Kti Sri Wahyuni
Kti Sri Wahyuni
OLEH :
SRI WAHYUNI
NIM. P00320015095
i
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
NIM : P00320015095
Tahun 2018
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini
bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya sendiri.
( Sri Wahyuni )
iii
RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
4. Agama : Islam
II. PENDIDIKAN
iv
MOTTO
v
ABSTRAK
vi
KATA PENGANTAR
Kebutuhan Oksigenasi di Ruang Lavender RSUD Kota Kendari tahun 2018” ini
dengan baik. Studi kasus ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar
Kesehatan Kendari.
pihak, studi kasus ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena
3. Bapak Indriono Hadi, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan
4. Bapak Abd. Syukur Bau, S.Kep., NS., MM selaku dosen Pembimbing II yang
5. Tim penguji yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran, masukan,
vii
6. Kepala Ruangan Lavender RSUD Kota Kendari beserta staf yang telah
7. Bapak dan Ibuku selaku kedua orangtua kandungku yang telah mengasuh,
kepada saudara dan keluarga besarku, terucap rasa terima kasih yang tak
terhingga atas untaian doa serta nasehat yang sangat berharga selama saya
Keperawatan.
yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas
kebersamaan yang tercipta selama ini. Segala bantuan, rasa simpati dan empati
mereka, dan kelak mendapatkan balasan yang lebih baik dan lebih banyak dari-
Nya. Penulis menyadari bahwa studi kasus ini masih jauh dari sempurna, maka
dengan kerendahan hati, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
Penulis
viii
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
ix
D. Definisi Operasional Studi Kasus .............................................. 34
B. Pembahasan............................................................................... 49
A. Kesimpulan ............................................................................... 57
B. Saran.......................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Basil tuberkel iniakan
yang timbul pada sistem pernapasan dan keluhan yang timbul secara
Tuberculosis paru dibagi menjadi dua yaitu keluhan yang timbul pada
pernapasan dan keluhan yang timbul secara sistematis. Keluhan yang timbul
1
diantaranya batuk, batuk berdarah, sesak napas, dan nyeri dada sehingga
dasar paling vital dalam kehidupan manusia, sehingga tubuh bergantung pada
oksigen dari waktu ke waktu untuk bertahan hidup. Oksigen harus secara
jaringan, dan oksigen juga berperan dalam proses metabolisme sel. Apabila
terjadi gangguan pada oksigen, maka akan berdampak pada tiga proses yaitu
jumlah udara yang masuk dan keluar tidak adequat. Pada proses Difusi,
Auskultasi suara nafas dan adanya suara nafas tambahan, Latih pasien untuk
nafas dalam, Latih pasien untuk batuk efektif, Monitor status pernafasan dan
2
Menurut hasil penelitian Purwanti tahun 2013, dampak yang buruk
terjadi pada pasien dengan tuberculosis paru jika oksigen berkurang akan
mengalami sesak nafas yang akan menggangu proses oksigenasi, apabila tidak
kerusakan pada jaringan otak apabila masalah tersebut berlangsung lama akan
2012 bahwa keluhan yang paling banyak dirasakan pasien tuberculosis paru
Dari Karya Tulis Ilmiah Loly Oktari tahun 2017 yang berjudul asuhan
clasification (NIC) manajemen jalan nafas dengan cara posisikan pasien semi
fowler, lakukan fisioterapi dada, lakukan batuk efektif, auskultasi suara nafas
secret dengan batuk efektif, pernafasan 20 kali per menit, pasien sudah tidak
terdapat 9,6 juta kasustuberculosis paru di dunia dan 58% kasus terjadi di
daerah Asia Tenggara dan Afrika. Tiga negara dengan insidensi kasus
terbanyak tahun 2015 yaitu India (23%), Indonesia (10%), dan China (10%).
3
Indonesia sekarang berada pada ranking kedua negara dengan beban
pada tahun 2013 mencapai 800 ribu – 900 ribu kasus (297 per 100.000) dan
telah mengalami penurunan angka kematian dan kesakitan pada tahun 2015
kesehatan, mulai dari upaya promotif, preventif dan kuratif serta rehabilitatif.
berfokus pada tiga hal yaitu eliminasi tuberculosis yang mana sampai
BTA positif (BTA+), menurun dibandingkan Tahun 2015 dengan 3.268 kasus.
Seperti trend yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, penemuan kasus baru
Muna, Konawe dan Kota Kendari. Jumlah kasus baru di tiga kabupaten
Tuberculosis Paru sebanyak 168 kasus khusus di Ruang Rawat inap RSUD
pasien dengan Tuberculosis Paru sebanyak 412 kasus. Sedangkan kasus yang
4
didapatkan di ruangan Lavender periode Januari sampai Maret 2018 adalah
kasus tersebut dan dituangkan dalam sebuah Karya Tulis Ilmiah dengan judul
B. Rumusan Masalah
Kendari?
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
5
c. Mampu menyusun intervensi/rencana keperawatanpada pasien
1. Bagi Penulis
2. Bagi Institusi/Pendidikan
Tuberculosis Paru.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
a. Hidung
mukosa.
untuk bebas dari benda asing. Bronkus dan trakea sangat sensitif
7
b. Faring
8
c. Laring
Bagian atas laring membentuk tepi epiglotis. Tepi tulang dari pita
d. Trakea
terletak agak ke kiri dari bidang median. Selain itu juga terdapat sel
jalan pernafasan.
e. Bronkus
f. Paru – paru
9
B. Konsep Dasar Tuberculosis
1. Pengertian
lainnya seperti pleura, kelenjar limfe, tulang dan organ ekstra paru lainnya
(Aditama, 2008).
dalam alveoli, jika bakteri di tangkap oleh magrofag yang lemah akan
2. Etiologi
dan tebal 0,2 – 0,6 µm, struktur kuman ini terdiri atas lipid (lemak) yang
10
membuat kuman lebih tahan terhadap asam serta dari berbagai gangguan
kimia dan fisik. Kuman ini juga tahan berada di udara kering dan keadaan
3. Patofisiologi
tanah, lantai atau tempat lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu
pernafasan dan masuk hingga alveoli. Pada titik lokasi dimana terjadi
Tuberculosis disebut fokus primer atau lesi primer atau fokus Ghon.
Reaksi juga terjadi pada jaringan limfe regional, yang bersama dengan
bereaksi positif terhadap tes tuberkulin dan tes Mantoux. Berpangkal dari
11
jalan yaitu percabangan bronkus, saluran limfe, aliran darah dan reaktivasi
4. Manifestasi Klinik
mungkin belum muncul pada infeksi awal dan mungkin tidak akan pernah
timbul bila tidak terjadi infeksi aktif dengan memperlihatkan gejala klinis
a. Gejala Respiratori
sampai gejala yang cukup berat bergantung dari luas lesi. Gejala
berupa batuk produktif ≥ 2 minggu, nyeri dada, batuk darah dan gejala
lain. Bila ada tanda penyebaran ke organ lain seperti pleura maka akan
terjadi nyeri pleura, sesak nafas, atau gejala meningeal (nyeri kepala,
b. Gejala Sistemik
5. Komplikasi
antara lain :
jalan nafas.
12
2. Penyebaran infeksi ke organ lain, misalnya otak, jantung, persendian,
6. Penatalaksanaan
1) Menyembuhkan penderita
2) Mencegah kematian
3) Mencegah kekambuhan
pengobatan.
15 mg/kg BB.
beberapa jenis dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8
13
sebagai dosis tunggal sebaiknya pada saat perut kosong. Apabila
paduan obat yang digunakan tidak adekuat (jenis, dosis, dan jangka
waktu pengobatan).
a) Tahap Intensif/Awal
intensif.
b) Tahap Lanjutan
14
efek ini ditemukan, mungkin obat anti tuberculosis yang bersangkutan
masih dapat diberikan dalam dosis terapeutik yang kecil, tetapi bila
c. Pemeriksaan
sewaktu (SPS).
kepada petugas.
15
3) Tes Tuberculin, tes ini kurang dapat diandalkan dalam
1. Pengertian Oksigenasi
atau fisika). Oksigen (O2) merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau
CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak
2. Fungsi Pernafasan
16
3. Faktor Yang Mepengaruhi Fungsi Pernafasan
a. Faktor Fisiologis
lingkungan.
berlebihan.
kronis.
b. Status Kesehatan
17
tubuh. Kondisi tersebut antara lain gangguan pada sistem pernafasan,
c. Faktor Perkembangan
seperti merokok.
18
d. Faktor perilaku
e. Lingkungan
afinitas atau kekuatan ikatan Hb dan O2. Dengan kata lain, suhu
oksigen.
19
4. Gangguan pada fungsi pernafasan
b. Hipoksia
oleh lidah yang menyumbat orofaring pada orang yang tidak sadar.
20
D. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tuberculosis Paru Dalam
1. Pengkajian
sehat
21
Tuberculosis Paru dengan Hemoptoe masif dan kronis, dan sklera
jingga pekat dan berbau yang menandakan fungsi ginjal masih normal
a. Riwayat Keperawatan
dari hidung, nyeri pada sinus, otitis media, nyeri tenggorokan, suhu
tubuh meningkat hingga 38,5 derajat celsius, nyeri kepala, lemah, dan
adanya edema.
22
b. Pola Batuk dan Produksi Sputum
penyebab alergi.
c. Nyeri Dada
pasien berubah, serta apakah ada kelainan saat inspirasi dan ekspirasi.
d. Pengkajian Fisik
23
apakah simetris atau tidak, jika ada kelainan paru adanya getaran
2. Diagnosa Keperawatan
ekspansi paru
oksigen
3. Perencanaan Keperawatan
24
1) Frekuensi pernafasan : deviasi sedang (3) – deviasi ringan (4)
(4)
ringan (4)
7) Lakukan suction
25
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan Menurunnya
kriteria hasil :
(4)
ringan (4)
10) Dispnea saat latihan : deviasi cukup (3) – deviasi ringan (4)
26
4) Latih pasien untuk batuk efektif
7) Lakukan suction
kriteria hasil :
ringan (4)
ringan (4)
27
5) Monitor status pernafasan dan status oksigen
7) Lakukan suction
laring, trakhea dan bronkiolus dari sekret atau benda asing di jalan
nafas.
c. Pemberian oksigen
melalui tiga cara, yaitu melalui kanula, nasal, dan masker dengan
hipoksia.
28
d. Posisikan pasien semi fowler
e. PemberianSuction
5. Evaluasi Keperawatan
frekuensi, dan irama nafas normal, serta tidak ditemukan adanya suara
nafas tambahan.
29
E. Konsep Latihan Nafas Dalam
perlahan dan dada mengembang penuh. Adapun tujuan nafas dalam adalah
untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta untuk
dirancang dan dijalankan untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan
pernafasan penderita tidak efektif. Latihan nafas dalam, juga diajarkan untuk
30
Latihan nafas dalam bukanlah bentuk dari latihan fisik, ini merupakan
teknik jiwa dan tubuh yang bisa ditambahkan dalam berbagai rutinitas guna
1. Atur posisi penderita dengan posisi duduk di tempat tidur atau dikursi.
3. Tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik sampai dada dan
31
F. Konsep Latihan Batuk Efektif
pada jalan nafas, yang bertujuan untuk meningkatkan mobilisasi sekresi dan
metode batuk dengan benar, dimana klien dapat menghemat energi sehingga
tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal (Kapuk,
2012).
yaitu :
2. Prosedur pelaksaan
persetujuan/kesiapan pasien.
32
c. Tahap kerja:
2) Mempersiapkan pasien,
abdomen
3 hitungan
inspirasi
d. Tahap evaluasi :
3) Mencuci tangan
33
BAB III
C. Fokus Studi
tuberculosis paru.
2. Kebutuhan oksigen yang dimaksud dalam studi kasus ini yaitu jika pasien
tidak lagi diberikan oksigen, frekuensi dan irama pernafasan pasien dalam
34
3. Pengkajian asuhan keperawatan dalam studi kasus ini yaitu Inspeksi :
paru.
gas
kriteria hasil :
ringan (4)
35
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan suplai
kriteria hasil :
2) Dispnea saat istirahat : deviasi sangat berat (1) – deviasi ringan (4)
ringan (4)
(4)
nafas tambahan, Latih pasien untuk nafas dalam, Latih pasien untuk batuk
7. Evaluasi keperawatan dalam studi kasus ini yaitu suatu penilaian untuk
1. Observasi
36
2. Wawancara
3. Pemeriksaan fisik
4. Studi Dokumentasi
pemeriksaan laboratorium
5. Metode Diskusi
1. Tempat Penelitian
2018.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 29 juni sampai 03 juli 2018.
dilakukan analisa data dari hasil observasi, wawancara, dan lain – lain. Setelah
37
dalam penelitian ini yaitu dengan menganalisis hasil penelitian yang disajikan
penelitian yaitu :
dan tujuan studi kasus yang dilakukan sehingga apabila pasien bersedia
maka lembar persetujuan akan ditanda tangani, dan apabila pasien tidak
bersedia maka peneliti tidak memaksa dan akan menghormati hak – hak
pasien.
pasien.
38
BAB IV
1. Pengkajian
masuk RSUD Kota Kendari pada tanggal 28 Juni 2018 pukul 20.00
Tuberculosis Paru.
a. Riwayat Kesehatan
dirasakan oleh pasien saat ini adalah batuk berdarah, batuk yang
dirasakan sejak 1 hari yang lalu disertai sesak. Adapun keluhan lain
39
pengobatan tuberculosis paru yaitu pasien mengatakan pernah
dengan keluhan yang sama dengan pasien. Saat ini pasien tinggal
b. Pemeriksaan fisik
mmHg, frekuensi nadi 69 kali per menit, suhu badan 37,5 0C dan
hidung normal, tidak ada polip, tidak ada secret, fungsi penciuman
baik. Hasil inspeksi dada simetris tidak ada retraksi dinding dada
meskipun pasien tampak sesak, pada palpasi dada vocal fremitus sama
pada kedua sisi paru, pada auskultasi terdapat bunyi nafas tambahan
pasien nampak sesak, terdapat batuk darah dengan sputum, irama nafas
40
c. Pemeriksaan Penunjang
Tabel 4.1
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tn. M
Tanggal 28 Juni 2018
d. Terapi
infus Ringer Laktat 20 tetes per menit, injeksi ceftriaxon 1 gram per 12
ampul per 8 jam, injeksi Ranitidine 1 ampul per 12 jam, Codein 3x20
mg.
41
2. Analisa Data
Nama pasien : Tn. M
Umur : 32 Tahun
No. RM : 16-32-72
Tabel 4.2
Analisa Data
Symptom Etiologi Problem
Data Subjektif : Mycobacterium Ketidakefektifan
1. Pasien mengatakan tuberculosis bersihan jalan
batuk berdarah nafas
2. Pasien mengatakan
sesak nafas. Airbone / inhalasi droplet
3. Pasien mengatakan
pernah dirawat di
rumah sakit sekitar 3 Saluran pernafasan atas
tahun yang lalu
dengan keluhan yang
sama Bakteri bertahan di
Data Objektif : bronkus
1. Pasien nampak sesak
2. Pasien nampak batuk
berdarah Mucus dalam jumlah
3. Terdapat suara nafas berlebihan
tambahan ronkhi
4. Irama pernafasan
irreguler Ketidakefektifan bersihan
5. Tanda – tanda vital jalan nafas
- Tekanan darah :
100/70 mmHg
- Nadi : 69 kali per
menit
- Pernafasan : 32
kali per menit
- Suhu : 37,5 0C
6. Hemoglobin : 5.7
g/dl
(Sumber :data primer penelitian)
4. Diagnosa Keperawatan
42
darah : 100/70 mmHg, nadi : 69 kali per menit, pernafasan : 32 kali per
menit, suhu : 37,5 0C. Dari data tersebut maka peneliti mengangkat
5. Intervensi Keperawatan
Nama pasien : Tn. M
Umur : 32 Tahun
No. RM : 16-32-72
Tabel 4.3
Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Nursing outcomes Nursing Rasional
Keperawatan classification (NOC) intervention
classification
(NIC)
Ketidakefektifan Status Pernafasan : Manajemen 1. Posisi semi
bersihan jalan Kepatenan jalan nafas jalan nafas fowler
nafas efektif. 1. Posisikan untuk
Setelah dilakukan asuhan pasien semi mengurangi
keperawatan selama 4x24 fowler sesak nafas
jam, diharapkan bersihan untuk dan
jalan nafas efektif, dengan memaksima menstabilk
kriteria hasil : lkan an pola
a. Frekuensi pernafasan : ventilasi, nafas
deviasi sedang (3) – 2. Auskultasi pasien,
deviasi ringan (4) adanya 2. Adanya
b. Irama pernafasan : suara nafas suara nafas
deviasi sedang (3) – tambahan, tambahan
deviasi ringan (4) 3. Latih pasien yang
c. Kemampuan untuk untuk nafas menandaka
mengeluarkan sekret : dalam, n gangguan
deviasi sedang (3) – 4. Latih pasien pernafasan
deviasi ringan (4) untuk batuk 3. Nafas
d. Suara nafas tambahan : efektif, dalam
deviasi cukup (3) – 5. Monitor dapat
deviasi ringan (4) status memudahk
pernafasan an ekspansi
dan status maksimum
oksigen. paru – paru
4. Batuk
efektif
untuk
43
membantu
mengeluark
an sputum
secara
maksimal
agar jalan
nafas
kembali
normal,
5. Mengetahui
permasalah
an pada
pernafasan
pasien
untuk
memenuhi
kebutuhan
oksigen
tubuh.
Hari/Tanggal
No Implementasi Evaluasi Paraf
& Jam
44
melakukan nafas 3. Pasien nampak
dalam sesuai anjuran mengeluarkan
4. Melatih pasien untuk sputum sedikit
09.30 batuk efektif disertai darah
Hasil : pasien 4. kemampuan
mengeluarkan sputum untuk batuk dan
sedikit disertai darah, pengeluaran
kemampuan untuk sputum : pasien
batuk dan pengeluaran tidak mampu
sputum : pasien tidak 5. frekuensi
mampu pernafasan 29
5. Memonitor status kali per menit
10.00 pernafasan dan status 6. irama pernafasan
oksigen irreguler
Hasil :frekuensi 7. pemberian
pernafasan 29 kali per oksigen nasal
menit, irama kanul 3 liter
pernafasan irreguler,
pemberian oksigen Analisis :
nasal kanul 3 liter 1. Masalah
keperawatan
dengan
ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas belum
teratasi
Planning :
1. Intervensi
I,II,III,IV,V
dilanjutkan
2. Minggu, 01 1. Memposisikan pasien Data Subjektif : Sri
semi fowler untuk 1. Pasien wahyuni
Juli 2018
memaksimalkan mengatakan
08.00 ventilasi batuk berdarah
Hasil : pasien masih 2. Pasien
sesak mengatakan
2. Mengauskultasi sesak nafas.
08.30 adanya suara nafas
tambahan Data Objektif :
Hasil : suara nafas 1. Pasien nampak
tambahan ronkhi sesak
08.40 3. Melatih pasien untuk 2. suara nafas
nafas dalam tambahan ronkhi
Hasil : pasien dapat 3. Pasien nampak
melakukan nafas mengeluarkan
dalam sesuai anjuran sputum sedikit
4. Melatih pasien untuk disertai darah
45
09.00 batuk efektif 4. kemampuan
Hasil : pasien untuk batuk dan
mengeluarkan sputum pengeluaran
sedikit disertai darah, sputum : pasien
kemampuan untuk belum atau
batuk dan pengeluaran kurang mampu
sputum : pasien belum 5. frekuensi
atau kurang mampu pernafasan 26
5. Memonitor status kali per menit
pernafasan dan status 6. irama pernafasan
10.00
oksigen irreguler
Hasil :frekuensi 7. pemberian
pernafasan 26 kali per oksigen nasal
menit, irama kanul 2 liter
pernafasan irreguler,
pemberian oksigen Analisis :
nasal kanul 2 liter 1. Masalah
keperawatan
dengan
ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas belum
teratasi
Planning :
1. Intervensi
I,II,III,IV,V
dilanjutkan
46
09.00 4. Melatih pasien untuk sputum berwarna
batuk efektif coklat
Hasil : pasien 4. kemampuan
mengeluarkan sputum untuk batuk dan
yang berwarna coklat, pengeluaran
kemampuan untuk sputum : pasien
batuk dan pengeluaran mampu
sputum : pasien
mampu 5. frekuensi
5. Memonitor status pernafasan 24
10.00
pernafasan dan status kali per menit
oksigen 6. irama pernafasan
Hasil : frekuensi reguler
pernafasan 24 kali per
menit, irama Analisis :
pernafasan reguler. 1. Masalah
Oksigen tidak keperawatan
diberikan dengan
ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas belum
teratasi
Planning :
1. Intervensi
I,II,III,IV,V
dilanjutkan
47
mengeluarkan sputum pengeluaran
berwarna sedikit sputum : pasien
kecoklatan, sangat mampu
kemampuan untuk
batuk dan pengeluaran 4. frekuensi
sputum : pasien sangat pernafasan 20
mampu kali per menit
5. irama pernafasan
09.30 5. Memonitor status reguler
pernafasan dan status
oksigen Analisis :
Hasil : frekuensi 1. Masalah
pernafasan 20 kali per keperawatan
menit, irama dengan
pernafasan reguler. ketidakefektifan
Oksigen tidak bersihan jalan
diberikan nafas teratasi
Discharge Planning
:
1. Memberikan
Health Education
tentang
pentingnya
meminum obat
yang teratur dan
tepat waktu
2. Memberikan
Health Education
tentang cara
mencegah
penularan
infeksi.
48
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil studi kasus dan tujuan penulisan studi kasus ini,
maka penulis akan membahas tentang kesenjangan antara teori dengan hasil
Kendari yang dilakukan pada tanggal 29 Juni sampai 03 Juli 2018 yang
1. Pengkajian
berdarah disertai sesak nafas. Keluhan lain adalahnyeri dada saat batuk
nafas irreguler, tekananan darah 100/70 mmHg, frekuensi nadi 69 kali per
menit, suhu badan 37,5 0C dan frekuensi pernafasan 32 kali per menit.
perkusi paru resonan atau sonor, suara nafas ronkhi, kelemahan fisik,
denyut nadi perifer melemah, tekanan darah biasanya dalam batas normal,
49
kesadaran composmentis, adanya sianosis perifer, klien tampak wajah
semua data yang ada pada teori tidak semua dimiliki oleh pasien, tetapi
kondisi atau keluhan pasien saat pengkajian semuanya masuk pada teori.
Adapun data yang tidak ditemukan pada pasien yaitu menggunakan otot
atau sonor, adanya sianosis perifer, klien tampak wajah meringis, pasien
ditemukan oleh penulis karena pasien berada dalam tahap infeksi akut dari
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang ada pada teori NANDA (2015) yaitu
50
menurunnya ekspansi paru, dan Gangguan pertukaran gas berhubungan
diagnosa keperawatan yang ada dalam teori terdapat pada pasien. Adapun
diagnosa keperawatan yang tidak terdapat pada studi kasus ini yaitu
oksigen.
tidak dapat dimunculkan oleh penulis karena kondisi yang dialami pasien
51
iritabilitas, nafas cuping hidung, gelisah, samnolen, takikardi dan
gangguan penglihatan.
3. Intervensi Keperawatan
kebutuhan oksigenasi.
4x24 jam, diharapkan bersihan jalan nafas efektif, dengan kriteria hasil
deviasi ringan (4), Irama pernafasan : deviasi sedang (3) – deviasi ringan
ringan (4), Suara nafas tambahan : deviasi cukup (3) – deviasi ringan (4)
52
Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut kemudian penulis
4. Implementasi Keperawatan
telah dibuat dengan memperhatikan aspek tujuan dan kriteria hasil dalam
Tehnik nafas dalam untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan
53
suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat menghemat energi
latihan batuk efektif selama 4 hari secara berturut – turut hasilnya dinilai
5. Evaluasi Keperawatan
jalan nafas, pada hari pertama Sabtu 30 Juni 2018 pukul 08.00 WITA yaitu
nafas tambahan, Melatih pasien untuk nafas dalam, Melatih pasien untuk
54
Evaluasi keperawatan pada hari kedua Minggu 01 Juli 2018 pukul
sesak nafas, pasien nampak sesak, suara nafas tambahan ronkhi, pasien
untuk nafas dalam, Melatih pasien untuk batuk efektif, dan Memonitor
55
Evaluasi keperawatan pada hari keempat Selasa 03 Juli 2018 pukul
pasien mengatakan tidak merasakan sesak, tidak ada suara nafas tambahan,
pemberian obat dan terapi oksigen, dan intervensi latihan nafas dalam dan
56
BAB V
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
darah : 100/70 mmhg, nadi : 69 kali per menit, pernafasan : 32 kali per
2. Diagnosa Keperawatan
57
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
keperawatan teratasi.
B. Saran
58
1. Bagi Penulis
buku – buku referensi yang up to date, yang menyangkut hal – hal tentang
data yang lengkap dan akurat pada status kesehatan pasien setiap hari.
dalam meminum obat sesuai anjuran dokter dan menjaga pola makan, dan
dokter.
59
DAFTAR PUSTAKA
1
Perry dan Potter.2005.buku ajar fundamental keperawatan.Jakarta : EGC. (Dalam
Karya Tulis Ilmiah Tri Setyaningsih, 2012).
https://www.google.co.id/amp/s/lifestyle.okezone.com/amp/2018/03/06/48
1/1868570/kemenkes-fokus-eliminasi-tbc-penurunan--stunting-serta-
peningkatan-cakupan-dan-mutu-imunisasi-pada-2019
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
DOKUMENTASI
16