Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

BY NY. S KURANG BULAN BULAN SMK USIA 0 HARI


DI RUANG NEONATUS RSUD KERTOSONO

Disusun oleh:

1. Rizki Anisa Amalia (1602460006)


2. Savira Iluk Adkha (1602460016)
3. Diana Lailatul Hamidah (1602460024)
4. Jihan Pramecwari Pratjna Pramita (1602460028)
5. Berty Pritasari (1602460041)

KEMENTERIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI
TAHUN 2018
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sampai saat ini mortalitas dan morbiditas neonatus pada bayi preterm/premature masih
sangat tinggi. Hal ini berkaitan dengan maturitas organ pada bayi lahir seperti paru-pari, otak
dan gestasional. Di negara barat sampai 80% dari kematian neonatus adalah akibat
prematuritas, dan pada bayi yang selamat mengalami permasalahan dalam jangka panjang..
Penyebab persalinan preterm sering dapat dikenali dengan jelas. Namun pada bbanyak kasus
penyebab pasti tidak dapat diketahui. Beberapa faktor mempunyai andil dalam terjadinya
persalinan preterm seperti faktor pada ibu, janun dan plasenta, ataupun faktor lain seperti
ekonomi. Kehidupan bayi baru lahir yang paling kritis adalah saat mengalami masa transisi
dari kehidupan intrautrin ke kehidupan ekstrauterin. Salah satu yang menjadi masalah yang
dialami bayi pada masa transisi adalah hipotermia.
Kematian perinatal sebagai besar (70%) terjadi akibat persalinan prematur, terutama di
sebabkan oleh prematuritas alat vital, gangguan tumbuh kembang paru-paru sehingga tidak
mampu beradaptasi dengan dunia di luar kandungan, perdarahan intracranial, kemungkinan
infeksi karena daya tahan tubuh yang rendah, gangguan adaptasi dengan nutrisi yang
diberikan, kegagalan dalam memberikan pertolongan adekuat dirumah sakit tersier.
(Maryunani & Puspita, 2013)

1.2 Tujuan
1.2.1 Umum
Setelah praktek klinik kebidanan II diharapkan mahasiswa mampu melakukan
perawatan dan asuhan kebidanan secara komprehensif pada neonatus premature
dengan pendekatan manajemen kebidanan.
1.2.2 Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian pada kasus Neonatus dengan kelahiran premature
b. Dapat merumuskan diagnosa
c. Dapat menyusun rencana asuhan secara menyeluruh pada Neonatus dengan kelahiran
premature
d. Melaksanakan tindakan secara menyeluruh sesuai dengan diagnosa dan masalah pada
Neonatus dengan kelahiran premature
e. Dapat melakukan evaluasi dari diagnosa yang telah ditentukan sebelumnya.

1.3 Metode Pengumpulan data


Manajemen Kebidanan Komprehensif ini menggunakan metode pengumpulan data sebagai
berikut :
a. Wawancara : tanya jawab secara langsung (anamnesa) kepada orang tua pasien
b. Observasi : melakukan pemeriksaan, baik dengan inspeksi, palpasi, perkusi maupun
auskultasi.
c. Studi dokumentasi : dengan melihat data dan riwayat ibu direkam medik yaitu buku KIA
yang berisi riwayat Neonatal sebelumnya.
d. Studi kepustakaan : menggunakan buku untuk sumber teori.
Literatur yang digunakan oleh penulis adalah dari buku.

1.4 Sistematika Penulisan


Halaman Judul
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.2.1 Umum
1.2.2 Khusus
1.3 Metode Pengumpulan data
1.4 Sistematika Penulisan
BAB 2. TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Pengertian Bayi Prematur
2.1.2 Faktor Resiko Terjadinya Kelahiran Bayi Prematur
2.1.3 Permasalahan Bayi Prematur
2.1.4 Penilaian Bayi Prematur
2.1.5 Penatalaksanaan Bayi Prematur
2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan
2.2.1 Konsep manajemen asuhan varney (konsep saja secara umum 7 langkah varney)
2.2.2 Pendokumentasian secara SOAP
2.2.3 Bagan alur berfikir varney dan pendokumentasian secara SOAP
BAB 3. TINJAUAN KASUS
3.1 Data Subyektif
3.2 Data Obyektif
3.1.1 Pemeriksaan fisik
3.1.2 Pemeriksaan penunjang
3.1.3 Program terapi (bila ada)
3.3 Analisis
3.4 Penatalaksanaan
BAB 4 PEMBAHASAN
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Penulis
5.2.2 Bagi Lahan Praktik
5.2.3 Bagi Klien
5.2.4 Bagi Institusi Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Teori


2.1.1 Pengertian Bayi Prematur
Bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan dalam usia gestasi kurang dari 36
minggu. Secara fisiologis, kondisi bayi prematur adalah sebagian masih sebagai janin
dan sebagai bayi baru lahir. Bayi prematur yang dilahirkan dalam usia gestasi <37
minggu mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit-penyakit yang berhubungan
dengan prematuritas, antara lain sindroma gangguan pernafasan idiopatik (penyakit
membran hialin), aspirasi pneumonia karena refleksi menelan dan batuk belum
sempurna, perdarahan spontan dalam ventrikel otak lateral, akibat anoksia otak (erat
kaitannya dengan gangguan pernafasan, hiperbilirubinemia, karena fungsi hati belum
matang), hipotermia.
(Darma, 2017)

2.1.2 Faktor Resiko Terjadinya Kelahiran Bayi Premature


Penyebab terjadinya kelahiran bayi prematur secara umum bersifat
multifaktorial sesuai dengan kondisi dan situasi calon ibu bayi. Beberapa penyebab
terjadinya kelahiran prematur yaitu :
a. Faktor Ibu
Keadaan ibu yang sering menyebabkan kelahiran prematur diantaranya
yaitu malnutrisi, riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan
antepartum, Ketuban Pecah Dini (KPD), kelainan uterus, hidramnion, penyakit
jantung, hipertensi atau penyakit kronik lainnya, umur ibu kurang dari 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun, jarak hamil dan bersalin terlalu dekat, preeklamsi berat
dan eklamsi, infeksi, trauma dan lain-lain (Proverawati dan Sulistyorini, 2010).
b. Faktor Janin
Keadaan janin yang dapat menyebabkan kelahiran prematur yaitu gawat
janin (anemia, hipoksia, asidosis atau gangguan jantung janin), infeksi
intrauterin, Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), dan gemili (Indrasanto, 2008).
c. Faktor Plasenta
Berat plasenta berkurang atau berongga dapat mempengaruhi kelahiran
bayi prematur, begitu juga luas permukaan plasenta. Sindrom tranfusi bayi
kembar atau sindrom parabiotik juga mempengaruhi bayi prematur (Proverawati
dan Sulistyorini, 2010).
d. Faktor Sosial Ekonomi
Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah, karena
keadaan gizinya yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang.
(Aisyah & Sulistyorini, 2010)

2.1.3 Permasalahan Bayi Prematur


Bayi yang lahir prematur, memiliki permasalahan yang kompleks semua
organ belum matur dan memerlukan perawatan yang berkepanjangan, bahkan sampai
berminggu-minggu. Bayi prematur sangat kecil, lemak subkutan sedikit, kepala lebih
besar dari tubuh, hipoventilasi dan sering mengalami periode apnea (Whaley dan
Wong, 2004). Anatomi dan fisiologi yang belum matang pada bayi prematur,
menyebabkan bayi cenderung mengalami masalah kompleks.
a. Kesulitan bernafas, terjadi akibat defisiensi surfaktan paru yang mengarah ke
sindroma gawat nafas Respiratory Distress Syndrome (RDS).
b. Masalah gastrointestinal dan nutrisi: reflex isap dan menelan masih lemah
sebelum 34 minggu, motilitas usus yang menurun, pengosongan lambung
lambat, absorbsi vitamin yang larut dalam lemak berkurang, defisiensi enzim
laktasi dalam jonjot usus, menurunnya cadangan kalsium, fosfor, protein dan zat
besi dalam tubuh, meningkatnya resiko Necrotizing Entero Colitis (NEC).
c. Imaturitas hati: gangguan konyugasi dan ekskresi bilirubin, adanya defisiensi
vitamin K.
d. Imaturitas ginjal: ketidakmampuan untuk mengekskresi beban cairan yang besar,
akumulasi asam anorganik dengan metabolic asidosis, eleminasi obat dari ginjal
dapat menghilang, ketidakseimbangan elektrolit.
e. Berbagai masalah neurologis: refleks isap dan menelan yang imatur, penurunan
motilitas usus, apnea dan bradikardia yang berulang, pendarahan intraventrikel
dan leukomalasia periventrikel, pengaturan perfusi serebral yang buruk,
ensefalopati iskemik hipoksik (HIE), retinopaty of prematurity (ROP), kejang,
hipotonia.
f. Berbagai masalah kardiovaskular: Patent Ductus Arteriosus (PDA) merupakan
hal yang umum yang ditemukan pada bayi kurang bulan, hipotensi dan
hipertensi.
g. Ketidakstabilan suhu tubuh: bayi premature memiliki kesulitan untuk
mempertahankan suhu tubuh akibat dari peningkatan hilangnya panas,
berkurangnya lemak subkutan, rasio permukaan tubuh terhadap berat badan
besar, produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai dan
ketidakmampuan untuk menggigil.
(Lissauer & Fanaroff, 2013)
2.1.4 Penilaian Bayi Premature
a. Identifikasi Cepat Usia Gestasi Neonatus
Usia Gestasi
Tempat 36 Minggu atau 39 minggu atau
37 - 38 minggu
kurang lebih
Garis telapak Hanya garis Sedikit garis di Telapak ditutupi
kaki melintang di dua pertiga oleh garis
anterior anterior
Diameter nodus 2 mm 4 mm 7mm
payudara
Rambut kepala Hakus dan seperti Halus dan Kasar seperti
bulu seperti bulu sutera
Cuping telinga Lentur, tanpa Ada tulang Kaku oleh
tulang rawan rawan tulang rawan
yang tebal
Testis dan Testis di kanalis Sedang Testis
skrotum bawah, skrotum menggantung,
kecil, rugae sedikit rugae ekstensif

b. Tabel APGAR Skor pada Bayi


Tanda 0 1 2
Appearance Pucat/ biru Tubuh merah, Seluruh tubuh
(warna kulit) seluruh tubuh ekstremitas biru kemerahan
Pulse Tidak ada <100 >100
(denyut jantung)
Grimace Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif
(tonus otot) sedikit fleksi
Activity Tidak ada Sedikit gerak Langsung
(aktivitas) menangis
Respiration Tidak ada Lemah/tidak Menangis
(pernapasan) teratur

(Dewi, 2013)

2.1.5 Komplikasi pada Bayi Prematur


Sering kali komplikasi yang terjadi pada bayi prematur adalah yang berhubungan
dengan fungsi imatur dari sistem organ. Komplikasi-komplikasi yang bisa terjadi
meliput :
a. Paru-paru
Produksi surfaktan seringkali tidak memadai guna mencegah alveolar collapse dan
atelektasis, yang dapat terjadi Respiratory Distress Syndrome.
b. Neurologik
Bayi preterm berisiko memiliki masalah neurologik akut seperti, perdarahan
intrakranial dan depresi perinatal.Penyebb utama kelainan neurologis pada bayi
baru lahir adalah enselopati iskemik hipoksi (EIH), disamping perdarahan
periventrikuler dan intraventikular yang menyebabkan kelainan neurologis
terutama pada bayi preterm. Jelas pada otak yang terjadi pada masa perinatal ini
dikenal sebagai penyebab utama gangguan neurologis berat dan terjadi
dampaknya dalam jangka panjang yang dikenal dengan erebral Palsy pada bayi
dan anak. Manifestasi predominan yang dikaitkan dengan palsiserebral adalah
gangguan gerak yang dapat berupa karakter spastik, ataksik atau atetoid.
Disfungsi motorik ini biasanya disertai gangguan neurologik lainnya seperti
retardasi mental, gangguan visual kortikal dan kejang.
c. SSP (Sususnan Syaraf Pusat)
Disebabkan tidak memadainya koordinasi refleks menghisap dan menelan, bayi
yang lahir sebelum usia gestasi 34 minggu harus diberikan makanan secara
intravena atau melalui sonde lambung. Immaturitas pusat pernafasan di batang
otak mengakibatkan apneic spells (apnea sentral).
d. Kardiovaskular
Gangguan yang dialami adalah hipotensi akibat hipovolmia, misalnya kehilangan
volume karena memang volumenya yang relatif kecil atau gangguan fungsi
jantung dan vasodilatasi akibat sepsis. Kejadian PDA (Patent Ductus Arteriosus)
sering terjadi dan dapat mengakibatkan terjadinya gagal jantung kongestif.
e. Infeksi
Akibat defisiensi respon imun seluler dan humoral, bayi preterm mempunyai
risiko terjadinya infeksi lebih besar dibandingkan bayi aterm.
f. Pengatur suhu
Bayi prematur mempunyai luas permukaan tubuh yang besar dibanding rasio
masa tubuh, oleh karena itu ketika terpapar dengan suhu lingkungan di bawah
netral, dengan akan kehilangan panas dan sulit untuk mempertahankan suhu
tubuhnya karena efek shivering pada prematur tidak ada.
g. Saluran pencernaan (Gastrointestinal tract)
Belum sempurna sehingga tidak mampu menyerap ASI dengan baik.
Pengosongan lambung terlambat sehingga menimbulkan desistensi lambung dan
usus.
h. Volume perut yang kecil dan efek menghisap dan menelan yang masih immatur
pada bayi prematur, pemberian makanan melalui nasogastrik tube dapat terjadi
risiko aspirasi.
i. Ginjal
Fungsi ginjal pada bayi prematur masih immatur, sehingga batas konsentrasi dan
dilusi cairan urine kurang memadai seperti pada bayyi normal.
j. Hiperbilirubinemia
Pada bayi prematur bisa berkembang hiperbilirubinemia lebih sering
dibandingkan dengan bayi aterm, dan kernicterus bisa terjadi pada level bilirubin
serum paling sedikit 17 mg/dl (170 umol/L) pada bayi kecil, bayi prematur yang
sakit.
k. Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan penyebab utama kerusakan otak pada periode perinatal.
Kadar glukosa darah kurang dari 20 mg/100cc pada bayi kurang bulan atau bayi
prematur dianggap menderita hipoglikemia.
l. Mata
Retrolenta fibroplasia, kelainan ini timbul sebagai akibat pemberian oksigen yang
berlebihan pada bayi prematur yang umur kehamilannya kurang dari 34 minggu.
Tekanan oksigen yang tinggi dalam arteri akan merusak pembuluh darah retina
yang masih belum matang (immatur).
m. Tendensi
Pembuluh darah masih rapuh, sehingga permeabilitasnya tinggi, yang
memudahkan terjadinya ekstravasis cairan dan mudah terjadinya oedema. Terjadi
gangguan keseimbangan faktor pembekuan darah sehingga terjadi perdarahan.
Dalam keadaan yang gawat.
(Darma, 2017)

2.1.6 Gambaran Klinis Bayi Prematur


Bayi prematur menunjukkan belum sempurnanya fungsi organ tubuh dengan
keadaannya lemah:
a. Fisik
1) Bayi kecil
2) Pergerakankurang dan masih lemah
3) Kepala lebih besar daripad badan
4) Berat badan < 2500 gram
b. Kulit dan kelamin
1) Kulit tipis dan transparan
2) Lanugo banyak
3) Rambut halus dan tipis
4) Genetalia belum sempurna
c. Sistem syaraf
1) Refleks moro
2) Refleks menghisap, menelan, batuk, belum sempurna
d. Sistem muskuloskleletal
1) Axifikasi tengkorak sedikit
2) Ubun-ubun dan satura lebar
3) Tulang rawan elastis kurang
4) Otot-otot masih hipotonik
5) Tungkai abduksi
6) Sendi lutut dan kaki fleksi
7) Kepala menghadap satu jurusan
e. Sistem pernapasan
1) Pernapasan belum teratur, sering apneu
2) Frekuensi nafas bervariasi
(Darma, 2017)

a. Penatalaksanaan Bayi Prematur


a. Perawatan di rumah sakit
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di
luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian
makanan dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi serta mencegah
kekurangan vitamin dan zat besi.
 Pengaturan Suhu
Bayi premature mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila beraa
di lingkungan yang dingin.Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh
baik yang relative lebih luas bila dibandingkan dengan berat badan, kurangnya
jaringan lemak di bawah kulit dan kekurangan lemak coklat (brown flat).Untuk
mencegah hipotermia perlu diusahakan lingkungan yang cukup hangat untuk
bayi dan dalam keadaan istirahat konsumsi oksigen paling sedikit, sehingga
suhu tubuh bayi tetap normal. Bila bayi di rawat di dalam incubator maka suhu
untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35 0C dan untuk bayi
dengan berat badan 2 – 2,5 kg adalah 34 0c agar ia dapat mempertahankan suhu
tubuh sekitar 37 0C. kelembapan incubator berkisar antara 50 % - 60%.
Kelembapan yang lebih tinggi diperlukan pada bayi dengan sindroma
gangguan pernafasan. Suhu incubator dapat diturunkan 1 0C perminggu untuk
bayi dengan berat badan 2 kg dan secara berangsur-angsur ia dapat diletakkan
di di dalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27 0C – 29 0C. Bila
incubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan
meletakkan botol-botol hangat disekitarnya atau dengan memasag lampu
petromaks di dekat tempat tidur bayi. Cara lain untuk mempertahankan suhu
tubuh bayi sekitar 36 0C – 37 0C adalah dengan memakai alat “perspexheat
shield” yang diselimutkan pada bayi dalam incubator. Alat ini digunakan untuk
menghilangkan panas karena radiasi.Akhir – akhir ini telah mulai digunakan
incubator yang dilengkapi dengan alat temperature sensor (thermistor
probe).Alat ini ditempelkan di kulit bayi.Suhu incubator dikontrol oleh alat
servomechanism. Dengan cara ini suhu kulit bayi dapat dipertahankan pada
derajat yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat ini sangat bermanfaat untuk
bayi dengan lahir yang rendah.
Bayi dalam incubator hanya dipakaikan popok.Hal ini mungkin
untuk pengawasan mengenai keadaan umum, perubahan tingkah laku, warna
kulit, pernafasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit yang diderita dapat
dikenal sedini – dininya dan tindakan serta pengobatan dapat dilaksanakan
secepatnya.
 Pemberian ASI pada Bayi Premature
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik yang dapat diberikan
oleh ibu pada bayinya, juga untuk bayi premature.Komposisi ASI yang
dihasilkan ibu yang melahirkan premature berbeda dengan komposisi ASI yang
dihasilkan oleh ibu yang melahirkan cukup bulan dan perbedaan ini
berlangsung selama kurang lebih 4 minggu. Jadi apabila bayi lahir sangat
premature (< 30).
Sering kali terjadi kegagalan menyusui pada ibu yang melahirkan
premature. Hal ini disebabkan oleh karena ibu stress, ada perasaan bersalah,
kurang percaya diri, tidak tahu memerah ASI pada bayi premature reflex hisap
dan menelan belum ada ataukurang, energi untuk menghisap kurang, volume
gaster kurang, sering terjadi refluks, peristaltic lambat.
Agar ibu yang melahirkan premature dapat berhasil memberikan ASI
perlu dukungan dari keluarga dari keluarga dan petugas, diajarkan cara
memeras ASI dan menyimpan ASI parah dan cara memberikan ASI perah
kepada bayi premature dengan sendok, pipet ataupun pipa lambung.
Bayi premature dengan berat lahir > 1800 gram (> 34 minggu gestasi)
dapat langsung disusukan kepadaa ibu. Mungkin untuk hari – hari pertama
kalau ASI belum mencukupi dapat diberikan ASI donor dengan sendok /
cangkir 8 – 10 kali sehari.
Bayi premature dengan berat lahir 1500 – 1800 gram (32 – 34
minggu), reflex hisap belum baik, tetapi reflex menelan sudah ada, diberikan
ASI perah dengan sendok / cangkir, 10 – 12 kali sehari. Bayi premature dengan
berat lahir 1250 – 1500 gram (30 – 31 minggu), reflex hisap dan menelan
belum ada, perlu diberikan ASI pernah melalui pipa orogastrik 12 x sehari.
 Makanan Bayi
Pada bayi premature, reflek hisap, telan dan bentuk belum sempurna,
kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih
kurang disamping itu kebutuhan protein 3 – 5 gram / hari dan tinggi kalori
(110 kal/kg/hari), agar berat badan bertambah sebaik – baiknya. Jumlah ini
lebih tinggi dari yang diperlukan bayi cukup bulan. Pemberian minum dimulai
pada bayi berumur 3 jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan
hiperbilirubinemia.
Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan penghisapan
cairan lambung.Hal ini perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia esophagus
dan mencegah muntah.Penghisapan cairan lambung juga dilakukan setiap
sebelum pemberian minum berikutnaya.Pada umumnya bayi dengan berat lahir
2000 gram atau lebih dapat menyusu pada ibunya. Bayi dengan berat lahir
kurang dari 1500 gram kurang mampu menghisap air susu ibu atau susu botol,
terutama pada hari – hari pertama, maka bayi diberi minum melalui sonde
lambung (orogastrik intubation).
Jumlah cairan yang diberikan untuk pertama kali adalah 1 – 5 ml/jam
dan jumlahnya dapat ditambah sedikit demi sedikit setiap 12 jam. Banyaknya
cairan yang diberikan adalah 60 mg/kg//hari dan setiap hari dinaikkan sampai
200 mg/kg/hari pada akhir minggu kedua.
 Pencegahan Infeksi
Bayi premature mudah sekali terserang infeksi. Ini disebabkan oleh
karena daya tahan tubuh terhadap infeksi kurang, relatif belum sanggup
membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan
belum baik oleh karena itu perlu dilakukan tindakan pencegahan yang dimulai
pada masa perinatal memperbaiki keadaan sosial ekonomi, program
pendidikan (nutrisi, kebersihan dan kesehatan, keluarga berencana, perawatan
antenatal dan post natal), screening (TORCH, Hepatitis, AIDS), vaksinasi
tetanus serta tempat kelahiran dan perawatan yang terjamin kebersihannya.
Tindakan aseptic antiseptic harus selalu digalakkan, baik dirawat gabung
maupun dibangsal neonatus. Infeksi yang sering terjadi adalah infeksi silang
melalui para dokter, perawat, bidan dan petugas lain yang berhubungan
dengan bayi. Untuk mencegah itu maka perlu dilakukan :
1) Diadakan pemisahan antara bayi yang terkena infeksi dengan bayi yang
tidak terkena infeksi.
2) Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang bayi
3) Membersihkan tempat tidur bayi segera setelah tidak dipakai lagi (paling
lama seorang bayi memakai tempat tidur selama 1 minggu untuk
kemudian dibersihkan dengan cairan antiseptic)
4) Membersihkan ruangan pada waktu – wkatu tertentu
5) Setiap bayi memiliki peralatan sendiri
6) Setiap petugas di bangsal bayi harus menggunakan pakaian yang telah
disediakan
7) Petugas yang mempunyai penyakit menular dilarang merawat bayi
8) Kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan sebaik – baiknya
9) Para pengunjung hanya boleh melihat bayi dari belakang kaca
 Menyentuh Bayi
Ibu sangat disarankan untuk terus memberikan sentuhan pada
bayinya.Bayi premature yang mendapat banyak sentuhan ibu menurut
penelitian menunjukkan kenikan berat badan yang lebih cepat daripada jika si
bayi jarang disentuh.
b. Perawatan di Rumah
 Pemberian ASI
Bayi premature membutuhkan susu yang berprotein tinggi. Namun
dengan kuasa Tuhan, ibu –ibu hamil yang melahirkan bayi premature dengan
sendirinya akan memproduksi ASI yang proteinnya lebih tinggi dibandingkan
dengan ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. Sehingga diusahakan untuk
selalu memberikan ASI eksklusif, karena zat gizi yang terkandung
didalamnya belum ada yang memandinginya dan ASI dapat mempercepat
pertumbuhan berat anak.
 Menjaga Suhu Tubuh
Salah satu masalah yang dihadapi bayi premature adalah suhu tubuh
yang belum stabil. Oleh karena itu, orang tua harus mengusahakan supaya
lingkungan sekitarnya tidak memicu kenaikan atau penurunan suhu tubuh
bayi. Bisa dilakukan dengan menempati kamar yang tidur terlalu panas
ataupun dingin.
(Aisyah & Sulistyorini, 2010)
BAB 4

PEMBAHASAN

Pelaksanaan dalam melakukan asuhan kebidanan pada By. Ny. S usia 0 hari denganneonatus
kurang bulan hasil pembahasan dapat disimpulkan membandingkan antara teori kasus yang ada
pada pengkajian baik dalam teori maupun pada kasus yang dilakukan mulai dari data subjektif
sampai dengan data objektif. Pengkajian dilakukan dengan menerapkan teori yang digunakan
sebagai landasan dalam melaksanakan manajemen kebidanan, penerapan teori harus dilakukan
secara keseluruhan dan semua teratasi dengan baik.
Pada interpretasi data antara teori dan kasus didapatkan diagnosa yaitu By. Ny. S usia 0 hari
dengan neonatus kurang bulan pada tanggal 20-10-2018 pukul 15.15 WIB secara normal dengan
berat badan saat lahir 2.400 gram. Bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan dalam usia gestasi
kurang dari 36 minggu. (Darma, 2017)
Dalam intervensi anatara teori dari kasus tidak ada kesenjangan yaitu pada teori dan kasus.
Petugas kesehatan bertanggung jawab memberikan informasi tentang bayi dengan kurang bulan
atau prematur.
Pada implementasi antara teori dan kasus juga tidak terdapat kesenjangan yaitu intervensi
yang telah dibuat dapat dilaksanakan pada implementasi.
Dari evaluasi juga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus yaitu pada evaluasi bayi
telah diobservasi TTV setiap 3 jam sekali, melakukan pemeriksaan kadar gula sehingga pada
evaluasi didapatkan hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan masuk kategori berhasil.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan dalam usia gestasi kurang dari 36 minggu.
Secara fisiologis, kondisi bayi prematur adalah sebagian masih sebagai janin dan sebagai
bayi baru lahir.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Penulis
Agar mahasiswa mendapatkan pengalaman dalam mempelajari kasus-kasus pada
saat praktik dalam bentuk manajemen SOAP dan alur berpikir Varney serta
menerapkan asuhan sesuai standar pelayanan kebidanan yang telah ditetapkan sesuai
dengan kewenangan bidan yang telah diberikan kepada profesi bidan. Serta diharapkan
dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan asuhan
kebidanan secara komprehensif terhadap klien.
5.2.2 Bagi Lahan Praktek
Asuhan yang diberikan sudah cukup baik dan hendaknya agar dapat memberikan
asuhan yang lebih baik sesuai dengan standar asuhan kebidanan serta dapat mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan agar dapat menerapkan setiap asuhan
kebidanan sesuai dengan teori dari mulai kehamilan, persalinan, nifas dan BBL.
5.2.3 Bagi Klien
Agar klien memiliki kesadaran untuk selalu memeriksakan keadaan
kehamilannya secara teratur sehingga akan merasa lebih yakin dan nyaman karena
mendapatkan gambaran tentang pentingnya pengawasan pada saat hamil dengan
melakukan pemeriksaan rutin di pelayanan kesehatan.
5.2.4 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kepustakaan bagi yang membutuhkan
Asuhan Kebidanan dan acuan pada penanganan kasus Neonatus
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, P., & Sulistyorini. 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Dilengkapi dengan
ASUHAN PADA BBLR dan PIJAT BAYI. Yogyakarta: Nuha Medika.
Darma, S. 2017. Kehamilan, Persalinan, Bayi Preterm & Postterm Disertai Evidence Based.
Palembang: NoerFikri Offset.
Dewi, V. N. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika.
Lissauer, T., & Fanaroff, A. 2013. Selayang Neonatalogi. Jakarta: EGC.
Maryunani, A., & Puspita, E. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal. Jakarta:
TIM.

Anda mungkin juga menyukai