KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
2.4.3.2
Peralatan Penyemprot Aspal Manual
(Hand Sprayer) ........................................................ 18
2.4.4 Penyiapan Bahan Lapis Resap Pengikat dan Lapis
Pengikat ................................................................................. 18
2.4.4.1 Lapis Resap Pengikat .............................................. 18
2.4.4.2 Lapis Pengikat ......................................................... 19
2.4.5 Aplikasi Lapis Resap Perekat dan Lapis Resap
Pengikat ................................................................................. 19
2.4.5.1 Penyiapan Permukaan ............................................ 19
2.4.5.2 Penyemprotan di Atas Lapis Fondasi
Agregat ................................................................... 20
2.4.5.3 Penyemprotan di Atas Lapis Beraspal
Lama ....................................................................... 21
2.4.5.4 Penyemprotan di Atas Lapis Beton Semen ............ 21
2.4.6 2.2.6 Pemeriksaan Hasil Penyemprotan ................................ 22
2.4.7 Pemeliharaan Lapis Pengikat ................................................. 22
2.5 Rangkuman ......................................................................................... 22
2.6 Latihan ................................................................................................ 23
3 Kegiatan Belajar 2 ....................................................................................... 24
Pelaksanaan Penghamparan .............................................................................. 24
3.1 Persiapan Peralatan ............................................................................ 24
3.1.1 Penyetelan Sepatu Perata (Screed)........................................ 24
3.1.2 Pengaturan Feeder Gate ........................................................ 24
3.1.3 Pengaturan Tebal Hamparan ................................................. 25
3.1.4 Pengisian Hopper dan Penghamparan ................................... 26
3.1.5 Pemanasan Sepatu Perata (Screed) ....................................... 27
3.2 Penerimaan Campuran Beraspal ........................................................ 27
3.3 Perkiraan Panjang Hamparan DAN KECEPATAN MESIN
PENGHAMPAR .................................................................................... 31
3.4 Pelaksanaan Penghamparan............................................................... 32
3.4.1 Koordinasi antara Unit Pencampur Aspal (AMP)
dengan Lapangan ................................................................... 35
3.4.2 Pengaturan Tebal dan Kemiringan Melintang ....................... 35
3.4.3 Pengaturan Lebar Penghamparan ......................................... 35
3.4.4 Pembentukan Sambungan ..................................................... 36
3.4.5 Pekerjaan Perapihan .............................................................. 38
3.4.6 Pemeriksaan Lapisan Hasil Penghamparan ........................... 39
3.4.6.1 Temperatur ............................................................. 39
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
13) Apabila ada hal-hal yang kurang dipahami, diskusikanlah dengan teman
sejawat atau catat untuk bahan diskusi pada saat tutorial.
14) Baca dengan seksama setiap sub materi pokok dan bandingkan dengan
pengalaman yang Anda alami di lapangan.
15) Jawablah pertanyaan dan latihan, apabila belum dapat menjawab
dengan sempurna, hendaknya Anda mengulang kembali materi yang
belum dikuasai.
16) Buatlah rangkuman, kerjakan latihan dan diskusikan dengan sesama
peserta untuk memperdalam materi.
1 PENDAHULUAN
2 KEGIATAN BELAJAR 1
PERSIAPAN PELAKSANAAN PENGASPALAN
1 3 10
5 6
2 9
4 6 7
Bagian utama peralatan ini terdiri atas dua bagian, yaitu bagian penggerak
dan bagian penghampar dan pemadat. Bagian penggerak sendiri ada dua
macam, yaitu penggerak yang menggunakan rantai kelabang atau crawler
track type, dan penggerak yang menggunakan roda ban karet atau rubber
tyredd type.
Jumlah truk yang diperlukan dapat dihitung sesuai dengan kapasitas AMP,
kapasitas truk, jarak angkut, kecepatan rata-rata, durasi perjalanan (kosong
dan bermuatan), durasi waktu penuangan ke atas dump truck di AMP, dan
durasi penuangan ke atas finisher. Perhitungan jumlah DT yang diperlukan
dapat dilakukan dengan cara yang diuraikan di bawah.
Perhitungan:
Durasi penuangan ke atas truk di AMP: DP = KT/KU = 15/1 = 15 menit
Durasi perjalanan: DJ = JA/KR = 2 x/(2/3) = 3 x menit
Durasi pengangkutan: DA = DP+DJ+DM = 15+ 3x + 6 = (21 + 3x) menit
Jumlah truk dibutuhkan: N = DA/DP = (21 + 3x)/15 = 1,4 + 0,2 x
Bila jarak tempuh x = 10 km maka N = 1,4 + (0,2 ẋ10) = 4 buah.
Jumlah di atas perlu ditambah dengan truk cadangan, minimum 1 buah.
dalam waktu beberapa lama akan muncul masalah baru pada perkerasan
tersebut.
Untuk pekerjaan campuran beraspal yang dilakukan lapis per lapis dalam
satu pekerjaan, maka persyaratan kualitas dan kuantitas lapis beraspal di
bawahnya harus sudah terpenuhi, termasuk pengujian kepadatan,
ketebalan dan elevasi. Setelah lapis pertama ini selesai, pemberian lapis
perekat (tack coats) harus tetap dilaksanakan.
timbulnya bidang geser, untik itu pada daerah yang berlebih ditabur dengan
pasir dan biarkan agar pasir tersebut diselimuti aspal.
beton aspal dengan gradasi terbuka) antara lapis beton semen dengan
beton aspal.
2.5 RANGKUMAN
Diperlukan adanya koordinasi dengan semua rangkaian operasi yang terkait
dengan suplai campuran beraspal panas pada proses pelaksanaan
penghamparan campuran beraspal panas, karena pekerjaan penghamparan
dan pemadatan akan sangat bergantung pada kontinuitas suplai campuran
beraspal panas.
Kapasitas AMP untuk produksi, armada dump truck untuk mengangkut
campuran beraspal panas dari lokasi AMP ke lokasi penghamparan, dan
2.6 LATIHAN
Untuk lebih meningkatkan pemahaman Anda, mohon kerjakan soal-soal
latihan di bawah ini!
1. Sebutkan Skema Penghamparan Campuran Beraspal Panas!
2. Sebutkan pemeriksaan komponen peralatan lapangan!
3. Jelaskan yang Anda ketahui tentang Finisher!
4. Sebutkan alat pemadat yang harus ada dilapangan beserta
spesifikasinya!
5. Jelaskan proses pemeriksaan sebelum penghamparan secara singkat!
6. Jelaskan proses perbaikan pada perkerasan beraspal lama!
7. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Lapis resap perekat dan lapis
resap pengikat!
8. Jelaskan proses penggunaan lapis resap perekat dan lapis resap
pengikat!
9. Sebutkan Takaran Pemakaian Lapis Perekat dan Temperatur
Penyemprotan pada setiap jenis aspal!
10. Jelaskan proses pemeriksaan lapis resap dan pemeliharaannya!
3 KEGIATAN BELAJAR 2
PELAKSANAAN PENGHAMPARAN
Indikator hasil belajar yang harus dicapai pada kegiatan belajar pelaksanaan
penghamparan adalah, masing-masing peserta harus memiliki kemampuan
dalam:
Menjelaskan Pengaturan feeder gate
Menjelaskan Mengatur ketebalan hamparan
Menjelaskan Pengisian hopper dan penghamparan
Menjelaskan Pemanasan sepatu perata (screed)
Menjelaskan Penerimaan Campuran Beraspal
Memberikan contoh memperkirakan Panjang Hamparan
Menjelaskan Koordinasi antara unit pencampur aspal (AMP) dengan
Lapangan
Menjelaskan Pengaturan ketebalan dan kemiringan melintang
Menjabarkan Pengaturan lebar penghamparan dan sambungan
Menjelaskan Pekerjaan perapihan
Menjabarkan tata cara pemeriksaan penghamparan
kedua ujung auger, maka feeder gate harus diturunkan sampai terlihat
penyebaran campuran beraspal panas di ruang ulir pembagi merata.
Cara otomatis yang kedua ialah dengan peletakan sepatu sensor di atas
permukaan hamparan yang telah ada dan telah dipadatkan. Asphalt
Finisher yang dilengkapi dengan alat pengatur ketebalan otomatis, biasanya
dilengkapi pula dengan alat pengontrol kemiringan otomatis (automatic
slope controller).
Asap biru yang keluar dari campuran beraspal di atas truk atau
terlihat pada saat penurunan (dumping) ke finisher,
mengindikasikan terjadinya pemanasan yang berlebih
(overheating). Pengukuran temperatur dengan alat pengukur
temperatur harus segera dilakukan. Jika memang terjadi
pemanasan berlebih (overheating) maka campuran beraspal
tersebut harus ditolak dan dibuang.
b) Tampak kaku
Tampak visual campuran beraspal yang kaku mengindikasikan
campuran tersebut telah dingin. Temperatur campuran beraspal
segera dicek dengan alat pengukur temperatur, jika di bawah
temperatur penghamparan optimum, tetapi masih dalam batas
toleransi maka segera dilakukan penghamparan dan pemadatan
untuk mengurangi resiko terbuangnya campuran beraspal karena
temperaturnya telah dingin.
f) Segregasi
Segregasi umumnya terjadi akibat kesalahan penanganan selama
penghamparan, tetapi bisa juga terjadi sebelumnya. Perbaikan yang
diperlukan harus segera dilakukan untuk mencegah berlanjutnya
segregasi tersebut.
g) Terkontaminasi
Campuran beraspal dapat terkontaminasi bahan-bahan asing
seperti minyak tanah, oli, plastik, kertas, kain atau lainnya. Bahan
yang mengkontaminasi tersebut dapat diambil dan dibuang, akan
tetapi jika telah menyatu maka campuran beraspal yang
terkontaminasi tersebut harus dibuang.
j) Spot-spot aspal
Terlihat gumpalan atau spot-spot aspal pada campuran beraspal
yang kemungkinan disebabkan oleh bocornya pipa penyemprot
aspal, atau pengadukan tidak merata (pedal tip telah aus atau
patah).
k) Pelelehan (bleeding)
Agar campuran beraspal tidak melekat di bak truk, disarankan
untuk menggunakan minyak yang tidak berasal dari turunan minyak
bumi sebagai pelapis bak truk. Meskipun demikian masih sering
dijumpai pemakaian solar sebagai pelapis pada bak truk. Solar
dapat menyerap kedalam campuran beraspal dan melarutkan aspal
sehingga berakibat aspal meleleh ke permukaan pada beberapa
titik. Campuran beraspal yang telah terkontaminasi oleh solar harus
dibuang.
l) Bau
Khusus untuk campuran yang menggunakan asbuton, bau
campuran beraspal dapat dijadikan indikasi dipakai atau tidaknya
asbuton. Campuran yang menggunakan asbuton memiliki bau yang
khas. Semakin banyak persentase pemakaian asbuton, semakin
menyengat bau campuran beraspal yang dihasilkan. Oleh sebab itu,
bila campuran yang mengandung asbuton tidak berbau sama sekali
atau baunya sangat menyengat maka perlu dikakukan pengecekan
di AMP apakah persentase pemakaian asbuton sudah sesuai
dengan rencana.
Contoh
Kecepatan mesin penghampar untuk produksi UPCA (P) 400 ton/jam,
kepadatan lapisan (D) 2,3 ton/m3, lebar penghamparan (w) 3,65 m, dan
tebal lapisan padat (d) 7,5 cm adalah:
AK 289,8
S 10,6 m/menit (sekitar 0,6 km/jam).
w x d 3,65 x 7,5
Tabel 2 Angka kecepatan
penghamparan dengan alat finisher sulit atau tidak bisa dilakukan dengan
baik. Penebaran dengan tangan harus dilakukan dengan hati-hati untuk
menghindari terjadinya segregasi.
QC Permukaan: QC Kepadatan
Kerataan dgn mistar 3 m D 98% JSD (ACWC/BC),
Perbaikan kerataan D 97% (HRS)
Cara uji sesuai MS aggr.
Sampling core
2 ttk/melintang per 100 m
Ya
Tidak
Rasio
Dmaks/Dmin
≤1,08
Ya
untuk tiap lapisnya. Misalnya untuk penghamparan dua lajur. Pada lapis
pertama penghamparan pada lajur ke-1 dilebihkan lebarnya sekitar 10 cm
(lebar penghamparan 3,60 m) ke arah sambungan. Selanjutnya pada
penghamparan lapis kedua maka penghamparan pada lajur ke-1
dikurangkan lebarnya sekitar 10 cm (lebar penghamparan 3,40 m) ke arah
sambungan. Perbedaan posisi sambungan tersebut paling sedikit sejauh 15
cm. Jika diperlukan pengurangan lebar penghamparan maka pemotong
sepatu (cut-off shoe) dapat dipasang pada satu sisi screed. Pada
penambahan lebar penghamparan, maka pada bagian pelebaran tersebut
harus terjangkau auger (ulir pembagi) untuk menghindari terjadinya
segregasi.
LAPISAN
YANG
BE BAL LAPISAN
LU
DIPADA OK PADAT
M
TKAN
MIN BIDANG
2” POTONG
LAPISAN YANG
BELUM
DIBU LAPISAN
DIPADATKAN ANG PADAT
beraspal pada tepi dan tengah harus merata, sehingga saat pemadatan
akan diperoleh penurunan yang seragam.
3.5 RANGKUMAN
Pelaksanaan penghamparan campuran beraspal adalah tahap selanjutnya
setelah pembuatan Formula Campuran Kerja (FCK) atau JMF. Pelaksanaan
lapangan diproses sampai tahap pengukuran dan pembayaran.
3.6 LATIHAN
Untuk lebih meningkatkan pemahaman Anda, mohon kerjakan soal-soal
latihan di bawah ini!
1. Sebutkan dan jelaskan proses setting aspalt Finisher pada saat sebelum
penghamparan!
2. Apa maksud dari Campuran beraspal tampak kering / berwarna coklat?
Jelaskan!
3. Sebutkan dan jelaskan secara singkat hal-hal yang perlu diperhatikan
4 KEGIATAN BELAJAR 3
PELAKSANAAN PEMADATAN
Indikator hasil belajar yang harus dicapai pada kegiatan belajar pelaksanaan
pemadatan adalah, masing-masing peserta harus memiliki kemampuan
dalam:
Menjelaskan Proses Pemadatan awal (Breakdown Rolling)
Menjelaskan Pemadatan Antara (Intermediate Rolling)
Menerangkan Pemadatan Akhir (Finish Rolling)
Menjelaskan Karakteristik Campuran
Menjelaskan Pengaruh Lingkungan
Menjelaskan Ketebalan Hamparan
Menyebutkan kembali Alat Pemadat yang Digunakan
Menjabarkan Kecepatan Pemadatan
Menjelaskan Jumlah Lintasan
Menjabarkkan Cara Pemadatan
Menjelaskan Sambungan - Sambungan
Menjelaskan Rentang Waktu Pemadatan
Menjabarkan Pola (Pattern) Pemadatan
menjadi lebih sulit dan hanya tersedia waktu yang relatif singkat untuk
pemadatan. Pengaruh lingkungan tersebut akan sangat terasa pada
penghamparan campuran beraspal yang tipis. Usaha-usaha yang dapat
dilakukan adalah dengan menaikkan temperatur pencampuran (tetapi
masih dalam batas toleransi) dan mempercepat proses pemadatan.
Mempercepat proses pemadatan bukan berarti menambah kecepatan alat
pemadat. Tetapi dengan cara lain misalnya dengan menggunakan alat
pemadat lebih dari satu yang bekerja secara bersamaan.
Pada kondisi tertentu, untuk menjaga agar temperatur masih dalam batas
temperatur yang diijinkan, diperlukan lebih dari satu alat pemadat jenis
tyredd roller, seperti ditunjukkan pada Gambar 14.
Menurut jumlah dan susunan rodanya terdapat mesin gilas sebagai berikut:
− Mesin gilas satu roda
− Mesin gilas dua roda dengan dua roda pendukung
− Mesian gilas satu roda dengan dua roda pendukung
− Mesin gilas dua roda dengan dua sumbu (tandem roller)
− Mesin gilas tiga roda dengan tiga sumbu (3- wheel tandem roller)
− Mesin gilas tiga roda dua sumbu (3-wheel roller)
Mesin gilas roda ban (tyredd roller) dimaksudkan untuk pemadatan tanah,
gravel, dan agregat dengan bahan pengikat, dengan berat pada umumnya
17,5 ton. Mesin gilas ini sangat efektif untuk pemadatan campuran beraspal
panas, karena pemadatan dengan roda ban menimbulkan tekanan ke
berbagai arah, selain ke bawah. Dengan tekanan demikian maka terjadi
tingkat kepadatan yang optimal dan merata sehingga lapisan jalan yang
dihasilkan memiliki ketahanan daya dukung yang tinggi.
Posisi mesin gilas pada awal pergerakan harus arah mundur menuju ke
arah mesin penghampar, agar campuran beraspal tidak terdorong, tetapi
langsung tergilas roda belakang, yang merupakan roda penggerak mesin
gilas. Dengan posisi tersebut maka campuran beraspal akan memperoleh
gaya tekan kebawah dan bukan terdorong seperti halnya jika
pergerakannya dibalik. Gambar 16 dan Gambar 17 di bawah ini
memberikan ilustrasi dari pengaruh posisi roda penggerak pada saat awal
pemadatan. Dengan posisi roda penggerak di belakang, maka campuran
beraspal akan terdorong ke depan.
dalam pembuatan FCK, maka setiap titik dalam perkerasan harus dilewati
pemadat dengan jumlah lintasan tertentu pada selang temperatur
campuran yang disyaratkan. Satu lintasan (1 passing) didefinisikan sebagai
pergerakan pemadat dari titik tertentu ke suatu arah dan kemudian
kembali ke titik tersebut. Jadi 1 passing sama dengan 2 lintasan.
Temperatur
Temperatur Campuran
Beraspal
Kepadatan yang
Diinginkan Campuran Pemadatan
Beraspal Akhir
Pemadatan
Pemadatan Antara
Awal
Waktu
Gambar 21 Ilustrasi Hubungan antara Penurunan Temperatur, Kepadatan
Lapis Beraspal dan Waktu
DURASI PENURUNAN SUHU LAPIS BETON
SUHU
BETON ASPAL DARI 135 0C 85 0C (menit)
ASPAL DARI 150 0C MENJADI 85 0C (menit)
PERKERASAN SUHU
DURASI PENURUNAN SUHU LAPIS
LAMA PERKERASAN
LAMA
32 0C
32 0C
-1 0C -1 0C
16 0C 16 0C
SUHU AWAL LAPIS BETON ASPAL: 150 0C SUHU AWAL LAPIS BETON ASPAL: 135 0C
-1 0C 32 0C
16 0C
-1 0C
16 0C
SUHU AWAL LAPIS BETON ASPAL: 120 0C SUHU AWAL LAPIS BETON ASPAL: 107 0C
25 50 75 100 25 50 75 100
25- 50 mm
4.6 RANGKUMAN
Pemadatan campuran beraspal adalah proses pemampatan dan
pengurangan volume campuran beraspal. Pemadatan mengurangi rongga
udara dan meningkatkan berat isi campuran. Hasil dari pemadatan adalah
campuran beraspal yang mempunyai ikatan dan tahanan geser antar butir
yang baik. Pemadatan yang baik umumnya menghasilkan rongga udara di
lapangan dalam rentang 3%- 8%. Apabila rongga udara terlalu tinggi maka
campuran beraspal akan rentan terhadap disintegrasi, pelepasan butir
(ravelling) dan retak. Sementara jika rongga udara terlalu rendah campuran
beraspal akan rentan terhadap plastik deformasi dan pelelehan (bleeding).
Pada akhir lintasan pemadatan, kecepatan alat harus dikurangi agar alat
dapat berjalan ke arah sebaliknya tanpa terjadi sentakan yang dapat
merusak lapisan aspal.
4.7 LATIHAN
Untuk lebih meningkatkan pemahaman Anda, mohon kerjakan soal-soal
latihan di bawah ini!
1. Sebutkan faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemadatan
campuran beraspal! Jelaskan!
2. Sebutkan jenis-jenis alat penggilas menurut jumlah rodanya dan
beratnya!
3. Jelaskan proses pemadatan awal secara singkat!
4. Jelaksan proses pemadatan antara secara singkat!
5. Jelaskan proses pemadatan akhir secara singkat!
6. Sebutkan Selang Kecepatan Pemadatan secara lengkap!
7. Sebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan terkait cara pemadatan!
8. Jeslakn arti gambar di bawah ini!
Temperatur
Temperatur Campuran
Beraspal
Kepadatan yang
Diinginkan Campuran Pemadatan
Beraspal Akhir
Pemadatan
Pemadatan Antara
Awal
Waktu
9. Jelaskan Pola (pattern) pemadatan secara singkat!
10. Sebutkan rentang temperatur pemadatan dan viskositas aspal pada
tahap pemadatan!
PENUTUP
Modul 2 Pelaksanaan Pengaspalan ini adalah salah satu bahan ajar mata
Diklat Pelaksanaan Beton Aspal Campuran Panas. Namun, harus dimengerti
pula bahwa modul ini bukanlah satu-satunya rujukan bagi peserta maupun
Widyaiswara. Untuk melengkapi pengetahuan tentang materi pelaksanaan
pengaspalan ini, maka sangat disarankan untuk membaca buku referensi
lain yang terkait maupun referensi sumber yang menjadi acuan dalam
penyusunan modul ini.
DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM