Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

OD PALPEBRA INFERIOR SUPERIOR KALAZION

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat


Dalam Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Penyakit Mata RST dr. Soedjono Magelang

Disusun Oleh:

Rifqi Mahdi Syauqi

30101407306

Pembimbing:

dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp. M

dr. YB. Hari Trilunggono, Sp. M

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN

OD PALPEBRA INFERIOR SUPERIOR KALAZION

ODS MIOPIA DERAJAT RINGAN

Diajukan untuk memenuhi syarat Ujian Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Penyakit Mata RST Tingkat II

dr. Soedjono Magelang

Telah disetujui dan dipresentasikan

pada tanggal: 6 Juli 2019

Disusun oleh:

Rifqi Mahdi Syauqi


30101407306

Dosen Pembimbing,

dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp.M dr. YB. Hari Trilunggono, Sp.M


BAB I
STATUS PASIEN

I.1 STATUS PASIEN


Nama : Nn. S
Umur : 18 th
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Magelang
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
No. RM : 186***
Datang ke Poli : 2 juli 2019

I.2 ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 2 Juli 2019 pukul 11.00 WIB di
Poli Mata RST TK.II dr. Soedjono Magelang.

I.2.1 Keluhan Utama


Benjolan pada kelopak mata kanan atas dan bawah
I.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Mata RST dr. Soedjono Magelang mengeluh pada kelopak
mata kanan atas dan bawah terdapat benjolan, dan baru menyadarinya kurang lebih 3 bulan
ini. Benjolan tersebut awalnya kecil kemudian membesar, pasien mengatakan benjolan
pernah nyeri namun membaik dengan minum obat, tidak merah, tidak gatal dan teraba agak
keras. Ukuran dari benjolan kurang lebih sebesar biji kacang hijau dan berwarna
kemerahan sama seperti kulit sekitar. Pasien mengaku, tidak keluar kotoran (belekan) dan
tidak terasa seperti kelilipan. Pasien merasa tidak nyaman dengan benjolan di kelopak
mata kanan atas dan bawah sehingga, pasien memutuskan untuk berobat ke poliklinik mata
RST Soedjono Magelang.
Pasien merupakan seorang siswi SMA. Pasien tidak memiliki keluhan bila
membaca atau melihat benda dekat maupun jauh. Pasien menyangkal adanya kesulitan
apabila melihat garis lurus atau melihat garisnya seperti bengkok. Pasien juga tidak
mengeluh penglihatan ganda. Keluhan mata merah, mata berair, silau dan adanya kotoran
pada mata disangkal oleh pasien. Pasien mengatakan di keluarga tidak ada yang
menggunakan kacamata.

I.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit serupa sebelumnya : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat penyakit infeksi : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal

I.2.4 Riwayat Keluarga


Riwayat penyakit serupa sebelumnya : disangkal
Riwayat DM : disangkal

1.2.5. Riwayat Pengobatan


Pasien belum pernah berobat sebelumnya .
I.2.5 Riwayat Sosial Ekonomi
Biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS. Kesan ekonomi cukup.
I.3 PEMERIKSAAN FISIK
I.3.1 Status Umum
Kesadaran : Compos Mentis
Aktivitas : Normoaktif
Kooperatif : Kooperatif
Status Gizi : Baik

I.3.2 Tanda Vital


Tekanan darah : 100/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 19 x/menit
I.3.3 Status Oftalmikus

Oculus Dexter Oculus Sinister

`
Funduskopi Okulus Dexter Funduskopi Okulus Sinister

I.3.4 Status Oftalmikus

No. Pemeriksaan Oculus Dexter Oculus Sinister


1. Visus 6/6 6/6
2. Bulbus Okuli
 Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah

 Endoftalmus - -
- -
 Eksoftalmus
- -
 Strabismus
3. Suprasilia Normal Normal
4. Palpebra Superior
 Edema - -

 Hematom - -
- -
 Hiperemi
 Massa Benjolan (+) 1 buah,
Tidak ditemukan
bentuk bulat, batas
tegas, teraba kenyal,
hiperemis (-),ukuran
sebesar biji kacang
hijau, nyeri bila ditekan
(-)
-
 Entropion -
-
 Ektropion -
 Silia Trikiasis(-) Trikiasis (-)

 Krusta - -
- -
 Ptosis
Tidak ditemukan Tidak ditemukan
 Pseudoptosis

5. Palpebra Inferior
 Edema - -

 Hematom - -
- -
 Hiperemi
- -
 Massa
Benjolan (+) 1 buah, Tidak ditemukan
bentuk bulat, batas
tegas, teraba kenyal,
hiperemis (-), ukuran
sebesar biji kacang
hijau nyeri bila ditekan
(-)
-
 Entropion -
-
 Ektropion -
-
 Blefarospasme -

 Silia Trichiasis (-)


Trichiasis (-)
 Krusta -
-

6. Konjungtiva
 Injeksi konjungtiva - -

 Injeksi siliar - -
- -
 Sekret
- -
 Perdarahan konjungtiva
- -
 Bangunan patologis
- -
 Simblefaron - -
 Jaringan fibrovascular - -

7. Kornea
 Kejernihan Jernih Jernih

 Edema - -
- -
 Infiltrat
- -
 Sikatrik
- -
 Ulkus
- -

8. COA
 Kedalaman Dalam Dalam

 Hipopion - -
- -
 Hifema
9. Iris
 Kripta Normal Normal

 Edema - -

 Sinekia
o Anterior
- -
o Posterior
- -
10. Pupil
 Bentuk Bulat Bulat

 Diameter 3 mm 3 mm
+ +
 Reflek cahaya langsung
+ +
 Reflek cahaya tidak langsung

11. Lensa
 Kejernihan Jernih Jernih

 Iris shadow - -

12. Corpus vitreum


 Floaters - -

 Hemoftalmus - -

13. Fundus reflex Cemerlang Cemerlang


14. Funduskopi

Fokus 0 0

 Papil N II Batas tegas, orange, Batas tegas, orange,


atrofi (-), CDR 0,3 atrofi (-), CDR 0,3

 Vasa Macula
o AV Rasio 2:3 2:3
 Macula
o Reflek fovea + +
o Eksudat - -
o Edema - -

 Retina
o Ablasio Retina - -
o Fundus tigroid - -
o Edema - -
-
o Bleeding - -
15 TIO Normal Normal

I.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Calazion :
Biopsi
Pewarnaan Gram
I.5 DIAGNOSIS BANDING
OD Palpebra Inferior Superior Kalazion
Dipertahankan karena pasien mengatakan bahwa benjolan pada mata kanan sejak 3 bulan
yang lalu bearada pada kelopak mata kanan bawah dan atas, dari pemeriksaan fisik ditemukan benjolan
teraba keras, tidak hiperemis dan tidak ada nyeri tekan pada benjolan pada palpebra inferior.

OD Palpebra Inferior Superior Hordeolum


Disingkirkan karena pada hordeolum didapatkan benjolan yang bersifat akut yaitu 2-3 hari,
saat pemeriksaan fisik benjolan teraba lunak, tedapat hiperemis dan ada nyeri tekan pada benjolan.
Sedangkan pada pasien benjolan bersifat kronis yaitu 3 bulan, saat pemeriksaan fisik didapatkan
benjolan teraba keras, tidak hiperemis dan tidak ada nyeri pada benjolan.

I.6 DIAGNOSIS KERJA

OD Palpebra Inferior Superior Kalazion


I.7 PENATALAKSANAAN
OD Palpebra Inferior Superior Kalazion

1) Medikamentosa
 Oral
Tidak diberikan
 Topikal
Gentamicin salep mata 0,3% 3x1 OD
 Parenteral
Tidak diberikan
 Operatif
Insisi dan Ekskokleasi kalazion

2) Non Medikamentosa
 Kompres air hangat 5-10 menit 4x/hari

I.8 EDUKASI
 OD Palpebra Inferior Superior Kalazion
a. Menjelaskan bahwa keluhan benjolan di kelopak mata pasien merupakan akibat
dari penyumbatan kelenjar di kelopak mata yang disebut kalazion
b. Menjelaskan pada pasien bahwa benjolan pada kelopak mata kanan atas dan
bawahnya dapat timbul kembali di tempat yang sama, begitu juga dengan mata
satunya dapat timbul kembali dan penyakitnya ini tidak menular.
c. Menjelaskan kepada pasien bahwa terapi kalazion adalah hanya dengan melakukan
pengambilan benjolan melalui tindakan bedah minor.
d. Menjelaskan pada pasien apabila muncul benjolan kembali (berulang) segera datang
ke dokter karena kemungkinan itu merupakan tanda awal keganasan.
e. Menjelaskan pada pasien jika benjolan tersebut sampai menghalangi mata atau
menganggu penglihatan disebabkan oleh benjolan di kelopak mata bawah dan atas
yang membesar sehingga harus diperiksakan dan dilakukan penanganan lebih
lanjut.
I.9 KOMPLIKASI
1) OD Palpebra Inferior dan Superior Kalazion
 Trikiasis
 Astigmatis
 Carcinoma
I.10 RUJUKAN
Dalam kasus ini belum diperlukan rujukan ke disiplin Ilmu Kedokteran lainnya ataupun ke RS
dengan fasilitas penunjang yang lebih lengkap.

I.11 PROGNOSIS
Prognosis Oculus Dexter Oculus Sinister
Quo ad visam ad bonam ad bonam
Quo ad sanam dubia ad bonam ad bonam
Quo ad functionam ad bonam ad bonam
Quo ad kosmetikan dubia ad bonam ad bonam
Quo ad vitam ad bonam ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Palpebra
2.1.1 Anatomi Palpebra
Palpebra (kelopak mata) superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat
mentup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip membantu menyebarkan lapisan tipis
air mata, yang melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superioe berakhir pada
alis mata, palpebra inferior menyatu dengan pipi.

Gambar 2. Anatomi Palpebra

Gambar 3. Glandula palpebra


1) Struktur Palpebra
a. Lapisan Kulit
Kulit palpebra berbeda dengan kulit di kebanyakan bagian tubuh lain karena tipis,
longgar dan elastis, dengan sedikit folikel rambut serta tanpa lemak subkutan.
b. Muskulus orbikularis Okuli
Fungsi muskulus orbikularis okuli adalah menutup palpebra, serat-serat ototnya
mengelilingi fissura palpebrae secara konsentris dan menyebar dalam jarak pendek
mengelilingi tepi orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot
terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal, bagian di atas septum
orbitale adalah bagian praseptal. Segmen di luar palpebra disebut bagian orbita.
Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.
c. Jaringan Areolar
Jaringan areolar submuskular yang terdapat di bawah musculus orbikularis oculi
berhubungan dengan lapisan subaponeurotik kulit kepala.
d. Tarsus
Struktur penyokong palpebra yang utama adalah lapisan jaringan fibrosa padat
yang bersama sedikit jaringan elastic disebut lempengan tarsus.
e. Konjungtiva Palpebrae
Bagian posterior palpebra dilapisi oleh selapis membran mukosa, konjungtiva
palpebra, yang melekat erat pada tarsus.
2) Tepian Palpebra
Panjang tepian bebas palpebra adalah 25-30 mm dan lebarnya 2 mm. Tepian ini dipisahkan
oleh garis kelabu (sambungan mukokutan) menjadi tepian anterior dan posterior.
a. Tepian anterior
- Bulu mata
Bulu mata muncul dari tepian palpebra dan tersusun tidak teratur. Bulu mata
atas lebih panjang dan lebih banyak daripada bulu mata bawah serta
melengkung ke atas, bulu mata bawah melengkung ke bawah.
- Glandula Zeis
Struktur ini merupakan modifikasi kelenjar sebasea kecil, yang bermuara
ke dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.
- Glandula Moll
Struktur ini merupakan modifikasi kelenjar keringat yang bermuara
membentuk suatu barisan dekat bulu mata.
b. Tepian posterior
Tepian palpebra superior berkontak dengan bulu mata dan sepanjang tepian ini
terdapat muara-muara kecil kelenjar sebasea yang telah dimodifikasi (kelenjar
Meibom atau tarsal)
c. Punctum lacrimale
Pada ujung median tepian posterior palpebra terdapat peninjolan kecil di pusat yang
terlihat pada palpebra superior dan inferior. Punctum ini berfungsi menghantarkan
air mata ke bawah melalui kanalikusnya ke saccus lakrimalis.
3) Fissura Palpebra
Fissura palpebrae adalah ruang bentuk elips diantara kedua palpebra yang terbuka.
Fissura ini berakhir di kantus medialis dan lateralis. Kantus lateralis kira-kira 0.5 cm di
tepian lateral orbita dan bermuara membentuk sudut tajam. Kantus medialis lebih tipis dari
kantus lateralis dan mengelilingi lacus lacrimalis
4) Septum Orbitale
Septum orbitale adalah fasia di belakang bagian otot orbikularis yang terletak di
antara tepian orbita dan tarsus serta berfungsi sebagai sawar antara palpebra dan orbita.
5) Refraktor Palpebrae
Refraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Mereka dibentuk oleh kompleks
muskulofacialis dengan komponen otot rangka dan polos, yang dikenal sebagai kompleks
levator di palpebra superior dan facia kapsulopalpebra di palpebra inferior.
6) Musculus Levator Palpebrae Superioris
Musculus levator palpebrae muncul sebagai tendo pendek daari permukaan bawah
ala minar ossis sphenoidalis, di atas dan di depan foramen optikum.
7) Persarafan Sensoris
a. Persarafan sensoris palpebra berasal dari divisi pertama dan kedua nervus
trigeminus (V). Nervus lacrimalis, supraorbitalis, supratrochlearis, dan nassalis
eksterna adalah cabang-cabang divisi oftalmika nervus cranial kelima
infraorbitalis, zygomatikcofacialis dan zygomaticotemporalis merupakan cabang-
cabang divisi maksilarts (kedua) nervus trigeminus. Pembuluh Darah dan Limfe
b. Pasokan darah palpebra datang dari arteri lacrimalis dan opthtalmica melalui
cabang-cabang lateral dan medialnya, anastomosis di antara arteria palpebralis
lateralis dan medialis membentuk cabang-cabang tarsal yang terletak di dalam
jaringan areolar submuskular.
c. Drainase vena dari palpebra mengalir ke dalam vena opthalmica dan vena-vena
yang membawa darah dari dahi dan temporal. Vena-vena ini tersusun dalam
pleksus pra- dan pascatarsal.
d. Pembuluh limfe segmen lateralis palpebra berjalan ke dalam kelenjar getah bening
preaurikular dan parotis, pembuluh limfe dari sisi medial palpebra mengalirkan
isinya ke dalam kelenjar getah bening submandibular (Vaughan et al,2009)

2.1.2. KALAZION
2.1.2.1 Definisi
Kalazion merupakan peradangan lipogranulomatosa kelenjar meibom yang tersumbat.
Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan
peradangan kronis kelenjar tersebut. Pada kalazion terbentuk nodul pada palpebra yang bersifat
kenyal dan tidak nyeri (Santen S,2010).
Awalnya dapat berupa radang ringan dan nyeri tekan mirip hordeolum-dibedakan dari
hordeolum karena tidak ada tanda-tanda radang akut. Kalazion cenderung membesar lebih jauh
dari tepi kelopak mata daripada hordeolum. Selain itu, kalazion berbeda dengan hordeolum dimana
biasanya tidak menimbulkan rasa sakit meskipun terasa kekakuan akibat pembengkakan, serta
berbeda dari segi ukurannya. Kalazion cenderung lebih besar dari hordeolum (Santen S,2010)

2.1.2.2. Etiologi
Kalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada saluran kelenjar atau
sekunder dari hordeolum internum.
Kalazion disebabkan oleh minyak dalam kelenjar terlalu pekat untuk mengalir keluar
kelenjar atau saluran kelenjar minyak yang tersumbat. Oleh karena tidak dapat mengalir keluar,
produksi minyak tertimbun di dalam kelenjar dan membentuk tembel di palpebra. Kelenjar dapat
pecah, mengeluarkan minyak ke jaringan palpebra sehingga menyebabkan inflamasi dan kadang-
kadang jaringan parut. Kalazion dihubungkan dengan disfungsi kelenjar sebasea dan obstruksi di
kulit (seperti komedo, wajah berminyak). Juga mungkin terdapat akne rosasea berupa kemerahan
pada wajah (facial erythema), teleangiektasis dan spider nevi pada pipi, hidung, dan kulit palpebra
(Belden,2010).
Faktor Resiko :
 Belum diketahui dengan pasti factor resiko apa yang menyebabkan terjadinya kalazion
 Hygiene palpebra yang buruk mungkin dapat dihubungkan dengan kalazion meskipun
perannya masih perlu dibuktikan.
 Stress juga sering dihubungkan dengan kalazion namun stress belum dibuktikan sebagai
penyebab dan mekanisme stress dalam menyebabkan kalazion belum diketahui.
 Faktor makanan seperti susu, coklat, seafood dan telur mungkin berperan (Belden,2010).

2.1.2.3. Patogenesis
Nodul kalazion terdiri dari berbagai jenis sel imun yang responsif terhadap steroid,
termasuk makrofag jaringan ikat yang dikenal sebagai histiosit, sel-sel raksasa multinukleat, sel
plasma, leukosit PMN, dan eosinofil.
Kalazion mungkin merupakan agregasi sisa sel-sel inflamasi setelah infeksi kelopak mata
seperti hordeolum dan selulitis preseptal, atau mungkin berkembang dari retensi sekresi kelenjar
Meibom
Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar, kemungkinan karena
enzim dari bakteri, membentuk jaringan granulasi dan mengakibatkan inflamasi. Proses
granulomatous ini yang membedakan antara kalazion dengan hordeolum internal atau eksternal
(terutama proses piogenik yang menimbulkan pustul), walaupun kalazion dapat menyebabkan
hordeolum, begitupun sebaliknya. Secara klinik, nodul tunggal (jarang multipel) yang agak keras
berlokasi jauh di dalam palpebra atau pada tarsal. Eversi palpebra mungkin menampakkan kelenjar
meibom yang berdilatasi.
Kalazion terjadi pada semua umur; sementara pada umur yang ekstrim sangat jarang, kasus
pediatrik mungkin dapat dijumpai (Belden,2010).
2.1.2.4. Gejala Klinis
Tampak sebagai pembengkakan sebesar kacang, tanpa keluhan apa – apa, rabaannya agak
keras, melekat pada tarsus, akan tetapi lepas dari kulit. Terjadinya perlahan –lahan sampai
beberapa minggu. Kalau palpebra dibalik, konjungtiva pada tempat kalazion menonjol merah.
Pada ujung kelenjar Meiboom terdapat masa yang kuning dari sekresi yang tertahan. Bila kalazion
yang terinfeksi memecah, dapat tampak pada tempat tersebut di konjungtiva palpebra, sebagai
jaringan granulasi yang menonjol keluar. Kalazion yang cukup besar, dapat menyebabkan
penekanan pada bola mata dan menimbulkan gangguan refraksi (Ilyas et al, 2010).

2.1.2.5. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis pasien, pemeriksaan klinis,
pemeriksaan hitopatologis, sebagai pemeriksaan penunjang
Jika kalazion sering berulang disebabkan terutama karena kurang menjaga
kebersihan yang kurang atau bersamaan dengan blepharitis . Drainase yang tidak adekuat pada
saat melakukan insisi dan kuretase dapat menyebabkan kekambuhan local (Ilyas et al,2010)
Penatalaksanaan
o Medikamentosa
- Topikal
-Gentamicin Salep mata
-Oral
-amoxicillin 3x500 mg
-Parenteral
-
- Operatif
dieksisi dan ekskokleasi untuk mengeluarkan isi Gl. Meiboom.
Caranya :
• Mata ditetesi dengan anestesi topikal (pantokain).
• Obat anestesi infiltrat disuntikan dibawah kulit di depan kalazion.
• Dapat dilakukan insisi lateratum (secara vertical) di insisi pada konjungtiva bulbi atau
dapat di lakukan insisi eksternum (horizontal) di insisi pada margo palpebra
• Pada insisi secara laternum , kalazion dijepit dengan klem kalazion kemudian dibalik
sehingga konjungtiva tarsal dan kalazion terlihat.
• Pada insisi secara externum, kalazion dijepit dengan klem kalazion.
• Kemudian isi kalazion dikuret sampai bersih.
• Klem kalazion dilepas dan diberi salep mata.

o Non medika mentosa


Kompres hangat dengan cara menempelkan handuk basah oleh air hangat selama lima
sampai sepuluh menit. Kompres hangat dilakukan empat kali sehari untuk mengurangi
pembengkakan dan memudahkan drainase kelenjar. Meskipun handuk dan air harus bersih,
namun tidak perlu steril. Selain itu, pasien juga bisa memijat dengan lembut area kalazion
beberapa kali sehari. Namun, kalazion tidak boleh digaruk (Ilyas et al,2010).
2.1.2.6. Komplikasi
Rusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan trichiasis, dan kehilangan
bulu mata. Kalazion yang rekuren atau tampat atipik perlu dibiopsi untuk menyingkirkan adanya
keganasan. Astigmatisma dapat terjadi jika massa pada palpebra sudah mengubah kontur kornea.
Kalazion yang drainasenya hanya sebagian dapat menyebabkan massa jaringan granulasi
prolapsus diatas konjungtiva atau kulit (Vaughan, 2009)
2.1.2.7. Prognosis
Terapi bisanya berhasil dengan baik. Jika lesi baru sering terjadi, drainage yang kurang
adekuat mungkin mengikatkan lokal rekurensi ini. Kalazion yang tidak diobati kadang-kadang
terdrainase secara spontan, namun biasanya lebih sering persisten menjadi inflamasi akut
intermitten.
Bila terjadi kalazion berulang beberapa kali sebaiknya dilakukan pemeriksaan
histopatologik untuk menghindari kesalahan diagnosis dengan kemungkinan keganasan (Ilyas et
al,2010)
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S. Penuntun Umum Penyakit Mata. Cet. VIII. Jakarta : Penerbit FKUI. 2010.
2. Santen S. Chalazion. Taken from : www.emedicine.com. 2010.
3. Belden MD. Chalazion. Taken from : www.emedicine.com. 2010
4. Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia. 2005
5. Vaughan, DG. Asbury, T. Neurooftalmogy. Oftalmologi Umum edisi 14. 2009
6. Sativa Oriza, 2003. Tekanan Intraokular Pada Penderita Myopia Ringan Dan Sedang.
Bagian Ilmu Penyakit Mata Universitas Sumatra Utara.[serial on line] 2003. [cite on May
6, 2010]. Available from URL: http://library.usu.ac.id
7. American Optometric Association. Care of the Patient with Miopia. [serial on line] 2003.
[cite on May 6, 2010]. Available from URL: http://www.aoa.org.
8. Sherwood L. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Edisi kedua. Jakarta : EGC; 2001: 160
9. Lang GK, Spraul CW. Optic and Refractive Errors In: Ophtalmology A Short Textbook.
New York: Thieme Stuttgart. 2000: 432.
10. Scuta GL, Cantor LB, Weiss JS. Optics of the Human Eye In: Clinical Optics. Vol: 3, San
Fransisco; American Academy of Ophthalmology; 2008: 115-20.

Anda mungkin juga menyukai