Disusun Oleh:
30101407306
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh:
Dosen Pembimbing,
I.2 ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 2 Juli 2019 pukul 11.00 WIB di
Poli Mata RST TK.II dr. Soedjono Magelang.
`
Funduskopi Okulus Dexter Funduskopi Okulus Sinister
Endoftalmus - -
- -
Eksoftalmus
- -
Strabismus
3. Suprasilia Normal Normal
4. Palpebra Superior
Edema - -
Hematom - -
- -
Hiperemi
Massa Benjolan (+) 1 buah,
Tidak ditemukan
bentuk bulat, batas
tegas, teraba kenyal,
hiperemis (-),ukuran
sebesar biji kacang
hijau, nyeri bila ditekan
(-)
-
Entropion -
-
Ektropion -
Silia Trikiasis(-) Trikiasis (-)
Krusta - -
- -
Ptosis
Tidak ditemukan Tidak ditemukan
Pseudoptosis
5. Palpebra Inferior
Edema - -
Hematom - -
- -
Hiperemi
- -
Massa
Benjolan (+) 1 buah, Tidak ditemukan
bentuk bulat, batas
tegas, teraba kenyal,
hiperemis (-), ukuran
sebesar biji kacang
hijau nyeri bila ditekan
(-)
-
Entropion -
-
Ektropion -
-
Blefarospasme -
6. Konjungtiva
Injeksi konjungtiva - -
Injeksi siliar - -
- -
Sekret
- -
Perdarahan konjungtiva
- -
Bangunan patologis
- -
Simblefaron - -
Jaringan fibrovascular - -
7. Kornea
Kejernihan Jernih Jernih
Edema - -
- -
Infiltrat
- -
Sikatrik
- -
Ulkus
- -
8. COA
Kedalaman Dalam Dalam
Hipopion - -
- -
Hifema
9. Iris
Kripta Normal Normal
Edema - -
Sinekia
o Anterior
- -
o Posterior
- -
10. Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Diameter 3 mm 3 mm
+ +
Reflek cahaya langsung
+ +
Reflek cahaya tidak langsung
11. Lensa
Kejernihan Jernih Jernih
Iris shadow - -
Hemoftalmus - -
Fokus 0 0
Vasa Macula
o AV Rasio 2:3 2:3
Macula
o Reflek fovea + +
o Eksudat - -
o Edema - -
Retina
o Ablasio Retina - -
o Fundus tigroid - -
o Edema - -
-
o Bleeding - -
15 TIO Normal Normal
1) Medikamentosa
Oral
Tidak diberikan
Topikal
Gentamicin salep mata 0,3% 3x1 OD
Parenteral
Tidak diberikan
Operatif
Insisi dan Ekskokleasi kalazion
2) Non Medikamentosa
Kompres air hangat 5-10 menit 4x/hari
I.8 EDUKASI
OD Palpebra Inferior Superior Kalazion
a. Menjelaskan bahwa keluhan benjolan di kelopak mata pasien merupakan akibat
dari penyumbatan kelenjar di kelopak mata yang disebut kalazion
b. Menjelaskan pada pasien bahwa benjolan pada kelopak mata kanan atas dan
bawahnya dapat timbul kembali di tempat yang sama, begitu juga dengan mata
satunya dapat timbul kembali dan penyakitnya ini tidak menular.
c. Menjelaskan kepada pasien bahwa terapi kalazion adalah hanya dengan melakukan
pengambilan benjolan melalui tindakan bedah minor.
d. Menjelaskan pada pasien apabila muncul benjolan kembali (berulang) segera datang
ke dokter karena kemungkinan itu merupakan tanda awal keganasan.
e. Menjelaskan pada pasien jika benjolan tersebut sampai menghalangi mata atau
menganggu penglihatan disebabkan oleh benjolan di kelopak mata bawah dan atas
yang membesar sehingga harus diperiksakan dan dilakukan penanganan lebih
lanjut.
I.9 KOMPLIKASI
1) OD Palpebra Inferior dan Superior Kalazion
Trikiasis
Astigmatis
Carcinoma
I.10 RUJUKAN
Dalam kasus ini belum diperlukan rujukan ke disiplin Ilmu Kedokteran lainnya ataupun ke RS
dengan fasilitas penunjang yang lebih lengkap.
I.11 PROGNOSIS
Prognosis Oculus Dexter Oculus Sinister
Quo ad visam ad bonam ad bonam
Quo ad sanam dubia ad bonam ad bonam
Quo ad functionam ad bonam ad bonam
Quo ad kosmetikan dubia ad bonam ad bonam
Quo ad vitam ad bonam ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Palpebra
2.1.1 Anatomi Palpebra
Palpebra (kelopak mata) superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat
mentup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip membantu menyebarkan lapisan tipis
air mata, yang melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superioe berakhir pada
alis mata, palpebra inferior menyatu dengan pipi.
2.1.2. KALAZION
2.1.2.1 Definisi
Kalazion merupakan peradangan lipogranulomatosa kelenjar meibom yang tersumbat.
Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan
peradangan kronis kelenjar tersebut. Pada kalazion terbentuk nodul pada palpebra yang bersifat
kenyal dan tidak nyeri (Santen S,2010).
Awalnya dapat berupa radang ringan dan nyeri tekan mirip hordeolum-dibedakan dari
hordeolum karena tidak ada tanda-tanda radang akut. Kalazion cenderung membesar lebih jauh
dari tepi kelopak mata daripada hordeolum. Selain itu, kalazion berbeda dengan hordeolum dimana
biasanya tidak menimbulkan rasa sakit meskipun terasa kekakuan akibat pembengkakan, serta
berbeda dari segi ukurannya. Kalazion cenderung lebih besar dari hordeolum (Santen S,2010)
2.1.2.2. Etiologi
Kalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada saluran kelenjar atau
sekunder dari hordeolum internum.
Kalazion disebabkan oleh minyak dalam kelenjar terlalu pekat untuk mengalir keluar
kelenjar atau saluran kelenjar minyak yang tersumbat. Oleh karena tidak dapat mengalir keluar,
produksi minyak tertimbun di dalam kelenjar dan membentuk tembel di palpebra. Kelenjar dapat
pecah, mengeluarkan minyak ke jaringan palpebra sehingga menyebabkan inflamasi dan kadang-
kadang jaringan parut. Kalazion dihubungkan dengan disfungsi kelenjar sebasea dan obstruksi di
kulit (seperti komedo, wajah berminyak). Juga mungkin terdapat akne rosasea berupa kemerahan
pada wajah (facial erythema), teleangiektasis dan spider nevi pada pipi, hidung, dan kulit palpebra
(Belden,2010).
Faktor Resiko :
Belum diketahui dengan pasti factor resiko apa yang menyebabkan terjadinya kalazion
Hygiene palpebra yang buruk mungkin dapat dihubungkan dengan kalazion meskipun
perannya masih perlu dibuktikan.
Stress juga sering dihubungkan dengan kalazion namun stress belum dibuktikan sebagai
penyebab dan mekanisme stress dalam menyebabkan kalazion belum diketahui.
Faktor makanan seperti susu, coklat, seafood dan telur mungkin berperan (Belden,2010).
2.1.2.3. Patogenesis
Nodul kalazion terdiri dari berbagai jenis sel imun yang responsif terhadap steroid,
termasuk makrofag jaringan ikat yang dikenal sebagai histiosit, sel-sel raksasa multinukleat, sel
plasma, leukosit PMN, dan eosinofil.
Kalazion mungkin merupakan agregasi sisa sel-sel inflamasi setelah infeksi kelopak mata
seperti hordeolum dan selulitis preseptal, atau mungkin berkembang dari retensi sekresi kelenjar
Meibom
Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar, kemungkinan karena
enzim dari bakteri, membentuk jaringan granulasi dan mengakibatkan inflamasi. Proses
granulomatous ini yang membedakan antara kalazion dengan hordeolum internal atau eksternal
(terutama proses piogenik yang menimbulkan pustul), walaupun kalazion dapat menyebabkan
hordeolum, begitupun sebaliknya. Secara klinik, nodul tunggal (jarang multipel) yang agak keras
berlokasi jauh di dalam palpebra atau pada tarsal. Eversi palpebra mungkin menampakkan kelenjar
meibom yang berdilatasi.
Kalazion terjadi pada semua umur; sementara pada umur yang ekstrim sangat jarang, kasus
pediatrik mungkin dapat dijumpai (Belden,2010).
2.1.2.4. Gejala Klinis
Tampak sebagai pembengkakan sebesar kacang, tanpa keluhan apa – apa, rabaannya agak
keras, melekat pada tarsus, akan tetapi lepas dari kulit. Terjadinya perlahan –lahan sampai
beberapa minggu. Kalau palpebra dibalik, konjungtiva pada tempat kalazion menonjol merah.
Pada ujung kelenjar Meiboom terdapat masa yang kuning dari sekresi yang tertahan. Bila kalazion
yang terinfeksi memecah, dapat tampak pada tempat tersebut di konjungtiva palpebra, sebagai
jaringan granulasi yang menonjol keluar. Kalazion yang cukup besar, dapat menyebabkan
penekanan pada bola mata dan menimbulkan gangguan refraksi (Ilyas et al, 2010).
2.1.2.5. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis pasien, pemeriksaan klinis,
pemeriksaan hitopatologis, sebagai pemeriksaan penunjang
Jika kalazion sering berulang disebabkan terutama karena kurang menjaga
kebersihan yang kurang atau bersamaan dengan blepharitis . Drainase yang tidak adekuat pada
saat melakukan insisi dan kuretase dapat menyebabkan kekambuhan local (Ilyas et al,2010)
Penatalaksanaan
o Medikamentosa
- Topikal
-Gentamicin Salep mata
-Oral
-amoxicillin 3x500 mg
-Parenteral
-
- Operatif
dieksisi dan ekskokleasi untuk mengeluarkan isi Gl. Meiboom.
Caranya :
• Mata ditetesi dengan anestesi topikal (pantokain).
• Obat anestesi infiltrat disuntikan dibawah kulit di depan kalazion.
• Dapat dilakukan insisi lateratum (secara vertical) di insisi pada konjungtiva bulbi atau
dapat di lakukan insisi eksternum (horizontal) di insisi pada margo palpebra
• Pada insisi secara laternum , kalazion dijepit dengan klem kalazion kemudian dibalik
sehingga konjungtiva tarsal dan kalazion terlihat.
• Pada insisi secara externum, kalazion dijepit dengan klem kalazion.
• Kemudian isi kalazion dikuret sampai bersih.
• Klem kalazion dilepas dan diberi salep mata.
1. Ilyas S. Penuntun Umum Penyakit Mata. Cet. VIII. Jakarta : Penerbit FKUI. 2010.
2. Santen S. Chalazion. Taken from : www.emedicine.com. 2010.
3. Belden MD. Chalazion. Taken from : www.emedicine.com. 2010
4. Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia. 2005
5. Vaughan, DG. Asbury, T. Neurooftalmogy. Oftalmologi Umum edisi 14. 2009
6. Sativa Oriza, 2003. Tekanan Intraokular Pada Penderita Myopia Ringan Dan Sedang.
Bagian Ilmu Penyakit Mata Universitas Sumatra Utara.[serial on line] 2003. [cite on May
6, 2010]. Available from URL: http://library.usu.ac.id
7. American Optometric Association. Care of the Patient with Miopia. [serial on line] 2003.
[cite on May 6, 2010]. Available from URL: http://www.aoa.org.
8. Sherwood L. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Edisi kedua. Jakarta : EGC; 2001: 160
9. Lang GK, Spraul CW. Optic and Refractive Errors In: Ophtalmology A Short Textbook.
New York: Thieme Stuttgart. 2000: 432.
10. Scuta GL, Cantor LB, Weiss JS. Optics of the Human Eye In: Clinical Optics. Vol: 3, San
Fransisco; American Academy of Ophthalmology; 2008: 115-20.