Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan masalah penting, baik di negara maju maupun di negara
berkembang.Menurut asal kuman penyebab, infeksi dibagi 2 yaitu infeksi yang berasal
dari komunitas dan infeksi yang berasal dari rumah sakit. Infeksi yang berasal dari
rumah sakit disebut HAIs(Hospital Acquired Infections) yaitu infeksi yang terjadi
selama proses perawatan di rumah sakit atau di fasilitas kesehatan lain, dimana pasien
tidak ada infeksi atau tidak dalam masa inkubasi saat masuk, termasuk infeksi didapat
di rumah sakit tapi muncul setelah pulang juga infeksi pada petugas kesehatan yang
terjadi di pelayanan kesehatan (WHO, 2007).
Hasil survey point prevalensi dari 11 rumah sakit di DKI Jakarta yang dilakukan
oleh Perdalin Jaya dan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta
pada tahun 2003 didapatkan angka infeksi nosokomial untuk ILO (Infeksi Luka
Operasi) 18,9%, ISK (Infeksi Saluran Kemih) 15,1%, IADP (Infeksi Aliran Darah
Primer) 26,4%, Pneumonia 24,5% dan Infeksi Saluran Napas lain 15,1%, serta infeksi
lain 32,1%.
1
Dampak HAIs meliputi peningkatan angka kesakitan dan kematian, kecacatan,
peningkatan lama tinggal di rumah sakit, dan peningkatan biaya. Selain itu infeksi akan
berdampak pada penurunan pendapatan rumah sakit, penurunan mutu dan citra rumah
sakit serta menimbulkan tuntutan hukum.
Untuk meminimalkan resiko terjadinya infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya perlu diterapkan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), yaitu
kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan
pelatihan, serta monitoring dan evaluasi.
2. TUJUAN
2
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
JENIS PELAYANAN :
Rawat Jalan
Spesialis Bedah
Spesialis Penyakit Dalam
Spesialis Anak
Spesialis Kandungan
Spesialis Bedah Anak
Spesialis Gigi & Bedah Mulut
Spesialis Anesthesi
3
Spesialis THT
Spesailis Orthopaedi
Spesialis Rehab Medis, Fisiotherapi
Spesialis Syaraf
Spesialis Urologi
Spesialis Paru
Spesialis Mata
Spesialis Radiologi
Spesialis Kulit & Kelamin
Spesialis Bedah Syaraf
Spesialis Bedah Tumor
Spesialis Bedah Digestive
Spesialis Jantung, Pembuluh Darah
Rawat Inap
Rumah Sakit Bina Kasih juga menyediakan Fasilitas Rawat Inap dengan berbagai
Kelas perawatan sebagai berikut:
Kamar Perawatan
a. Super VIP : 1 TT
b. VIP : 3 TT
c. Kelas I : 10 TT
d. Kelas II : 13 TT
e. Kelas III : 25 TT
f. Ruang Bayi (Perinatalogi) : 12 TT
4
Ruang Perawatan Intensive
ICU/ HCU : 4 TT
Ruang Isolasi : 1 TT
Penjemputan Pasien Luar Kota
Untuk menunjang pasien-pasien dari luar kota, kami juga melayani penjemputan
pasien dari luar kota, baik di bandara maupun di stasiun, bagi mereka yang akan
menjalani Rawat Inap maupun tindakan di RS. Bina Kasih.
5
BAB III
Rumah Sakit Bina Kasih merupakan Rumah Sakit umum yang bertujuan untuk
Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit,menjadikan salah satu Rumah Sakit sebagai
prioritas utama masyarakat yang membutuhkan pelayanan yang bermutu dan yang
mengutamakan keselamatan pasien yang dirawat, serta meningkatkan pemberdayaan
sumber daya manusia sebagaimana yang tercantum di Visi, Misi, Motto, Tujuan rumah
sakit, serta falsafah rumah sakit Bina Kasih berikut :
6
4. Tujuan Rumah Sakit Bina Kasih yaitu :
1) Tujuan Umum :
Menjadikan salah satu Rumah Sakit sebagai prioritas utama masyarakat
yang membutuhkan pelayanan yang bermutu dan yang mengutamakan
keselamatan pasien yang dirawat.
2) Tujuan Khusus :
Meningkatnya mutu pelayanan rujukan yang sesuai dengan standar Rumah
Sakit tipe C agar tercapai pelayanan yang berfokus pada keselamatan pasien
(Patient Safety).
7
BAB IV
Dewi Khusniaty
Direktur Utama
KOMISARIS
Direktur
Eddy S. Barus, Lyvie Tan, Bsc dr. Yuni Asria Mulyadi, S. Psi
AMK
Manager Umum & Manager Pelayanan & Maneger SDM &
Manager Keuangan Penunjang Medis Marketing
Keperawatan
9
2. Tim PPI terdiri dari 1 orang (satu) dokter membawahi 5 (lima) perawat
PPI/IPCN
3. Rumah sakit harus memiliki IPCN yang bekerja purna waktu, dengan ratio 1
(satu) IPCN untuk setiap 100-150 tempat tidur di rumah sakit.Setiap 1000
tempat tidur sebaiknya memiliki 1 (satu) ahli Epidemiologi Klinik
4. Dalam bekerja IPCN dapat dibantu beberapa IPCLN (Infection Prevention and
Control Link Nurse) dari tiap unit, terutama yang beresiko terjadinya infeksi.
B. STRUKTUR ORGANISASI
KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
RS. BINA KASIH PEKANBARU
Direktur
Ketua Komite
PPI
(IPCO)
Sekretaris
(IPCN)
IPCLN (IGD, Cemara, Dokter IPSRS Laboratorium CSSD Apotik Instalasi House
Cendana, Hemodialisa, OK, Gizi
Perwakilan Keeping
ICU) dan anggota PPI lainnya
SMF
10
B.1. DIREKTUR
Tugas direktur :
1. Membentuk komite dan tim PPIRS dengan Surat Keputusan.
2. Bertanggung jawab dan memiliki komitmenyang tinggi terhadap
penyelenggaraan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial.
3. Bertanggung jawab atas tersediaanya fasilitas sarana dan prasarana termasuk
anggaran yang dibutuhkan.
4. Membentuk kebijakaan pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial.
5. Mengadakan evaluasi kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi
nosokomial berdasarkan saran dari tim PPIRS.
6. Mengadakan evaluasi kebijakan pemakaian antibiotika yang rasional dan
desinfektan di rumah sakit berdasarkan saran dari tim PPIRS.
7. Dapat menutup suatu unit perawatan atau instalasi yang dianggap potensial
menularkan penyakit untuk beberapa waktu sesuai kebutukan berdasarkan
saran tim PPIRS.
8. Mengesahkan Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk PPIRS.
11
7. Memberikan konsultasi pada petugas kesehatan rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya dalam PPI.
8. Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI dan
aman bagi yang menggunakan.
9. Mengidentifikasi temuan di lapangan dan mengusulkan pelatihan untuk
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) rumah sakit dalam
PPI.
10. Melakukan pertemuan berkalatermasuk evaluasi kebijakan.
11. Menerima laporan dari Tim PPI dan membuat laporan kepada direktur.
12. Berkoordinasi dengan unit terkait lain.
13. Memberikan usulan kepada Direktur untuk memakai antibiotika yang rasional
di rumah sakit berdasarkan hasil pemantauan kuman dan resistennya terhadap
antibiotika dan menyebarluaskan data resistensi antibiotika.
14. Menyusun kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
15. Turut menyusun kebijakan clinical governance dan patient safety.
16. Mengembangkan, mengimplementasikan dan secara periodik mengkaji
kembali rencana manajemen PPI apakah telah sesuai kebijakan manajemen
rumah sakit
17. Memberikan masukan yang menyangkut konstruksi bangunan dan pengadaan
alat dan bahan kesehatan, renovasi ruangan, cara pemrosesan alat, penyimpan
alat, dan linen sesuai dengan prinsip PPI.
18. Menentukan sikap penutupan ruangan rawat bila diperlukan karena potensial
menyebarkan infeksi.
19. Melakukan pengawasan terhadap tindakan-tindakan yang menyimpang dari
standar prosedur/ monitoring surveilans proses.
20. Melakukan investigasi, menetapkan dan melaksanakan penanggulangan
infeksi bila ada KLB di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
12
3. Memiliki kemampuan leadership.
Tugas IPCO:
1. Berkontribusi dalam diagnosis dan terapi infeksi yang benar.
2. Turut menyusun pedoman penulisan resep antibiotika dan surveilans.
3. Mengidentifikasi dan melaporkan kuman patogen dan pola resistensi
antibiotika.
4. Bekerjasama dengan perawat PPI memonitor kegiatan surveilans infeksi dan
mendeteksi serta menyelidiki KLB.
5. Membimbing dan mengajarkan praktek dan prosedur PPI yang berhubungan
dengan prosedur terapi.
6. Turut memonitor cara kerja tenaga kesehatan dalam merawat pasien.
7. Turut membantu semua petugas kesehatan untuk memaham pencegahan dan
pengendalian infeksi.
13
6. Memonitor kesehatan petugas kesehatan untuk mencegah penularan infeksi
dari petugas kesehatan ke pasien atau sebaliknya.
7. Bersama komite menganjurkan prosedur isolasi dan member konsultasi
tentang pencegahan dan pengendalian infeksi yang diperlukan pada kasus
yang terjadi di rumah sakit.
8. Audit pencegahan dan pengendalian infeksi termasuk terhadap limbah,
laundry, gizi dan lain-lain dengan menggunakan daftar tilik.
9. Memonitor kesehatan lingkungan.
10. Memonitor terhadap pengendalian penggunaan antibiotika yang rasional.
11. Mendesain, melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi surveilans infeksi
yang terjadi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
12. Membuat laporan surveilans dan melaporkan ke Komite PPI.
13. Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan PPI.
14. Memberikan saran desain ruangan rumah sakit agar sesuai dengan prinsip
PPI.
15. Meningkatkan kesadaran pasien dan penunjang rumah sakit tentang PPIRS.
16. Memprakarsai penyuluhan bagi petugas kesehatan, pengunjung dan
keluarga tentang topik infeksi yang sedang berkembang di masyarakat atau
infeksi tinggi.
17. Sebagai koordinator antara departemen/ unit dalam mendeteksi, mencegah
dan mengendalikan infeksi di rumah sakit.
Tugas IPCLN:
IPCLN sebagai perawat pelaksana harian / penghubung bertugas:
14
1. Mengisi dan mengumpulkan formulir surveilans setiap pasien ke unit rawat
inap masing-masing, kemudian menyerahkannya kepada IPCN ketika
pasien pulang.
2. Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan
pencegahan dan pengendalian infeksi pada setiap personil ruangan di unit
rawat masing-masing.
3. Memberitahukan kepada IPCN apabila ada kecurigaan adanya infeksi
nosokomial pada pasien.
4. Berkoordinasidengan IPCN saat terjadinya infeksi potensial KLB,
penyuluhan bagi pengunjung di ruang rawat masing-masing, konsultasi
prosedur yang harus dijalankan bila belum paham.
5. Memonitor kepatuhan petugas kesehatan yang lain dalam menjalankan
standar isolasi.
No Nama Jabatan
15
6. dr. Riki Markian, Sp.THT.K.L Dokter Perwakilan SMF THT
7. dr. Yulia, Sp. M Dokter Perwakilan SMF Mata
8. dr. Dino, Sp. An Dokter Perwakilan SMF Anestesi
9. dr. Aprilia Armaningsih Anggota PPI
10. Ramisdianti, Amd. Kep. Wakil Sekretaris/ IPCLN (ICU)
11. Lucia Devi, AMK IPCLN (Ruangan Cemara)
12. Megaros Simanjuntak, AMK IPCLN (Ruangan Cendana)
13. Umi Syifa, AMK IPCLN (IGD dan Poliklinik)
14. Nancy Sirait, Amd. Kep. IPCLN (Ruang Hemodialisa)
15. Bambang Anjasmara, AMK IPCLN (Kamar Operasi)
16. Rio Sundarko, ST Anggota PPI (IPSRS)
C. STANDAR FASILITAS
Fasilitas yang dimiliki sekretariat PPI disesuaikan dengan kebutuhan. Berikut
adalah fasilitas yang dimiliki sekretariat PPI:
No. Jenis Kelengkapan Ruang PPI
1 Gedung Permanen
2. Daya listrik sesuai kebutuhan
3. Fasilitas 1 buah lemari
25 buah clear holder
1 buah stempel
1 buah meja
3 buah kursi
1 unit laptop
1 unit printer
16
1 unit AC
Struktur Komite PPI
17
D. DAFTAR NAMA TIM PENCEGAHAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT (PPIRS)
RS BINA KASIH PEKANBARU
2 dr. Aprilia Armaningsih Pekanbaru, 10 April 1989 12.15.194 Dokter perwakilan SMF Profesi Dokter ATLS, ACLS, EKG, PPI dasar
Rise Alvianna, AMK 07.02.014 IPCN/ Sekretaris D3 Keperawatan BLS, PPI dasar
4 Ramisdianti, Amd, Kep. Solo, 4 November 1992 11.13.128 IPCLN/ Wakil sekretaris D3 Keperawatan BTCLS, PPI dasar
6 Nancy Sirait, Amd. Kep Girsang, 19 Juni 1989 10.11.073 IPCLN D3 Keperawatan Haemodialisa, PPI dasar
7 Lucia Devi Suryani Sirait, AMK Pekanbaru, 5 April 1993 02.15.162 IPCLN D3 Keperawatan BLS, PPI dasar
10 Friska Oktrina, Amd. Keb Pekanbaru, 18 Oktober1991 12.14.157 Anggota PPI D3 Kebidanan PPI dasar
11 Rio Sundarko, ST Pekanbaru, 12 Maret 1986 01.15.161 Anggota PPI S1 Teknik Informatika PPI dasar
12 Refni Dwi, AMG Padang, 21 Maret 1987 01.12.078 Anggota PPI D3 Gizi PPI dasar
18
E. DAFTAR KOMPETENSI/PELATIHAN TIM PPI RSBK
TAHUN 2016
E.2. IPCO
19
BAB VI
a. Kegiatan Orientasi
Adapun kegiatan orientasi dalam program PPI dilakukan bagi staf baru maupun
mahasiswa/ i yang menjalani masa praktik di rumah sakit Bina Kasih Pekanbaru.
Pemberian materi PPI kepada staf baru dan mahasiswa/ i praktik sesuai jadwal
penerimaan.
b. Rapat
Adapun rapat rutin yang diselenggakan oleh tim PPI Rumah Sakit Bina Kasih
sesuai dengan program PPI sebagai berikut:
Rapat koordinasi komite PPI
Rapat koordinasi dengan instalasi logistik dan IPSRS
Rapat koordinasi dengan instalasi Gizi
Rapat koordinasi dengan unit sterilisasi
Rapat koordinasi dengan manajemen dan direktur
Rapat koordinasi dengan komite PMKP dan K3
20
BAB VII
EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
A. EVALUASI PELAKSANAAN
Evaluasi dilakukan tiap bulan 3 bulan sekali, yaitu :
1. Maret
2. Juni
3. September
4. Desember
B. PELAPORAN
Pelaporan dibuat setelah melakukan kegiatan dan diserahkan paling lambat 1 minggu setelah
kegiatan.
Isi laporan adalah :
1. Pendahuluan
2. Pelaksanaan Kegiatan
3. Hasil Kegiatan dan Rencana Tindak lanjut
4. Kesimpulan Saran
5. Penutup
21