Anda di halaman 1dari 66

SISTEM CONTROL SUHU RUANG MENGGUNAKAN RESISTANCE

TEMPERATURE DETECTOR PT100 3WIRE PADA OVEN PENGASAPAN


KARET RSS(RIBBED SMOKED SHEETS) DI PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA VII UNIT USAHA WAY BERULU

Laporan Kerja Praktik

Oleh
RIZKIMA AKBAR SETIAWAN

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
SISTEM CONTROL SUHU RUANG MENGGUNAKAN RESISTANCE
TEMPERATURE DETECTOR PT100 3WIRE PADA OVEN PENGASAPAN
KARET RSS(RIBBED SMOKED SHEETS) DI PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA VII UNIT USAHA WAY BERULU

Oleh

RIZKIMA AKBAR SETIAWAN


1515031098

Laporan Kerja Praktik

Diajukan untuk Memenuhi Kurikulum Tugas Mata Kuliah Kerja Praktik Pada
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Lampung

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
ABSTRAK

SISTEM CONTROL SUHU RUANG MENGGUNAKAN RESISTANCE


TEMPERATURE DETECTOR PT100 3WIRE PADA OVEN PENGASAPAN
KARET RSS(RIBBED SMOKED SHEETS) DI PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA VII UNIT USAHA WAY BERULU

Oleh

RIZKIMA AKBAR SETIAWAN

Kebutuhan akan bahan baku karet sangat pesat, dimana bisa kita lihat properti
sehari-hari banyak yang terbuat dari bahan dasar karet baik yang berukuran kecil
maupun yang berukuran besar. Demi mewujudkan hal itu industri karet harus
memiliki alat yang dapat memantau proses pematangan bahan baku karet agar
tetap terjaga sehingga bisa tetap menghasilkan produk dan mencapai target
produksi yang telah ditetapkan oleh industri. Resistance Temperature Detector
PT100 3Wire adalah sebuah alat yang sangat penting dalam industri karet, terlebih
pada jenis karet RSS(Ribbed Smoked Sheet) guna mengetahui proses pematangan
karet Ribbed Smoked Sheets. Prinsip kerja sensor resistance temperatured
detector pt100 3 wire pada proses pengasapan karet RSS(Ribbed Smoked Sheet),
ketika resistance temperatured detector pt100 3 wire diberi input berupa 5 volt
maka sensornya akan menerima suhu panas pada oven pengasapan yang berasal
dari asap panas pembakaran kayu karet di tungku pembakaran yang dihantarkan
melalui blower, maka panas tersebut akan dikonversikan oleh resistance
temperatured detector pt100 3 wire ke dalam bentuk besaran listrik yaitu tahanan.
Kemudian sinyal berupa nilai resistan dikirimkan ke input autonics tc4s lalu
mengubahnya dalam bentuk satuan suhu.

Kata kunci: Resistance Temperature Detector PT100 3Wire, Ribbed Smoked


Sheets, autonics tc4s
HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kekuatan dan
kemampuan berpikir kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan kerja
praktik dan penulisan laporan kerja praktik dengan judul “Sistem Control Suhu
Ruang Meggunakan Resistance Temperature Detector PT100 3Wire pada Oven
Pengasapan Karet RSS (Ribbed Smoked Sheets) di PT.Perkebunan Nusantara VII
Unit Usaha Way Berulu”. Laporan ini disusun sebagai hasil kerja praktik yang
telah penulis lakukan di PT.Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way Berulu
dan sebagai salah satu syarat akademis kelulusan yang ditempuh di Jurusan
Teknik Elektro Universitas Lampung.
Oleh karena itu penulis dengan bangga mempersembahkannya kepada :
1. Allah SWT dengan limpahan anugrahnya serta kehendaknya telah meridhai
hambanya untuk menyelesaikan kerja praktik dan penulisan laporan kerja
praktik penulis.
2. Ayahanda Bambang Hariyanto,SH. dan Ibunda Fatimah, SE. Dengan kasih,
semangat, dukungan moril, dukungan materil, doa, dan nasehat, yang diberikan
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Kerja Praktik
sebagai hasil kerja praktek yang telah penulis lakukan di PT.Perkebunan
Nusantara VII Unit Usaha Way Berulu.
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmannirrohim

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan anugerah
kesehatan, petunjuk dan pertolongan serta kesempatan yang telah diberikan
kepada penulis untuk melaksanakan kerja praktik di PTPN VII Unit Usaha Way
Berulu dan laporan kerja praktik yang berjudul “Sistem Control Suhu Ruang
Meggunakan Resistance Temperature Detector PT100 3Wire pada Oven
Pengasapan Karet RSS(Ribbed Smoked Sheets) di PT. Perkebunan Nusantara
VII Unit Usaha Way Berulu”. dapat diselesaikan sebagai hasil akhir kerja
praktik yang dilaksanakan penulis mulai tanggal 23 Juli 2018 sampai 23 Agustus
2018.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan dalam mata kuliah Kerja
Praktik (KP) di Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung. Melalui kegiatan
kerja praktik ini, penulis dapat melihat dan mengetahui secara langsung tentang
dunia kerja yang sebenarnya.
Laporan ini penulis selesaikan dengan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ing. Ardian Ulvan, S.T., M.Sc. selaku ketua Jurusan Teknik
Elektro Universitas Lampung
2. Bapak Herman H. Sinaga selaku Sekretaris Jurusan Teknik Elektro
Universitas Lampung.
3. Ibu Umi Murdika, ST, MT. selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis.
4. Bapak Dr.Eng. Fx. Arinto Setyawan selaku Dosen Pembimbing Kerja
Praktik penulis.
5. Dosen-dosen Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung.
6. Ibu Irma Kurniawati selaku Manager PTPN VII Unit Usaha Way Berulu.
Bapak Suratno selaku staff karyawan SDM di PTPN VII Unit Usaha Way
Berulu
7. Bapak H. Jamhur Amir selaku Pembimbing Lapangan Kerja Praktik di
PTPN VII Unit Usaha Way Berulu.
8. Selurus staff bagian TNP atas sikap kerja yang kooperatif dan sangat
membantu selama masa tugas Kerja Praktik.
9. Teman-teman Teknik Elektro UNILA 2015 Misbach Yusanirnardi, M.
Bayu Ramadhyan, Muhammad Firdaus, Syarif Hidayatullah, Zanjabil
Fida selaku teman seperjuangan selama melaksanakan kerja praktik,
terimakasih atas semua bantuan, kerjasama dan kebersamaannya.
10. Keluarga hampir wisuda yaitu M.kevin El Hadad, Hendry Kusuma
Wijaya, Fajar Agustian, Irham Riza Maulana, Afif dewantoro, Arssy atas
kebersamaan dan dukungannya.
11. Teman-teman dari Agribisnis UNILA 2015 Indah Sabiela, Lea Ayu Utari,
Ghunanti Ida Fitri, Citra Aprilia, Ishmah Nurhidayati.
12. Teman teman dari D3 Sitem Informatika UTI 2016 I Gede Saka Dipa,
Wahyu Ariya, Rio Dewangga.
13. Teman-teman dari SMTI Bandar Lampung.
14. Semua Pihak yang telah memberikan dukungan dalam pelaksanaan kerja
praktik selama ini

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat lebih
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Bandar lampung,
Penulis

Rizkima Akbar Setiawan


1515031098
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK.................................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. vii
I. PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Tujuan Praktik Kerja.................................................................... 2
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan................................................... 3
1.4 Batasan Masalah.......................................................................... 3
1.5 Metode Kerja Praktik................................................................... 4
1.6 Sistematika Penulisan.................................................................. 4
II. SEJARAH DAN PROFIL PERUSAHAAN PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA VII UNIT USAHA WAY BERULU....................... 6
2.1 Sejarah PTPN VII Unit Usaha Way Berulu................................. 6
2.2 Visi dan Misi & Tujuan PTPN VII Unit Usaha Way Berulu....... 7
2.3 Letak dan Kondisi Geografis Usaha............................................ 9
2.4 Jenis Produk/Jasa......................................................................... 10
2.5 Mitra Perusahaan & Klien........................................................... 10
2.6 Struktur Organisasi Perusahaan................................................... 11
2.7 Manajemen Perusahan................................................................. 14
III. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 24
3.1 Oven............................................................................................. 24
3.2 Pengertian Sensor........................................................................ 25
3.3 Sensor Resistance Temperature Detector PT100 3Wire.............. 28
3.4 Temperatur Kontrol Autonic TC4S.............................................. 36
3.5 Kabel............................................................................................ 38
3.6 Kabel Supreme NYCY isi 3........................................................ 39
3.7 Motor AC 3 Fasa......................................................................... 39
3.8 Blower.......................................................................................... 44
IV. PEMBAHASAN................................................................................... 46
4.1 Proses Produksi Karet Pada PT. Perkebunan Nusantara VII Unit
Usaha Way Berulu....................................................................... 46
4.2 Proses Produksi SIR(STANDARD INDONESIA RUBBER)........ 46
4.3 Proses Produksi RSS(RIBBED SMOKED SHEETS).................. 52
4.4 Cara Kerja Stopper pada Oven Pengasapan RSS(Ribbed Smoked
Sheets) ......................................................................................... 53
4.5 Pengunaan Sensor Resistance Temperatured Detector PT100 3
Wire pada Oven Pengasapan RSS................................................ 57
4.6
Prinsip Kerja Sensor Resistance Temperatured Detector PT100
3Wire pada Oven Pengasapan RSS.............................................. 59
V. SIMPULAN DAN SARAN................................................................ 63
5.1 Simpulan...................................................................................... 63
5.2 Saran............................................................................................ 64
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 65
LAMPIRAN................................................................................................ 66
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Struktur Organisasi PTPN VII Unit Usaha Way Berulu................ 13


3.1 Tampak luar oven pengasapan RSS(ribbed smoked sheets)........... 25
3.2 Tampak dalam oven pengasapan RSS(ribbed smoked sheets)....... 25
3.3 Tampak fisik Resistance Temperature Detector PT100 3Wire....... 30
3.4 Resistance Temperature Detector PT100 3Wire pada PT
Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way Berulu...................... 30
3.5 Konfigurasi RTD kumparan kawat................................................ 31
3.6 Konfigurasi tiga kawat................................................................... 32
3.7 Elemen wire-wound........................................................................ 34
3.8 Elemen thin film............................................................................. 34
3.9 Konstruksi RTD PT100 3wire kumparan kawat............................ 35
3.10 Bentuk PT100................................................................................. 36
3.11 Tampak Fisik Autonic tc4s............................................................. 37
3.12 Perbedaan Fasa pada Motor AC 3 Fasa.......................................... 40
3.13 Konstruksi Motor AC 3 Fasa.......................................................... 41
3.14 Tampak fisik luar blower................................................................ 44
3.15 Tampak fisik bagian dalam blower................................................ 45
4.1 Proses memasukkan lateks ke dalam bulking tank......................... 47
4.2 Proses penggilingan menggunakan creeper .................................. 48
4.3 Remahan hasil gilingan creeper..................................................... 49
4.4 Dryer SIR....................................................................................... 49
4.5 Olahan karet SIR sebelum di press................................................ 50
4.6 SIR yang telah di packing.............................................................. 51
4.7 Proses pembuatan SIR.................................................................... 51
4.8 Bak-bak dengan sekat/plat tossen.................................................. 52
4.9 (a) Proses penggilingan lateks menjadi lembaran.......................... 53
(b) Penjemuran lembaran lateks menggunakan lori....................... 53
4.10 Lembaran RSS yang matang......................................................... 54
4.11 Karet RSS yang telah di packing................................................... 55
4.12 Proses pembuatan RSS.................................................................. 55
4.13 Lembaran lateks pada hari kedua di dalam oven........................... 58
4.14 Tungku pembakaran oven.............................................................. 58
4.15 Sensor Resistance Temperatured Detector PT100 3 Wire pada
Oven Pengasapan RSS.................................................................. 59
4.16 Resistance temperatured detector pt100 3 wire di dalam oven..... 60
4.17 Tampilan autonics TC4S di sisi luar oven..................................... 61
4.18 Diagram blok sistem sensor suhu RTD PT100 3 wire.................. 61
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada era globalisasi ini kebutuhan akan bahan baku karet sangat pesat, dimana
bisa kita lihat properti sehari-hari banyak yang terbuat dari bahan dasar karet baik
berukuran kecil maupun yang berukuran besar. Demi mewujudkan hal itu industri
karet harus memiliki alat yang dapat memantau proses pematangan bahan baku
karet supaya tetap terjaga sehingga bisa tetap menghasilkan produk dan mencapai
target produksi yang telah ditetapkan oleh industri. Resistance Temperature
Detector PT100 3Wire merupakan alat yang sangat penting dalam mengetahui
proses pematangan karet RSS(Ribbed Smoked Sheets) . Oleh karena itu
Resistance Temperature Detector PT100 3Wire merupakan hal yang penting
dalam produksi karet.

PTPN VII Unit Usaha Way Berulu merupakan salah satu BUMN penghasil karet
di Indonesia. Demi mengetahui proses pematangan bahan baku karet RSS(Ribbed
Smoked Sheets) yang akan dihasilkan, terdapat alat yang dapat memantau proses
pematangan karet RSS(Ribbed Smoked Sheets). Ribbed Smoked Sheets adalah
lateks yang telah dicampur larutan kimia lalu dicetak menjadi lembaran.
Saat ini Resistance Temperature Detector PT100 3Wire menjadi alat yang yang
paling efektip dan akurat dalam mengetahui proses pematangan karet RSS(Ribbed
Smoked Sheets), untuk ini PTPN VII Unit Usaha Way Berulu menggunakan alat
ini kedalam oven pengasapan guna mengetahui suhu ruang pada proses
pematangan karet RSS(Ribbed Smoked Sheets), dalam proses ini untuk
mendukung kinerja nya ada juga Autonics tc4s gunanya yaitu sebagai tampilan
display dan tampilan indikator dari dari data yang diperoleh oleh Resistance
Temperature Detector PT100 3Wire.

1.2. Tujuan Kerja Praktik


Adapun tujuan dari kerja praktik ini diklasifikasikan menjadi dua, yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus.

1.1.1 Tujuan Umum


Tujuan umum dari kerja praktik ini adalah:
a. Mendapatkan pengalaman kerja teknis dalam dunia kerja dengan
mempelajari, memahami dan mengikuti proses kerja serta aturan-aturan
yang berlaku.
b. Melengkapi mata kuliah kerja praktik untuk menyempurnakan kegiatan
akademis.
c. Mengenal dan mempelajari instrumentasi yang digunakan dalam proses
produksi pembuatan karet

1.2.1. Tujuan Khusus


Tujuan khusus dari kerja praktik ini adalah:
a. Mengetahui proses pembuatan karet di PTPN VII Unit Usaha Way
Berulu.
b. Memahami prinsip kerja Resistance Temperature Detector PT100
3Wire pada oven pengasapan karet RSS(Ribbed Smoked Sheets).
1.3.Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kerja praktik penulis adalah:
Waktu : 23 Juli s/d 23 Agustus 2018
Tempat: Teknik dan Pengolahan Pabrik PTPN VII Unit Usaha
Way Berulu
Alamat : Jl.PTPN VII Unit Usaha Way Berulu, Kebagusan Gedong
Tataan Kabupaten Pesawaran.

1.4.Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam laporan kerja praktik ini adalah:
1. Membahas secara umum prinsip kerja sistem Resistance Temperature
Detector PT100 3Wire pada oven pengasapan karet RSS(Ribbed Smoked
Sheets)
2. Tidak membahas proses pengiriman data dari Resistance Temperature
Detector PT100 3Wire ke Autonics tc4s.
3. Hanya membahas peranan sensor Resistance Temperature Detector PT100
3Wire serta peralatan lainnya dalam menunjang kinerja pengendalian dan
pengawasan sistem.
4. Tidak membahas PID pada Resistance Temperature Detector PT100 3Wire

1.5.Metode Kerja Praktik


Adapun metode yang digunakan oleh penulis dalam melakukan kerja praktik
adalah:
1. Observasi
Observasi dilakukan dengan peninjauan langsung kelapangan bersama
pembimbing lapangan
2. Diskusi
Diskusi dengan pembimbing lapangan, team ,teknik dan pengolahan
pabrik, dan operator produksi serta karyawan terkait untuk mendapatkan
informasi mengenai sistem pemantaauan suhu ruang pada proses produksi.
3. Study literatur
Mempelajari literatur yang ada pada manual book,schematic piping and
intstrument diagram dan literatur lain yang berhubungan dengan data
penulis pada situs- situs internet.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan penulis dalam penulisan laporan Kerja
Praktik ini adalah sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN
BAB ini dijelaskan mengenai latar belakang pemilihan judul, tujuan kerja praktik,
waktu dan tempat kerja praktik, batasan masalah, metode kerja praktik dan
sistematika penulisan laporan.

BAB II. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN


BAB ini menjelaskan tentang sejarah singkat perusahaan, visi dan misi
perusahaan dan struktur organisasi PTPN VII Unit Usaha Way Berulu, ketenaga
kerjaan, sarana dan fasilitas perusahaan, peralatan produksi yang digunakan,
bahan-bahan yang digunakan pada proses produksi di PTPN VII Unit Usaha Way
Berulu.

BAB III. TINJAUAN PUSTAKA


BAB ini membahas mengenai penjelasan secara umum komponen serta peralatan
yang digunakan yaitu: Resistance Temperature Detector PT100 3Wire, Autonics
tc4s.

BAB IV. PEMBAHASAN


BAB ini membahas proses pembacaan sensor Resistance Temperature Detector
PT100 3Wire dan penampilan display Autonics tc4s pada oven pengasapan karet
RSS(Ribbed Smoked Sheets) PTPN VII Unit Usaha Way Berulu.

BAB V. PENUTUP
BAB terakhir ini membahas tentang kesimpulan yang merupakan poin – poin
intisari dari isi bab – bab laporan kerja praktik dan saran dari penulis .

DAFTAR PUSTAKA
Bagian ini berisi tentang studi pustaka yang digunakan penulis untuk menunjang
proses penyelesaian laporan hasil kerja praktik.
BAB II

SEJARAH DAN PROFIL PERUSAHAAN


PTPN VII UNIT USAHA WAY BERULU

2.1 Sejarah Singkat PTPN VII Unit Usaha Way Berulu

PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) (“Perseroan”) adalah salah satu Badan
Usaha Milik Negara(BUMN) sektor perkebunan. Berkantor pusat di Bandar
Lampung, yang dibentuk berdasarkan Akte Notaris Harun Kamil, SH No.40
tanggal 11 Maret 1996 serta Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1996 tanggal
14 Februari 1996.
PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) adalah hasil Pengabungan dari PT
Perkebunan X (Persero),PT Perkebunan XXXI (Persero), PT Perkebunan XI
(Persero) dan PT Perkebunan XXIII (Persero).
Kemudian ditahun 2014 sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 2014
tanggal 17 September 2014 dan keputusan para pemegang saham Perusahaan
PerseroanPT. Perkebunan Nusantara VII nama perusahaan berubah menjadi PT.
Perkebunan Nusantara VII atau disingkat PTPN VII dengan perubahan struktur
pemegang saham 10% Negara, 90% Holding companny (PTPN III Persero).
Saat ini wilayah kerja PTPN VII meliputi tiga Provinsi (Lampung, Sumatera
Selatan dan Bengkulu) yang terdiri dari lima Distrik, sepuluh Unit di Provinsi
Lampung, 11 Unit di Provinsi Sumatera Selatan, serta lima Unit di Provinsi
Bengkulu. Unit Way Berulu masuk dalam wilayah distrik Lampung.
Sejak awal, PTPN VII didirikan guna ambil bagian dalam pelaksanakan dan
penunjang kebijaksanaan serta Program Pemerintah di sektor ekonomi dan
Pembangunan Nasional pada umumnya dan sub-sektor perkebunan pada
khususnya.
Ini semua bertujuan guna menjalankan usaha di sektor agribisnis dan
agroindustri, serta pengoptimalisasian manfaat sumberdaya dalam menghasilkan
barang dan jasa yang berdaya saing kuat serta bermutu tinggi guna mendapatkan
keuntungan dalam tujuan meningkatkan nilai perusahaan.

2.2 Visi, Misi dan Perusahaan PTPN VII Unit Usaha Way Berulu

Setiap perusahaan memiliki visi dan misi untuk mengarahkan seluruh tim
manajemen dan karyawan dalam menjalankan proses bisnis, perusahaan dan
karyawan dituntut mempunyai tujuan yang sama agar dapat membentuk suatu tim
yang saling bersinergi untuk mengembangkan perusahaan yang dikelola. Untuk
itu visi, misi dan nilai-nilai perusahaan PT. Wika Industri dan Konstruksi
disebutkan pada sub-sub bab dibawah ini.

2.2.1 Visi PTPN VII Unit Usaha Way Berulu

Dalam pengelolaan perusahaan, PTPN VII Unit Usaha Way Berulu menetapkan
visi perusahaan adalah sebagai berikut :
“PT Perkebunan Nusantara VII menjadi perusahaan agribisnis yang tangguh
dengan tata kelola yang baik”

2.2.2 Misi PTPN VII Unit Usaha Way Berulu


Untuk dapat mencapai visi perusahaan, maka ditetapkan misi yang akan
mendukung pelaksanaan visi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Menjalankan usaha perkebunan karet, kelapa sawit, teh, dan tebu dengan
menggunakan teknologi budidaya dan proses pengolahan yang
berkelanjutan,lestari dan ramah lingkungan.
2. Menghasilkan produksi bahan baku dan bahan jadi untuk industri yang
bermutu tinggi untuk pasar domestik dan pasar ekspor.
3. Mewujudkan daya saing produk yang dihasilkan melalui tata kelola usaha
yang efektif guna menumbuh kembangkan perusahaan.
4. Mengembangkan usaha industri yang terintegrasi dengan bisnis inti(karet,
kelapa sawit, teh dan tebu) dengan menggunakan teknologi terbaru.
5. Melakukan pengembangan bisnis berdasarkan potensi sumberdaya yang
dimiliki perusahaan.
6 Memelihara keseimbangan kepentingan stakeholders untuk menciptakan
lingkungan bisnis yang kondusif.

2.3 Letak dan Kondisi Geografis Usaha

Letak geografis PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way Berulu berada
pada 105 07’ 14.00’’ BT 5 22’ 02.22’’ LS. Lokasi perusahaan ini berada di Desa
Kebagusan, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran. Kondisi topografi
datar sampai dengan bergelombang tingkat sedang. Jarak dari Kecamatan Gedong
Tataan ± 5 Km, ± 8 Km dari Kabupaten Pesawaran dan ±20 Km dari Bandar
Lampung. Adapun batas wilayah PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Way Berulu
yaitu sebagai berikut:
1. Bagian utara berbatasan dengan Desa Tanjung Rejo, Kalirejo dan
Sukabanjar.
2. Bagian selatan berbatasan dengan Desa Wiyono dan Desa Kebagusan.
3. Bagian barat yang berbatasan dengan Desa Bagelen, Tataan, Bogorejo, dan
Sukabanjar.
4. Bagian timur berbatasan dengan desa Taman Sari, Berenung dan Sungai
langka.
Perkebunan Way Berulu berada pada ketinggian tempat 150 meter dari permukaan
laut dan keadaan arealnya datar dan sedikit bergelombang, adapun jarak tempuh
areal kebun ke beberapa lokasi adalah sebagai berikut :
1. Jarak kebun ke kantor direksi = 20Km
2. Jarak kebun ke kota Provinsi (Bandar Lampung) = 22Km
3. Jarak kebun ke kota Kecamatan (Gedong Tataan) = 4Km
4. Jarak antara unit kerja yang terdekat (Rejosari) = 15Km

Kondisi geografis usaha PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Way
Berulu mencakup tipe iklim C, memiliki curah hujan dengan volume rata-rata
1.500 sampai dengan 3000 mm/hari, jenis tanah berupa tanah latosol dan pedsolik
merah kuning (PMK) serta tingkat keasaman tanah (pH) yang mencapai 4,5
sampai dengan 6. Berdasarkan kondisi geografis pada daerah usaha dapat
disimpulkan baik kondisi tanah maupun iklim sangat cocok diusahakan di bidang
pertanian dan perkebunan khususnya untuk perkebunan tanaman karet.

2.4 Jenis Produk/Jasa

Pada PTPN 7 Unit Way Berulu mengolah hasil bumi yaitu getah karet (latex),
yang menghasilkan sebuah produk antara lain:
1. RSS(Ribbed Smoked Sheet), menghasilkan dua jenis produk yaitu :
a. 3 L
b. 3 WF

2. SIR(Standard Indonesian Rubbed), menghaslkan empat produk yaitu :


a. RSS 1
b. RSS 2
c. RSS 3
d. CUTTING

2.5. Mitra Perusahaan dan Klien


1. Mitra :
a. Kementerian BUMN
b. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
c. Kmenterian Perindustrian
2. Klien :
a. Taichung, Taiwan
b. Shanghai, China
c. Singapura
d. Morehead City, USA
e. India
f. Jakarta
g. Bekasi

2.6. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi merupakan suatu hubungan atau susunan diantara tiap bagian
maupun posisi yang ada pada suatu kelompok atau organisasi baik perusahaan
maupun nonperusahaan, dalam melaksanakan kegiatan dan aktivitas operasional
guna mencapai tujuan yang dan di inginkan dan di harapakan. Struktur Organisasi
menggambarkan secara jelas pemisahan setiap kegiatan dan pekerjaan(job) antara
yang satu dengan yang lain serta bagaimana dibatasinya suatu fungsi dan
hubungan aktivitas. Dalam suatu struktur organisasi yang benar serta baik harus
menjelaskan wewenang hubungan antara siapa melapor kepada siapa, sehingga
ada satu pertanggung jawaban antara fungsi dan struktural apa yang akan di
kerjakan.
Struktur Organisasi Persusahaan menerapkan struktur organisasi yang dinamis,
efisien dan efektif sesuai dengan perkembangan industri serta dalam rangka
mencapai pertumbuhan kinerja yang optimal. Struktur organisasi yang mampu
mengakomodir suatu tuntutan investor atau pengembangan usaha disertai kualitas
maupun kemampuan untuk mengarahkan semua sistem yang terlibat di dalamnya
agar lebih produktif, efesien dan efektif.
Struktur organisasi dirancang sebaik mungkin berdasarkan fungsi maupun
spesialisasi masing-masing anggota di dalam setiap unit kerja perusahaan.
Struktur ini mampu menimbulkan kinerja yang lebih efesien serta mengantisipasi
kebutuhan organisasi yang lebih baik dalam mencapai tujuan serta target
perusahaan.
Struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way Berulu dapat
dilihat pada Gambar 2.1.
2.7 Manajemen Perusahaan

Manajemen adalah kegiatan–kegiatan pergerakan, perencanaan, pengorganisasian


dan pengendalian sebuah perusahaan untuk mencapai tujuan–tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya.Usaha yang dilakuakan demi tercapainya tujuan kegiatan
manajemen harus dapat menyatukan tenaga (orang-orang), uang, metode,
bahan/peralatan, mesin dan keahlian pemasaran, serta segala fasilitas lainnya yang
dibutuhkan sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai secara efektif.
Organisasi PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Way Berulu
secara struktural maupun fungsional dipimpin oleh Manajer Unit Usaha yang
langsung membawahi sinder kepala tanaman (Sinka Tanaman). Dalam
menjalankan tugasnya manajer unit usaha dan sinder kepala tanaman dibantu oleh
beberapa sinder dengan bidangnya masing-masing, yaitu sinder tanaman, sinder
tata usaha keuangan (TUK), sinder umum dan SDM, sinder teknik dan sinder
pengolahan. Masing-masing sinder tersebut dibantu oleh beberapa mandor besar,
mandor, dan krani(pekerja lapangan) dalam menjalankan tugas yang berupa
pekerjaan administrasi maupun mengawasi para pekerja di lapangan. Para sinder
selalu berkoordinasi dengan manajer unit usaha maupun dengan sesame sinder.
Tugas-tugas unit pelaksana PT. Perkebunan Nusantara VII(Persero) Unit Usaha
Way Berulu yaitu terdiri dari :

a. Manajer Unit Usaha


Sebagai penanggung jawab serta wakil direksi pada Unit Usaha, manajer Unit
Usaha bertugas untuk memimpin, mengkoordinir, mengelola seluruh kegiatan
baik produksi dan segala kegiatan di unit usaha(UU), termasuk didalamnya
menjaga seluruh asset unit usaha.
Manajer unit usaha memegang tanggung jawab dan wewenang yaitu :
1) Memimpin dan mengelola Unit Usaha Perusahaan, dan secara kreatif
mengembangkan kebijakan direksi.
2) Sebagai wakil direksi di Unit Usaha, bertanggung jawab serta
mengkoordinir pelaksanaan kegiatan operasional dan produksi yang
dbertujuan untuk meningkatkan nilai kualitas tambah supaya mendapatkan
keuntungan dan pendapatan bagi perusahaan.
3) Mengelola serta menjaga asset perusahaan secara efektif maupun efisien
serta bertanggungjawab atas mutu hasil kerja bidang tanaman, teknik dan
pengolahan, keuangan, kesehatan, administrasi dan umum di Unit Usaha
yang dipimpinnya.
4) Mengkoordinir/bertanggungjawab atas penyusunan RKAP, RO, dan SPMK
di Unit Usaha yang bersangkutan, dan mengawasi pelaksanaannya.
5) Selalu memelihara hubungan yang harmonis dengan instansi pemerintah
dan lembaga lainnya guna kepentingan masyarakat sekitarnya dan
perusahaan .
6) Memberikan motivasi dan menerapkan pengawasan melekat kepada pekerja,
agar terciptanya prestasi kerja yang optimal sehingga mendapatkan
produktivitas yang tinggi.
7) Memberikan contoh/teladan bagi karyawan bawahannya baik di dalam
maupun di luar lingkungan kerja.
8) Manajer harus memperhatikan nasihat, petunjuk, dan saran dari Manajer
Distrik yang bersangkutan, sepanjang sifat operasional rutin dan tidak
keluar dari kebijakan yang ditetapkan Direksi.
9) Menjaga agar standar formasi maksimum pekerja tidak dilampaui dan
menjaga formasi pekerja dalam kondisi ideal.

b. Sinder Kepala Tanaman (Sinka Tanaman)


Sinder kepala tanaman memilki wewenang dalam mengatur pelaksanaan tugas
para pekerja bawahannya secara efesien dan efektif, termasuk melakukan
koordinasi, dengan sinder lainnya. Sinder kepala tanaman bertanggung jawab
kepada manajer unit usaha.
Sinder kepala tanaman mempunyai wewenang dan tanggung jawab yaitu :
1) Bertindak sebagai kepala produksi yang bertanggung jawa dalam
pengawasan, pelaksanaan teknis tanaman, dan naik turunnya produksi.
2) Mengevaluasi hasil kerja di afdeling-afdeling dan rencana tindak lanjut hasil
evaluasi serta membuat laporan kerja kepada manajer unit usaha.
3) Mengkoordinir afdeling-afdeling dan bertanggung jawab dalam penyusunan
RKAP, RKO, dan SPK di bidang tanaman.
4) Melaksanakan pengendalian pemakaian biaya bidang tanaman dengan
berpedoman kepada RKAP dan RKO yang telah disetujui/disahkan.
5) Melaksanakan penyuluhan petani peserta program kemitraan dan
memberikan perhitungan kebutuhan biaya dan sarana produksi.
6) Memberikan motivasi dan pengawasan melekat kepada seluruh pekerja
dalam ruang lingkup tugasnya untuk meningkatkan prestasi dan
produktivitas kerja serta peningkatan karier pekerja bawahan.
7) Menciptakan iklim kerja yang baik sehingga tercapai prestasi kerja yang
optimal dan memperoleh produktivitas yang tinggi.
8) Memberikan teladan yang baik bagi bawahannya, baik dalam maupun
maupun luar lingkungan kerja.
9) Selalu memelihara hubungan yang harmonis dengan bawahan dan instansi
yang berkaitan dengan tugas-tugasnya guna kelancaran pelaksanaan tugas.
10) Membina keterampilan dan kemampuan pekerja bawahannya.
11) Membuat dan menyampaikan Daftar Penilaian Prestasi Kerja (DP2K)
pekerja bawahannya kepada manajer unit usaha.

c. Sinder Tanaman (Kepala Afdeling)


Sinder tanaman mempunyai wewenang dalam mengatur pelaksanaan tugas
pekerjanya secara efisien dan efektif. Selain itu juga melakukan koordinasi
dengan sinder kepala tanaman dan manajer unit usaha.
Sinder tanaman memiliki tanggung jawab dan wewenang yaitu :
1) Bertanggung jawab dalam pengawasan, pelaksanaan teknis tanaman, dan
naik turunnya produksi di afdeling yang dipimpinnya.
2) Mengevaluasi hasil kerja di afdelingnya dan membuat rencana tindak lanjut
hasil evaluasi serta membuat laporan kerja kepada manajer unit usaha
melalui sinder kepala tanaman.
3) Mengkoordinir segala kegiatan dari mulai pengolahan tanah sampai dengan
panen (termasuk angkut) di afdelingnya dan bertanggung jawab dalam
penyusunan RKAP, RKO, dan SPK di bidang tanaman.
4) Melaksanakan pengendalian pemakaian biaya bidang tanaman di
afdelingnya dengan berpedoman kepada RKAP dan RKO yang telah
disetujui/disahkan.
5) Memberikan motivasi dan pengawasan melekat kepada seluruh pekerja
dalam ruang lingkup tugasnya untuk meningkatkan prestasi dan
produktivitas kerja secara peningkatan karier pekerja bawahan.

d. Sinder Teknik
Sinder teknik mempunyai wewenang dalam merencanakan, melaksanakan
perawatan/perbaikan dan mengawasi penggunaan mesin dan instalasi sehingga
terjamin pengoperasiannya serta melaksanakan pembinaan sikap, mental dan
perilaku yang baik dari pekerja dalam pelaksanaan tugas. Sinder teknik memiliki
tanggung jawab dan wewenang yaitu :
1) Melaksanakan pengamatan dan pemeriksaan terhadap laporan kerusakan
peralatan pada stasiun pengolahan.
2) Melaksanakan perawatan dan perbaikan atas kerusakan pada
stasiun/peralatan pabrik.
3) Membuat laporan kegiatan perawatan dan perbaikan mesin sesuai dengan
system administrasi yang berlaku dan menyelesaikan laporan tepat waktu
yang telah ditentukan.
4) Melaksanakan kegiatan perbaikan peralatan pabrik dengan selalu menjaga
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sesuai dengan Undang-Undang
Keselamatan Kerja.
5) Membina bawahan dengan cara memberikan petunjuk-petunjuk
tentang penggunaan peralatan pabrik dan peralatan keselamatan kerja.

e. Sinder Pengolahan
Sinder pengolahan mempunyai wewenang dalam merencanakan, melaksanakan,
mengendalikan, dan mengevaluasi kegiatan proses produksi di pabrik pengolahan
yang bertujuan menghasilkan produk sesuai dengan kapasitas (jumlah) dan
kualitas (mutu) produksi.
1) Secara terus menerus melaksanakan pengamatan pada setiap
stasiun/peralatan pengolahan.
2) Mengawasi pekerjaan pemeliharaan (pelumasan, pembersihan) mesin
pengolahan.
3) Mengatur pendistribusian/pembagian kerja pada mandor besar, mandor dan
pekerja pelaksana tentang pelaksanaan tugas sehari-hari.
4) Mengawasi kegiatan proses produksi
5) Mengendalikan biaya produksi produk
6) Membuat laporan kegiatan proses produksi sesuai dengan sistem
administrasi yang berlaku dan menyelesaikan laporan tepat pada waktu yang
telah ditentukan.
7) Melaksanakan kegiatan produksi dengan selalu menjaga keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) sesuai dengan Undang-Undang keselamatan kerja.
8) Membina bawahan dengan cara memberikan petunjuk-petunjuk tentang
penggunaan peralatan pabrik dan keselamatan kerja.
9) Menciptakan suasana kerja yang kondusif diantara para pekerja.

f. Sinder SDM dan Umum


Sinder SDM dan umum mempunyai wewenang untuk mengatur pelaksanaan
tugas bawahannya agar berjalan secara efektif dan efisien. Sinder SDM dan
umum juga melakukan koordinasi dengan sinder bagian lain dan bertanggung
jawab langsung kepada manajer unit usaha.
Sinder SDM dan umum memiliki tanggung jawab dan wewenang yaitu:
1) Mengkoordinir dan bertanggung jawab atas perencanaan dan hal-hal yang
berkaitan dengan ketenagakerjaan sesuai dengan prosedur, norma, ketentuan
yang berlaku serta menyelenggarakan pengawasan, juga bertanggung jawab
dalam penyusunan RKAP, RKO dan SPK di bidang keuangan.
2) Memberikan motivasi dan melaksanakan pengawasan melekat kepada
seluruh pekerja dalam ruang lingkup tugasnya untuk meningkatkan prestasi
dan produktivitas kerja serta peningkatan karier pekerja bawahan.
3) Menciptakan iklim kerja yang baik sehingga tercapai prestasi kerja yang
optimal dan memperoleh produktivitas yang tinggi.
4) Memberikan teladan yang baik bagi bawahannya, baik dalam maupun luar
lingkungan kerja.
5) Selalu memelihara hubungan harmonis dengan bawahan dan instansi yang
berkaitan dengan tugas-tugasnya guna kelancaran pelaksanaan tugas.
6) Membina keterampilan dan kemampuan pekerja bawahannya.
7) Membuat dan menyampaikan Daftar Penilaian Prestasi Kerja (DP2K)
pekerja bawahannya kepada manajer unit usaha.

g. Sinder Tata Usaha dan Keuangan


Sinder Tata Usaha dan Keuangan mempunyai wewenang untuk mengatur
pelaksanaan tugas bawahannya agar berjalan secara efisien dan efektif. Sinder
Tata Usaha dan Keuangan juga melakukan koordinasi dengan sinder bagian lain
dan bertanggung jawab langsung kepada manajer unit usaha. Sinder Tata Usaha
dan Keuangan memiliki tanggung jawab dan wewenang yaitu :
1) Mengkoordinir dan bertanggung jawab atas perencanaan dan hal-hal
yang berkaitan dengan ketenagakerjaan sesuai dengan prosedur, norma, ketentuan
yang berlaku serta menyelenggarakan pengawasan, juga bertanggung jawab
dalam penyusunan RKAP, RKO dan SPK di bidang keuangan.
2) Mengevaluasi hasil kerja di bidang keuangan dan membuat rencana tindak
lanjut hasil evaluasi serta membuat laporan kerja kepada manajer unit
usaha,.
3) Melaksanakan pengendalian pemakaian biaya bidang keuangan dengan
berpedoman kepada RKAP dan RKO yang telah disetujui/disahkan.
4) Memberikan motivasi dan melaksanakan pengawasan melekat kepada
seluruh pekerja dalam ruang lingkup tugasnya untuk meningkatkan prestasi
dan produktivitas kerja serta peningkatan karier pekerja bawahan.
5) Menciptakan iklim kerja yang baik sehingga tercapai prestasi kerja yang
optimal dan memperoleh produktivitas yang tinggi.
6) Memberikan teladan yang baik bagi bawahannya, baik dalam maupun luar
lingkungan kerja.
7) Selalu memelihara hubungan harmonis dengan bawahan dan instansi yang
berkaitan dengan tugas-tugasnya guna kelancaran pelaksanaan tugas.
8) Membina keterampilan dan kemampuan pekerja bawahannya.
9) Membuat dan menyampaikan Daftar Penilaian Prestasi Kerja (DP2K)
pekerja bawahannya kepada manajer unit usaha.

h. Kepala Laboratorium
Tugas dan wewenang kepala laboratorium yaitu :
1) Melaksanakan pemeriksaan hasil pengolahan secara cermat untuk menjaga
kualitas produksi yang tinggi.
2) Bertanggung jawab atas penetapan jenis produksi yang diperiksanya.

i. Mandor Besar
Tugas dan wewenang mandor besar yaitu :
1) Membantu sinder dalam mengawasi dan memeriksa pelaksanaan pekerjaan-
pekerjaan mandor bawahannya.
2) Membina dan memberi petunjuk pada mandor dan pekerja dalam
melaksanakan tugasnya guna meningkatkan efisiensi dan produktivitas
kerja.

j. Mandor
Tugas dan wewenang yang dimiliki mandor adalah mengawasi dan memeriksa
hasil kerja bawahannya. Memberi petunjuk secara langsung kepada para pekerja
dalam hal pelaksanaan tugas.

k. Krani
Tugas dan wewenang krani adalah melaksanakan pencatatan seluruh administrasi
sesuai dengan bidangnya masing-masing.
l. Karyawan Puskesmas Kebun (Karyawan Pukesbun)
Tugas pokok karyawan puskesbun adalah membantu sinder tata usaha dan
umum dalam hal pelaksanaan tugas yang berhubungan dengan pemeliharaan
kesehatan karyawan dan batinnya, sanitsi lingkungan perusahaan, keselamatan
kerja karyawan, keluarga berencana serta administrasi kesehatan.

m. Satpam
Satpam mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
1) Menjaga keamanan di lingkungan perusahaan.
2) Menjaga seluruh kekayaan perusahaan, baik dalam emplasmen maupun
yang berada di afdeling/bagian.
3) Bertanggung jawab mengenai keamanan lingkungan secara penuh dan
umum.
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Oven

3.1.1 Pengertian Oven

Oven adalah sebuah tempat berupa ruang termal terisolasi yang digunakan untuk
pemanasan, pemanggangan (baking), pengeringan, atau pangasapan suatu bahan
dan umumnya digunakan dalam proses pematangan. Struktur oven terbuat dari
pelapis dinding asbes. Asbes merupakan salah satu bahan yang cocok dalam
proses pengasapan, karena asbes dapat menyimpan panas sehingga tidak
menggunakan energi berlebihan, memerlukan sedikit pemeliharaan, dan relatif
bebas dari bahaya struktural (seperti retak dan pecah)yang mungkin terjadi pada
oven.

3.1.2 Fungsi Oven

Fungsi oven pengasapan di PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way berulu
memeliki perbedaan dengan oven oven yang dimiliki oleh PT. Perkebunan
Nusantara lainya, dimana oven di PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way
berulu memiliki suatu tempat khusus kendali yang
digunakan untuk menghentikan bunga api yang terbawa melalui blower sehingga
terhindar dari terbakarnya karet yang sedang mengalami proses pengasapan di
oven. Untuk pengisiannya dimasukan roli guna gantungan bahan karet
RSS(ribbed smoked sheet) secara bersamaan yang berjumlah sembilan buah roli
ke kamar pengasapan basah. Sedangkan pengambilan bahan karet RSS(ribbed
smoked sheet) yang sudah matang dikeluarkan secara bersamaan melalui kamar
pengasapan kering. Pada gambar 3.1 dan 3.2 dibawah ini adalah gambar oven.

Gambar 3.1. Tampak luar oven pengasapan RSS(ribbed smoked sheet)

Gambar 3.2. Tampak dalam oven pengasapan RSS(ribbed smoked sheet)

3.2. Pengertian sensor

Sensor adalah sebuah sirkuit yang harus bisa menerima suatu masukan misalnya
suhu, getaran dan lain-lainnya yang akan diubah menjadi energi listrik dan
diproses untuk menghasilkan sebuah keluaran atau output, biasanya komponen
yang dipilih untuk kondisi tersebut adalah sensor dan transduser. Kata transduser
sendiri sebetulnya adalah istilah untuk sebuah atau dua buah sensor yang bisa
mendeteksi atau merasakan perubahan lingkungan sekitranya seperti panas,
perubahan posisi, sinyal listrik, radiasi, atau medan magnetik dan lain-lain, dalam
sebuah sensor biasanya ada komponen lain yang disebut aktuator.

Sensor merupakan komponen elektronika yang berfungsi untuk mengubah


besaran kimia, panas, magnetis, mekanis, sinar serta kimia menjadi besaran listrik,
yaitu berupa tegangan, resistensi dan arus listrik. Secara fungsi sensor merupakan
suatu komponen masukan dalam rangkaian elektronika yang bisa merasakan atau
mendeteksi perubahan lingkungan sekitar dan menghasilkan output sesuai
fungsinya, misalnya sensor temperatur dimana sensor ini mengubah inputannya
menjadi sinyal listrik sedangkan komponen yang menghasilkan keluaranya
biasanya disebut actuator.

Sensor menurut pendapat beberapa ahli yaitu:


 Sensor merupakan sebuah alat yang berfungsi untuk mendeteksi atau
mengukur sesuatu yang digunakan guna mengubah variasi magnetis, sinar,
panas, mekanis dan kimia menghasilkan arus listrik dan tegangan. Dalam
lingkungan sitem pegendalian dan robotika, sensor memberikan kesamaan
yang menyerupai mata, pendengaran, hidung, lidah yang kemudian akan
diproses pada kontroler yang sebagai otaknya (Petruzella)
 D Sharon, mengatakan sensor merupakan sebuah peralatan yang berfungsi
guna mengetahui sinyal-sinyal maupun gejala-gejala yang berasal dari
perubahan sebuah energi seperti energi fisika, energi listrik, energi biologi,
energi mekanik, energi kimia dan sebagainya.
 Willian D C, mengatakan bahwa sensor sebuah peralatan yang dipergunakan
oleh energi dalam sebuah transmisi akan menyalurkan energi tersebut di
dalam bentuk yang lainnya yang merupakan transmisi lainnya.

Sensor dalam teknik pengaturan dan pengukurannya secara elektronik berguna


mengubah tegangan fisika (temperatur, cahaya, gaya, kecepatan dll) menjadi
besaran listrik yang tepat. Ada beberapa persyaratan umum untuk memenuhi
kualitas sensor tersebut yaitu :
 Linieritas Sensor
 Tidak bergantung temperatur
 Kepekaan / sensitivitas
 Waktu tanggapan (respon time)

3.2.1 Macam-macam Jenis Sensor

Secara umum menurut fungsi dan penggunaanya sensor dikelompokan kedalam


tiga bagian yaitu :
1. Sensor Mekanik
Sensor ini mendeteksi adanya perubahan gerak mekanis, misalnya
perpindahan posisi, melingkar atau gerak lurus, tekanan dan aliran.
Contoh : Load Cell, Proximity, Potensiometer, Strain Gage dan lainnya
2. Sensor Suhu
Sensor ini digunakan dalam mendeteksi sinyal perubahan temperatur (suhu)
pada dimensi ruang dan dimensi benda tertentu.
Contoh : Termistor, Bimetal, RTD, Termokopel, Photo Dioda, Hygrometer,
Photo Transistor dan lainnya
3. Sensor Optik
Sensor ini digunakan dalam mengetahui perubahan cahaya berasal dari
sumber cahaya, pantulan cahaya atau bias cahaya benda atau ruang.
Contoh : Photo Cell, Photo Diode, Pyrometer Optic dan lainnya.
Sesuai seperti kegunaan sensor adalah pendeteksi sinyal dan menginformasikan
sinyal tersebut ke sistem selanjutnya, maka fungsi atau peranan sensor tersebut
akan diteruskan oleh transduser, karena hubungan antara sensor dan transduser
sangat erat/kuat maka pemilihan transduser yang sesuai maupun tepat perlu juga
untuk diperhatikan.

3.3 Sensor Resistance Temperature Detector PT100 3Wire

Resistance Temperature Detector PT100 3Wire atau dikenal dengan Detektor


Temperatur Tahanan merupakan suatu alat yang dipergunakan guna menentukan
besaran atau nilai suatu temperatur maupun suhu dengan menggunakan elemen
sensitif dari kawat platina, tembaga, atau nikel murni, yang memberikan nilai
berupa tahanan terbatas pada masing-masing temperatur pada kisaran suhunya.
Semakin panas benda yang diukur, semakin tinggi atau semakin bertambah besar
nilai tahanan listriknya, begitu pula sebaliknya. PT100 3 Wire adalah tipe RTD
yang sangat populer yang dipergunakan di dunia industri.

Resistance Temperature Detector PT100 3Wire adalah sensor bersifat pasif,


karena sensor ini membutuhkan energi yaitu energi berasal dari luar. Elemen yang
digunakan umumnya pada tahanan resistensi adalah platina murni, kawat nikel,
dan tembaga, yang dipasang pada sebuah tabung supaya untuk memproteksi atas
kerusakan mekanis.

Resistance Temperature Detector PT100 3Wire merupakan sensor suhu yang


pengukuranya menggunakan prinsip perubahan resistansi atau hambatan listrik
logam yang dipengaruhi oleh perubahan suhu. Resistance Temperature Detector
PT100 3Wire salah satu sensor suhu digunakan dalam otomatisasi dan proses
kontrol. Elemen sensor Resistance Temperature Detector PT100 3Wire terdiri dari
wire-wound yang berupa tipe elemen yang tersusun dari kumparan platina (kawat
logam) yang melilit kaca atau keramik, yang ditutup dan ditempatkan dengan
selubung probe. Selubung probe banyak yang terbuat dari logam berupa jenis
inconel(logam dari paduan chrom, nikel, dan besi). Inconel digunakan untuk
selubung dari Resistance Temperature Detector PT100 3Wire karena memiliki
ketahanan dari korosi dan saat logam ini ditempatkan dalam medium gas maupun
cair, selubung inconel memiliki respon cepat dalam mencapai suhu tingkat
medium tersebut. Diantara kawat Resistance Temperature Detector PT100 3Wire
dan selubung probe juga terdapat porselen isolaor(keramik) untuk mencegah
hubung pendek diantara kawat platina dan selubung pelindung. Sedangkan jenis
logam untuk kawat Resistance Temperature Detector PT100 3Wire umumnya
adalah platina. Kawat Resistance Temperature Detector PT100 3Wire biasanya
juga terbuat dari tembaga dan nikel, namun platina merupakan bahan yang sangat
umum digunakan, karena memiliki tingkat akurasi yang lebih baik serta rentang
suhu yang lebih luas.
Gambar 3.3. Tampak fisik Resistance Temperature Detector PT100 3Wire

Gambar 3.4. Resistance Temperature Detector PT100 3Wire pada PT.


Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way Berulu

Spesifikasi sensor Resistance Temperature Detector PT100 3Wire adalah sebagai


berikut:

i. Akurasi pengukuran : 25˚C

ii. Rentang pengukuran : 0 O C sampai 350 O C

iii. Tegangan supplay: 5 volt

iv. Tingkat arus : 2 mA

v. Versi : 3 wire pt100


3.3.1 Konfigurasi Resistance Temperature Detector PT100 3Wire

Selain bahan yang berbeda, Resistance Temperature Detector PT100 3Wire juga
memilki konfigurasi utama yaitu lilitan kawat. Konfigurasi sensor dengan lilitan
kawat adalah jenis RTD PT100 3Wire kumparan dalam(internal) atau RTD PT100
3Wire kumparan luar(eksternal). Konstruksi dari RTD PT100 3Wire kumparan
dalam(internal) terdiri oleh kumparan resitif yang dililitkan melewati sebuah
lubang di isolator keramik, sedangkan kontruksi RTD PT100 3Wire kumparan
luar(eksternal) terdiri dari bahan lilitan resitif yang memliki liku-liku di sekitar
silinder kaca ataupun keramik, yang kemudian diisolasi.

Gambar 3.5. Konfigurasi RTD kumparan kawat

Konfigurasi tiga kawat terdiri dari dua lead arus dan satu lead tegangan yang
mengukur penurunan tegangan pada RTD. Resitansi lead tegangan yang tinggi
untuk meniadakan efek dari drop tegangan karena arus yang mengalir selama
pengukuran, seperti terlihat pada gambar berikut ini.
Gambar 3.6. Konfigurasi tiga kawat

Konfigurasi RTD tiga kawat di atas, wire A dan wire B harus mendekati panjang
yang sama. Panjang ini penting karena maksut jembatan wheatstone adalah
membuat impedansi kabel A dan kabel B, masing-masing bertindak sebagai kaki
jembatan yang berlawanan, membatalkan yang lain, meninggalkan wire C untuk
bertindak sebagai pembawa arus yang sangat kecil.
Dalam konfigurasi tersebut sangat ideal guna membatalkan resistensi kawat pada
rangkaian serta menghilangkan efek resistansi yang berbeda, yang kemungkinan
adalah masalah pada kinfigurasi dua kawat. Konfigurasi tiga kawat biasa
digunakan dalam pengukuran yang membutuhkan akurasi yang baik terhadap
aplikasi pengontrolan suhu/temperatur.

3.3.2 Prinsip Kerja Resistance Temperature Detector PT100 3Wire

Ketika suhu elemen sensor RTD naik, maka resistansi elemen tersebut juga akan
meningkat. Dengan kata lain, kenaikan suhu logam yang menjadi elemen resistor
RTD berbanding lurus dengan resitansinya. Elemen sensor RTD biasa ditentukan
dengan resistansi mereka dalam satuan ohm pada nol derajat celcius. Spesifikasi
sensor RTD yang paling umum adalah 100  (RTD PT100), yang memiliki arti
bahwa pada suhu 0O C, elemen RTD harus menunjukan nilai resistansi 100.

Dalam prakteknya, arus listrik tersebut akan mengalir melalui elemen sensor RTD
atau elemen resistor yang terletak di daerah atau tempat yang suhu atau
temperaturnya akan diukur. Nilai resistensinya dari sensor RTD kemudian akan
diukur oleh instrumen alat ukur, yang kemudian memberikan hasil bacaan dalam
suhu yang tepat, pembacaan suhu ini berdasarkan pada karakteristik resistansi
yang diketahui oleh RTD

Elemen sensor RTD PT100 3wire mempunyai dua tipe yang paling umum yaitu:

 Wire-wound
Wire-wound adalah jenis elemen yang terdiri dari platina (kumparan kawat
logam) yang melingkari kaca atau keramik, yang ditutup atau ditempatkan
dengan selubung probe sebagai pelindungnya. Seperti yang ditunjukan pada
gambar 3.7.

Gambar 3.7. Elemen wire-wound

 Thin film
Thun film merupakan jenis elemen RTD PT100 3wire yang terditri dari
lapisan bahan resitif yang sangat tipis(umumnya patina), yang diletakkan
pada substrat keramik yang dkemudian dilapisi dengan epoxy atau kaca
sebagai segel atau pelindungnya.

Gambar 3.8. Elemen thin film


3.3.3 Bentuk Konstruksi Resistance Temperature Detector PT100 3Wire

Pada dasarnya ada tiga bentuk dasar konstruksi resistance temperature detector
PT100 3wire yaitu RTD P100 kumparan kawat pada keramik tubular, RTD PT100
film tipis pada keramik, dan RTD PT100 kumparan kawat pada kaca tubular.
Platinum diunakan dalam sensor suhu RTD, karena sangat cocok untuk
pengukuran suhu yang tepat bila dibandingkan dengan logam lain dan paduan
logam lainya, karena reaksi kimianya. RTD platinum beroperasi atas dasar
perubahan nilai resistansi linear dengan adanya pengaruh suhu .

Gambar 3.9. Konstruksi RTD PT100 3wire kumparan kawat

Konstruksi dasar RTD PT100 3wire film tipis adalah melalui proses deposisi uap
platinum pada substrat keramik dengan penataan photolithography dan laser
pemangkasan. Hal ini memungkinkan sensor ini akan dibuat dalam ukuran kecil,
kurang dari 15x30 mm untuk PT100 guna pengukuran suhu permukaan. Oleh
karena itu biaya operasi rendah dan ukuran kecil, serta akurasi, stabilitas dan mas
pemakaian yang lama , maka perangkat RTD PT100 3wire film tipis cocok untuk
berbagai macam pengukuran suhu presisi dalam industri makanan dan minuman,
keras , otomotif , alat rumah tangga, peralatan medis, elektronik, komunikasi dan
pembangkitan energi.

RTD PT100 3wire film tipis adalah sensor suhu yang unik dan fleksibel, yang
digunakan tidak hanya dalam apliaksi pengontrolan suhu, dimana suhu sendiri
adalah penting, tetapi juga informasi parameter terkait lainya sangat diperlukan.
Informasi ini dapat dengan mudah didapatkan menggunakan suhu sebagai produk
sampingan dari prosesnya. Hal ini memungkinkan RTD PT100 3wire film tipis
dipergunakan untuk mengukur laju aliran.

Adapun bagian-bagian pada konstruksi RTD PT100 3wire adalah :

 Kumparan kawat platina merupakan bagian yang melilit kaca ataupun


keramik, yang ditutup atau diletakkan dengan selubung probe

 Inti yaitu bagian dalam dari sensor RTD PT 100 3 wire yang berfungsi untuk
menghantarkan sinyalyang telah di baca oleh sensor.

 Terminal sambungan marupakan tempat menyambungkan bagian atas sensor


RTD PT 100 3 wire dengan kabel keluaran.

 Kabel keluaran adalah salah satu kompenen yang berguna untuk


menghantarkan inputan yang telah dibaca oleh sensor ke temperatur kontrol
autonics tc4s yang akan ditampilkan di displaynya

Gambar 3.10. Bentuk PT100


3.4 Temperatur Kontrol Autonics TC4S

Temperatur kontrol atau kontrol suhu adalah proses dimana perubahan suhu ruang
dapat diukur atau tedeteksi, dan bagian dari energi panas yang kedalam atau
keluar dari ruang yang dapat diperoleh dengan menggunakan kontrol suhu,
diantaranya adalah penghematan energi, menjaga kondisi makanan agar tetap
segar, dan masih banyak lagi.

Dalam melaksanakan fungsinya, temperatur kontrol mengontrol suhu, tanpa


keterlibatan operator yang luas, sistem kontrol bergantung pada kontroler, yang
menerima sensor suhu seperti sensor RTD sebagai masukan. Ini bertujuan untuk
membandingkan suhu sebenarnya untuk kontrol suhu yang telah diinginkan,
ataupun setpoint, dan menyediakan output untuk mengontrol elemen.

Autonics TC4S merupakan temperatur kontrol yang gunanya untuk memproses


dan sebagai penampilan display dari nilai yang terukur dan sebagai indikator dari
sensor RTD(Resistance Temperature Detector PT100 3Wire). Autonic TC4S ini
sangat cocok sebagai kontrol sederhana ditingkat ukuran dan pengukuran suhu,
tempat meletakan autonic tc4s ini adalah sisi luar oven.

Gambar 3.11. Tampak Fisik Autonic tc4s

Spesifikasi autonic tc4s adalah sebagai berikut:

i. Tegangan supplay : 24 VAC

ii. Tengang konsumsi : maksimal 5VA

iii. Suhu sekitar : 23 o C

iv. Akurasi display : ± 1o C

v. Tipe input RTD PT100 3 wire : resistansi per wire max 5Ω

vi. Periode kontrol : 0,5 – 120,0 sec


vii. Berat unit : 97g

3.5 Kabel

Kawat atau kabel listrik adalah media yang menghubungkan suatu peralatan listrik
ke peralatan listrik yang lainnya ataupun sebagai penghantar tenaga listrik dari
sumber listrik ke peralatan yang menggunakan tenaga listrik. Pengertian kawat ini
sendiri adalah merupakan penghantar massif (single solid conductor ) atau
beberapa buah kabel yang digabungkan menjadi satu dan dibungkus oleh bahan
isolasi . sedangkan kabel itu sendiri merupakan penghantar listrik dua atau lebih
yang masing masing terbungkus bahan isolasi yang terpisah satu sama lainnya,
lalu bersama sama terbungkus isolasi (multi conductor cable). Penghantar listrik
dua atau lebih yang masing masing terbungkus bahan isolasi yang terpisah satu
sama lainnya,kemudian dipilin bersama.

Penghantar inti kabel biasanya terbuat dari bahana tembaga,baja, dan aluminium.
Dalam kabel kabel polyvinyl Choloride (PVC) terdapat penghantar penghantar
konsentrik yang berfungsi sebgai kawat netral yang di- ground-kan atau
pengahantar pengaman (PE dan PEN) dan juga terletak dibawah selubungkan
plastic kabel PVC untuk melindungi dari kerat akibat pengaruh lingkungan.

3.6 Kabel Supreme NYCY isi 3

Adalah jenis kabel dengan inti tembaga yang dianilkan dengan sistem isolasi
PVC, yang dilapisi bagian dalam PVC dab dilengkapi dengan perisai/pelindung
copper wire, serta pelindung atau lapisan terluar PVC yang memiliki tiga kabel
didalam nya, seperti kabel pada strika listrik. Dalam hal ini yang gunanya adalah
dalam pengiriman data dari satu alat ke alat yang lainya berjalan dengan lancar
tanpa adanya cacat (noise) yang disebabkan baik oleh daya yang kurang baik,
ataupun kualitas komponen yang tidak standar. Contohnya setelah data yang
dibaca sensor RTD(Resistance Temperature Detector PT100 3Wire) kemudian
dikirim melaui kabel ini untuk ditampilkan oleh autonic tc4s.
3.7 Motor AC 3 Fasa

Motor AC 3 Phasa berfungsi dengan menggunakan perbedaan fasa sumber untuk


menghasilkan gaya putar pada rotornya. Jika pada motor AC satu fasa untuk
mendapatkan beda fasa dibutuhkan penambahan komponen kapasitor, pada motor
tiga fasa perbedaan fasa sudah dihasilkan langsung dari sumbernya seperti terlihat
pada gambar arus 3 fasa dibawah ini:

Gambar 3.12. Perbedaan Fasa pada Motor AC 3 Fasa

Pada gambar diatas, arus 3 fasa memiliki perbedaan sudut fasanya sebesar 60
derajat antara fasanya. Dengan perbedaan ini, maka penambahan kapasitor tidak
dibutuhkan.

3.7.1 Konstruksi Motor 3 Fasa

Motor induksi tiga fasa memiliki dua komponen dasar yaitu rotor serta stator,
bagian rotor dibatasi dengan bagian stator oleh celah udara yang sempit dengan
jaraknya antara 0,4 mm sampai 4 mm. Tipe dari motor induksi tiga fasa
berdasarkan lilitan pada rotor dibagi menjadi dua jenis yaitu rotor belitan(wound
rotor) merupakan tipe rotor induksi yang mempunyai rotor terbuat dari lilitan
yang sama dengan lilitan statornya dan rotor sangkar tupai(squirrel cage rotor)
adalah jenis rotor induksi dimana konstruksi rotor tersusun oleh beberapa
batangan logam yang dimasukan melewati slot-slot yang ada pada rotor moor
induksi, kemudian setiap bagian disatukan oleh cincin sehingga menghasilkan
batangan logam terhubung singkat dengan batangan logam yan lain.

Gambar 3.13. Konstruksi Motor AC 3 Fasa

 Stator yaitu kompenen yang menentukan kinerja dari motor listrik, sehingga
dapat dikatakan sebagai komponen utama dalam motor listrik. Fungsi dari
stator adalah untuk menghasikan medan listrik di sekitar rotor.

 Rotor yaitu bagian dari motor listrik yang dililit dengan tembaga. Namun
kalau stator merupakan bagian yang bergerak. Jadi pada rotor memiliki poros
yang berfungsi sebagai keluaran tenaga penggerak, kecepatan yang diperoleh
dari rotor akan setara dengan jumlah lilitan kawat.

 Brush yaitu sikat tembaga yang befungsi guna menghubungkan arus listrik
dengan rotor.

 Poros yaitu salah satu dari komponen utama di motor listrik yang memiliki
peran sebagai poros tempat bersandingnya berbagai peralatan yang harus
digunakan.
 Bearing yaitu alat yang digunakan sebagai bantalan antara motor housing
dengan permukaan porosnya. Tujuan dari digunakannya bearing adalah
supaya putaran yang nantinya dihasilkan oleh motor listrik akan berlangsung
secara baik dan mulus.

 Motor Housing yaitu merupakan lempenan besi yang biasanya tipis dan
memiliki fungsi sebagai pelindung luar dari komponen-komponen yang
berada di dalam motor listrik.

3.7.2 Prinsip Kerja Motor AC 3 Fasa

Apabila sumber tegangan 3 fasa dipasang pada kumparan stator, akan


menimbulkan medan putar dengan kecepatan

ns =120 f/P

dimana:

ns = Kecepatan putaran

f = Frekuensi Sumber

p = Kutub Motor

medan putar di stator tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor.
sehingga pada batang konduktor dari rotor akan menghasilkan GGL induksi.
Akibat batang konduktor merupakan salah satu rangkaian yang tertutup maka
GGL akan menciptakan arus(I). Adanya arus(I) di dalam medan magnet akan
menghasilkan gaya(F) pada rotor. Jika kopel mula yang ditimbulkan oleh gaya(F)
pada rotor cukup besar memikul kopel beban, maka rotor akan berputar searah
dengan medan putar stator. GGL induksi dihasilkan karena terbelahnya batang
konduktor(rotor) oleh medan putar stator. Artinya supaya GGL induksi tersebut
muncul, dibutuhkan adanya perbedaan relatif antara kecepatan berputar rotor (nr)
dengan kecepatan medan putar stator (ns).

Perbedaan kecepatan antara ns dan nr disebut slip(s) dinyatakan dengan :

S = (ns-nr)/ns

jika nr = ns, GGL induksi tidak akan muncul dan arus tidak mengalir pada batang
konduktor(rotor), maka hal tersebut tidak dihasilkan kopel. Dilihat berdasarkan
cara kerjanya, motor induksi disebut juga sebagai motor asinkron atau tak
serempak.

3.7.3 Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Motor AC 3 Fasa

Adapun keuntungan dalam menggunakan motor ac 3 fasa yaitu :

 Konstruksi yang sederhana serta sangat kuat terlebih jika motor dengan rotor
sangkar.

 Harganya relatif murah dan kehandalanya tinggi.

 Effesiensi cenderung tinggi saat keadaan normal, dan tidak adanya sikat
sehingga rugi gesekan menjadi kecil.

 Ongkos pemeliharaan yang rendah dikarenakan pemeliharaan motor hampir


relatif tidak diperlukan.

Adapun kerugian dalam menggunakan motor ac 3 fasa yaitu :

 Kecepatan sulit dikontrol

 Power faktor yang rendah di beban ringan

 Arus start umumnya lima sampai tujuh kali dari arus nominal.

3.8 Blower
Blower merupakan sebuah alat yang diperuntukkan guna memperbesar atau
menaikkan tekanan udara atau gas yang akan disalurkan pada suatu ruangan
tertentu juga sebagai pemvakuman ataupun pengisapan udara atau gas tertentu.
Bila guna keperluan khusus, blower terkadang diberi nama lain contohnya untuk
keperluan gas dari bagian dalam oven kokas disebut dengan nama exhouter. Di
industri-indusri kimia alat ini umumnya digunakan untuk mensirkulasikan gas-
gas tertentu didalam tahap proses secara kimiawi dikenal dengan nama booster
atau sirkulator.

Gambar 3.14. Tampak fisik luar blower

Gambar 3.15.. Tampak fisik bagian dalam blower


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1.Proses Produksi Karet Pada PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha
Way Berulu

PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way berulu adalah salah satu
perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang hasil produksinya adalah
Karet. Pusat produksi karet terbesar di Lampung berada di PT. Perkebunan
Nusantara VII Unit Usaha Pewa. Sedangkan PT. Perkebunan Nusantara VII Unit
Usaha Way berulu hanya memproduksi karet dari wilayah PTPN Way Berulu dan
beberapa anak induk perkebunan karet seperti PTPN wilayah Way Lima dan
PTPN wilayah Berghen. Dan berikut adalah tahapan pembuatan karet yang
dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way Berulu.

4.2 Proses Produksi SIR(STANDARD INDONESIA RUBBER)

Proses pengolahan SIR dimulai dari penimbangan lateks pada jembatan timbang.
Setelah itu lateks yang masih berada pada tangki atau drum di ukur kadar K3 atau
Kaar Kering Karet. Pengukuran K3 dilakukan dengan
mengambil sampel lateks dengan menggunakan mangkok (500 ml). kemudian
sampel lateks diambil 100 gr dengan menggunakan gelas. Setelah itu lateks
diletakkan ke dalam mangkok dan diberi 3 tetes asam semut, kemudian diaduk
hinlatigga menggumpal. Lateks yang telah menggumpal kemudian digiling
sebanyak 12 kali, lalu dilap dan ditimbang hingga diketahui Kadar Kering
Karetnya.

Setelah diketahui K3-nya, lateks dimasukkan ke dalam bulking tank dan


diencerkan dengan kadar 20%. Kemudian lateks diberi Sodium Metabisulphite
(kadar 2-3%, 0,5kg/ton KK) dan diaduk dengan stirrer kurang lebih 15 menit agar
homogen. Setelah itu, lateks dimasukkan ke dalam bak penggumpalan (volume per
bak 4000 liter) bersamaan dengan pemberian asam semut (pengenceran 1%, 3-4
kg/ton KK) seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 4.1

Gambar 4.1. Proses memasukkan lateks ke dalam bulking tank


Kemudian lateks yang berada pada bak penggumpalan disemprot dengan
menggunakan SMB (Sodium Metabisulphite) lalu ditutup dengan menggunakan
terpal. Pembekuan lateks memakan waktu 10-15 jam dengan PH pembekuan 5,00.
Setelah lateks beku kemudian digiling menggunakan mobile crusher hingga
ketebalan lateks yang mulanya 30 cm menjadi 10 cm. Lalu lateks beku digiling
lagi menggunakan creeper 1 hingga ketebalannya 2cm. Kemudian digiling lagi
menggunakan creeper 2 dan creeper 3 hingga ketebalannya 2 cm dan 1 cm, serta
static screen yang akan memisahkan kotoran cair kedalam kolam penampungan
limbah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Proses penggilingan menggunakan creeper

Gambar 4.3. Remahan hasil gilingan creeper


Hasil gilingan creeper kemudian dibuat remahan dengan menggunakan hammer
mill. Setelah menjadi remahan, kemudian dimasukkan ke dalam box dan
dimasukkan ke dalam dryer. Dryer adalah alat pengering dengan menggunakan
bahan bakar solar. Bahan bakar solar yang dibutuhkan untuk dryer PT.
Perkebunan Nusantara VII Unit Way Berulu adalah sebanyak 45 Liter/Ton. Dryer
bersuhu 1180-1200C. setiap dryer berkapasitas 14 box (dengan kapasitas per box
120kg). Box-box tersebut masuk ke dalam dryer setiap 15 menit. Proses
pematangan hasil olahan tersebut selama 3,5 jam.

Gambar 4.4. Dryer SIR


Setelah itu hasil remahan lateks dimasukan kedalam mesin pendingin (cooling fan
) dan extra cooling fan hingga suhunya menjadi 40ºC. Kemudian hasil olahan
ditimbang seberat 35 kg, seperti yang ditunjukan oleh Gambar 4.5.

Gambar 4.5. Olahan karet SIR sebelum di press


Setelah ditimbang seberat 35 kg, SIR kemudian akan diambil sebagian sampel
untuk pengujian kualitas di Laboratorium, jika sudah melewati tahap ini maka
dilakukan proses press dan dimasukkan ke dalam metal detector guna mengetahui
apabila adanya benda-benda logam didalam bale karet. Jika hal tersebut terjadi
maka bale karet yang terdeteksi harus dilakukan pengecekan dengan cara
memotong bale dan membuang logamnya. Bale yang telah dipotong kemudian di
timbang ulang dan melanjutkan proses selanjutnya.

Setelah pengujian keamanan selesai dilakukan proses packing (pengepakan) yang


dikemas dengan plastik bungkus (titik leleh 1080C) dan disusun dalam metal box.
Setiap lapisan SIR diberi plastik interlayer, dan ditutup dengan politein hitam.
Metal box berisi 36 bale karet dengan cara disusun sebanyak 6 lapisan, artinya
setiap lapisan berisi 6 bale. Kemudian metal box tersebut disusun didalam gudang
dan siap untuk dipasarkan. Untuk kemasan SW dibungkus dengan plastik sungkup
dan kemudian disusun dalam gudang SIR. Setelah itu SIR akan dikirim ke
konsumen di berbagai provinsi di Indonesia bahkan sampai di ekspor ke luar
negeri.

Gambar 4.6. SIR yang telah di packing

Fffff
Sumber : PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way Berulu

Gambar 4.7. Proses pembuatan SIR

4.3. Proses Produksi RSS (RIBBED SMOKED SHEETS)

Proses produksi RSS dimulai dengan penimbangan lateks untuk mengetahui


netto. Kemudian dilakukan pengukuran Kadar Kering Karet (KKK). Proses
pengukuran Kadar Kering Karet pada RSS sama dengan pengukuran KKK pada
SIR. Setelah diukur Kadar Kering Karetnya, lateks diperiksa untuk mengetahui
ada atau tidaknya koagulan yang terdapat pada cairan lateks tersebut. Pengecekan
koagulan dilakukan dengan cara menuangkan cairan lateks pada kaca. Apabila
koagulan atau bintik yang terdapat pada lateks lebih dari tiga, maka lateks tersebut
tidak dapat digunakan sebagai bahan baku RSS.

Setelah dilakukan uji KKK dan koagulan atau bintik, lateks kemudian dialirkan
pada bulking tank dengan kadar 11%-14%. Setelah air dan lateks homogen, lateks
lalu dimasukkan ke dalam bak pembekuan atau bak koagulasi. Lateks kemudian
ditambahkan asam semut dengan dosis 6-7kg per ton Karet Kering. Setelah
ditambahkan asam semut, lateks kemudian diaduk sebanyak 8 kali dan dibuang
buihnya. Setelah itu bak-bak kemudian dipasang sekat/plat tossen sebanyak 75
sekat per bak, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8. Bak-bak dengan sekat/plat tossen

Lateks kemudian didiamkan selama 5-6 jam. Setelah membeku pada sore hari,
lateks yang telah membeku kemudian digiling sehingga tebal lembaran 3 cm.
Lembaran lateks kemudian dijemur menggunakan lori dengan kapasitas per lori
500-600 kg Karet Kering. Lembaran lateks yang masih basah kemudian ditiriskan
selama 5-6 jam. Seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 4.9.

(a)
(b)
Gambar 4.9. (a) Proses penggilingan lateks menjadi lembaran
(b) Penjemuran lembaran lateks menggunakan lori
Lori-lori tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kamar basah selama 4 hari dan
kemudian kamar kering selama dua hari. Pemakaian kayu yang digunakan untuk
pengasapan RSS yaitu 1,2 ton kayu per 1 ton karet kering. Setelah kering
lembaran RSS kemudian dibawa ke ruang sortasi untuk disortir dengan kriteria
penyortiran RSS 1, RSS 2, RSS 3 dan cutting A. Adapun lembaran RSS yang
sudah kering dan matang seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 4.10.

Gambar 4.10. Lembaran RSS yang matang


Pada RSS 1 gelembung tidak boleh lebih dari 3 dan lembaran RSS mulus. Pada
RSS 2 jumlah gelembung minimal 5% dari keseluruhan lembar RSS, sedangkan
pada RSS 3 jumlah gelembung minimal 10% dari keseluruhan lembar RSS.
Lembaran RSS kemudian di packing dengan berat per balle 113 kg dengan rincian
106-107 kg isi balle dan 7 kg lembar yang digunakan sebagai bungkus. Setelah
ditimbang dan dipress selama 20-24 jam, press-an balle kemudian dibuka dan
dibungkus menggunakan lembar RSS yang digunakan sebagai pembungkus.

Gambar 4.11. Karet RSS yang telah di packing

Sumber : PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way Berulu


Gambar 4.12.. Proses pembuatan RSS
4.4. Cara Kerja Stopper pada Oven PengasapanRSS(Ribbed Smoked Sheets)

PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way Berulu memiliki proses
pengasapan Karet RSS (Ribbed Smoked Sheets) yang berbeda dibandingkan
dengan PT. Perkebunan Nusantara lainnya, yaitu terletak pada bagian stopper atau
penghalang. Stopper merupakan alat yang dimodivikasi berdasarkan kebutuhan
dan pengalaman yang telah jalani baik dari segi waktu maupun kebutuhan hasil
produksi didalam proses pengasapan karet RSS (Ribbed Smoked Sheets). Pada
oven pengasapan karet RSS (Ribbed Smoked Sheets) memiliki 10 tempat untuk
meletakkan roli lembaran lateks per kamar , namun ada pengosongan 1 tempat
roli lembaran lateks sehingga menjadi 9 tempat untuk meletakkan roli lembaran
lateks per kamar yang digunakkan untuk meletakkan stopper.

Stopper atau penghalang berada di depan lubang (hole ) blower bagian depan
dimana pada lokasi penempatan stopper ini adalah tempat roli penjemuran
lembaran lateks yang sengaja dikosongkan untuk meletakkan stopper supaya tidak
terkena percikan bunga api secara langsung yang berasal dari lubang (hole)
blower bagian depan, penggunaan stopper ini untuk menghindari terjadinya
kebakaran pada oven pengasapan karet RSS (Ribbed Smoked Sheets) sebagaimana
sifat karet yang mudah terbakar. Pemasangan stopper sengaja ditempatkan pada
lubang (hole) blower bagian depan karena jauh dari jangkauan kontrol petugas
yang berjaga untuk memantau dan mengendalikan proses pengasapan karet RSS
(Ribbed Smoked Sheets) di oven. Namun pada lubang (hole ) blower bagian
belakang tetap diisi dengan roli penjemuaran lembaran latek karet RSS (Ribbed
Smoked Sheets) karena posisi lubang (hole) blower yang lebih dekat dengan
petugas yang berjaga pada oven pengasapan.

4.5. Pengunaan Sensor Resistance Temperatured Detector PT100 3 Wire pada


Oven Pengasapan RSS

Lateks adalah salah satu bahan baku pembuatan karet, terutama jenis karet Ribbed
Smoked Sheets, lateks lalu dimasukkan kedalam bak pembekuan. Setelah itu bak-
bak dipasangkan sekat/ plat tossen. Lateks kemudian didiamkan selama 5-6 jam.
Lateks yang telah membeku kemudian digiling sehingga menjadi lembaran setebal
3 cm. Lembaran lateks kemudian dijemur menggunakan lori dengan kapasitas per
lori 500-600 kg karet kering. Setelah di tiriskan selama 6 jam. Lori-lori kemudian
dimasukkan kedalam oven pengasapan. Artinya setiap kamar berkapasitas 5 Ton
karet kering (KK), dan 50 Ton karet kering (KK) untuk 10 kamar. Didalam satu
oven pengasapan terdiri dari dua kamar yaitu kamar basah dan kamar kering.
Pengasapan pada kamar basah dilakukan selama empat hari lalu dipindahkan
kedalam kamar kering yang dilukakan selama dua hari. Pengasapan ini bertujuan
agar lembaran lateks matang dengan kualitas yang bagus. PT. Perkebunan
Nusantara VII Unit Usaha way Berulu memiliki lima buah oven pengasapan.

Pada proses pemasakan/pengasapan resistance temperatured detector pt100 3


wire digunakan untuk mengukur dan mengontrol suhu di ruang kamar di oven
pengasapan. Pada hari pertama lembaran lateks dilakukan pengasapan dikamar
asap dengan suhu 35 0C-40 0C, suhu hari kedua 40 0C -45 0C. Pada hari kedua
dilakukan pengecekan lembaran lateks yang bertujuan untuk mengetahui adanya
gangguan pada lembaran lateks berupa jamur serta melepaskan beberapa lembaran
lateks yang menempel.

Gambar 4.13. Lembaran lateks pada hari kedua di dalam oven

Suhu hari ketiga sebesar 45 0C-50 0C, suhu hari keempat 50 0C-55 0C. Setelah
karet RSS berada di kamar basah selama empat hari, karet RSS dipindahkkan ke
kamar kering selama dua hari dengan suhu kamar sebesar 50 0C-600C.
Dalam proses pengasapan karet RSS di kamar basah dan kamar kering. Sensor
resistance temperatured detector pt100 3 wire dipasang pada sisi dinding asbes
dalam oven yaitu di bagian depan dan di bagian belakang kamar untuk
mengawasai perubahan suhu, baik penurunan maupun kenaikkan suhu pada
kamar.

Gambar 4.14. Tungku pembakaran oven

Apabila resistance temperatured detector pt100 3 wire membaca kenaikan suhu


melebihi jumlah yang telah ditetapkan maka akan dilakukan pengendalian secara
manual berupa pembukaan cerobong asap dan mengurangi bahan bakar kayu
karet pada tungku pembakaran. Sebaliknya jika suhu mengalami penurunan
melebihi besaran yang telah ditetapkan maka akan dilakukan penambahan bahan
bakar kayu karet di tungku pembakaran sampai suhu ruang menjadi normal
kembali.
SENSOR RTD
PT 100 3 WIRE

Gambar 4.15. Sensor Resistance Temperatured Detector PT100 3 Wire pada


Oven Pengasapan RSS

4.6 Prinsip Kerja Sensor Resistance Temperatured Detector PT100 3 Wire


pada Oven Pengasapan RSS

Prinsip kerjanya sensor resistance temperatured detector pt100 3 wire yang


digunakan untuuk pengukuran suhu ruang pada oven pengasapan RSS ini adalah,
ketika resistance temperatured detector pt100 3 wire diberi input berupa 5 volt
maka sensor resistance temperatured detector pt100 3 wire nya akan menerima
suhu panas pada oven pengasapan yang berasal dari asap panas pembakaran kayu
karet di tungku pembakaran yang dihantarkan melalui blower, maka panas
tersebut akan dikonversikan oleh resistance temperatured detector pt100 3 wire ke
dalam bentuk besaran listrik yaitu tahanan/hambatan. Panas yang dihasilkan
berbanding lurus dengan tahanan/hambatan dari jenis elemen logam platina yang
ada pada sensor resistance temperatured detector pt100 3 wire, kemudian bentuk
tahanan/hambatan tersebut diterima oleh tranduser merubahnya menjadi sinyal fisi
dan mengirimnya ke autonics TC4S .berikut gambar 4.12 dan 4.13 dibawah ini
adalah tampilan autonics TC4S dan sensor Resistance temperatured detector
pt100 3 wire di oven sebagai berikut :

Gambar 4.16. Resistance temperatured detector pt100 3 wire di dalam oven

Gambar 4.17 Tampilan autonics TC4S di sisi luar oven

SUHU RTD RESISTANSI


KAMAR SENSOR OHM Ω

DIGITAL 0C AUTONICS
TC4S
Gambar 4.18. Diagram blok sistem sensor suhu RTD PT100 3 wire

Pada gambar 4.18 dapat dijelaskan sebagai berikut. Setelah temperatur/suhu ruang
kamar di sesuaikan dengan temperatur yang diinginkan, dengan mengendalikan
asupan asap dari tungku pembakaran. Resistance temperatured detector pt100 3
wire akan mendeteksi/mengukur temperatur ruang kamar tersebut dengan
menggunakan prinsip perubahan nilai resistan, bahan di dalam sensor resistance
temperatured detector pt100 3 wire memiliki nilai resistan yang dapat berubah
sesuai dengan suhu panas di dalam kamar pengasapan yang diterimanya. Semakin
tinngi suhu kamar yang diterima sensor resistance temperatured detector pt100 3
wire, maka nilai resistan yang dihasilkan akan semakin bertambah. Kemudian
perubahan nilai resistan yang dihasilkan sensor resistance temperatured detector
pt100 3 wire tersebut akan dikonversikan guna mendapatkan nilai suhu yang
diukur lalu mengirimkanya ke tranduser, untuk mengubah sinyal dari sinyal
analog ke sinyal digital . Untuk mengetahui hasil pengukuran suhu dengan
menggunakan resistance temperatured detector pt100 3 wire dibutuhkan
temperatur kontrol autonics tc4s. Autonics tc4s akan menerima sinyal dari
resistance temperatured detector pt100 3 wire berupa nilai resistan, lalu
dikirimkan besaran sinyal tersebut ke input autonics tc4s dan kemudian
mengubahnya dalam bentuk satuan suhu sesuai dengan suhu kamar pada oven
pengasapan. Untuk di monitor dan dibandingkan dengan suhu yang sudah
diinginkan.

Pada tipe resistance temperatured detector pt100 3 wire ini, ketika suhu elemen
RTD meningkat, maka resitensi elemen tersebut juga akan meningkat. Dengan
kata lain, kenaikkan suhu logam yang menjadi elemen resistor resistance
temperatured detector pt100 3 wire berbanding lurus dengan resistansinya.
Elemen resistance temperatured detector pt100 3 wire umumnya ditentukan
sesuai dengan resistansi dalam (ohm) pada nol derajat celcius ( 0 0C). Jika suhu
yang dibaca adalah nol derajat celcius ( 0 0C) berarti tahanan/hambatan yang
diperoleh oleh resistance temperatured detector pt100 3 wire dan diterima oleh
tranduser adalah 100 ohm.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan dan hasil kerja lapangan selama
Kerja Praktek ini adalah sebagai berikut :

1. Proses pembuatan karet di PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way
Berulu terdapat dua proses produksi, yaitu proses produksi SIR(Standard
Indonesia Rubbed), dan proses produksi RSS(Ribbed Smoked Sheets)

2. Lateks adalah salah satu bahan utama pembuatan karet di PT. Perkebunan
Nusantara VII Unit Usaha Way Berulu

3. Pengendalian suhu kamar oven ditentukan dengan mengatur kapasitas bahan


bakar kayu karet yang menentukan jumlah asap panas di dalam kamar oven
sehingga proses pematangan atau pengasapan dapat dikendalikan.

4. Resistance temperatured detector pt100 3 wire adalah sensor suhu yang


gunanya untuk membaca suhu kamar oven untuk mengetahui temperatur
pengasapan pada PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way Berulu.
5. Autonic TC4S adalah suatu alat yang berfungsi sebagai penampilan display
dari data yang dikirim oleh Resistance temperatured detector pt100 3 wire
dan ditampilkan di sisi luar oven pengasapan dalam bentuk bilangan digital.

5.2 Saran

Setelah melakukan kerja praktik ini ada beberapa saran agar selanjutnya sistem
dapat bekerja dengan baik. Adapun saran yang diberikan adalah sebagai berikut :

1. Melakukan pemeriksaan rutin pada sensor Resistance temperatured detector


pt100 3 wire harus dihilangkan kerak-kerak yang menempel di badan sensor
agar sensor dapat bekerja dengan baik dan akurat dalam mengukur suhu
kamar oven.
2. Pada saat proses pematangan atau pengasapan lembaran lateks RSS di oven
berlangsung, tungku pembakaran dan bahan bakar kayu karet harus
diperhatikan persediaanya agar bisa dikendalikan ketika terjadi perubahan
suhu di dalam oven.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Anonim 2018. “Resistance Temperature Detector Details” . Skripsi


Universitas Sumatra Utara : Medan.

[2] Anonim. 2011. Buku Prosedur . PT. Nusantara VII Unit Usaha Way Berulu

[3] Anonim. 2018.”Temperature Controller TC4 Series manual “. Bucheon


Techno Park : Korea.

[4] http://id.silverinstruments.com/blog/2-3-or-4-wire-rtds.html diakses tanggal


10 September 2018
[5] https://www.slideshare.net/nhoen172/resistance-temperature-detector
diakses tanggal 8 September 2018

[6] http://electric-mechanic.blogspot.com/2013/08/digital-temperature-
controller.html diakses tanggal 30 Agustus 2018

Anda mungkin juga menyukai