjadi syarat bagi terwujudnya tata pemerintahan

yang baik 1. Dengan adanya keterbukaan informasi publik tentang kinerja

pemerintah dalam melaksanakan penyelengaraan negara atau

pemerintahannya,membuat masyarakat dapat ikut berpartisipasi aktif mengontrol

1
Idi Dimayanti,Transparansi Informasi Publik Dan Percepatan Pembangunan Di Daerah, Jurnal
Proceeding Simposium Nasional Otonomi Daerah 2011,hal 224.

12

Universitas Sumatera Utara


setiap langkah dan kebijakan yang diambil pemerintah. Sehingga

penyelenggaraan pemerintah dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat.

Pada dasarnya tujuan utama keterbukaan informasi publik di setiap negara

adalah memastikan bahwa lembaga publik akan lebih akuntabel dan kredibel

dengan menyediakan informasi dan dokumen sesuai permintaan publik. Prinsip

keterbukaan informasi publik merupakan suatu komponen dalam mewujudkan

tata pemerintahan yang baik (good goverment). Dalam pengaturan Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 dijelaskan penyelenggaraan pemerintah

berpedoman pada asas umum penyelenggaraan negara yang terdiri dari: a.

kepastian hukum; b. tertib penyelenggara negara; c. kepentingan umum; d.

keterbukaan; e. proporsionalitas; f. profesionalitas; g. akuntabilitas; h. efisiensi; i.

efektivitas; dan j. keadilan. 2.

Namun dalam Undang-Undang tentang pemerintahan daerah tersebut

khususnya terkait dengan asas keterbukaan tidak mengatur perihal bagaimana

pelaksanaannya, standar layanan keterbukaan, pengawas dan pengawasannya serta

sanksi manakala ketentuan yang juga merupakan asas-asas dalam suatu

pemerintahan tersebut dilaksanakan atau ditaati.

Untuk menjamin kepastian hukum, serta jaminan pelaksanaan hak rakyat

untuk mendapatkan informasi publik khususnya terhadap kinerja pemerintah

dalam penyelenggaraan negara atau pemerintahannya, maka peraturan perundang-

undangan yang mengatur tentang Keterbukaan Informasi Publik yakni Undang-

2
Endang Retnowati, Keterbukaan Informasi Publik Dan Good Goverment (Antara Das Sein Dan
Das Solen), Jurnal Perspektif Volume XVII No. 1 Tahun 2012 Edisi Januari, hal 55.

13

Universitas Sumatera Utara


Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan

Informasi Publik yang diundangkan pada tahun 30 April Tahun 2008 dan berlaku

2 tahun sejak tanggal diundangkan, berarti tanggal mulai berlakunya adalah 30

April 2010.

Lahirnya rancangan Undang-Undang Kebebasan Informasi Publik itu

sendiri dilatar belakangi oleh beberapa pertimbangan yang mengarah pada

terbentuknya masyarakat informasi. Pertama, informasi merupakan kebutuhan

pokok setiap orang bagi pengembangan pribadidan lingkungan sosialnya, serta

merupakan bagian penting bagi ketahanan nasional. Kedua,hak alam memperoleh

informasi merupaka hak asasi manusia dan keterbukaan informasi publik

merupakan salah satu ciri penting negara demokratis yang menjunjung tinggi

kedaulatan rakyat untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik. Ketiga,

kebebasan memperoleh informasi publik merupakan sarana dalam

mengoptimalkan pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara dan badan

publik lainnya dan segala sesuatu.

Hingga saat ini sudah 6 tahun Undang-Undang Keterbukaan Informasi

Publik dijalankan, tetapi hal ini tampak tidak memberi dampak yang berarti bagi

masyarakat karena masih banyak instansi pemerintah yang tidak bersedia untuk

membuka informasi yang menjadi hak masyarakat. Berdasarkan data yang

dikeluarkan oleh Komisi Informasi Pusat keterbukaan informasi yang

dilaksanakan Pemerintah Pusat dan Kementrian hanya terdapat 11 instansi dari 26

14

Universitas Sumatera Utara


instansi 3. Data ini lagi-lagi membukakan mata kita betapa minimnya keterbukaan

informasi yang yang dilakukan oleh pemerintah. FITRA yang didukung USAID

meluncurkan Indeks Keterbukaan Informasi Anggaran. Dalam Laporannya,

FITRA mencatat skor rata-rata indeks keterbukaan informasi anggaran pemerintah

Kabupaten/Kota hanya 14,1 dari skor ideal 100. 10 Kota Paling Terbuka yaitu a.

Kota Semarang dengan skor 45,53, b. Kota Pontianak dengan skor 41,66, c. Kota

Salatiga dengan skor 38,52, d. Kota Banda Aceh dengan skor 31,97 e. Kota

Surakarta dengan skor 25,58, f. Kota Sabang dengan skor 24,44 g. Kota Madina

dengan skor 23,89, h. Kota Pekalongan dengan skor 21,35, i. Kota Singkawang

dengan skor 19,73 dan terakhir Kota Binjai dengan skor 17,66.

Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi dengan keterbukaan

informasi yang rendah. Terlihat dari masih banyaknya kabupaten atau kota yang

belum membentuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID). Data

hingga akhir Desember 2012, baru delapan badan dan lembaga di kabupaten/kota

di Sumatera Utara yang membentuk PPID.Yakni Pemko Medan, Siantar, Tobasa,

Langkat, Karo, Dairi, Sergei dan Pemko Kota Gunung Sitoli.Sisanya 25

kabupaten/kota belum menunjuk PPID.

Pejabat PPID yang ditunjuk di delapan kabupaten/kota di Sumut juga belum

optimal. Hasil survey ICW (Indonesia Corruption Watch) di sejumlah badan

publik di Sumut menyebutkan, PPID yang jabatannya terkait dengan pelayanan

informasi ternyata hanya 23 persen, sedangkan 77 persen responden (pejabat

3
Laporan Komisi Informasi Pusat Tentang Kinerja Badan Publik Dalam Pemenuhan UU
Keterbukaan Informasi,hal 1-2.

15

Universitas Sumatera Utara


PPID) mengaku hanya mendapat tugas tambahan. (wil. Survey badan publik di

Sumut, Medan, dan Binjai.Jumlah responden 300 orang).

Kabupaten Dairi merupakan salah satu kabupaten yang telah membentuk

pejabat pengelola informasi dan dokumentasi pada 18 Juli tahun 2014 dan

menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Tata Kerja Pejabat

Pengelola Informasi Dan Dokumentasi Di Pemerintah Kabupaten Dairi. Dilihat

dari tahun pembentukan PPID Kabupaten Dairi mengalami keterlambatan empat

tahun.

Dalam perjalanannya banyak masalah yang dididapati peneliti di lingkungan

Pemerintah Daerah Kabupaten Dairi, diantaranya yaitu kurangnya pemahaman

aparat pemerintah daerah tentang tugas dan fungsi PPID itu sendiri. Peneliti juga

melihat kurangnya penyampaian informasi publik termasuk informasi yang wajib

tersedia setiap saat, terlihat dari tidak updatenya situs resmi Pemerintah

Kabupaten Dairi Dan Papan Informasi Yang Berada Di Sekita Sekretariat Daerah

Kabupaten Dairi.

Masalah diatas menjadi acuan penelitian saya sehingga judul penelitian saya

adalah “Implementasi Undang Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang

Keterbukaan Informasi Publik Di Kabupaten Dairi.

B. Perumusan Masalah

Sebagai upaya untuk membuat masalah penelitian dalam penelitian ini lebih

sistematis, maka perlu adanya batasan-batasan masalah agar masalah yang akan

diteliti menjadi jelas, terarah, dan konsisten. Pembatasan ini berguna untuk

16

Universitas Sumatera Utara


mengindentifikasi perihal apa yang termasuk dalam ruang lingkup penelitian.

Adapun masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana

Implementasi Undang Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan

Informasi Publik Di Kabupaten Dairi.

C. Tujuan Penelitian

Dalam sebuah kegiatan yang dilaksanakan memiliki tujuan tertentu yang

hendak dicapai. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui dan memahami bagaimana proses dari implementasi Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik di Kabupaten

Dairi.

D. Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang terkait. Adapun

yang menjadi manfaat penelitian ini adalah :

1. Secara subyektif, bermanfaat bagi peneliti dalam melatih dan

mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah, dan sistematis dalam

mengembangkan kemampuan penulis dalam karya ilmiah.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan yang

berguna bagi instansi terkait.

3. Secara akademis, peneliti diharapkan dapat memberikan kontribusi dan

sebagai bahan perbandingan bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian

dibidang yang sama.

17

Universitas Sumatera Utara


E. TINJAUAN PUSTAKA

1. Kebijakan Publik

Menurut Harold Laswell dan Abraham Kaplan defenisi kebijakan publik

merupakan suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan-tujuan tertentu,

nilai-nilai tertentu, dan praktik-praktik tertentu. 4 Menurut Carl Friedrich yang

dikutip dalam Wahab bahwa:

“kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan

oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam lingkungan tertentu

sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari

peluang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.” 5

Setelah memaparkan makna kebijakan, maka secara sederhana kebijakan

publik digambarkan sebagai suatu keputusan berdasarkan hubungan kegiatan yang

dilakukan oleh aktor politik guna menentukan tujuan dan mendapat hasil

berdasarkan pertimbangan situasi tertentu. Pangan merupakan suatu yang vital

bagi kelangsungan Negara terutama sebagai bahan makanan kelangsungan hidup

rakyat. Oleh karena pentingnya pangan, dan agar terciptanya keterediaan pangan

maka harus dibuat kebijakan yang mengatur tentang pangan.

Kebijakan secara umum menurut Said Zainal Abidin dapat dibedakan

dalam tiga tingkatan:

4
Riant Nugroho,Public Policy,(Jakarta: PT Elex Media Computindo,2012),hal.119
5
Solichin, Wahab. Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan (Jakarta: Bumi
Aksara,2001),Hal 3

18

Universitas Sumatera Utara


1. Kebijakan umum, yaitu kebijakan yang menjadi pedoman atau petunjuk

pelaksanaan baik yang bersifat positif ataupun yang bersifat negatif yang

meliputi keseluruhan wilayah atau instansi yang bersangkutan.

2. Kebijakan pelaksanaan, adalah kebijakan yang menjabarkan kebijakan umum.

Untuk tingkat pusat, peraturan pemerintah tentang pelaksanaan suatu undang-

undang.

3. Kebijakan teknis, kebijakan operasional yang berada di bawah kebijakan

pelaksanaan.

Anderson memberikan defenisi kebijakan publik sebagai kebijakan-

kebijakan yang dibangun oleh badan-badan dan penjabat-penjabat pemerintah,

dimana implikasi dari kebijakan itu adalah:

1. Kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai

tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan.

2. Kebijakan publik berisi tindakan-tindakan pemerintah.

3. Kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar di lakukan oleh

pemerintah, jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk

dilakukan.

4. Kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan

tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tersebut atau bersifat

19

Universitas Sumatera Utara


negatif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan

sesuatu.

Analisis Kebijakan diartikan William Dunn sebagai serangkaian aktifitas

intelektual yang dilakukan dalam proses kegiatan yang bersifat politis. Aktifitas

politik itu Nampak pada serangkaian kegiatan yang mencakup penyusunan

agenda, formulasi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan.

Maka dapat dikatakan bahwa dalam pembuatan kebijakan terdapat terdapat empat

rangkaian kesatuan penting didalam analisis kebijakan publik yang perlu

dipahami, yaitu penyusunan agenda (agenda setting), formulasi kebijakan (policy

formulation), implementasi kebijakan (policy implementation). 6

1. Penyusunan Agenda (Agenda Setting)

Proses kebijakan publik diawali dengan penyusunan agenda

(agenda setting ) yaitu sebuah fase dan proses yang sangat strategis dalam realitas

kebijakan publik. Dalam proses ini memiliki ruang untuk memaknai suatu

masalah publik dan prioritas dalam agenda publik dipertarungkan. Jika sebuah isu

berhasil mendapatkan status sebagai masalah publik, dan mendapatkan prioritas

dalam agenda publik, maka isu tersebut berhak mendapatkan alokasi sumber daya

publik yang lebih daripada isu lain. Dalam agenda setting juga sangat penting

untuk menentukan suatu isu publik yang akan diangkat dalam suatu agenda

pemerintah. Isu kebijakan (policy issues) sering disebut juga sebagai masalah

kebijakan (policy problem). Isu kebijakan lazimnya muncul karena telah terjadi

6
William Dunn. Pengantar Analisis Kebijakan Publik (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press,1998), Hal.24

20

Universitas Sumatera Utara


silang pendapat antara para aktor mengenai arah tindakan yang telah atau akan

ditempuh, atau pertentangan pandangan mengenai karakter permasalahan itu

sendiri.

2. Formulasi Kebijakan (policy formulation)

Langkah kedua dalam proses kebijakan setelah agenda setting adalah

formulasi kebijakan. Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan

kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah yang masuk

diidentifikasi untuk kemudian di cari pemecahan masalah yang terbaik.

Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan

yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk ke dalam

agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing alternatif

bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan

masalah. Formulasi kebijakan memiliki aktivitas yang sangat penting dalam

kerangka peramalan. Formulasi kebijakan akan memberi gambaran mengenai

konsekuansi di masa mendatang dari diterapkannya kebijakan tersebut.

3. Implementasi Kebijakan (policy implementation) dan Evaluasi Kebijakan

Berhasil tidaknya suatu kebijakan pada akhirnya ditentukan pada tataran

implementasinya. Sering dijumpai bahwa proses perencanaan kebijakan yang baik

sekalipun tidak dapat menjamin keberhasilan dalam implementasinya.

Implementasi mengacu pada tindakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah

21

Universitas Sumatera Utara


ditetapkan dalam suatu keputusan, tindakan ini berusaha untuk mengubah

keputusan-keputusan tersebut menjadi pola-pola operasional serta berusaha

mencapai perubahan-perubahan besar atau kecil sebagaimana yang telah

diputuskan sebelumnya. Implementasi pada hakikatnya juga upaya pemahaman

apa yang seharusnya terjadi setelah sebuah program dilaksanakan. Implementasi

kebijakan tidak hanya melibatkan instansi yang bertanggungjawab untuk

pelaksanaan kebijakan tersebut, namun juga menyangkut jaringan kekuatan

politik, ekonomi, dan sosial. Tahap paling akhir dalam proses kebijakan adalah

penilaian kebijakan. Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai

kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup

substansi implementasi dan dampak.

Menurut Ripley bahwa tahapan kebijakan publik terdiri dari (1) Penyusunan

agenda kebijakan, (2) Formulasi dan legitimasi kebijakan, (3) Implementasi

kebijakan dan (4) Evaluasi terhadap implementasi, kinerja, & dampak kebijakan 7.

Dalam tahap penyusunan agenda kebijakan, menurut Ripley dalam menyatakan

bahwa terdapat tiga kegiatan yang perlu dilakukan yaitu:

a. Membangun persepsi di kalangan stake holder bahwa sebuah fenomena

benar-benar dianggap masalah

b. Membuat batasan masalah dan

7
Subarsono. Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori dan Aplikasi ( Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2009),hal. 11

22

Universitas Sumatera Utara


c. Memobilisasi dukungan agar masalah tersebut bisa masuk dalam agenda

pemerintah. 8

Pada tahap formulasi dan legitimasi kebijakan, Ripley mengatakan bahwa :

“analisis kebijakan perlu mengumpulkan dan menganalisa informasi


yang berhubungan dengan masalah yang bersangkutan, kemudian
berusaha mengembangkan alternatif-alternatif kebijakan, membangun
dukungan dan melakukan negosiasi, sehingga sampai pada sebuah
kebijakan yang dipilih” . 9
Tahap selanjutnya adalah implementasi kebijakan. Ripley mengatakan :
“Pada tahap ini diperlukan dukungan sumber daya dan penusunan
organisasi pelaksanaan kebijakan. Dalam proses implementasi sering
ada mekanisme insentif dan sanksi agar implementasi suatu kebijakan
berjalan dengan baik”
Dari tindakan kebijakan akan dihasilkan kinerja dan dampak kebijakan, dan

proses selanjutnya adalah evaluasi terhadap implementasi, kinerja dan dampak

kebijakan. Menurut Riplye bahwa “hasil evaluasi ini bermanfaat bagi penentuan

kebijakan baru di masa yang akan datang”. Tahapan kebijakan publik menurut

Ripley dapat digambarkan sebagai berikut :

8
Ibid., h. 11.
9
Ibid., h.12.

23

Universitas Sumatera Utara


Hasil Agenda
Penyusunan
Agenda Pemerintah

Diikuti
Formulasi &
Legitimasi Kebijakan
Kebijakan Hasil

Diperlukan
Implementasi Tindakan
Kebijakan Kebijakan
Hasil

Diperlukan Mengarah ke
Evaluasi thd
implementasi, Kinerja dan
kinerja, & Dampak
dampak Kebijakan
kebijakan

Kebijakan
Baru

Gambar 1. Tahapan Kebijakan Publik menurut Ripley

2. Implementasi Kebijakan Publik

Van Meter dan Horn menyatakan bahwa implementasi kebijakan

merupakan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta baik secara

individu maupun secara kelompok yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan. 10

Implementasi merupakan tahap yang sangat menentukan dalam proses

kebijakan karena tanpa implementasi yang efektif maka keputusan pembuat

kebijakan tidak akan berhasil dilaksanakan.Implementasi kebijakan merupakan

aktivitas yang terlihat setelah adanya pengarahan yang sah dari suatu kebijakan

10
Samudra, Wibawa. Kebijakan Publik (Jakarta: Intermedia,1994) hal 68

24

Universitas Sumatera Utara


yang meliputi upaya mengelola input untuk menghasilkan implementasi baru akan

dimulai apabila tujuan dan sasaran telah ditetapkan, kemudian program kegiatan

telah tersusun dan dana telah siap untuk proses pelaksanaanya dan telah

disalurkan untuk mencapai sasaran atau tujuan kebijakan yang diinginkan.

Kebijakan yang didalam nya terkandung suatu program untuk mencapai

tujuan, nilai-nilai yang dilakukan melalui tindakan-tindakan yang terarah. Apabila

program atau kebijakan sudah dibuat maka program tersebut harus dilakukan oleh

para mobiliastor atau para aparat yang berkepentingan. Suatu Kebijakan yang

telah dirumuskan tentunya memiliki tujuan- tujuan atau target-target yang ingin

dicapai. Pencapaian target baru akan terealisasi jika kebijakan tersebut telah

diimplementasikan, dengan demikian dapat dikatakan bahwa implementasi

kebijakan adalah tahapan output atau outcomes bagi masyarakat. Proses

menghasilkan implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan sasaran telah

ditetapkan, kemudian program kegiatan telah tersusun dan dana telah siap untuk

proses pelaksanaanya dan telah disalurkan untuk mencapai sasaran atau tujuan

kebijakan yang diinginkan.

Sedangkan menurut Mazmadian:

“implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya


dalam bentuk Undang-Undang atau bentuk perintah-perintah atau
keputusan eksekutif. ” 11

Menurut Lane, implementasi sebagai konsep dapat dibagi ke dalam dua

bagian. Pertama, implementation = F (Intention, Output, Outcome). Sesuai

11
Ibid.,hal.108

25

Universitas Sumatera Utara


definisi tersebut, implementasi merupakan fungsi yang terdiri dari maksud dan

tujuan, hasil sebagai produk dan hasil dari akibat. Kedua, implementasi

merupakan persamaan fungsi dari implementation = F (Policy, Formator,

Implementor, Initiator, Time). Penekanan utama kedua fungsi ini adalah kepada

kebijakan itu sendiri, kemudian hasil yang dicapai dan dilaksanakan oleh

implementor dalam kurun waktu tertentu.

3. Model Implementasi Kebijakan

Menurut teori George C. Edwards III, 12 Implementasi Kebijakan

dipengaruhi oleh empat variabel, yakni:

1. Komunikasi

Keberhasilan Implementasi Kebijakan mensyaratkan agar implementator

mengetahui apa yang harus dilakukan, apa yang menjadi tujuan dan sasaran

kebijakan harus ditranmisikan kepada kelompok sasaran (target group) sehingga

akan mengurangi distorsi implementasi

2. Sumber Daya

Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten,

tetapi apabila implementator kekurangan sumber daya untuk melaksanakan,

implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumber daya tersebut akan berwujud

sumber daya manusia, yakni kompetensi implementator, dan sumber daya

finansial.

3. Disposisi

12
Subarsono. Analisis Kebijakan Publik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005. Hal 90-92

26

Universitas Sumatera Utara


Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementator,

seperti komitmen, kejujuran, sifat demokrasi. Apabila implementator memiliki

disposisisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik

seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan.

4. Struktur Birokrasi

Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Struktur

organisasi yang telah panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan

menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks.

Gambar 2. Model Implementasi Menurut G. C. Edward III

Komunikasi

Sumber Daya

Implementasi

Sikap

Struktur Birokrasi

27

Universitas Sumatera Utara


13
G. Shabir Cheema dan Dennis A. Rondinelli menyatakan bahwa ada empat

variabel yang dapat mempengaruhi kinerja dampak suatu program, yaitu :

1. Kondisi lingkungan yang terdiri dari : Tipe system Pol ; Struktur

kebijakan ; karakteristik struktur politik lokal; kendala sumberdaya; sosial

cultural; Derajad keterlibatan para penerima program; Tersedianya

infrastruktur fisik yg cukup.

2). Hubungan antar organisasi terdiri dari : Kejelasan & konsistensi sasaran

program; Pembagian fungsi antar instansi yg pantas; Standardisasi prosedur

perencanaan, anggaran,; implementasi & evaluasi; Ketepatan, konsistensi &

kualitas komunikasi antar instansi; Efektivitas jejaring untuk mendukung

program

3). Sumberdaya organisasi untuk implementasi program; control terhadap

sumber dana; keseimbangan antara pembagian anggaran & kegiatan

program; Ketepatan alokasi anggaran; pendapatan yg cukup utk

pengeluaran; Dukungan pemimpin politik pusat dukungan pemimpinpolitik

lokal; komitmen birokrasi

4). Karakteristik dan kemampuan agen pelaksana antara lain : Ketrampilan

teknis, manajerial & politis petugas; Kemampuan untuk mengkoordinasi,

mengontrol & mengintegrasikn kepututsan.; Dukungan & sumberdaya

instansi; Sifat komisi internal; Hubungan yang baik antara instansi dengan

kelompok sasaran; Hubungan instansi dengan pihak diluar pemerintah &

13
Subarsono. Analisis Kebijakan Publik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005. Hal 101

28

Universitas Sumatera Utara


NGO; Kualitas pemimpin instansi yg bersangkutan; komitmen petugas

terhadap program kedudukan instansi dalam hirarki sistem administrasi.

Proses implementasi program dari G. Shabir Cheema dan Dennis A.

Rondinelli sebagaimana gambar berikut :

Gambar 3.
Proses Implementasi Program menurut G. Shabir Cheema dan Dennis A.
Rondinelli
Kinerja dan Dampak
Hub. Antar Organisasi
1. Tingkat sejauh mana
1. Kejelasan & konsistensi program dpt
sasaran program mencapai sasaran
2. Pembagian fungsi antar 2. adanya perubahan
instansi yg pantas kemampuan adm pd
3. Standardisasi prosedur orgs lokal
perencanaan, anggaran, 3. Berbagai keluaran &
Kondisi Lingkungan
implementasi & hsl yg lain
1. Tipe system Pol
evaluasi
2. Struktur pemb
4. Ketepatan, konsistensi
kebijakan
& kualitas komunikasi
3. karakteristik struktur
antar instansi
pol local
5. Efektivitas jejaring utk
4. kendala sumberdaya Karakteristik & Kapabilitas
mendukung program
5. sosio cultural Instansi Pelaksana :
6. Derajad keterlibatan 1. Ketrampilan teknis,
para penerima program manajerial & politis
7. Tersedianya petugas
infrastruktur fisik yg 2. Kemampuan utk
cukup mengkoordinasi,
mengontrol &
Sumberdaya Organisasi mengintegrasikn kepts.
1. control terhadap sumber 3. Dukungan &
dana. sumberdaya
2. keseimbangan antara pol instansi
pembagian anggaran & 4. 4. Sifat kom internal
kegiatan program 5. Hub yg baik antara
3. Ketepatan alokasi angg instansi
4. pendapatan yg cukup dg kel sasaran
utk pengeluaran 6. Hub instansi dg pihak
5. Dukungan pemimpin diluar pemt & NGO
pol pusat 7. Kualitas pemimpin
6. dukungan pemimpin instansi
politik lokal yg bersangkutan
7. komitmen birokrasi 8. komitmen petugas
terhadp
program
9. kedudukan instansi dlm
hirarki sistem adm

29

Universitas Sumatera Utara


Adapun Van Metter dan Van Horn 14 menyebutkan ada lima variabel yang

mempengaruhi kinerja implemantasi, yaitu :

a. Standar dan sasaran kebijakan;

b. Sumberdaya;

c. Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas;

d. Karakteristik agen pelaksana;

e. Kondisi-kondisi sosial, ekonomi, dan politik

Model implementasi kebijakan dari Van Matter dan Van Horn dapat dilihat

dalam gambar berikut:

Gambar 4.

Model Implementasi Kebijakan Van Matter dan Van Horn

Komunikasi antar
Organisasi dan
Kegiatan
pelaksnaan

Ukuran dan
tujuan
kebijakan Karakteristik
Disposisi
Badan
pelaksanaan Pelaksanaan

Kinerja
Sumber daya Kebijak
Lingkungan an
Ekonomi,
sosial dan
politik

14
Subarsono. Analisis Kebijakan Publik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005. Hal 42

30

Universitas Sumatera Utara


4. Defenisi Informasi Publik

Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang

mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang

dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan

format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara

elektronik ataupun non elektronik. 15

Informasi Publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola,

dikirim, dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan

penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan

penyelenggaraan badan publik lainnya yang sesuai dengan Undang-Undang ini

serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik. 16

5. Informasi Yang Wajib Disediakan Dan Diumumkan

Informasi Publik yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala

sebagaimana dimaksud meliputi: 17

a. informasi yang berkaitan dengan Badan Publik;

b. informasi mengenai kegiatan dan kinerja Badan Publik terkait;

c. informasi mengenai laporan keuangan; dan/atau

15
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi
Publik, bab I, pasal 1 ayat 1, hal. 2.
16
Ibid.
17
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008.Ibid, bab IV, pasal 9 ayat 2, hal. 5.

31

Universitas Sumatera Utara


d. informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Informasi yang wajib disediakan informasi yang wajib diumumkan secara serta-

merta, yaitu: 18

1. Badan Publik wajib mengumumkan secara serta merta suatu informasi yang

dapat mengancam hajat hidup orang banyak dan ketertiban umum.

2. Kewajiban menyebarluaskan Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) disampaikan dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan

dalam bahasa yang mudah dipahami.

Informasi yang wajib tersedia setiap saat, yaitu: 19

a. daftar seluruh Informasi Publik yang berada di bawah penguasaannya, tidak

termasuk informasi yang

dikecualikan;

b. hasil keputusan Badan Publik dan pertimbangannya;

c. seluruh kebijakan yang ada berikut dokumen pendukungnya;

d. rencana kerja proyek termasuk di dalamnya perkiraan pengeluaran tahunan

Badan Publik;

e. perjanjian Badan Publik dengan pihak ketiga;

18
Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008.Ibid, bab IV, pasal 10 ayat 1, hal. 6
19
Ibid.

32

Universitas Sumatera Utara


f. informasi dan kebijakan yang disampaikan Pejabat Publik dalam pertemuan

yang terbuka untuk umum;

g. prosedur kerja pegawai Badan Publik yang berkaitan dengan pelayanan

masyarakat; dan/atau

h. laporan mengenai pelayanan akses Informasi Publik sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang ini.

6. Defenisi, Hak Dan Kewajiban Badan Publik

Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain

yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang

sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, atau organisasi non

pemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri. 20Kewajiban yang dimiliki

badan publik, yaitu: 21

1. Badan Publik wajib menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan Informasi

Publik yang berada dibawah kewenangannya kepada Pemohon Informasi Publik,

selain informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan.

20
Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008.Ibid, bab I, pasal 1 ayat 3, hal. 12.
21
Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008.Ibid, bab III, pasal 7 ayat 1, hal. 5.

33

Universitas Sumatera Utara


2. Badan Publik wajib menyediakan Informasi Publik yang akurat, benar, dan

tidak menyesatkan.

3. Untuk melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Badan

Publik harus membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi

untuk mengelola Informasi Publik secara baik dan efisien sehingga dapat diakses

dengan mudah.

4. Badan Publik wajib membuat pertimbangan secara tertulis setiap kebijakan

yang diambil untuk memenuhi hak setiap Orang atas Informasi Publik.

5.Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) antara lain memuat

pertimbangan politik, ekonomi,

sosial, budaya, dan/atau pertahanan dan keamanan negara.

6. Dalam rangka memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

sampai dengan ayat (4) Badan Publik dapat memanfaatkan sarana dan/atau media

elektronik dan non elektronik.

Hak-hak yang dimiliki badan publik terdiri dari: 22

1. Badan Publik berhak menolak memberikan informasi yang dikecualikan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Badan Publik berhak menolak memberikan Informasi Publik apabila tidak

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

22
Ibid.

34

Universitas Sumatera Utara


3. Informasi Publik yang tidak dapat diberikan oleh Badan Publik, sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) adalah:

a. informasi yang dapat membahayakan negara;

b. informasi yang berkaitan dengan kepentingan perlindungan usaha dari

persaingan usaha tidak sehat;

c. informasi yang berkaitan dengan hak-hak pribadi;

d. informasi yang berkaitan dengan rahasia jabatan; dan/atau

e. Informasi Publik yang diminta belum dikuasai atau didokumentasikan.

F. Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan

secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi

perhatian ilmu sosial. 23 Selain itu, tujuan adanya konsep adalah untuk

mendapatkan batasan yang jelas dari setiap konsep yang diteliti. Maka untuk

mendapatkan batasan yang jelas, defenisi konsep yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1. Menurut Van Metter dan Van Horn Implementasi kebijakan adalah

Tindakan tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau

pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang

diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam

23
Singarimbun, Masri. Metode Penelitian Survei. (Jakarta: LP3ES, 1995), hal. 33

35

Universitas Sumatera Utara


keputusan kebijaksanaan. Tindakan tindakan yang dimaksud mencakup

usaha usaha untuk mengubah keputusan keputusan menjadi tindakan

tindakan operasional Pelaksanaan kebijakan atau keputusan tersebut oleh

instansi pelaksana;

1. Ada 6 variabel, menurut Van Metter dan Van Horn, yang mempengaruhi

implementasi publik yaitu :

a. Standar dan sasaran kebijakan yaitu setiap kebijakan public

harus mempunyai standard an suatu sasaran kebijakan jelas

dan terukur. Dengan ketentuan tersebut tujuannya dapat

terwujudkan. Dalam standard an sasaran kebijakan tidak jelas,

sehingga tidak bias terjadi multi-interpretasi dan mudah

menimbulkan kesalah-pahaman dan konflik di antara para agen

implementasi.

b. Sumberdaya yaitu dalam suatu implementasi kebijakan perlu

dukungan sumberdaya, baik sumberdaya manusia (human

resources) maupun sumber daya materi (matrial

resources) nsumberdaya metoda (method resources).

c. Hubungan antar organisasi yaitu dalam banyak program

implementasi kebijakan, sebagai realitas dari program

kebijakan perlu hubungan yang baik antar instansi yang terkait,

yaitu dukungan komunikasi dan koordinasi. Untuk itu,

diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi

36

Universitas Sumatera Utara


keberhasilan suatu program tersebut. Komunikasi dan

koordinasi merupakan salah satu urat nadi dari sebuah

organisasi agar program-programnya tersebut dapat

direalisasikan dengan tujuan serta sasarannya.

d. Karakteristik agen pelaksana yaitu dalam suatu implementasi

kebijakan agar mencapai keberhasilan maksimal harus

diidentifikasikan dan diketahui karakteristik agen pelaksana

yang mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola

hubungan yang terjadi dalam birokrasi, semua itu akan

mempengaruhi implementasi suatu program kebijakan yang

telah ditentukan.

e. Disposisi implementor yaitu dalam implementasi kebijakan

sikap atau disposisi implementor ini dibedakan menjadi tiga

hal, yaitu; (a) respons implementor terhadap kebijakan, yang

terkait dengan kemauan implementor untuk melaksanakan

kebijakan publik; (b) kondisi, yakni pemahaman terhadap

kebijakan yang telah ditetapkan; dan (c) intens disposisi

implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki tersebut.

f. Kondisi lingkungan sosial, politik dan ekonomi dalam variabel

ini mencakup sumberdaya ekonomi lingkungan yang dapat

mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh mana

kelompok-kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi

37

Universitas Sumatera Utara


implementasi kebijakan; karakteristik para partisipan, yakni

mendukung atau menolak; bagaimana sifat opini publik yang

ada di lingkungan dan apakah elite politik mendukung

implementasi kebijakan.

2. Informasi Publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim,

dan/atau diterima oleh suatubadan publik yang berkaitan dengan penyelenggara

dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan badan

publik lainnya yang sesuai dengan Undang-Undang ini serta informasi lain yang

berkaitan dengan kepentingan publik.

3. Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain

yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang

sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, atau organisasi non

pemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri

4. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi adalah pejabat yang bertanggung

jawab di bidang penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan/atau

pelayanan informasi di badan publik.

38

Universitas Sumatera Utara


G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab Ini Terdiri Dari Latar Belakang Masalah, Fokus Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,

Kerangka Teori, Definisi Konsep dan Sistematika Penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari Jenis Penelitian, Lokasi Penelitian, Informan

Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi

penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi, tugas dan fungsi

serta struktur organisasi.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat memuat hasil pengumpulan data di lapangan.

Dalam bab ini akan dicantumkan semua data yang diperoleh dari

lapangan atau dari lokasi penelitian selama proses penelitian.

BAB V ANALISIS DATA

Bab ini memuat analisis data - data yang diperoleh saat penelitian

dilakukan dan memberikan interpretasi terhadap masalah yang

diteliti.

BAB VI PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang

dilakukan.

39

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai