Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Penyakit infeksi merupakan masalah penting, baik di negara maju maupun di negara
berkembang.Menurut asal kuman penyebab, infeksi dibagi 2 yaitu infeksi yang berasal
dari komunitas dan infeksi yang berasal dari rumah sakit. Infeksi yang berasal dari
rumah sakit disebut HAIs(Hospital Acquired Infections) yaitu infeksi yang terjadi
selama proses perawatan di rumah sakit atau di fasilitas kesehatan lain, dimana pasien
tidak ada infeksi atau tidak dalam masa inkubasi saat masuk, termasuk infeksi didapat
di rumah sakit tapi muncul setelah pulang juga infeksi pada petugas kesehatan yang
terjadi di pelayanan kesehatan (WHO, 2007).

Di Indonesia penelitian yang dilakukan di 11 rumah sakit di DKI Jakarta


menunjukkan bahwa 9.8 % pasien rawat inap mendapat infeksi yang baru selama
dirawat (SKRT 2004). Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat
penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masayarakat.Masyarakat yang menerima
pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan pengunjung di rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya dihadapkan pada resiko terjadinya infeksi baik karena
perawatan atau datang berkunjung ke rumah sakit. Angka infeksi nosokomial terus
meningkat (Al Varado, 2000) mencapai sekitar 9% (variasi 3-21%) atau lebih dari 1,4
juta pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia.

Hasil survey point prevalensi dari 11 rumah sakit di DKI Jakarta yang dilakukan
oleh Perdalin Jaya dan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta
pada tahun 2003 didapatkan angka infeksi nosokomial untuk ILO (Infeksi Luka
Operasi) 18,9%, ISK (Infeksi Saluran Kemih) 15,1%, IADP (Infeksi Aliran Darah
Primer) 26,4%, Pneumonia 24,5% dan Infeksi Saluran Napas lain 15,1%, serta infeksi
lain 32,1%.

1
Dampak HAIs meliputi peningkatan angka kesakitan dan kematian, kecacatan,
peningkatan lama tinggal di rumah sakit, dan peningkatan biaya. Selain itu infeksi akan
berdampak pada penurunan pendapatan rumah sakit, penurunan mutu dan citra rumah
sakit serta menimbulkan tuntutan hukum.
Untuk meminimalkan resiko terjadinya infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya perlu diterapkan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), yaitu
kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan
pelatihan, serta monitoring dan evaluasi.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka pentingnya pembentukan tim


pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) tahun 2016 di RSBina Kasih
Pekanbarudimana tim ini akan berkoordinasi dengan banyak pihak dalam rangka
mencegah dan menurunkan infeksi.

2. TUJUAN

 Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit melalui program pelayanan


pencegahan dan pengendalian infeksi
 Menurunkan angka HAIs melalui penyediaan ketenagaan sesuai kualifikasi dan
koordinasi dengan pihak terkait

2
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

JENIS PELAYANAN :

 Rawat Jalan

RS. Bina Kasih menyediakan berbagai Pelayanan sebagai berikut:

 Pelayanan Non Stop 24 Jam

 Instalasi Gawat Darurat (IGD)


 Ambulance
 Farmasi
 Laboratorium
 Radiologi

 Pelayanan Medis Umum

 Pelayanan Dokter Umum

 Pelayanan Medis Spesialis

 Spesialis Bedah
 Spesialis Penyakit Dalam
 Spesialis Anak
 Spesialis Kandungan
 Spesialis Bedah Anak
 Spesialis Gigi & Bedah Mulut
 Spesialis Anesthesi

3
 Spesialis THT
 Spesailis Orthopaedi
 Spesialis Rehab Medis, Fisiotherapi
 Spesialis Syaraf
 Spesialis Urologi
 Spesialis Paru
 Spesialis Mata
 Spesialis Radiologi
 Spesialis Kulit & Kelamin
 Spesialis Bedah Syaraf
 Spesialis Bedah Tumor
 Spesialis Bedah Digestive
 Spesialis Jantung, Pembuluh Darah

 Pelayanan Penunjang Medis

 Hemodialisa (Cuci Darah) : 4 unit mesin Hemodialisa.


 USG

 Rawat Inap

Rumah Sakit Bina Kasih juga menyediakan Fasilitas Rawat Inap dengan berbagai
Kelas perawatan sebagai berikut:

 Kamar Perawatan
a. Super VIP : 1 TT
b. VIP : 3 TT
c. Kelas I : 10 TT
d. Kelas II : 13 TT
e. Kelas III : 25 TT
f. Ruang Bayi (Perinatalogi) : 12 TT

4
 Ruang Perawatan Intensive
ICU/ HCU : 4 TT

 Ruang Isolasi : 1 TT
 Penjemputan Pasien Luar Kota
Untuk menunjang pasien-pasien dari luar kota, kami juga melayani penjemputan
pasien dari luar kota, baik di bandara maupun di stasiun, bagi mereka yang akan
menjalani Rawat Inap maupun tindakan di RS. Bina Kasih.

5
BAB III

VISI, MISI, FALSAFAH, NILAI, DAN TUJUAN RUMAH SAKIT

Rumah Sakit Bina Kasih merupakan Rumah Sakit umum yang bertujuan untuk
Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit,menjadikan salah satu Rumah Sakit sebagai
prioritas utama masyarakat yang membutuhkan pelayanan yang bermutu dan yang
mengutamakan keselamatan pasien yang dirawat, serta meningkatkan pemberdayaan
sumber daya manusia sebagaimana yang tercantum di Visi, Misi, Motto, Tujuan rumah
sakit, serta falsafah rumah sakit Bina Kasih berikut :

1. Visi Rumah Sakit Bina Kasih yaitu :


Menjadikan RS Bina Kasih sebagai rumah sakit yang mampu memberikan
pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi, dikelola secara profesional sehingga
menjadi pilihan terpercaya bagi masyarakat tahun 2020.

2. Misi Rumah Sakit Bina Kasih yaitu :


1) Memberikan pelayanan yang berkomitmen terhadap kualitas mutu, kinerja,
profesionalisme dan standar profesi
2) Senantiasa meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia,
sistem, sarana prasarana dan teknologi yang dimiliki
3) Merealisasikan prinsip dasar Patient Safety, Medical Excellence dan Service
Excellence
4) Menjalankan prinsip administrasi manajerial dan administrasi keuangan dalam
mencapai Finance Excellence
5) Mensejahterakan karyawan

3. Motto Rumah sakit Bina Kasih Yaitu :


Melayani dengan sepenuh hati

6
4. Tujuan Rumah Sakit Bina Kasih yaitu :

1) Tujuan Umum :
 Menjadikan salah satu Rumah Sakit sebagai prioritas utama masyarakat
yang membutuhkan pelayanan yang bermutu dan yang mengutamakan
keselamatan pasien yang dirawat.

2) Tujuan Khusus :
 Meningkatnya mutu pelayanan rujukan yang sesuai dengan standar Rumah
Sakit tipe C agar tercapai pelayanan yang berfokus pada keselamatan pasien
(Patient Safety).

5. Falsafah Rumah Sakit Bina Kasih yaitu :


1) Pelayanan Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesi yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan.
2) Pelayanan keperawatan memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu
kepada pasien yang dilakukan secara holistik dan komprehensif, baik
jasmani maupun rohani.
3) Pelayanan keperawatan dilandaskan pada aspek kemanusiaan tanpa
membedakan suku, agama, serta status sosial dan ekonomi.
4) Pelayanan keperawatan dilakukan dengan memperhatikan penghormatan
harkat dan martabat manusia.
5) Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat, memiliki wewenang
melakukan asuhan keperawatan secara utuh berdasarkan asuhan
keperawatan.
6) Pendidikan keperawatan berkelanjutan harus dilaksanakan secara terus-
menerus untuk pertumbuhan dan perkembangan staf dalam pelayanan
keperawatan.

7
BAB IV

STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT

Dewi Khusniaty

Direktur Utama

KOMISARIS

Christ Windreis Vindri Tandiono

MANAJEMEN RS. BINA KASIH

dr. H. Noorchalis Asnawi, M. Kes

Direktur

Eddy S. Barus, Lyvie Tan, Bsc dr. Yuni Asria Mulyadi, S. Psi
AMK
Manager Umum & Manager Pelayanan & Maneger SDM &
Manager Keuangan Penunjang Medis Marketing
Keperawatan

Rio Sudarko, ST Dewi fitriani, Amd.

Kabag Umum Kabag Keuangan


8
BAB V
POLA KETENAGAAN KOMITE PPI
RS BINA KASIH PEKANBARU

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Pimpinan dan petugas kesehatan dalam Komite PPI diberi kewenangan dalam
menjalankan program dan menentukan sikap pencegahan dan pengendalian infeksi.
1. Komite PPI disusun terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota.
Ketua sebaiknya dokter (IPCO/Infection Prevention and Control Officer),
mempunyai minat, kepedulian dan pengetahuan, pengalaman, mendalami
masalah infeksi, mikrobiologi klinik, atau epidemiologi klinik.
Sekretaris sebaiknya perawat senior (IPCN / Infection Prevention and Control
Nurse), yang disegani, berminat, mampu memimpin dan aktif.
Anggota Tim PPIRS terdiri dari :
 Dokter wakil dari tiap SMF (Staf Medis Fungsional)
 Dokter ahli epidemiologi
 Dokter Mikrobiologi / Patologi Klinik
 Petugas Laboratorium
 Petugas Farmasi
 Perawat PPI/ IPCN ( Infection Prevention and Control Nurse)
 Perawat IPCLN
 Petugas CSSD
 Petugas Laundry
 Petugas Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPS-RS)
 Petugas Sanitasi
 Petugas House Keeping
 Petugas K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
 Petugas Kamar jenazah

9
2. Tim PPI terdiri dari 1 orang (satu) dokter membawahi 5 (lima) perawat
PPI/IPCN
3. Rumah sakit harus memiliki IPCN yang bekerja purna waktu, dengan ratio 1
(satu) IPCN untuk setiap 100-150 tempat tidur di rumah sakit.Setiap 1000
tempat tidur sebaiknya memiliki 1 (satu) ahli Epidemiologi Klinik
4. Dalam bekerja IPCN dapat dibantu beberapa IPCLN (Infection Prevention and
Control Link Nurse) dari tiap unit, terutama yang beresiko terjadinya infeksi.

B. STRUKTUR ORGANISASI
KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
RS. BINA KASIH PEKANBARU
Direktur

Ketua Komite
PPI

(IPCO)

Sekretaris

(IPCN)

IPCLN (IGD, Cemara, Dokter IPSRS Laboratorium CSSD Apotik Instalasi House
Cendana, Hemodialisa, OK, Gizi
Perwakilan Keeping
ICU) dan anggota PPI lainnya
SMF

Keterangan : Untuk fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dapat mengacu pada


struktur organisasi di rumah sakit yang dimodifikasi sesuai dengan keadaan setempat

10
B.1. DIREKTUR
Tugas direktur :
1. Membentuk komite dan tim PPIRS dengan Surat Keputusan.
2. Bertanggung jawab dan memiliki komitmenyang tinggi terhadap
penyelenggaraan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial.
3. Bertanggung jawab atas tersediaanya fasilitas sarana dan prasarana termasuk
anggaran yang dibutuhkan.
4. Membentuk kebijakaan pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial.
5. Mengadakan evaluasi kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi
nosokomial berdasarkan saran dari tim PPIRS.
6. Mengadakan evaluasi kebijakan pemakaian antibiotika yang rasional dan
desinfektan di rumah sakit berdasarkan saran dari tim PPIRS.
7. Dapat menutup suatu unit perawatan atau instalasi yang dianggap potensial
menularkan penyakit untuk beberapa waktu sesuai kebutukan berdasarkan
saran tim PPIRS.
8. Mengesahkan Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk PPIRS.

B.2. KOMITE PPI


Kriteria Anggota Komite PPI :
1. Mempunyai minat dalam PPI.
2. Pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI.
Tugas dan Tanggung Jawab Komite PPI:
1. Membuat dan mengevaluasi kebijakan PPI.
2. Melaksanakan sosialisasi kebijakan PPIRS, agar kebijakan dapat dipahami dan
dilaksanakan oleh petugas kesehatan rumah sakit.
3. Membuat SPO PPI.
4. Menyusun dan mengevaluasi pelaksanaan program PPI dan program pelatihan
dan pendidikan PPI.
5. Bekerjasama dengan Tim PPI dalam melakukan investigasi masalah KLB atau
Healthcare Associated Infection (HAIs).
6. Memberikan usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara
pencegahan dan pengendalian infeksi.

11
7. Memberikan konsultasi pada petugas kesehatan rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya dalam PPI.
8. Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI dan
aman bagi yang menggunakan.
9. Mengidentifikasi temuan di lapangan dan mengusulkan pelatihan untuk
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) rumah sakit dalam
PPI.
10. Melakukan pertemuan berkalatermasuk evaluasi kebijakan.
11. Menerima laporan dari Tim PPI dan membuat laporan kepada direktur.
12. Berkoordinasi dengan unit terkait lain.
13. Memberikan usulan kepada Direktur untuk memakai antibiotika yang rasional
di rumah sakit berdasarkan hasil pemantauan kuman dan resistennya terhadap
antibiotika dan menyebarluaskan data resistensi antibiotika.
14. Menyusun kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
15. Turut menyusun kebijakan clinical governance dan patient safety.
16. Mengembangkan, mengimplementasikan dan secara periodik mengkaji
kembali rencana manajemen PPI apakah telah sesuai kebijakan manajemen
rumah sakit
17. Memberikan masukan yang menyangkut konstruksi bangunan dan pengadaan
alat dan bahan kesehatan, renovasi ruangan, cara pemrosesan alat, penyimpan
alat, dan linen sesuai dengan prinsip PPI.
18. Menentukan sikap penutupan ruangan rawat bila diperlukan karena potensial
menyebarkan infeksi.
19. Melakukan pengawasan terhadap tindakan-tindakan yang menyimpang dari
standar prosedur/ monitoring surveilans proses.
20. Melakukan investigasi, menetapkan dan melaksanakan penanggulangan
infeksi bila ada KLB di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.

B.3. IPCO / Infection Prevention and Control Officer


Kriteria IPCO :
1. Ahli atau dokter yang mempunyai minat dalam PPI.
2. Mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI.

12
3. Memiliki kemampuan leadership.
Tugas IPCO:
1. Berkontribusi dalam diagnosis dan terapi infeksi yang benar.
2. Turut menyusun pedoman penulisan resep antibiotika dan surveilans.
3. Mengidentifikasi dan melaporkan kuman patogen dan pola resistensi
antibiotika.
4. Bekerjasama dengan perawat PPI memonitor kegiatan surveilans infeksi dan
mendeteksi serta menyelidiki KLB.
5. Membimbing dan mengajarkan praktek dan prosedur PPI yang berhubungan
dengan prosedur terapi.
6. Turut memonitor cara kerja tenaga kesehatan dalam merawat pasien.
7. Turut membantu semua petugas kesehatan untuk memaham pencegahan dan
pengendalian infeksi.

B.4. IPCN (Infection Prevention and Control Nurse)


Kriteria IPCN :
1. Perawat dengan pendidikan min D3 dan memiliki sertifikasi pelatihan PPI.
2. Memiliki komitmen di bidang pencegahan dan pengendalian infeksi.
3. Memiliki pengalaman sebagai Kepala Ruangan atau setara.
4. Memiliki kemampuan leadership, inovatif dan confident.
5. Bekerja purna waktu.
Tugas dan Tanggung Jawab IPCN:
1. Mengunjungi ruangan setiap hari untuk memonitor kejadian infeksi yang
terjadi di lingkungan kerjanya, baik di rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya.
2. Memonitor pelaksanaan PPI, penerapan SPO, kewaspadaan isolasi.
3. Melaksanakan surveilans infeksi dan melaporkan kepada Komite PPI.
4. Bersama Komite PPI melakukan pelatihan petugas kesehatan tentang PPI di
rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
5. Melakukan investigasi terhadap KLB dan bersama-sama Komite PPI
memperbaiki kesalahan yang terjadi.

13
6. Memonitor kesehatan petugas kesehatan untuk mencegah penularan infeksi
dari petugas kesehatan ke pasien atau sebaliknya.
7. Bersama komite menganjurkan prosedur isolasi dan member konsultasi
tentang pencegahan dan pengendalian infeksi yang diperlukan pada kasus
yang terjadi di rumah sakit.
8. Audit pencegahan dan pengendalian infeksi termasuk terhadap limbah,
laundry, gizi dan lain-lain dengan menggunakan daftar tilik.
9. Memonitor kesehatan lingkungan.
10. Memonitor terhadap pengendalian penggunaan antibiotika yang rasional.
11. Mendesain, melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi surveilans infeksi
yang terjadi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
12. Membuat laporan surveilans dan melaporkan ke Komite PPI.
13. Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan PPI.
14. Memberikan saran desain ruangan rumah sakit agar sesuai dengan prinsip
PPI.
15. Meningkatkan kesadaran pasien dan penunjang rumah sakit tentang PPIRS.
16. Memprakarsai penyuluhan bagi petugas kesehatan, pengunjung dan
keluarga tentang topik infeksi yang sedang berkembang di masyarakat atau
infeksi tinggi.
17. Sebagai koordinator antara departemen/ unit dalam mendeteksi, mencegah
dan mengendalikan infeksi di rumah sakit.

B.5. IPCLN (Infection Prevention and Control Link Nurse)


Kriteria IPCLN :
1. Perawat dengan pendidikan min D3.
2. Memiliki komitmen dibidang pencegahan dan pengendalian infeksi.
3. Memiliki kemampuan leadership.

Tugas IPCLN:
IPCLN sebagai perawat pelaksana harian / penghubung bertugas:

14
1. Mengisi dan mengumpulkan formulir surveilans setiap pasien ke unit rawat
inap masing-masing, kemudian menyerahkannya kepada IPCN ketika
pasien pulang.
2. Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan
pencegahan dan pengendalian infeksi pada setiap personil ruangan di unit
rawat masing-masing.
3. Memberitahukan kepada IPCN apabila ada kecurigaan adanya infeksi
nosokomial pada pasien.
4. Berkoordinasidengan IPCN saat terjadinya infeksi potensial KLB,
penyuluhan bagi pengunjung di ruang rawat masing-masing, konsultasi
prosedur yang harus dijalankan bila belum paham.
5. Memonitor kepatuhan petugas kesehatan yang lain dalam menjalankan
standar isolasi.

B.1 Distribusi Pola Ketenagaan


Tim PPI diketuai oleh dokter dibantu sekretaris dan terdiri dari 1 orang IPCN
purnawaktu dibantu IPCLN disetiap ruang rawat. Tim PPI terdiri dari:
1. Pembina : Direktur RS Bina Kasih Pekanbaru
2. Pengawas :
 Pelayanan Medik dan Keperawatan RS Bina Kasih
Pekanbaru
 Kepala Bagian SDM RS Bina Kasih Pekanbaru
3. Penanggung Jawab : Ketua Komite Mutu
Susunan Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RS Bina Kasih Pekanbaru

Ketua/ IPCO : dr. Arlentina Bentivolia Simamora

Sekretaris/ IPCN : Rise Alvianna, AMK

No Nama Jabatan

1. dr. Darmoen, Sp. B Dokter Perwakilan SMF Bedah


2. dr. Ichsan, Sp. OG Dokter Perwakilan SMF Obgyn
3. dr. Marlina, Sp.PD, KHOM Dokter Perwakilan SMF P. Dalam
4. dr. Novareni, Sp. A Dokter Perwakilan SMF Anak
5. dr. Agus, Sp.S Dokter Perwakilan SMF Saraf

15
6. dr. Riki Markian, Sp.THT.K.L Dokter Perwakilan SMF THT
7. dr. Yulia, Sp. M Dokter Perwakilan SMF Mata
8. dr. Dino, Sp. An Dokter Perwakilan SMF Anestesi
9. dr. Aprilia Armaningsih Anggota PPI
10. Ramisdianti, Amd. Kep. Wakil Sekretaris/ IPCLN (ICU)
11. Lucia Devi, AMK IPCLN (Ruangan Cemara)
12. Megaros Simanjuntak, AMK IPCLN (Ruangan Cendana)
13. Umi Syifa, AMK IPCLN (IGD dan Poliklinik)
14. Nancy Sirait, Amd. Kep. IPCLN (Ruang Hemodialisa)
15. Bambang Anjasmara, AMK IPCLN (Kamar Operasi)
16. Rio Sundarko, ST Anggota PPI (IPSRS)

17. Friska Oktrina, Amd. Keb Anggota PPI

18. Refni Dwi, AMG Anggota PPI (Gizi)

19. Novia Simanjuntak, AMK (CSSD)

20. Juliati, Amd. AK (Laboratorium)


Itsna Laili Martias, S.Farm.Apt
21. (Apotik)

22. Indra House Keeping

C. STANDAR FASILITAS
Fasilitas yang dimiliki sekretariat PPI disesuaikan dengan kebutuhan. Berikut
adalah fasilitas yang dimiliki sekretariat PPI:
No. Jenis Kelengkapan Ruang PPI
1 Gedung Permanen
2. Daya listrik sesuai kebutuhan
3. Fasilitas  1 buah lemari
 25 buah clear holder
 1 buah stempel
 1 buah meja
 3 buah kursi
 1 unit laptop
 1 unit printer

16
 1 unit AC
 Struktur Komite PPI

17
D. DAFTAR NAMA TIM PENCEGAHAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT (PPIRS)
RS BINA KASIH PEKANBARU

No Nama TTL NIK Jabatan Pendidikan Pelatihan


Medan, 7 Agustus 1989 PPI Dasar, ATLS, ACLS, EKG,
1.
dr. Arlentina Bentivolia 06.15.169 Ketua PPI/ IPCO Profesi Dokter Resusitasi Neonatus

2 dr. Aprilia Armaningsih Pekanbaru, 10 April 1989 12.15.194 Dokter perwakilan SMF Profesi Dokter ATLS, ACLS, EKG, PPI dasar

Sondi raya, 22 Oktober IPCN, Pengendalian infeksi

3 1978 nosokomial dalam terapi intravena,

Rise Alvianna, AMK 07.02.014 IPCN/ Sekretaris D3 Keperawatan BLS, PPI dasar

4 Ramisdianti, Amd, Kep. Solo, 4 November 1992 11.13.128 IPCLN/ Wakil sekretaris D3 Keperawatan BTCLS, PPI dasar

Tj. Slamat, 1 Maret 1979 Keperawatan Kamar Bedah, PPI


5
Bambang Anjasmara, AMK 11.08.032 IPCLN D3 Keperawatan dasar

6 Nancy Sirait, Amd. Kep Girsang, 19 Juni 1989 10.11.073 IPCLN D3 Keperawatan Haemodialisa, PPI dasar

7 Lucia Devi Suryani Sirait, AMK Pekanbaru, 5 April 1993 02.15.162 IPCLN D3 Keperawatan BLS, PPI dasar

Lumban Hariara, 29 BTCLS, PPI dasar

8 Megaros Simanjuntak, AMK November 1979 02.02.012 IPCLN D3 Keperawatan

Bengkalis, 28 September PPI dasar

9 Umi Syifa, AMK 1990 09.12.092 IPCLN D3 Keperawatan

10 Friska Oktrina, Amd. Keb Pekanbaru, 18 Oktober1991 12.14.157 Anggota PPI D3 Kebidanan PPI dasar

11 Rio Sundarko, ST Pekanbaru, 12 Maret 1986 01.15.161 Anggota PPI S1 Teknik Informatika PPI dasar

12 Refni Dwi, AMG Padang, 21 Maret 1987 01.12.078 Anggota PPI D3 Gizi PPI dasar

18
E. DAFTAR KOMPETENSI/PELATIHAN TIM PPI RSBK
TAHUN 2016

E.1 PERAWAT PENGENDALI INFEKSI/IPCN


Kursus PPI Dasar
No. Nama IPCN (Inhouse Training)
1 Rise Alvianna, AMK V V

Jumlah 100% 100%

E.2. IPCO

No Nama Kursus PPI dasar


1. dr. Arlentina Bentivolia V
Jumlah 100%

19
BAB VI

KEGIATAN ORIENTASI DAN RAPAT

a. Kegiatan Orientasi
Adapun kegiatan orientasi dalam program PPI dilakukan bagi staf baru maupun
mahasiswa/ i yang menjalani masa praktik di rumah sakit Bina Kasih Pekanbaru.
Pemberian materi PPI kepada staf baru dan mahasiswa/ i praktik sesuai jadwal
penerimaan.

b. Rapat
Adapun rapat rutin yang diselenggakan oleh tim PPI Rumah Sakit Bina Kasih
sesuai dengan program PPI sebagai berikut:
 Rapat koordinasi komite PPI
 Rapat koordinasi dengan instalasi logistik dan IPSRS
 Rapat koordinasi dengan instalasi Gizi
 Rapat koordinasi dengan unit sterilisasi
 Rapat koordinasi dengan manajemen dan direktur
 Rapat koordinasi dengan komite PMKP dan K3

20
BAB VII
EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

A. EVALUASI PELAKSANAAN
Evaluasi dilakukan tiap bulan 3 bulan sekali, yaitu :
1. Maret
2. Juni
3. September
4. Desember

B. PELAPORAN
Pelaporan dibuat setelah melakukan kegiatan dan diserahkan paling lambat 1 minggu setelah
kegiatan.
Isi laporan adalah :
1. Pendahuluan
2. Pelaksanaan Kegiatan
3. Hasil Kegiatan dan Rencana Tindak lanjut
4. Kesimpulan Saran
5. Penutup

21

Anda mungkin juga menyukai