Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS METODE PERHITUNGAN TAHANAN PENTANAHAN MENARA TRANSMISI SALURAN

UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 kV


Septiara Herwindusono1), Muhammad Hadin2), Agus Adhi Nugroho3)
1)
Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro FTI Unissula
2)
Dosen Pembimbing 1 Jurusan Teknik Elektro FTI Unissula
3)
Dosen Pembimbing 2 Jurusan Teknik Elektro FTI Unissula
Email: septiarahs@gmail.com

Abstrak

Menara saluran transmisi 150 kV memiliki sistem pentanahan yang berfungsi mengamankan menara dari gangguan
sambaran petir. Nilai tahanan pentanahan menara tranmsisi dalam kurun waktu tertentu akan mengalami perubahan
sehingga petugas PLN harus melakukan pengukuran tahanan pentanahan secara rutin pada menara-menara tersebut.
Namun fakta di lapangan ditemukan bahwa petugas pengukur sering mengunakan cara-cara pengukuran tahanan
pentahanan dengan skema yang tidak sesuai standar dan sering kali berubah-ubah menyesuaikan kondisi tanah, dan
batas pemilikan lahan PLN. Kondisi tersebut memungkinkan munculnya data-data pengukuran tahanan pentanahan yang
tidak akurat dan presisi.

Pada Tugas Akhir ini akan mencari mana skema terbaik dari skema-skema pengukuran yang biasanya dilakukan petugas
PLN dalam mengukur tahanan pentanahan. Hal ini dicapai dengan melakukan pengukuran menggunakan skema-skema
tersebut pada objek menara transmisi 150kV A24 (srondol – pandean lamper) dan A94 ( tambak lorok – ungaran).
Seluruh data hasil pengukuran kemudian dibandingkan dengan nilai sebenarnya dari objek yang diukur.Nilai tahanan
pentanahan yang sebenarnya ini didapatkan dari hasil perhitungan tahanan pentanahan menguakan parameter tahanan
jenis tanah, panjang dan diameter elektroda .

Dari hasil perbandingan ini ditemukan error pengukuran yang berbeda-beda tergantung variasi sudut dan jarak yang
dibentuk oleh titik (E) (P) (C) kabel earth tester pada masing-masing skema tersebut. Didapatkan kecendrungan semakin
besar nilai sudut dan jaraknya, maka akan semakin kecil nilai tahanan pentanahan yang terukur oleh earth tester.
Ditemukan bawah skema dengan akurasi yang lebih baik dari semua skema yang diuji terdepat pada skema pengukuran
dengan sudut 90 derajat dengan jarak 2,5 m dan 5 m. Skema ini teruji memiliki error pengukuran yang lebih kecil
dibandingkan skema lainnya.

Kata Kunci: Sistem pentanahan, menara 150 kV, pengukuran, earth tester.

1.1 Latar belakang Masalah kV harus sesuai standar, hal ini untuk menjamin
Sistem Tenaga listrik di Indonesia dibagi keamanan sistem bila terjadi sambaran petir. Pada
menjadi tiga bagian yakni pembangkit, Transmisi dan pemasangan pentanahan menara SUTT 150 kV, pasti
sistem pentanahan. Transmisi tenaga listrik dari memiliki standar pentanahan yang sesuai dengan
pembangkit sampai konsumen di lakukan dengan ketentuan, baik kedalaman maupun jarak antar
saluran 150 kV dan 500 kV. Operasi sistem tenaga elektrode yang digunakan dan sebagainya.
listrik kadang timbul gangguan antara sambaran petir, Sebagaimana diketahui, pentanahan ditanam
sambaran petir merupakan gejala alam yang sering dalam tanah, dalam kurun waktu yang tertentu
terjadi karena adanya loncatan muatan listrik antara kemungkinan terjadi perubahan dalam besarnya
awan dengan bumi, pada prinsipnya sebuah petir akan tahanannya sangatlah besar. Proses pengukuran secara
menyambar benda yang memiliki ketinggian lebih atau berkala tahanan pentanahannya, harus dilakukan
lebih dekat dengan awan, yang dapat mengakibatkan dengan teliti dan tidak boleh berakibat fatal nantinya.
kenaikan tegangan dan yang akan dapat merusak Oleh karena itu proses pengukuran pentahanan menara
peralatan listrik yang digunakan dalam sistem transmisi transmisi haruslah dengan metode dan cara-cara yang
tenaga listrik. Apalagi di Indonesia ini merupakan terstandar agar hasil yang didapatkan menghasilkan
Negara tropis yang berintensitas petir cukup tinggi. data yang akurat dan presisi. Namun fakta di lapangan
Untuk mengamankan sambaran petir, maka ditemukan bahwa petugas pengukur sering
dalam tower transmisi perlu diberikan media mengunakan cara-cara pengukuran tahanan pentahanan
perlindungan untuk penghantar, yaitu dengan kawat dengan skema yang tidak sesuai standar dan sering kali
tanah yang dipasang sepanjang SUTT 150 kV, dan berubah-ubah menyesuaikan kondisi tanah, dan batas
terhubung langsung dengan menara yang digrounding pemilikan lahan PLN.
(diketanahkan) yang diukur dengan pentanahan Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian
peralatan. ini menganalisis metode perhitungan tahanan
Pentanahan adalah suatu hal yang penting pentahanan menara transmisi yang dilakukan pada
karena agar ketika terjadi gangguan di menara 150 kV salah satu menara SUTT 150 kV untuk mencari metode
tidak akan membahayakan keselamatan manusia, sebab perhitungan yang paling tepat yang dapat memberikan
arus gangguan akan mengalir pada bagian peralatan dan nilai akurat mendekati nilai nyata dari tahanan
ke piranti pentanahan pada menara SUTT 150 kV, pentanahan menara tersebut.
besarnya harga tahanan pentanahan menara SUTT 150
1
1.2 Perumusan Masalah 2.1 Tinjauan Pustaka
Berdesarkan latar belakang di atas maka Tinjauan pustaka ini dibuat oleh peneliti untuk
perumusan masalah yang di ambil adalah sebagai membandingkan penelitian yang sudah perna
dilakukan oleh peneliti lain dengan penelitian yang
berikut :
penulis akan lakukan tentang tahanan pentanahan
1. Bagaimana mengidentifikasi parameter- menara transmisi saluran udara tegangan tinggi 150 kV.
parameter yang mempengaruhi tahanan Penelitian tentang tahanan pentanahan menara 150 kV
pentanahan menara? yang sudah dilakukan sebagai berikut :
2. Bagaimana cara menghitung nilai tahanan Penyebab tingginya tahanan kaki menara dari
pentahanan menara transmisi 150 kV? perubahan resistivitas tanah dan korosi.penelitian ini
3. Bagaimana skema pengukuran tahanan juga membahas tentang bagaimana cara menurukan
pentanahan yang tepat agar mengasilkan tahanan kaki menara berimpedansi tinggi dengan cara
nilai akurat dan sesuai standar. perawatan rutin dalam pekerjaan nya, penulis
4. Bagaimana pengaruh metode pengukuran mengrealisasikan 1 tahunan dan 6 bulanan untuk
tahanan pentanahan menara terhadap memantau kondisi fisik sistem pentahanannya dan
akurasi data yang didapatkan. dengan penambahan batang elektroda [1].
1.3 Batasan Masalah Pengaruh Backflashover yang diakibatkan
Untuk mencapai sasaran yang diinginkan dalam sambaran petir pada kawat pelindung atau kawat tanah,
laporan akhir ini, maka perlu dibuat batasan masalah pada saluran transmisi dan bisa merusak peralatan pada
yang akan dibahas yaitu : gardu induk. Untuk mengurangi tegangan lebih ini
1. Sistem pentanahan yang diteliti hanya dilakukan dengan cara mengatur pentahan pada menara
menggunakan ground rod (elektroda saluran transmisi dan pemasangan surge arrester. Serta
batang), tidak membahas tentang bahan penulis melakukan evaluasi akibat dari Backflashover
dari elektroda yang lainnya digunakan di terhadap pentahan menara terkonsentrasi dengan cara
menara besi/tembaga. menggunakan mengaplikasikan TGIR (Tower
2. Penelitian ini hanya dilakukan di wilayah Grounding Impulse Resistance) pada Software
menara transmisi 150 kV. ATPDraw [2].
3. Seluruh skema pengukuran yang dibuat
Faktor yang mempengaruhi nilai tahanan
menyerupai skema yang biasa di lakukan pentanahan menara adalah tahanan jenis tanahnya,
petugas PLN dalam mengukur nilai tahanan panjang ground rod dan diameter ground rod, serta
pentanahan menara 150 kV. memakai perhitungan menggunakan MATLAB 2012b,
1.4 Tujuan Penelitian dan serta hasil dari pengukuran dan perhitungan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai didapatkan selisih rata-rata penurunan sebesar 23,32%
berikut: [3].
1. Mengetahui parameter sistem pentanahan Dari penelitian tersebut penulis membahas
menara. mencari metode pengukuran yang paling tepat yang
2. Mengetahui cara perhitungan tahanan dapat memberikan nilai akurat mendekati nilai nyata
pentanahan menara transmisi. dari tahanan pentanahan menara.
3. Mendapatkan gambaran yang jelas tentang
pengaruh variasi skema pengukuran 2.2 Sistem Transmisi
terhadap nilai tahanan pentanahan menara Saluran transmisi merupakan salah satu
transmisi yang dihasilkan. komponen dalam sistem tenaga listrik yang memegang
4. Memperoleh skema pengukuran dengan peranan yang sangat penting dalam proses penyaluran
akurasi yang baik untuk mencari nilai tenaga listrik, oleh karena itu pengamanan pada saluran
tahanan pentanahan menara transmisi 150 transmisi perlu diperhatikan, umumnya gangguan-
kV. gangguan pada saluran transmisi yaitu gangguan petir,
gangguan hubung singkat dan lain-lain.
1.5 Manfaat Penelitian Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan
Manfaat yang diharapkan pada penelitian Tugas Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)
adalah sarana yang terbentang di udara untuk
Akhir ini adalah sebagai berikut:
menyalurkan tenaga listrik dari Pusat Pembangkit ke
1. Menambah pengetahuan pada bidang elektro Gardu Induk (GI) / Gardu Induk Tegangan Ekstra
khususnya konsentrasi sistem tenaga listrik Tinggi (GITET) atau dari GI / GITET ke GI /GITET
dalam hal tahanan pentanahan menara lainnya yang disalurkan melalui konduktor yang
transmisi saluran udara tegangan Tinggi direntangkan antara tiang-tiang (tower) melalui
(SUTT) 150 kv. insulator-insulator dengan sistem tegangan tinggi (30
2. Membantu mengevaluasi metode kV, 70 kV, 150 kV) atau tegangan ekstra tinggi (275
pengukuran pentanahan menara, apakah kV, 500 kV).
telah sesuai dengan standard sehingga PLN
dapat memperoleh data tahanan pentanahan 2.3 Pentanahan Kaki Tower (Grounding Tower)
menara transmisi yang akurat dan presisi. Pentanahan adalah perlengkapan pembumian
sistem transmisi yang berfungsi untuk meneruskan arus

2
listrik dari tower SUTT maupun SUTET ke tanah dan 2. Electroda plat, yaitu plat logam yang
menghindari terjadinya back flashover pada insulator ditanam tegak lurus atau mendatar
saat grounding sistem terkena sambaran petir. tergantung dari tujuan penggunaannya.
Pentanahan tower terdiri dari konduktor tembaga atau Pentanahan ini umumnya untuk
konduktor baja yang diklem pada pipa pentanahan yang pengamanan terhadap petir. Bila
ditanam di dekat pondasi tiang, atau dengan menanam digunakan sebagai elektroda pembumian
plat aluminium/ tembaga disekitar pondasi tower yang pengaman maka cara pemasangannya
berfungsi untuk mengalirkan arus dari konduktor tanah adalah tegak lurus dengan kedalaman
akibat sambaran petir. kira-kira 1 meter di bawah permukaan
tanah dihitung dari sisi plat sebelah atas.
Bila digunakan sebagai elektroda
pengatur yaitu mengatur kecuraman
gradien tegangan guna menghindari
tegangan langkah yang besar dan
berbahaya, maka elektroda plat tersebut
ditanam mendatar. Pentanahan hantaran
netral dengan menggunakan elektroda
Gambar 2.1 Pentanahan Tower pelat sudah jarang dipakai karena tidak
menguntungkan, sebab harganya terlalu
Jenis-jenis pentanahan tower pada SUTT/ SUTET: mahal, mudah berkarat dan juga kurang
praktis, dimana waktu pengecekan harus
1. Electroda batang, yaitu suatu rel
digali lobang terlebih dahulu.
logam yang ditanamkan tegak lurus ke
dalam tanah dengan kedalaman antara 1
sampai 10 meter. Pentanahan ini paling
sederhana dan efektif, dimana nilai
tahanan tanah adalah rendah. Pentanahan
ini paling banyak digunakan, karena
mempunyai banyak keuntungan apabila
dibandingkan dengan menggunakan Gambar 2.3 Grounding Electroda Plat
elektroda lainnya. Keuntungan
menggunakan batang elektroda ini harga 3. Counterpoise electrode, yaitu suatu
elektroda ini cukup murah dan mudah konduktor yang digelar secara horisontal
didapat, pemasangannya mudah dan di dalam tanah. Pentanahan ini dibuat
tidak memerlukan tempat yang luas, pada daerah yang nilai tahanan tanahnya
apabila ditanam sampai pada kedalaman tinggi atau untuk memperbaiki nilai
air tanah dengan maksud supaya tahanan tahanan pentanahan.
pentanahan menjadi rendah, dan apabila
tahanan dari sebuah elektroda belum
cukup rendah, disekitar elektroda yang
pertama dapat dipasang elektroda lain
yang kemudian dihubungkan secara
paralel untuk mendapatkan tahanan
pentanahan yang lebih rendah. Makin
panjang elektroda batang ditanam dalam
tanah, maka tahanan kontaknya terhadap
tanah akan semakin kecil karena
menurunnya tahanan jenis tanah dan Gambar 2.4 Grounding Counter Poise
bertambahnya luas permukaan tanah
yang terkena elektroda. 4. Mesh electrode, yaitu sejumlah
konduktor yang digelar secara horisontal
di tanah yang umumnya cocok untuk
daerah kemiringan.

Gambar 2.2 Grounding Electroda Rod

Gambar 2.5 Grounding Mesh


3
Komponen-komponen pentanahan tower:  Periksa kondisi dan perlengkapan
1. Konduktor pentanahan, terbuat dari bahan penunjang alat ukur digital earth tester.
yang konduktifitasnya besar.  Earth Tester mempunyai tiga kabel
2. Klem pentanahan atau sepatu kabel. diantaranya adalah kebel merah (C),
3. Batang pentanahan. kuning (P) dan hijau (E).
4. Klem sambungan konduktor pentanahan.  Mehubungkan kabel ke Earth Tester
Nilai pentanahan pembumian yaitu dasar atau dengan warna yang sudah di tentukan pada
acuan suatu nilai tahanan dari penghubung suatu titik alat ukur.
listrik atau penghantar. Nilai suatu standar pembumian  Mehubungkan kabel merah serta kuning ke
telah diatur dalam Persyaratan Umum Instalasi Listrik tanah dengan masing-masing jarak kurag
(PUIL 2000) peraturan yang sesuai dan berlaku hingga lebih 5-10 meter dari batang elektroda
saat ini, yaitu kurang dari sama dengan 5 Ω, dijelaskan pentanahan atau grounding.
bahwa nilai tersebut merupakan batas dari pentanahan  Mehubungkan juga kabel hijau ke batang
tertinggi pembumian (grounding) yang masih elektroda grounding yang sudah terpasang.
ditoleransi. Akan tetapi pada keadaan struktur tanah  Melakukan pengukuran grounding
tertentu diperbolekan hingga mencapai nilai tahanan 10 (tahanan pentanahan) dengan memutar
Ω. Apabila nilai pentanahan pembumian (grounding) knob alat ukur pada poisisi 20 Ω, 200 Ω
tidak sesuai dengan nilai standarnya maka seharusnya atau 2000 Ω tergantung dari kondisi tanah
perlu dilakukan upaya untuk menyesuaikan dengan pada area setempat yang akan diukur.
nilai yang telah ditentukan. Jika nilai pentanahan
 Kemudian metekan tombol earth tester
pembumian terlalu besar , maka akan berpengaruh
untuk mengetahui pentanahan grounding
negatif pada komponen dari instalasi tersebut,
menara, biasanya berwarna kuning / merah
dikarenakan pembumian yang tidak sempurna akan
dan pada displai alat ukur akan muncul
menimbulakan arus sisa yang akan merusak komponen
nilai tahanan pentanahan.
– komponen penyusun, terutama komponen elektronik
 Selesai, nilai pentanahan grounding sudah
yang sangat peka terhadap arus listrik. Alat pengukur
di ketahui.
nilai pentanahan (grounding) Earth Tester adalah
sebuah alat pengukur pentanahan (grounding). Pada
Pembumian sistem transmisi yang berfungsi
dasarnya grounding atau pembumian di gunakan untuk
untuk meneruskan arus listrik dari tiang SUTT maupun
mengamankan alat listrik atau elektronika dari induksi
SUTET ke tanah. Pentanahan tiang terdiri dari
listrik ketika terjadi gangguan yang diakibatkan oleh
konduktor tembaga atau konduktor baja yang diklem
sambaran petir. Untuk mengukuran nilai pentanahan
pada pipa pentanahan yang ditanam di dekat pondasi
tersebut menggunakan earth tester tersebut.
tiang, atau dengan menanam plat aluminium/ tembaga
disekitar pondasi tiang yang berfungsi untuk
mengalirkan arus dari konduktor tanah akibat sambaran
petir.
Nilai pentanahan tiang harus dibuat sekecil
mungkin agar tidak menimbulkan tegangan tiang yang
tinggi yang pada akhirnya dapat mengganggu sistem
penyaluran. Batasan nilai pentanahan tiang sebagai
berikut:
 Sistem 70 kV : maksimal 5 Ω
Gambar 2.6 Earth Tester  Sistem 150kV : maksimal 10 Ω
 Sistem 275 kV / 500kV : maksimal 15 Ω
Cara pengukuran nilai tahanan pentanahan (grounding)
menggunakan Earth Tester sebagai berikut : 2.4 Pentanahan dengan Ground Rod
Pentahan dengan Ground Rod adalah
pentanahan yang dilakukan dengancara menancapkan
batang elektroda ke tanah (PLN,1997). Menurut T. S.
Hutauruk [7] (1986;157) Besarnya tahanan pentanahan
dapat dihitung dengan persamaan dengan :
𝜌 2𝐿
R=( ) ln ( ) (2.1)
2𝜋𝐿 𝑑
dengan :
Gambar 2.7 Pengukuran Earth Tester
R = tahanan pentanahan menara (ohm)
Periksa kondisi batang elektroda grounding ρ = tahanan jenis tanah (ohm-cm)
menara yang akan diukur. Bila kotor bersihkan dahulu L = panjang elektroda (cm)
permukaan batang tersebut dengan lap bersih / kertas d = diameter batang elektroda (cm)
amplas, agar jepitan kabel probe dapat menyentuh
langsung bagian permukaan tembaga yang sudah bersih 2.5 Tahanan Jenis Tanah
dan untuk mencegah terjadinya kesalahan pembacaan Tahanan jenis tanah merupakan faktor
pada alat ukur. terpenting yang paling sangat berpengaruh akan
4
besarnya nilai resistansi dari pentanahan. Lokasi dari 3.1 Model Penelitian
suatu sistem pentanahan sangat berperan penting, oleh Dalam model penelitian ini peneliti akan
sebab itu maka dalam pembuatan suatu sistem melakukan pengukuran tahanan pentanahan menara 150
pentanahan perlu di perhatikanya nilai tahanan jenis kV dan melakukan berbagai variasi skema yang sudah
tanah yang ada disekitar. dibuat penulis. Skema yang akan di lakukan yaitu skema
Nilai tahanan jenis tanah tergantung pada sejajar yang didapatkan buku pedoman PLN dan penulis
beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu : membaca gambar dari penutup box earth tester, serta
a. Jenis tahan. melakukan skema pengambilan nilai pengukuran
b. Lapisan tanah (berlapis dengan tanahan dengan sudut 90ᵒ dan sudut 180ᵒ serta dengan panjang
yang berbeda) kabel pengukuran yang berbeda. Berikut ini adalah
c. Kelembaban tanah. gambaran variasi skema yang dimaksud.
d. Temperatur.
Tahanan jenis tanah sangat bervariasi dari 500 –
50.000 Ω⁄𝑐𝑚3 , kadang – kadang harga ini dinyatakan
dalam Ω⁄𝑐𝑚. Pernyataan Ω⁄𝑐𝑚 mempresentasikan
tahanan antara dua permukaan yang berlawanan dari
suatu volume tanah yang berisi 1 𝑐𝑚3 .
Sering dilakukan percobaan untuk mengubah
komposisi kimia yang ada di dalam tanah dengan
menggunakan garam pada tanah dekat elektroda
pentanahan dengan tujuan agar membuat nilai
resistansi pentanahan menjadi lebih rendah. Cara ini
hanya berdampak sementara karena penggaraman
harus dilakukan secara periodik, setidaknya setiap
enam bulan sekali. Nilai resistansi pentanahan sendiri
tergantung dari kedalaman elektroda pentanahan,
karena nilai resistansi pentanahan akan semakin baik
apabila telah mencapai titik air tanah yang konstan.
Dalam satu lokasi terdapat beberapa jenis tanah
sehingga untuk mendapatkan nilai tahanan jenis
tanahnya dengan pendekatan menggunakan nilai rata –
rata dari jenis tanah yang ada pada lokasi tersebut. Nilai
rata – rata ini diambil karena beberapa jenis tanah yang
Gambar 3.1 skema sejajar pengukuran tahanan
ada pada satu lokasi dapat bercampur sehingga dapat
pentanahan menara dengan panjang 2,5 m dan 5 m
menpengaruhi nilai dari tahanan jenis tanah yang ada
pada lokasi tersebut.
Sebelumnya pernah dilakukan penelitian oleh
para ahli terhadap nilai tahanan jenis tanah, sehingga
didapatkan beberapa pendekatan dari nilai tahanan
jenis tanah berdasarkan jenis tanah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Tahanan jenis tanah.
Jenis Tanah Tahanan Jenis
Tanah (Ω)
Humus Lembab 30
Tanah Liat 100
Tanah Liat Berpasir 150
Pasir Lembab 300
Pasir Kering 1000
Beton 1;5 400
Krikil Lembab 500
Krikil Kering 1000
Tanah Berbatu 3000
Batu Karang 107
Dan peneliti menggunakan Tabel 2.1 tahanan
jenis tanah ini untuk dijadikan parameter jenis tanahnya
yaitu tanah liat dengan nilai 100 ohm dan tanah liat
berpasir dengan nilai 150 ohm.
Gambar 3.2 skema sejajar pengukuran tahanan
pentanahan menara dengan panjang 5 m dan 10 m
5
Gambar 3.3 skema 90ᵒ pengukuran tahanan pentanahan
menara dengan panjang 2,5 m dan 5 m
Gambar 3.5 skema 180ᵒ pengukuran tahanan
pentanahan menara dengan panjang 2,5 m dan 5 m

Gambar 3.4 skema 90ᵒ pengukuran tahanan pentanahan


menara dengan panjang 5 m dan 10 m

Gambar 3.6 skema 180ᵒ pengukuran tahanan


pentanahan menara dengan panjang 5 m dan 10 m

3.2 Lokasi Penelitian


Dalam penelitian ini, penulis mengambil sampel
Menara transmisi 150 kV pada menara A 24 srondol –
pandean lamper dan menara A 94 tambak lorok –
6
ungaran. Karena dari sampel dua menara ini sudah 3.3 Metodologi skema Pengukuran Tahanan
berbeda dari jenis tanahnya. Karena itu pasti ada Pentanahan Menara Transmisi
penyebabnya jenis tanahnya berbeda. Berikut ini adalah Dalam penelitian ini penulis menggambil data
primier pengukuran dari dua menara 150 kV yang
gambar dan peta dari objek penelitian yang dimaksud.
berbeda lokasi. Pengambilan data tahanan pentanahan
menggunakan alat Earth Tester dengan cara
menghubungkan ketiga kabel keluaran alat dengan
objek yang diukur seperti pada Gambar 2.26 Kombinasi
penempatan kabel E,P dan C beserta jarak antar
ketiganya akan menghasilkan skema pengukuran yang
berbeda dan hasil pengukuran yang berbeda pula.
Pengambilan data tahanan pentanahan
menggunakan Earth Tester ini dilakukan dengan variasi
cara yang terbagi dalam 3 skema.
Sekema Pengukuran sejajar sejajar yang seperti
di buku standar PLN tentang tahanan pentanhan kaki
Gambar 3.7 peta lokasi menara A 24 srondol – pandean menara, menguji coba metode 90ᵒ bisa dilihat dari lay
lamper out, serta 180ᵒ bisa dilihat di lay out, dan memakai jarak
yang berbada dari batang elektroda menara dengan
panjang 2,5 meter kabel berwarna kuning ( P ) 5 meter
kabel berwerna merah ( C ) , dan 5 meter kabel berwarna
kuning ( P ) 10 meter kabel berwarna merah ( C ) di
masing-maisng menera, dan didapatkan nilai tahanan
pentanahan merana sebanyak 12 hasil pengukuran, dari
2 menera tersebut sehingga 12 hasil pengukuran ini
dapat membantu untuk menghasilkan nilai tahanan
pentanahan dibawah 10 Ω serta dari hasil perhitungan
penulis dengan memakai rumus (2.1) yang sudah ada
untuk Ground Rod .
Untuk mengetahui skema mana yang paling baik
Gambar 3.8 peta lokasi menara A 94 tambak lorok – untuk digunakan dalam pengukuran tahanan pentanahan
ungaran Menara transmisi 150 kV, maka penulis membuat
beberapa skema pengukuran yang akan diuji. Skema-
skema tersebut terdiri dari skema standard diambil dari
buku pedoman PLN dan juga berdasarkan beberapa
alternative skema pengukuran lainnya berdasarkan
pengamatan langsung terhadap kebiasaan petugas PLN
dalam mengukur tahanan pentanahan Menara transmisi
dilapangan. Adapun skema-skema yang dimaksud
diuraikan sebagai berikut

3.3.1 Skema 1 (Sejajar jarak 2,5 m & 5 m)


Metode pengukuran sejajar ini adalah sesuai
dengan panduan petunjuk pemakaian alat Earth Tester.
Gambar 3.9 lokasi penelitian menara A 24 srondol – Dengan menggunakan digital Earth Tester model
pandean lamper 4105A Kyoritsu penulis memasang semua terminal
kabel pada alat ukur Earth Tester. Kabel berwarna hijau
(E) dihubungkan pada batang elektroda menara lalu
kabel warna kuning (P) dipasang dengan jarak 2,5meter
dari (E) kemudian kabel berwarna merah (C) dengan
panjang 5meter dari titik batang elektroda menara.
Setelah itu menghidupkan alat Earth Tester dengan
mangatur range ke 20 Ω
Skema ini dapat diilustrasikan sesuai pada Gambar 3.11
berikut.

Gambar 3.10 lokasi penelitian menara A 94 tambak


lorok – ungaran
7
meter dan kabel berwarna merah (C) dengan panjang 5
meter dari titik batang elektroda menara.
Disini penulis mencoba menggunakan skema sudut 90ᵒ,
setelah itu menghidupkan alat Earth Tester dengan
mangatur range ke 20 Ω. Ilustrasi skema pengukuran ini
dapat digambarkan pada Gambar 3.13 berikut.

Gambar 3.11 skema metode pengkuran tahanan


pentanahan sejajar dengan Panjang kabel P 2,5 meter
dan kabel C 5 meter

3.3.2 Skema 2 (sejajar jarak 5 m & 10 m)


Pada Skema pengukuran dua, Konfigurasi
pemasangan kabel (E) (P) dan (C) adalah sama sama
saja dengan skema satu. Hanya saja pada skema dua ini
digunakan jarak 5 meter antara (E) dan (P) kemudian 10
meter antara (E) dan (C). Setelah itu menghidupkan alat Gambar 3.13 skema metode pengkuran tahanan
Earth Tester dengan mangatur range ke 20 Ω sesuai pentanahan sudut 90ᵒ dengan Panjang kabel P 2,5
yang ditunjukan pada Gambar 3.12 berikut. meter dan kabel C 5 meter

3.3.4 Skema 4 (Membentuk Sudut 90 Derajat pada


jarak 5m dan 10m )
Pada Skema pengukuran empat ini, konfigurasi
pemasangan kabel (E) (P) dan (C) adalah sama sama
saja dengan skema tiga. Hanya saja pada skema empat
ini digunakan jarak 5 meter antara (E) dan (P) kemudian
10 meter antara (E) dan (C). Setelah itu menghidupkan
alat Earth Tester dengan mangatur range ke 20 Ω, sesuai
yang ditunjukan pada Gambar 3.14 berikut.

Gambar 3.12 skema metode pengkuran tahanan


pentanahan sejajar dengan Panjang kabel P 5 meter dan
kabel C 10 meter

3.3.3 Skema 3 (Membentuk Sudut 90 Derajat pada


jarak 2,5m dan 5m )
Dengan menggunakan alat digital Earth Tester
dengan model 4105A Kyoritsu, penulis meakukan
pengukuran tahanan pentanahan Menara 150 kV dengan Gambar 3.14 skema metode pengkuran tahanan
memasang kabel berwarna hijau (E) di batang elektroda pentanahan sudut 90ᵒ dengan Panjang kabel P 5 meter
menara dan kabel warna kuning (P) dengan panjang 2.5 dan kabel C 10 meter

8
3.3.5 skema 5 (Membentuk Sudut 180 Derajat pada 3.4 Data penelitian
jarak 2,5 m dan 5 m ) Data penelitian yang digunakan adalah berupa
Dengan menggunakan alat digital Earth Tester data primier yang diambil langsung dari objek yang
dengan model 4105A Kyoritsu, penulis meakukan diteliti yaitu menara A 24 srondol – pandean lamper dan
pengukuran tahanan pentanahan Menara 150 kV dengan menara A 94 tambak lorok – ungaran.
memasang semua terminal kabel pada alat ukur Earth Sedangkan untuk data sekunder diambil dari
Tester dengan kabel berwarna hijau (E) di batang beberapa jurnal , buku, dan tugas akhir yang relevan
elektroda menara dan kabel warna kuning (P) dengan tentang tahanan pentanahan. Bisa dilihat di Tabel 3.1
panjang 2.5 meter dan kabel berwarna merah (C) dengan data parameter masukan rumus.
panjang 5 meter dari titik batang elektroda. Penulis
mencoba menggunakan sudut 180ᵒ, setelah itu 3.5 Prosedur / Tahap Penelitian
menghidupkan alat Earth Taster dengan mangatur range Tahapan / prosedur penelitian yang penulis
ke 20 Ω. Skema pengukuran ini dapat dilihat sesuai pada lakukan dapat dilihat pada diagram alir dibawah ini.
Gambar 3.15 berikut.

Gambar 3.15 skema metode pengkuran tahanan


pentanahan sudut 180ᵒ dengan Panjang kabel P 2,5
meter dan kabel C 5 meter

3.3.6 skema 6 (Membentuk Sudut 180 Derajat pada


jarak 5 m dan 10 m )
Pada Skema pengukuran enam ini, konfigurasi
pemasangan kabel (E) (P) dan (C) adalah sama sama
saja dengan skema lima. Hanya saja pada skema enam
ini digunakan jarak 5 meter antara (E) dan (P) kemudian
10 meter antara (E) dan (C) sesuai yang ditunjukan pada
Gambar 3.16 berikut.

Gambar 3.17 Flowcart / Diagram Alir Tugas Akhir

Deskripsi tahapan tugas akhir dimulai dari start,


kemudian memasukan inputan parameter tahanan
pentanahan menara transmisi 150 kv yaitu L panjang
elektroda (cm), d diameter elektroda (cm) dan ρ jenis
tanah (Ω/cm). Kemudian itu peneliti mengukur tahanan
pentanahan menara dan menguji skema yang sudah di
rencanakan di lokasi. Kemudian itu peneliti
mendapatkan hasil pengukuran tahanan pentanahan
menara. Kemudian peneliti melakukan perhitungan
Gambar 3.16 skema metode pengkuran tahanan tahanan pentanahan menara dengan mekakai persamaan
pentanahan sudut 180ᵒ dengan Panjang kabel P 5 meter (2.1) untuk pendekatan matematis untuk mengetahui
dan kabel C 10 meter nilai sesungguhnya dari objek diteliti adalah pendekatan
9
yang dijadikan patokan untuk mendapatkan nilai Dari hasil perhitungan ini diketatahui nilai
sesungguhnya dari tahanan pentanahan. Kemudian sesungguhnya dari tahanan pentanahan menara A24
didapatkan hasil perhitungan. Kemudian peneliti Srondol-Pandean Lamper adalah sebesar 0,0425 Ohm.
Menghitung persentasi selisi antara hasil perhitungan Nilai inilah yang nantinya menjadi patokan untuk
terhadap hasil pengukuran dari masing-masing skema. menentukan seberapa besar error pengukuran yang
Kemudian tampilkan persentasi selisih dari perhitungan terjadi pada objek menara A24 Srondol-Pandean
dan pengukuran masing-masing skema. Kemudian Lamper.
menentukan nilai persentasi selisih terkecil dari seluruh
skema yang ditampilkan. Kemudian outpunnya 4.1.2 Perhitungan Menara A 94 Tambak Lorok –
didapatkan skema pengukuran tahanan pentanahan Ungaran
transmisi yang akurat dan presisi. Kemudian membuat Menara A 94 merupakan menara transmisi 150
kesimpulan yang terakhir adalah selesai. kV yang menghubungkan GI Tambak Lorok dan GI
Tabel 3.1 data parameter masukan rumus Ungaran. Menara ini berdiri diatas tanah liat berpasir
sehingga sesuai pada table 2.1 tahanan jenis (ρ) yang
No Data parameter perhitungan Nilai digunakan adalah 150 Ω/cm. Sistem pentanahan yang
tahanan pentanahan digunakan sama dengan menara A 24 yaitu
menggunakan elektroda batang dengan panjang (L) 200
1. Tahanan jenis tanah menara A 100 Ω cm dan diameter (d) 1,905 cm. Dari parameter ini jika
24 srondol – pandean lamper dihitung maka akan didapatkan nilai tahanan
pentanahan (R) sebagai berikut :
2, Tahanan jenis tanah menara A 150 Ω
94 tambak lorok – ungaran R =(
𝜌
) ln (
2𝐿
)
2𝜋𝐿 𝑑
150 (2) (200)
3. Panjang elektroda 200 cm = ( (2) (3,14) ) ln ( )
(200) 1,905
= ( 0,11942 ) ( 5,3469 )
4. Diameter elekroda 1,905 cm = 0,638 Ω
Dari hasil perhitungan ini diketahui nilai
sesungguhnya dari tahanan pentanahan menara A94
4.1 Perhitungan Tahanan Pentanahan Menara Tambak Lorok-Ungaran adalah sebesar 0,638 Ohm.
Perhitungan sebagai pendekatan matematis Nilai inilah yang nantinya menjadi patokan untuk
untuk mengetahui nilai sesungguhnya dari objek diteliti menentukan seberapa besar error pengukuran yang
adalah pendekatan yang dijadikan patokan untuk terjadi pada objek menara A 94 Tambak Lorok-
mendapatkan nilai sesungguhnya dari tahanan Ungaran.
pentanahan. Perhitungan dilakukan menggunakan
persamaan (2.1) yang telah banyak digunakan sebagai 4.2 Data Hasil Pengukuranan
pendekatan matematis penelitian-penelitian Pengukuran dilakukan berdasarkan skema-
sebelumnya. skema yang telah dibuat peneliti. Adapun skema-skema
Untuk mendapatkan hasil perhitungan yang ini merupakan representasi dari skema pengukuran yang
akurat, digunakan data-data primer dan sekunder sering dilakukan oleh petugas PLN dalam mengukur
langsung dari objek yang diteliti seperti tahanan jenis tahanan pentanahan menara transmisi. Variasi skema
tanah, panjang elektroda dan diameter elektroda yang yang dibuat ini merupakan hasil kombinasi jarak dan
ditancapkan ke tanah menara transmisi sebagai sistem sudut yang dibentuk dari titik pemasangan kabel (E) (P)
pentanahan menara transmisi tersebut. Semua data-data dan (C) alat earth tester pada objek yang diukur.
tersebut sesuai dengan yang disebutkan pada table 3.1 Dari skema pengukuran yang telah dibuat inilah
data parameter masukan rumus. penulis melakukan pengukuran pada menara A 24
4.1.1 Perhitungan menara A 24 Srondol – Pandean Srondol-Pandean Lamper dan menara A94 Tambak
Lamper Lorok Ungaran sehingga dihasilkan data pengukuran
Menara A 24 adalah satu dari puluhan menara sebagai berikut :
transmisi 150 kV yang menghubungkan GI Srondol dan
GI Pandean Lamper. Menara ini berdiri diatas tanah liat
sehingga sesuai dengan table 2.1 tahanan jenis (ρ) yang
digunakan adalah 100 Ω/cm. Sistem pentanahan yang
digunakan menggunakan elektroda batang dengan
panjang (L) 200 cm dan diameter (d) 1,905 cm. Dari
parameter ini jika dihitung maka akan didapatkan nilai
tahanan pentanahan (R) sebagai berikut
𝜌 2𝐿
R=( ) ln ( )
2𝜋𝐿 𝑑
100 (2) (200)
= ( (2) (3,14) ) ln ( )
(200) 1,905
= ( 0,07967 ) ( 5,3469 )
= 0,425 Ω

10
Tabel 4.1 hasil pengukuran tahanan pentanahan menara Tabel 4.3 hasil pengukuran tahanan pentanahan menara
A 24 srondol – pandean lamper 150 kV skema sejajar A 24 srondol – pandean lamper 150 kV skema 180ᵒ
0ᵒ
Skema d
L
Skema menara A ρ jenis diamete Hasi
panjang
menara 24 srondol tanah r l
d elektrod
A 24 L panjang ρ jenis – pandean (Ω/cm) elektrod (Ω)
diameter Hasil a (cm)
srondol elektroda tanah lamper a (cm)
elektroda (Ω)
– (cm) (Ω/cm) 180ᵒ
(cm)
pandean panjang 2,5
lamper m 200 100 1,905 0,12
sejajar 180ᵒ
0ᵒ panjang 5
panjang m
2,5m 180ᵒ
200 100 1,905 1,28
sejajar panjang 5
0ᵒ m
200 100 1,905 0,08
panjang 180ᵒ
5m panjang 10
sejajar 0 m
ᵒ Tabel 4.4 hasil pengukuran tahanan pentanahan menara
panjang A 94 tambak lorok – ungaran 150 kV skema sejajar 0ᵒ
5m
200 100 1,905 0,77
sejajar Skema
L ρ jenis d
0ᵒ menara A
panjang tanah diameter Hasi
panjang 94 tambak
elektrod (Ω/cm elektrod l (Ω)
10 m lorok –
a (cm) ) a (cm)
Tabel 4.2 hasil pengukuran tahanan pentanahan menara ungaran
A 24 srondol – pandean lamper 150 kV skema 90ᵒ sejajar 0ᵒ
panjang
Skema 2,5m
L d 200 150 1,905 1,94
menara A ρ jenis sejajar 0ᵒ
panjang diameter Hasi
24 srondol tanah panjang 5
elektrod elektrod l (Ω)
– pandean (Ω/cm) m
a (cm) a (cm)
lamper sejajar 0 ᵒ
90 ᵒ panjang 5
panjang m
200 150 1,905 1,17
2.5m
200 100 1,905 0,46 sejajar 0ᵒ
90 ᵒ panjang 10
panjang m
5m Tabel 4.5 hasil pengukuran tahanan pentanahan menara
90 ᵒ A 94 tambak lorok – ungaran 150 kV skema 90ᵒ
panjang
5m Skema
200 100 1,905 0,30 L ρ jenis d
90 ᵒ menara A
panjang tanah diameter Hasi
panjang 10 94 tambak
elektrod (Ω/cm elektrod l (Ω)
m lorok –
a (cm) ) a (cm)
ungaran
90 ᵒ panjang
2.5m
200 150 1,905 0,52
90 ᵒ panjang
5m
90 ᵒ panjang
5m
200 150 1,905 0,47
90 ᵒ panjang
10 m

11
Tabel 4.6 hasil pengukuran tahanan pentanahan menara Tabel 4.7 Tabel selisih nilai perhitungan dan
A 94 tambak lorok – ungaran 150 kV skema 180ᵒ pengukuran tahanan pentanahan menara A24

d n Skema Hasil Hasil Selisi


Skema L ρ jenis
diamete Hasi o Perhitung Pengukur perhitung h
menara A 94 panjang tanah
r l an an (Ohm) an (Ohm) (%)
tambak lorok elektrod (Ω/cm
elektrod (Ω)
– ungaran a (cm) ) 1 1,28 0,4257 201
a (cm) Skema 1
180ᵒ panjang (Sejajar
2,5 m pada jarak
200 150 1,905 0,25
180ᵒ panjang 2,5 & 5m)
5m
180ᵒ panjang 2 Skema 2 0,77 0,4257 81
5m (Sejajar
200 150 1,905 0,18 pada jarak
180ᵒ panjang
10 m 5&10m)

3 Skema 3 0,46 0,4257 8


Pada Tabel 4.1, 4.2, 4.3, 4.4, 4.5, 4.6 (90 ᵒ pada
memperlihatkan hasil pengukuran tahanan pentanahan jarak
yang berbeda-beda ditiap variasi skema pengukuran 2,5&5m)
yang diterapkan. Dari pengukuran mengunakan skema
satu sampai enam terlihat bahwa ada hubungan antara 4 Skema 4 0,30 0,4257 30
kombinasi penempatan (jarak dan sudut yang terbentuk) (90 ᵒ pada
kabel (E) (P) (C) earth tester terhadap hasil tahanan jarak
yang terukur. Peneliti mengamati dari Table 4.1 bahwa 5&10m)
semakin besar sudut titik pemasangan yang terbentuk
5 Skema 5 0,12 0,4257 71
antara kebel (E) (P) (C) dan juga jarak yang memisahkan
(180 ᵒ pada
ketiga titik tersebut, maka akan semakin kecil nilai
jarak
resistansi yang diukur pada alat earth tester.
2,5&5m)
4.3 Pembahasan
6 Skema 6 0,08 0,4257 81
Untuk mencapai tujuan penelitian ini yaitu
(180 ᵒ pada
menemukan skema pengukuran tahanan pentanahan
jarak
yang akurat maka analisis data antara hasil perhitungan
5&10m)
dan pengukuran perlu dilakukan.
Dikarenakan adanya perbedaan yang cukup Kemudian untuk menara A 94 Tambak Lorok-
signifikan pada masing-masing hasil pengukuran, maka Ungaran selisih pengukuran dan perhitungan disajikan
dicari nilai pengukuran mana yang paling mendekati
dalam Table 4.8 berikut
hasil sebenarnya dari tahanan pentanahan menara
transmisi 150 kV A 24 Srondol-Pandean Lamper dan A Tabel 4.8 Tabel selisih nilai perhitungan dan
94 Tambak Lorok - Ungaran. pengukuran tahanan pentanahan menara A 94
Untuk mengetahui hal tersebut maka hasil
pengukuran dan hasil perhitungan tahanan pentanahan N Skema Hasil Hasil Selisi
perlu dibandingkan untuk kemudian dicari selisih o Perhitung Perhitung Pengukur h
diantara keduanya per masing-masing skema an an an
pengukuran (%)
Perbandingan antara nilai perhitungan dan nilai (Ohm) (Ohm)
hasil pengukuran penulis sajikan dalam bentuk
persentasi (%) yang menggambarkan seberapa besar 1 Skema 1
selisih antara nilai tahanan pentanahan sebenarnya (hasil
perhitungan) dan nilai yang didapatkan dari variasi (Sejajar 1,94 0,638 204
skema pengukuran. Adapun selisih ini disajikan pada pada jarak
Table 4.7 untuk menara A 24 Srondol – Pandean 2,5 & 5m)
Lamper sebagai berikut :
2 Skema 2
(Sejajar
1,17 0,638 83
pada jarak
5&10m)

3 Skema 3
0,52 0,638 18
(90 ᵒ pada

12
jarak (C) kabel earth tester. Dimana semakin besar nilai sudut
2,5&5m) dan jaraknya, maka akan semakin kecil pula nilai
tahanan pentanahan yang terukur oleh earth tester.
4 Skema 4 Ketika patokan nilai sebenarnya tahanan
(90 ᵒ pada pentanahan (hasil perhitungan) diberikan sebagai
0,47 0,638 26
jarak pembanding pada nilai-nilai terukur ini, maka terlihat
5&10m) jelas bahwa skema 3 yaitu dengan sudut 90 derajat pada
jarak 2,5 dan 5 meter menjadi skema pengukuran yang
5 Skema 5 lebih akurat dalam memperoleh nilai tahanan
(180 ᵒ pentanahan dibanding skema-skema lainnya yang
0,25 0,638 60
pada jarak diujikan. Hal ini ditandai dengan kecilnya selisih atau
2,5&5m) error perhitungan dari skema tersebut baik pada menara
A24 juga pada menara A94 yaitu kurang dari 20%.
6 Skema 6 Hal ini memberikan gambaran yang jelas
(180 ᵒ bahwasanya dalam pelaksanaann pengukuran tahanan
0,18 0,638 71
pada jarak pentanahan menara transmisi diperlukan skema
5&10m) pengukuran yang tepat dan konsisten sehingga
didapatkan data pengukuran yang akurat dan presisi.
Dari Table 4.3 dan 4.4 peneliti mengamati bahwa Dalam penelitian ini penulis memperlihatkan skema
nilai selisih atau dalam hal ini dapat juga disebut error yang paling akurat dibandingkan skema-skema lainnya
pengukuran, besarnya sangat bergantung pada sudut yang sering dilakukan pihak PLN dalam melakukan
yang dibentuk titik penempatan (E) (P) dan (C) dan juga pengukuran tahanan pentanahan. Skema tersebut yaitu
jarak antara ketiganya. Untuk lebih memahami tertera pada skema 3 dengan sudut 90 derajat pada jarak
hubungan ini dapat diamati Grafik 4.1 dan 4.2 berikut : 2,5 m dan 5 m yang teruji memiliki error pengukuran
yang lebih kecil dibanding skema lainnya.
250%
ERROR PENGGUKURAN

200% 201% 5.1 Kesimpulan


150% Pada bab ini penulis akan memberikan
100% kesimpulan dari Tugas Akhir yang di ambil oleh penulis
81% 71% 81%
50% untuk menyelesaikan studi di UNISSULA FTI Teknik
30%
0% 8% Elektro, kesimpulannya sebagai berikut :

1. Untuk menghitung tahanan pentanahan


transmisi 150 kV dibutuhkan parameter-
parameter yaitu jenis tanah, diameter batang
elektroda, dan panjang batang elektroda.
SKEMA PENGUKURAN
2. Hubungan antara error pengukuran (selisih
nilai perhitungan dan pengukuran) sangat
dipengaruhi oleh skema yang digunakan.
Grafik 4.1 Grafik hubungan error pengukuran terhadap Adapun skema yang dimaksud adalah
variasi skema pengukuran menara A 24 variasi sudut dan jarak yang dibentuk oleh
titik (E) (P) (C) kabel earth tester. Dimana
semakin besar nilai sudut dan jaraknya,
250% maka akan semakin kecil pula nilai tahanan
ERROR PENGGUKURAN

200% 204% pentanahan yang terukur oleh earth tester.


150%
3. Dari semua skema pengukuran yang
100% 83%
50% 60% 71% dilakukan pada penelitian ini, ditemukan
18% 26% bawah skema dengan akurasi yang lebih
0%
baik terdepat pada skema 3 dengan sudut 90
derajat dengan jarak 2,5 m dan 5 m, dalam
melakukan uji coba skema ini peneliti
melakukan 3x percobaan dari setiap skema,
skema ini teruji memiliki error pengukuran
SKEMA PENGUKURAN yang lebih kecil dibandingkan skema
lainnya.
Grafik 4.2 Grafik hubungan error pengukuran terhadap
variasi skema pengukuran menara A 94 5.2 Saran
Penulis menyadari bawah masih banyak hal-hal
Dari Grafik 4.1 dan 4.2 terlihat bahwa hubungan yang masih bisa di bahas dan di kembangkan berkaitan
antara error pengukuran (selisih nilai perhitungan dan dengan penelitian tugas akhir ini sehingga penulis
pengukuran) sangat dipengaruhi oleh skema yang menyarankan hal-hal sebagai berikut :
digunakan. Adapun skema yang dimaksud adalah
variasi sudut dan jarak yang dibentuk oleh titik (E) (P)
13
1. Skema pengukuran tahanan pentanahan
menara masih bisa dibuat lebih variatif lagi
untuk kemudian diuji dan dibandingkan
selisinya dengan hasil perhitungan sehingga
dapat diperoleh error pengukuran yang lebih
kecil lagi dari yang dilakukan dalam
penelitian ini.
2. Masih dapat dilakukan penambahan Objek
menara transmisi 150 kV yang diuji.
3. Masih dapat dikembangkan penelitian
serupa namun untuk sistem pentanahan yang
menggunakan elektroda plat, Counterpoise
dan Mesh elektroda.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Saputro, N. H., Studi, P., Elektro, T., Teknik, F., &
Surakarta, U. M. (2016). REMBANG-BLORA
BERTAHANAN TINGGI DAN USAHA.
[2] Satriyadi, I. G. N., & Negara, I. M. Y. (2012). Studi
Pengaruh Backflashover pada Sistem Pentanahan
Menara Saluran Transmisi Tegangan Tinggi
Terkonsentrasi Menggunakan ATPDraw, 1(1), 1–6.
[3]
Puspita, B. A. (2015). Perhitungan Tahanan Pentanahan
Berbasis MATLAB 2012b Pada Menara Saluran Udara
Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV Dengan Sistem
Ground Rod - Counterpoise. Semarang.
[4] Kaki, P., Saluran, M., & Suyanto, M. (2012).
PENGARUH POROSITAS TANAH SISTEM
PENTANAHAN PADA KAKI MENARA SALURAN
TRANSMISI 150 kV, (November), 106–113.
[5] Ambarita, R. P., & Syakur, A. (n.d.). 150 Kv
Terhadap Kawat Fasa Dengan Variasi Tahanan
Pentanahan.
[6] Ekstra, D. A. N., & Sutt, T. (2014). Saluran udara
tegangan tinggi dan ekstra tinggi (sutt/sutet), 137.
[7] Studi, P., Stikes, K., & Kock, F. De. (2016).
JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied
Science and Education V10.i1 (18-23), 1, 18–23.
[8] Pengetanahan, T. S., & Hutauruk, T. S. (n.d.).
Koleksi Buku angg, 621.

Semarang, 6 Februari 2018


Mengetahui

Pembimbing 1

Dr. Ir. H. Muhamad Hadin, MT

Pembimbing 2

Ir. Agus Adhi Nugroho, MT

14
15

Anda mungkin juga menyukai