Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR


(5.Soil Conditioner)

Oleh :

Kelompok : III (Tiga)


Kelas/Hari/Tanggal : Shift A1/Selasa/31 Oktober 2017
Nama dan NPM : 1. Sopa Samrotul Paujah (240110150005)
2. Dinda Zarra Zenitta A (240110150020)
3. Puspita Syafira Rahma (240110150035)
4. Siti Hana Nur Sabrina (240110150039)
5. Muhammad Fahmi N (240110150052)
Asisten : 1. Risqi Aditia Tungki Patra
2. Risti Kartikasari

LABORATORIUM KONSERVASI TANAH DAN AIR


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan zaman, pembangunan-pembangunan kian
pesat perkembangannya dalam berbagai bidang. Pesatnya pembangunan di
berbagai bidang yang diiringi dengan laju pertambahan penduduk menimbulkan
tekanan-tekanan yang sangat kuat terhadap sumber daya tanah yang nantinya akan
berakibat pada penurunan produktifitas tanah (degradasi lahan). Selain itu
penyebab kemunduran produktivitas tanah yaitu diantaranya erosi, kurang tepatnya
pengelolaan lahan dan bisa juga tingginya curah hujan yang terjadi mengakibatkan
hantaman butiran hujan terhadap tanah yang berakibat tanah terbawa oleh aliran
hujan, sehingga lahan tersebut mengalami kerusakan fisik, kimia, dan biolagi yang
pada akhirnya akan menurunkan hasil pertanian yang drastic. Degradasi lahan
(Land Degradation) merupakan suatu proses kemunduran produktivitas lahan
menjadi lebih rendah, baik sementara maupun tetap sehingga pada akhirnya lahan
tersebut dapat menuju ke tingkat kekritisan tertentu. Kerusakan lahan yang
mengalami proses degradasi apabila dibiarkan akan bertambah rusak dan akhirnya
menjadi lahan kritis. Lahan kritis adalah tanah yang karena tidak sesuai penggunaan
dan kemampuannya telah mengalami proses kerusakan fisik, kimia, dan biologi
yang akhirnya membahayakan fungsi hidrologis, biolagis, produksi pertanian,
permukiman, dan kehidupan sosial ekonomi. Salah satu upaya merehabilitasi lahan
akibat kemunduran produktifitas tanah tersebut dengan cara menambahkan soil
conditoner ke dalam tanah. Soil Conditioner merupakan bahan pembenah tanah
yang dibuat dari bahan alami atau sintetis, dan terdiri dari beberapa jenis seperti
emulsi bitumen, Polyacrylamide (PAM), dan Lateks untuk merperbaiki sifat-sifat
tanah sehingga dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Pemanfaatan Soil
Conditioner dapat mengurangi erosi tanah, menciptakan sistem usaha tani yang
berkelanjutan karena mampu menghasilkan produksi terus menerus dengan
kuantitas dan kualitas yang prima. Oleh karena itu pada praktikum kali ini praktikan
akan melakukan percobaan penambahan soil conditoner pada tanah dan melihat
bagaimana pengaruhnya.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum kali ini adalah:
1. Mengetahui pengertian atau definisi soil conditioner.
2. Mengetahui tujuan dan fungsi penggunaan soil conditioner.
3. Mengetahui kegunaan dan aplikasi soil conditioner.
4. Mengetahui cara perhitungan soil conditioner.

1.3 Metodelogi Pengamatan dan Pengukuran


1.3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:
1. Air
2. Botol aqua 1,5
3. Gelas ukur
4. Gunting/cutter
5. Kalsit
6. Kompos
7. Lilin
8. Paku
9. Tanah
10. Timbangan

1.3.2 Prosedur Praktikum


Adapun prosedur praktikum yang harus dilakukan pada praktikum kali ini,
yaitu :
1. Memotong botol aqua menjadi ¾ bagian.
2. Melubangi botol aqua yang telah dipotong dengan menggunakan paku yang
telah dipanaskan dengan lilin.
3. Menimbang kebutuhan tanah 100% sebanyak 600gr lalu memasukannya
kedalam botol aqua yang telah dipotong dan dilubangi dan di beri label botol 1
tanah 100%.
4. Menimbang kebutuhan tanah sebanyak 70% sebanyak 420 gr dan kebutuhan
kalsit 30% sebanyak 105 gr lalu memasukannya kedalam botol aqua yang telah
dipotong dan dilubangi dan di beri label botol 2 tanah 70% + kalsit 30%.
5. Menimbang kebutuhan tanah sebanyak 70% sebanyak 420 gr dan kebutuhan
kompos 30% sebanyak 71,25 gr lalu memasukannya kedalam botol aqua yang
telah dipotong dan dilubangi dan di beri label botol 3 tanah 70% + kalsit 30%.
6. Mengukur air 500 ml pada gelas ukur, lalu memasukan tanah 100% kedalam
gelas ukur, setelah itu menimbang berat awal tanah dan mengukur sisa air hasil
penjenuhan tanah.
7. Mengukur air 500 ml pada gelas ukur, lalu memasukan tanah 70% + kalsit 30%
kedalam gelas ukur, setelah itu menimbang berat awal tanah + kalsit dan
mengukur sisa air hasil penjenuhan tanah.
8. Mengukur air 500 ml pada gelas ukur, lalu memasukan tanah 70% + kompos
30% kedalam gelas ukur, setelah itu menimbang berat awal tanah + kompos
dan mengukur sisa air hasil penjenuhan tanah.
9. Membiarkan 3 jenis tanah tersebut sampai tanah menjadi jenuh atau sudah
tidak meneteskan air lagi, setelah tanah menjadi jenuh kemudian
menimbangnya sehingga diperoleh kapasitas lapang.
10. Hal tersebut dilakukan saat pengukuran selama tiga hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Soil Conditioner


Soil conditioner merupakan zat yang dibutuhkan kedalam tanah untuk
mengubah kualitas fisik tanah, dapat digunakan juga untuk memperbaiki tanah yang
rusak. Dengan pemanfaatan soil conditioner atau bahan-bahan pemantap tanah
dalam upaya memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan tetap tahan terhadap
ancaman erosi. Sesuai dengan namanya Soil Conditioner ini digunakan untuk
membentuk struktur tanah yang stabil. Senyawa yang terbentuk akan menyebabkan
tanah menjadi stabil. Secara garis besar, bahan pembenah tanah dibedakan menjadi
dua yaitu: alami dan sintetis (buatan pabrik), dan berdasarkan senyawa
pembentukannya juga dapat dibedakan dalam dua kategori yakni pembenah organik
(termasuk hayati) dan pembenah tanah an organik. Konsep penggunaan bahan
pembenah tanah adalah: (1) Pemantapan agregat tanah untuk mencegah erosi dan
pemcemaran, (2) merubah sifat hidrofobik dan hidrofilik, sehingga merubah
kapasitas tanah menahan air (water holding capacity), (3) meningkatkan kapasitas
tukar kation (KTK) tanah. Beberapa bahan pembenah, juga mapu menyuplai unsur
hara tertentu, meskipun jumlahnya relatif kecil dan seringkali tidak semua unsur
hara yang terkandung dalam bahan pembenahtanah dapat segera diguanakan untuk
tanaman
Bahan organik tanah baik dalam bentuk pupuk kandang, pupuk hijau,
kompos, sisa tanaman, dan lain sebagainya, merupakan bahan pembenah tanah
yang sudah banyak dibuktikan efektivitasnya baik dalam memperbaiki sifat fisik,
kimia, maupun biologi tanah. Limbah pertanian seperti blontong, skim lateks, dan
lain-lain juga dapat dimanfaatkan sebagai pembenah tanah. Beberapa
hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penggunaan bahan pembenah tanah
mineral seperti zeolit berpengaruh lebih baik terhadap sifat-sifat tanah jika disertai
dengan pemberian bahan organik.

2.2 Kompos
Kompos atau humus adalah sisa-sisa mahluk hidup yang telah mengalami
pelapukan, bentuknya sudah berubah seperti tanah dan tidak berbau. Kompos
memiliki kandungan hara NPK yang lengkap meskipun persentasenya kecil.
Kompos juga mengandung senyawa-senyawa lain yang sangat bermanfaat bagi
tanaman. Kompos ibarat multivitamin bagi tanah dan tanaman. Kompos
memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Kompos akan mengembalikan kesuburan
tanah. Tanah keras akan menjadi lebih gembur. Tanah miskin akan menjadi subur.
Tanah masam akan menjadi lebih netral. Tanaman yang diberi kompos tumbuh
lebih subur dan kualitas panennya lebih baik daripada tanaman tanpa kompos.
Pada prinsipnya semua bahan yang berasal dari mahluk hidup atau bahan
organik dapat dikomposkan. Seresah, daun-daunan, pangkasan rumput, ranting, dan
sisa kayu dapat dikomposkan. Kotoran ternak, binatang, bahkan kotoran manusia
bisa dikomposkan. Kompos dari kotoran ternak lebih dikenal dengan istilah pupuk
kandang. Sisa makanan dan bangkai binatang bisa juga menjadi kompos. Ada bahan
yang mudah dikomposkan, ada bahan yang agak mudah, dan ada yang sulit
dikomposkan. Sebagian besar bahan organik mudah dikomposkan. Bahan yang
agak mudah alias agak sulit dikomposkan antara lain: kayu keras, batang, dan
bambu. Bahan yang sulit dikomposkan antara lain adalah kayu-kayu yang sangat
keras, tulang, rambut, tanduk, dan bulu binatang.

2.3 Kalsit
Kalsit adalah sebuah mineral karbonat dan polimorf kalsium karbonat
(CaCO3) paling stabil. Polimorf lain adalah mineral aragonit dan vaterit. Aragonit
akan berubah menjadi kalsit pada suhu 380-470 °C[5], sementara vaterit justru
kurang stabil. Endapan kalsit merupakan hasil retrukturisasi batu gamping yang
mengkristal setelah mengalami proses pelarutan. Umumnya terjadi pada batu
gamping atau marmer dalam masa kristalin yang berlapis dan berupa stalaktit dan
stalakmit. Kalsit yang berkomposisi kimia CaCO3 dapat ditemukan dalam keadaan
murni dan tidak, tergantung kepada kandungan mineral pengotornya. Mineral
pengotor ini terbentuk karena adanya subtitusi unsur Ca oleh unsur logam seperti
Mg, Fe, Mn. Dalam prosentase tertentu mineral pengotor kalsit akan membentuk
mineral kapur lain seperti dolomit, ankerit dan kutnakorit.
Kalsit merupakan mineral utama pembentuk batu gamping, dengan unsur
kimia pembentuknya terdiri dari kalsium (Ca) dan karbonat (CO3), mempunyai
sistem kristal heksagonal dan belahan rhombohedral, tidak berwarna dan
transparan. Unsur kalsium dalam kalsit dapat tersubtitusi oleh unsur logam sebagai
pengotor yang dalam prosentasi berat tertentu membentuk mineral lain. Dengan
adanya substitusi ini ada perubahan dalam penulisan rumus kimia yaitu CaFe
(CO3)2 dan MgCO3 (subtitusi Ca oleh Fe), CaMgCO3, Ca2MgFe (CO3)4 (subtitusi
oleh Mg dan Fe) dan CaMnCO3 (substitusi oleh Mn). Sifat fisika dari kalsit adalah
bobot isi 2,71; kekerasan 3 (skala Mohs); bentuk prismatik; tabular; pejal; berbutir
halus sampai kasar; dapat terbentuk sebagai stalaktit, modul tubleros, koraloidal,
oolitik atau pisolitik. Warna kalsit yang tidak murni adalah kuning, coklat, pink,
biru, lavender, hijau pucat, abu-abu, dan hitam. Endapan kalsit sebagian besar
ditemukan dalam bentuk lensa-lensa atau merupakan asosiasi endapan mineral yang
lain, dan jarang ditemukan endapan kalsit murni dalam ukuran besar. Berdasarkan
data DSDM (1991), jumlah cadangan kalsit di Indonesia yang sudah diselidiki
(tereka) adalah 10,1 juta ton terdapat di Indarung, Sumatera Barat sebesar 10 juta
ton. (Anton, Purwaka. 2011)

2.4 Retensi Air


Retensi air adalah kemampuan lingkungan untuk menahan air dan
menyerapnya; permukaan kedap air tidak memungkinkan air terserap ke dalam
tanah. Retensi Air Tanah Kapasitas Retensi Maksimum adalah: Kondisi tanah pada
saat semua pori terisi penuh air, tanah jenuh air, dan tegangan matrik adalah nol.
Kapasitas Lapang: air telah meninggalkan pori makro, mori makro berisi udara,
pori mikro masih berisi air; tegangan matrik 0.1 - 0.2 bar; pergerakan air terjadi pd
pori mikro/ kapiler Koefisien Layu: siang hari tanaman layu dan malam hari segar
kembali, lama- lama tanaman layu siang dan malam; tegangan matrik 15 bar. Air
tanah hanya mengisi pori mikro yang terkecil saja, sebagian besar air tidak tersedia
bagi tanaman. Titik layu permanen, bila tanaman tidak dapat segar kembali
Koefisien Higroskopis Molekul air terikat pada permukaan partikel koloid tanah,
terikat kuat sehingga tidak berupa cairan, dan hanya dapat bergerak dlm bentuk uap
air, tegangan matrik-nya sekitar 31 bar. Tanah yg kaya bahan koloid akan mampu
menahan air higroskopis lebih banyak dp tanah yg miskin bahan koloidal.
Status air tanah merupakan perubahan status air dalam tanah, mulai dari
kondisi jenuh hingga titik layu Jenuh Kap. Lapang Titik layu 100g 8g udara Padatan
Pori 100g 20g udara 100g 10 g udara 100g air 40g tanah jenuh air kapasitas lapang
koefisien layu koefisien higroskopis. (Asep, Saepuloh. 2013)

2.5 Kapasitas Lapang


Kapasitas lapang adalah kondisi ketika komposisi air dan udara di dalam
tanah berimbang. Kondisi ini dapat kita lihat seperti pada contoh pot yang telah
disiram air hingga jenuh yang mengentaskan semua air hingga tak ada lagi air yang
keluar dari lubang yang terdapat pada bagian bawah pot. Hampir semua tanaman
menyukai tanah pada kondisi kapasitas lapang. Dalam kondisi kapasitas lapang,
udara menempati pori makro tanah sedangkan air hanya terdapat dalam pori mikro
tanah. Air yang terdapat dalam pori mikro tanah tersebut dikenal dengan istilah air
tersedia atau air perkolasi. Air tersedia adalah air yang dapat diambil oleh tanaman,
terdapat di antara kondisi kapasitas lapang dan kondisi titik layu permanen. Air
tersedia berbentuk larutan yang mengandung berbagai unsur hara yang diperlukan
untuk pertumbuhan tanaman. Kemampuan tanah untuk menyimpan air tersedia
sangat dipengaruhi oleh struktur pembentuk tanah tersebut yakni liat, lempung, dan
pasir.
Struktur tanah yang liat merupakan struktur tanah yang mampu menyimpan
air tersedia dalam jumlah yang paling banyak. Sedangkan struktur tanah yang pasir
merupakan struktur tanah yang hanya mampu menyimpan air tersedia dalam jumlah
yang sedikit. Untuk memperoleh tanah yang baik untuk pertumbuhan, kebanyakan
petani melakukan manipulasi iklim mikro tanah dengan mencampurkan tanah
struktur liat, pasir, dan kompos dengan perbandingan tertentu.
BAB III
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan


Tabel 1. Hasil Pengamatan
Hari ke-2 Hari ke-3
Botol Parameter (1 November (2 November
2017) (gram) 2017) (gram)
Berat Awal 638,1 gr 630,6 gr
1 Berat Basah 723,6 gr 685,6 gr
100% tanah Kapasitas Lapang 653,6 gr 647,1 gr
Sisa Air 420 ml 450 ml
2 Berat Awal 580,1 gr 570,1 gr
70 % Tanah Berat Basah 628,6 gr 602,6 gr
30 % Kalsit Kapasitas Lapang 594,1 gr 588,6 gr
Sisa Air 420 ml 420 ml
3 Berat Awal 542,1 gr 566,6 gr
70 % Tanah Berat Basah 651,6 gr 629,6 gr
30 % Kapasitas Lapang 585,6 gr 583,1 gr
Kompos Sisa Air 380 ml 470 ml

3.2 Hasil Perhitungan


𝑔𝑟𝑎𝑚
(0,7 ×1000 ×1,2 )
𝑐𝑚3
1. Kebutuhan Tanah 70% = 2

= 420 gram/cm3
= 0,42 gram/liter

𝑔𝑟𝑎𝑚
(0,3 ×1000 ×0,7 )
𝑐𝑚3
2. Kebutuhan Kalsit 30% = 2

= 71,27 gram/cm3
= 0,07125 gram/liter
𝑔𝑟𝑎𝑚
(0,3 ×1000 ×0,475 )
𝑐𝑚3
3. Kebutuhan Kompos 30% = 2

= 180 gram/cm3
= 0,18 gram/liter

𝑔𝑟𝑎𝑚
(1 ×1000 ×1,2 )
𝑐𝑚3
4. Kebutuhan Tanah 100% = 2

= 600 gram/cm3
= 0,6 gram/liter
Sopa Samrotul Paujah

240110150005

3.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan percobaan mengenai pengukuran
soil conditioner. Soil Conditioner merupakan merupakan zat atau bahan – bahan
meliputi bahan sintesis atau buatan, organik atau alami, organik atau mineral
berbentuk padat maupun cair yang mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan
biologi tanah. Adapun soil conditioner yang digunakan pada praktikum kali ini
yaitu pupuk kompos dan kalsit. Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum kali ini
yaitu agar praktikan dapat mengubah struktur tanah, nutrisi tanah, kapsitas tukar
kation dan retensi air. Percobaan kali ini bahan dibagi menjadi tiga botol dengan
komposisi botol 1 berisi tanah 100 % yaitu sekitar 600 gr, botol 2 berisi tanah 70%
yaiu sekitar 420 gr ditambahkan dengan kalsit 30% yaitu sebanyak 105 gr dan botol
3 berisi tanah 70% ditambahkan kompos 30% yaitu sekitar 71,25 gr. Praktikum ini
dilakukan selama tiga hari berturut-turut, akan tetapi terjadi kesalahan saat
pengukuran pertama maka nilai yang sebenarnya yaitu pada hari kedua dan hari
ketiga.
Dari hasil pengukuran dihari kedua pada botol 1 diperoleh berat awal yaitu
sebesar 638,2 gr; berat basah sebesar 723,6 gr; kapasitas lapang sebesar 653,6 gr
dan sisa air sebesar 420 ml. Kemudian pengukuran botol 2 diperoleh berat awal
sebesar 580,2 gr; berat basah sebesar 628,6 gr; kapasitas lapang sebesar 594,2 gr
dan sisa air yang dihasilkan sebesar 420 ml. Selanjutnya pengukuran botol 3
diperoleh hasil pengukuran berat awal sebesar 542,1 gr; berat basah sebesar 652,6
gr; kapasitas lapang sebesar 585,6 gr dan sisa airnya sebesar 380 ml. Hasil
pengukuran hari ketiga pada botol 1 diperoleh berat awal sebesar 630,6 gr; berat
basah sebesar 685,6 gr; kapasitas lapang sebesar 647,1 gr dan sisa air sebanyak 450
ml. Kemudian pada botol 2 diperoleh hasil pengukuran berat awal sebesar 570,1 gr;
berat basah sebesar 602,6 gr; kapasitas lapang sebesar 588,6 gr dan sisa air
sebanyak 420 ml. Selanjutnya pengukuran pada botol 3 diperoleh hasil berat awal
sebesar 566,6 gr; berat basah sebesar 629,6 gr; kapasitas lapang sebesar 583,1 gr
dan sisa air yang dihasilkan sebesar 470 ml.
Dilihat dari hasil pengukuran dapat dinyatakan bahwa berat tanah dari hari kedu
dan ketiga pada botol 1 tanah 100% dan botol 2 tanah 100% dan kalsit 30%
mengalami penurunan bobot baik berat awal maupun berat basah. Sedangkan pada
botol ke 3 tanah 100% dan kompos 30% mengalami kenaikan pada berat berat awal.
Sisa air yang diperoleh paling banyak yaitu pada percobaan hari kedua pada botol
ke 3 tanah 100% yang ditambahkan dengan kompos 30% yaitu diperoleh sebanyak
470 ml, hal tersebut disebabkan tanah pada botol ke 3 kering sehingga kurang dalam
menyerap air. Sebaliknya pada percobaan hari kedua dan hari ketiga pada botol ke
2 tanah 100% ditambah dengan kalsit 30% menghasilkan sisa air yang sedikit yaitu
sebanyak 420 ml, hal tersebut dikarenakan botol 2 lebih cepat menyerap air
dibandingkan botol lainnya.
Berdasarkan data kapasitas lapang yang diperoleh dari hasil pengukuran
menunjukan hasil bahwa komposisi tanah 100% pada botol 1 memiliki kemampuan
menahan air yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan bahan lainnya yaitu pada
botol 2 tanah 70% ditambah dengan kalsit 30%, dan botol 3 70% tanah ditambah
dengan 30% kompos. Kebenaran data tersebut tidak dapat dinyatakan sepenuhnya
benar walaupun memiliki kesesuaian apabila dibandingkan dengan landasan
teoritis, karena apabila dibutuhkan waktu lebih dari tiga hari pada bahan bersifat
soil conditioner untuk dapat memperbaiki tanah secara sempurna terhadap tanah
yang diberikan perlakuan, dan dibutuhkan komposisi yang tepat didalam
melakukan pencampuran antara tanah dan soil conditioner.
Dinda Zarra Zenitta Aulya

240110150020
3.2 Pembahasan
Praktikum ini dilakukan dengan menggunakan soil conditioner pada tanah
kering dengan 3 bahan percobaan yaitu tanah 100%, tanah 70% + kompos 30 % ,
dan tanah 70% + kalsit 30%. Soil conditioner secara garis besar terdapat klasifikasi
yaitu alami dan sintesis. Pada masing-masing klasifikasi tersebut berdasarkan
senyawa pembentuknya terbagi menjadi 3 jenis yaitu organik, an organik, dan
hayati. Pada praktikum ini soil conditioner yang digunakan yaitu termasuk
klasifikasi yang alami yaitu kompos dan kalsit. Namun diantara keduanya berbeda
jenis. Jika kompos termasuk jenis organik sedangkan kalsit termasuk jenis an
organik. Soil Conditioner merupakan bahan pembenah tanah yang dibuat dari bahan
alami atau sintetis, untuk merperbaiki sifat-sifat tanah sehingga dapat mendukung
pertumbuhan tanaman. Tujuan akhir dari penggunaan pembenah tanah adalah untuk
menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman,
perkembangan biota tanah, serta meningkatkan ketahanan tanah terhadap erosi.
Sehingga pembenah tanah harus mampu memfasilitasi tersedianya hara, air, dan
udara yang optimal.
Hasil yang diperoleh pada kondisi tanah 100% atau tidak memakai
campuran apapun yaitu pada berat awal di hari kedua dan ketiga 630 gr dan 630,6
gr. Pada berat basah untuk hari kedua dan ketiga yaitu berturut-turut sebesar 723,4
gr, dan 685,6 gr. Hal ini memnunjukan pertambahan berat pada saat berat awal
menjadi berat basah dikarenakan adanya massa air yang ditambahkan. Namun pada
kedua analisis berat tersebut pada tiap harinya berkurang dikarenakan tanah yang
terbawa oleh air keluar karena tidak adanya yang menahan atau tanah tersebut tidak
padat sehingga mudah tererosi. Begitu pula berat pada kondisi kapasitas lapang
yaitu kondisi ketika komposisi air dan udara di dalam tanah berimbang yaitu pada
hari kedua dan ketiga bertutut-turut sebesar 653,1 gr, 647,1 gr yang mengalami
penurunan ditiap harinya. Selain itu pada perolehan sisa air yang didapat pada
kondisi tanah 100% ini yaitu pada hari kedua dan ketiga berturut-turut sebanyak
420 ml dan 450 ml hal ini menunjukan kondisi tanah yang sudah jenuh karena pada
hari sebelumnya sudah ditambahkan air ke dalam tanah tersebut.
Hasil yang diperoleh pada kondisi tanah dicampurkan dengan kalsit yaitu
dengan perbandingan tanah 70% + kalsit 30 % dengan kompos yang ditambahkan
seberat 105 gr dan tanah itu sendiri seberat 420 gr yaitu pada berat awal, berat
basah, kapasitas lapang, semuanya mengalami penurunan berat tanah di hari kedua
dan ketiga. Namun pada sisa air mengalami peningkatan yang nilainya sama dengan
kondisi tanah 100%. Seharusnya jika tanah diberi kalsit sebagai soil conditioner
maka tanah tersebut menjadi mantap dan sulit meresapnya air ke dalam tanah
tersebut sehingga sisa air di hari ketiga seharusnya lebih besar dibandingkan sisa
air pada tanah 100%.
Hasil yang diperoleh pada kondisi tanah dicampurkan dengan kompos yaitu
dengan perbandingan tanah 70% + kompos 30 % dengan kompos yang
ditambahkan seberat 71,25 gr dan tanah itu sendiri seberat 420 gr yaitu pada berat
awal selama dua hari berturut-turut yaitu 542,1 gr dan 566,6 gr. Hal tersebut
menunjukkan terjadi penambahan berat tanah karena fungsi kompos itu sendiri
sebagai soil conditioner yaitu untuk pemantap tanah sehingga sebagian air terserap
oleh tanah dan kompos tersebut. Namun pada saat kondisi berat basah dan kapasitas
lapangnya mengalami penurunan berat tanah. Pada sisa air perolehan dari tanah
campuran kompos ini mengalami perubahan yang signifikan yaitu pada hari kedua
sisa air sebanyak 380 ml sedangkan sisa air pada hari ketiga sebanyak 470 ml hal
ini menunjukan tanah yang diberi kompos sebagai soil conditioner cukup ampuh
dan menjadikan tanah menjadi lebih mantap sehingga taah tidak mudah tererosi.
Pada hari kedua dengan sisa air sebanyak 380 ml menunjukan bahwa Campuran
tanah dan kompos pada awalnya memiliki daya hisap air yang tinggi dibandingkan
dengan yang lainnya
Puspita Syafira Rahmah
240110150035
3.2 Pembahasan
Pada praktikum teknik konservasi tanah dan air kali ini membahas tentang
soil conditioner. Sebelumnya soil conditioner adalah produk yang ditambahkan ke
tanah untuk meningkatkan kualitas tanah fisik, terutama kemampuannya untuk
menyediakan nutrisi pada tanaman. Dalam penggunaanya, tanah sering mengalami
defisit dalam hal fungsi dan kualitas, sehingga harus dilakukan perbaikan struktur
tanah. Salah satu cara untuk memperbaiki struktur tanah, yaitu dengan memberikan
material pebenah tanah (soil conditioner) kedalam tanah. Soil conditioner dapat
digunakan untuk meningkatkan retensi air di tanah kering, tanah kasar yang tidak
menahan air dengan baik, dan ditambahkan untuk menyesuaikan pH tanah agar
memenuhi kebutuhan tanaman tertentu atau untuk membuat tanah sangat asam atau
alkali lebih bermanfaat. Soil conditioner yang digunakan pada praktikum teknik
konservasi tanah dan air kali ini adalah kalsit dan kompos.
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan perhitungan kebutuhan tanah,
kebutuhan kalsit, kebutuhan kompos, konsentrasi laturan, dan konsentrasi soil
conditioner terhadap tiga jenis tanah dengan komposisi yang berbeda, yaitu tanah
tanpa penambahan (tanah 100%), tanah dengan penambahan kalsit (tanah 70% +
kalsit 30%), dan tanah dengan penambahan kompos (tanah 70% + kompos 30%).
Pengamatan yang dilakukan meliputi berat kering awal tanah, berat kering awal
ditambah air, sisa air, dan kapasitas lapang tanah. Pengamatan dilakukan selama
tiga hari dengan cara menimbang tanah menggunakan timbangan analitik.
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa terjadi kehilangan dan
penambahan berat tanah. Hal ini terjadi karena adanya perubahan struktur tanah
akibat soil conditioner. Pada botol 1 yaitu pengukuran tanah 100%, didapatkan hasil
pada hari kedua, dan ketiga. Pada hari kedua berat awal sebesar 638,1 gram; berat
basah sebesar 723,6 gram; kapasitas lapang sebesar 653,6 gram dan pada parameter
sisa air sebesar 419,1 liter. Pada botol 2 yaitu pengukuran dengan komposisi 70%
tanah + 30% kalsit berat awal sebesar 580,1 gram; berat basah sebesar 628,6 gram;
kapasitas lapang sebesar 594,1 gram dan pada parameter sisa air sebesar 419,1 liter.
Dan pada botol 3 yaitu pengukuran dengan komposisi 70% tanah + 30% kompos
berat awal sebesar 542,1 gram; berat basah sebesar 651,6 gram; kapasitas lapang
sebesar 585,6 gram dan pada parameter sisa air sebesar 379,1 liter. Pada hari ketiga
pengukuran pada botol 1 yaitu pengukuran dengan komposisi 100% tanah berat
awal sebesar 630,6 gram; berat basah sebesar 685,6 gram; kapasitas lapang sebesar
647,1 gram dan pada parameter sisa air sebesar 419,1 liter. Pada botol 2 dengan
komposisi 70% tanah + 30% kalsit berat awal sebesar 570,1 gram; berat basah
sebesar 602,6 gram; kapasitas lapang sebesar 588,6 gram dan pada parameter sisa
air sebesar 419,1 liter. Dan pada botol 3 dengan komposisi 70% tanah + 30%
kompos berat awal sebesar 566,6 gram; berat basah sebesar 629,6 gram; kapasitas
lapang sebesar 583,1 gram dan pada parameter sisa air sebesar 469,1 liter.
Dari hasil yang diperoleh selama tiga hari dapat disimpulkan bahwa terjadi
penambahan dan kehilangan berat pada tanah dan terjadi penurunan berat pada sisa
air. Tanah yang dapat menahan air terjadi pada tanah yang diberi kalsit sedangkan
tanah yang diberi kompos banyak menyerap air dikarenakan kompos membuat
tanah menjadi gembur. Tanah yang praktikan gunakan juga bertekstur liat sehingga
kapasitas lapangnya lebih besar. Kapasitas lapang adalah kondisi ketika komposisi
air dan udara di dalam tanah berimbang. Dalam kondisi kapasitas lapang, udara
menempati pori makro tanah sedangkan air hanya terdapat dalam pori mikro tanah.
Kemampuan tanah untuk menyimpan air tersedia sangat dipengaruhi oleh struktur
pembentuk tanah tersebut yakni liat, lempung, dan pasir. Struktur tanah yang liat
merupakan struktur tanah yang mampu menyimpan air tersedia dalam jumlah yang
paling banyak. Sedangkan struktur tanah yang pasir merupakan struktur tanah yang
hanya mampu menyimpan air tersedia dalam jumlah yang sedikit.
Pada praktikum ini soil conditioner juga berhubungan dengan retensi air. Soil
conditioner dapat digunakan untuk meningkatkan retensi air di tanah kering karena
saat ditambahkan soil conditioner maka tanah tersebut akan bertambah nutrisinya.
Daya retensi adalah kemampuan penyimpanan atau daya tampung air tanah,
Kemampuan tanah mengikat dan menyerap air adalah suatu ukuran jumlah air atau
nutrisi yang dapat diserap dan ditahan. Proses kehilangan air dan nutrisi dapat
terjadi karena pengaruh penguapan atau proses pencucian.
Siti Hana Nur Sabrina

240110150039

3.2 Pembahasan
Pada praktikum teknik konservasi tanah dan air kali ini membahas
mengenai soil conditioner. Dimana soil conditioner merupakan bahan pembenah
tanah yag di buat dalam bahan alami atau sintesis dan terdiri dari beberapa jenis
seperti emulsi bitumen, polyacrylamide (PAM), dan lateks untuk memperbaiki
sifat-sifat tanah sehingga dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Pemanfaatan
Soil Conditioner dapat mengurangi erosi tanah, menciptakan sistem usaha tani yang
berkelanjutan karena mampu menghasilkan produksi terus menerus dengan
kuantitas dan kualitas yang prima.
Pada percobaan kali ini menggunakan tanah sebagai bahan utama dengan
tambahan soil conditioner seperti bahan kompos dan kalsit. Tanah merupakan
susunan butiran padat dan pori-pori saling berhubungan satu sama lain sehingga air
yang dapat mengalir dari suatu titik yang mempunyai energy lebih tinggi ke titik
yang lebih rendah. Keberadaan bahan organik dalam tanah terhadap tanaman dapat
memacu pertumbuhan tumbuhan karena mengandung auksin dan hormon
pertumbuhan, meningkatkan retensi air yang dibutuhkan bagi pertumbuhan
tanaman, menyuplai energi bagi organisme tanah, dan meningkatkan organisme
saprofit dan menekan organisme parasit bagi tanaman.Pengaruh bahan organik
tidak dapat disangkal terhadap kesuburan tanah. Bahan organik mempunyai daya
serap kation yang lebih besar daripada kaloid tanah yang liat.Berarti semakin tinggi
kandungan bahan organik suatu tanah, maka makin tinggi pula kapasitas tukar
kationnya.
Pada praktikum ini dilakukan pada 3 sampel tanah yang berbeda yaitu tanah
100%, 70% tanah + 30 % kalsit dan , 70% tanah + 30 % bahan organik. Hasil yang
didaptakan dalam pengukuran pada kelompok kami untuk pengukuran hari pertama
yaitu didapatkan hasil pada tanah 100% nilai berat kering awal yaitu sebesar 600
gr, nilai berat kering awal ditambahkan dengan air yaitu sebesar 743,5 gr, sisa air
sebesar 370 ml, dan nilai kapasitas lapangnya yaitu sebesar 680,5 gr. Hasil yang
diperoleh pada tanah 70 % ditambahkan dengan kalsit 30% diperoleh nilai berat
kering awal yaitu sebesar 625 gr, nilai berat kering awal yang ditambahkan dengan
air yaitu sebesar 649,5 gr, nilai sisa air yaitu sebesar 400 ml, dan nilai kapasitas
lapangnya yaitu sebesar 615,5 gr. Untuk hasil yang diperoleh pada pengukuran
tanah 70% dan kompos 30% yaitu diperoleh nilai berat kering awal sebesar 491,25
gr, berat kering awal ditambahakan dengan air yaitu sebesar 664,5 gr, nilai sisa air
yaitu sebesar 370 ml, dan nilai kapastas lapangnya yaitu sebesar 616,5 gr. Pada
praktikum Soil Conditioner ini nilai yang diperoleh pada setiap perlakukan tanah
yang ditambahkan dengan kalsit dan kompos berbeda nilai kapasitas lapangnya
dengan tanah yang tanpa ditambhkan dengan kalsit dan kompos, begitu pula dengan
nilai berat kering awal, berat kering awal yang ditambahkan dengan air dan nilai
sisa airnya hal ini karena kalsit dan kompos sangat berpengaruh pada hasil yang
diperoleh.
Muhammad Fahmi N
240110150052

3.2 Pembahasan
Pada praktikum Teknik Konservasi Tanah dan Air kali ini, praktikan akan
membahas tentang soil conditioner. Soil conditioner adalah produk yang
ditambahkan ke tanah untuk meningkatkan kualitas tanah fisik, terutama
kemampuannya untuk menyediakan nutrisi pada tanaman. Soil conditioner yang
digunakan pada praktikum teknik konservasi tanah dan air kali ini adalah kalsit dan
kompos. Dalam penggunaanya, tanah sering mengalami defisit dalam hal fungsi
dan kualitas, sehingga harus dilakukan perbaikan struktur tanah. Soil conditioner
dapat digunakan untuk meningkatkan retensi air di tanah kering, tanah kasar yang
tidak menahan air dengan baik, dan ditambahkan untuk menyesuaikan pH tanah
agar memenuhi kebutuhan tanaman tertentu atau untuk membuat tanah sangat asam
atau alkali lebih bermanfaat. Pertama-tama praktikan melakukan perhitungan
kebutuhan tanah, kebutuhan kalsit, kebutuhan kompos, konsentrasi laturan, dan
konsentrasi soil conditioner terhadap tiga jenis tanah dengan komposisi yang
berbeda, yaitu tanah tanpa penambahan (tanah 100%), tanah dengan penambahan
kalsit (tanah 70% + kalsit 30%), dan tanah dengan penambahan kompos (tanah 70%
+ kompos 30%). Pengamatan yang dilakukan meliputi berat kering awal tanah,
berat kering awal ditambah air, sisa air, dan kapasitas lapang tanah. Pengamatan
dilakukan selama tiga hari dengan cara menimbang tanah menggunakan timbangan
analitik. Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa terjadi kehilangan dan
penambahan berat tanah. Hal ini terjadi karena adanya perubahan struktur tanah
akibat soil conditioner.
Setelah dilakukan pengamatan selama 3 hari, didapat pada botol 1 yaitu
pengukuran tanah 100%, pada hari kedua berat awal sebesar 638,1 gram; berat
basah sebesar 723,6 gram; kapasitas lapang sebesar 653,6 gram dan pada parameter
sisa air sebesar 419,1 liter. Pada botol 2 yaitu pengukuran dengan komposisi 70%
tanah + 30% kalsit berat awal sebesar 580,1 gram; berat basah sebesar 628,6 gram;
kapasitas lapang sebesar 594,1 gram dan pada parameter sisa air sebesar 419,1 liter.
Dan pada botol 3 yaitu pengukuran dengan komposisi 70% tanah + 30% kompos
berat awal sebesar 542,1 gram; berat basah sebesar 651,6 gram; kapasitas lapang
sebesar 585,6 gram dan pada parameter sisa air sebesar 379,1 liter. Pada hari ketiga
pengukuran pada botol 1 yaitu pengukuran dengan komposisi 100% tanah berat
awal sebesar 630,6 gram; berat basah sebesar 685,6 gram; kapasitas lapang sebesar
647,1 gram dan pada parameter sisa air sebesar 419,1 liter. Pada botol 2 dengan
komposisi 70% tanah + 30% kalsit berat awal sebesar 570,1 gram; berat basah
sebesar 602,6 gram; kapasitas lapang sebesar 588,6 gram dan pada parameter sisa
air sebesar 419,1 liter. Dan pada botol 3 dengan komposisi 70% tanah + 30%
kompos berat awal sebesar 566,6 gram; berat basah sebesar 629,6 gram; kapasitas
lapang sebesar 583,1 gram dan pada parameter sisa air sebesar 469,1 liter. Pada
praktikum Soil Conditioner ini nilai yang diperoleh pada setiap perlakukan tanah
yang ditambahkan dengan kalsit dan kompos berbeda nilai kapasitas lapangnya
dengan tanah yang tanpa ditambahkan dengan kalsit dan kompos, begitu pula
dengan nilai berat kering awal, berat kering awal yang ditambahkan dengan air dan
nilai sisa airnya hal ini karena kalsit dan kompos sangat berpengaruh pada hasil
yang diperoleh. Jika dilihat dari data hasil pengamatan praktikan, tanah yang dapat
menahan air terjadi pada tanah yang diberi kalsit sedangkan tanah yang diberi
kompos banyak menyerap air dikarenakan kompos membuat tanah menjadi
gembur.
Sopa Samrotul Paujah

240110150005
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Soil Conditioner merupakan merupakan zat atau bahan – bahan meliputi
bahan sintesis atau buatan, organik atau alami, organik atau mineral
berbentuk padat maupun cair yang mampu memperbaiki sifat fisik, kimia
dan biologi tanah.
2. Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum kali ini yaitu agar praktikan
dapat mengubah struktur tanah, nutrisi tanah, kapsitas tukar kation dan
retensi air.
3. Berat tanah dari hari kedua dan ketiga pada botol 1 tanah 100% dan botol
2 tanah 100% dan kalsit 30% mengalami penurunan bobot baik berat
awal maupun berat basah, sedangkan pada botol ke 3 tanah 100% dan
kompos 30% mengalami kenaikan pada berat berat awal.
4. Botol ke 2 tanah menghasilkan sisa air yang sedikit yaitu sebanyak 420
ml, hal tersebut dikarenakan botol 2 lebih cepat menyerap air
dibandingkan botol 1 dan botol 2.
5. Kapasitas lapang yang diperoleh dari hasil pengukuran menunjukan hasil
bahwa komposisi tanah 100% pada botol 1 memiliki kemampuan
menahan air yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan bahan lainnya
yaitu pada botol 2 tanah 70% ditambah dengan kalsit 30%, dan botol 3
70% tanah ditambah dengan 30% kompos

4.2 Saran
Adapun saran pada praktikum kali ini yaitu:
1. Sebaiknya alat yang digunakan berada dalam kondisi baik sehingga hasil
yang diperoleh dapat lebih akurat.
2. Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam melakukan pengukuran dan
perhitungan sehingga hasil yang diperoleh dapat lebih akurat.
3. Sebaiknya sebelum memulai praktikum, assisten menjelaskan terlebih
dahulu cara menggunakan alat-alat yang akan digunakan sehingga pada saat
pengukuran di lapangan dapat lebih cepat.
Dinda Zarra Zenitta Aulya

240110150020
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum kali ini yaitu diantaranya:
1. Soil Conditioner merupakan bahan pembenah tanah yang dibuat dari bahan
alami atau sintetis, untuk merperbaiki sifat-sifat tanah sehingga dapat
mendukung pertumbuhan tanaman.
2. Tujuan dari penambahan soil conditioner untuk menciptakan lingkungan
yang mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman, perkembangan biota
tanah, serta meningkatkan ketahanan tanah terhadap erosi. Sehingga
pembenah tanah harus mampu memfasilitasi tersedianya hara, air, dan udara
yang optimal.
3. Soil Conditioner yang digunakan yaitu kalsit dan kompos yang termasuk
kedalam klasifikasi soil conditioner alami.
4. Campuran tanah dan kompos pada awalnya memiliki daya hisap air yang
tinggi dibandingkan dengan yang lainnya.
5. Pada hari ketiga campuran tanah dan kompos memilki hasil sisa air yang
banyak dibandingan dengan kondisi tanah yang lain maka air yang terserap
tanah atau yang keluar dari botol hanya sedikit.

4.1 Saran
Saran pada praktikum kali ini adalah :
1. Praktikan harus lebih teliti pada saat praktikum agar tidak terjadi kesalahan
pada prosedur praktikum.
2. Hendaknya praktikan memahami materi sebelum melaksanakan praktikum.
3. Sebaiknya melakukan praktikum dengan serius agar praktikum bisa selesai
pada waktunya.
Puspita Syafira Rahmah
240110150035
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.2 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum kali ini yaitu
1. Soil conditioner merupakan suatu bahan yang ditambahkan ke dalam tanah
untuk memperbaiki struktur tanah atau ikatan antar agregat tanah;
2. Soil conditioner digunakan untuk mengubah struktur tanah, mengubah
nutrisi dalam tanah, mengubah kapasitas tukar kation, dan mengubah
retensi air Kalsit merupakan salah satu soil conditioner kimia (anorganik)
sedangkan kompos merupakan soil conditioner organic;
3. Soil conditioner merupakan salah satu upaya konservasi tanah dan air
karena berfungsi juga untuk meningkatkan kapasitas infiltrasi suatu tanah
sehingga mampu menyerap air lebih banyak dan memperkecil runoff yang
dapat menyebabkan erosi.
4. Kategori struktur tanah yang baik sebenarnya disesuaikan dengan
penggunaan lahan dan jenis tanaman yang ditanam.
5. Perubahan struktur tanah dapat menyebabkan penurunan kualitas tanah
yang dapat berdampak pada menurunnya produktivitas tanah tersebut
6. Bahan yang diuji berupa kontrol yang berisi bahan 100% tanah, kedua
adalah 70% tanah+30% kalsit, ketiga adalah 70% tanah+30% kompos;
7. Tanah yang praktikan gunakan bertekstur liat sehingga kapasitas
lapangnya lebih besar.

1.2 Saran
Adapun saran pada praktikum kali ini adalah
1. Prosedur praktikum harus diberitahukan dengan jelas sehingga tidak
terjadi perbedaan pemahaman antar praktikan yang satu dengan yang lain;
2. Botol air mineral yang dibawa sebaiknya sudah dipotong dan dilubangi
terlebih dahulu sehingga dapat mengefisienkan waktu;
3. Praktikan diharapkan berhati-hati pada saat mengukur dengan menjaga
alat-alat ukur.
Siti Hana Nur Sabrina

240110150039

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum kali ini yaitu :
1. Soil conditioner merupakan bahan pembenah tanah yag di buat dalam bahan
alami atau sintesis dan terdiri dari beberapa jenis seperti emulsi bitumen,
polyacrylamide (PAM), dan lateks untuk memperbaiki sifat-sifat tanah
sehingga dapat mendukung pertumbuhan tanaman.
2. Pemanfaatan soil conditioner dapat mengurangi erosi tanah, menciptakan
usaha tani yang berkelanjutan karena mampu menghasilkan produksi terus
menerus degan kuantitas dan kualitas yang baik.
3. Jumlah berat tanah dengan campuran bahan soil conditioner yang di berat
tanah dan campuran soil conditioner yaitu campuran kompos dan kalsit pada
hari kedua terjadi kenaikan berat tapi pada hari ke tiga terjadi penurunan
berat tanah.
4. Pengukuran kapasitas lapang disini yaitu kondisi dimana ketika komposisi
air dan udara di dalam tanah berimbang. atau air perkolasi

4.2 Saran
Adapun saran dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Praktikan harus lebih teliti dalam membaca timbangan analitik
2. Penambahan alat timbangan harus di perbanyak untuk mempercepat dan
memudahkan dalam melaksanakan praktikum.
Muhammad Fahmi N
240110150052

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum kali ini yaitu :
1. Soil conditioner merupakan salah satu upaya konservasi tanah dan air
karena berfungsi juga meningkatkan kapasitas infiltrasi suatu tanah
sehingga mampu menyerap air lebih banyak dan memperkecil runoff yang
dapat menyebabkan erosi.
2. Campuran tanah dan kompos pada awalnya memiliki daya hisap air yang
tinggi dibandingkan dengan yang lainnya.
3. Perubahan struktur tanah dapat menyebabkan penurunan kualitas tanah
yang dapat berdampak pada menurunnya produktivitas tanah tersebut

4.2 Saran
Adapun saran dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Sebaiknya praktikan memahami materi sebelum melaksanakan praktikum.
2. Sebaiknya praktikan lebih teliti pada saat praktikum agar tidak terjadi
kesalahan pada prosedur praktikum.
3. Sebaiknya praktikan berhati-hati dalam memakai alat yang digunakan agar
tidak terjadi kerusakan.
DAFTAR PUSTAKA

Anang, Maruf. 2009. Endapan Kalsit. Terdapat pada:


http://bongkah.blogspot.com/2009/02/endapan-kalsit-merupakan-hasil.html
(Diakses pada 4 November 2017pukul 21:00 WIB)

Anton, Purwaka. 2011. Kalsit. Terdapat pada


http://www.tekmira.esdm.go.id/data/Kalsit/ulasan.asp?xdir=Kalsit&commId
=18&comm=Kalsit/batu%20bintang (Diakses pada 4 November 2017 pukul
21:18 WIB)

Asep, Saepuloh. 2013. Pengertian Retensi Air. Terdapat pada:


http://slideplayer.info/slide/3104804/ (Diakses pada 4 November pukul 21:25
WIB)

Detik Tani. 2013. Kapasitas Lapang. Terdapat pada:


http://detiktani.blogspot.co.id/2013/06/kapasitas-lapang-pada-tanah.html
(Diakses pada 4 November 2017 pukul 22:30 WIB)
LAMPIRAN

Gambar 1. Proses penambahan pupuk kedalam tanah

Gambar 2. Pengukuran tanah + kompos hari ke 2

Gambar 3. Pengukuran tanah + kalsit hari ke 3

Anda mungkin juga menyukai