Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

RISIKO BUNUH DIRI

I. Definisi
Risiko bunuh diri adalah risiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat
mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena
merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri
disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu
gagal dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi
masalah. Beberapa alasan individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan
untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi,
dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/ gagal melakukan
hubungan yang berarti, perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat
merupakan hukuman pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan
(Stuart, 2007).

Perilaku bunuh diri menurut (Stuart dan Sundeen, 1995 DALAM Fitria, 2009)
dibagi menjadi tiga kategori yang sebagai berikut

 Upaya bunuh diri (scucide attempt)


Sengaja melakukan kegiatanmenuju bunuh diri dan bila kegiatan itu
sampai tuntasakan menyebabkan kematian. Kondisi ini terjadi setelah
tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang yang hanya berniat
melakukan upaya bunuh diri dan tidak benar-benar ingin mati mungkin
akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.
 Isyarat bunuh diri (suicide gesture)
Bunuh diri yang direncanakan untuk usaha mempengaruhi perilaku orang
lain.
 Ancaman bunuh diri (suicide threat)
suatu peringatan baik secara langsung verbal atau nonverbal bahwa
seseorang sedang mengupayakan bunuh diri. Orang tersebut mungkin

1
menunjukkan secara verbal bahwa dia tidak akan ada di sekitar kita lagi
atau juga mengungkapkan secara nonverbal berupa pemberian hadiah,
wasiat, dan sebagainya. Kurangnya respon positif dari orang sekitar dapat
dipersepsikan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.
 Bunuh diri
Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya
hilang.

II. Rentang Respon


Rentang respons Risiko Bunuh Diri menurut keliat (1999) dalam Fitria (2014):

Respons Adaptif Respons Maladaptif

- Peningkatan diri - Berisiko - Bunuh Diri


Destruktif
- Destruktif Diri
- Pencederaan Diri

Faktor predisposisi dan presipitasi menurut Fitria, 2014:


III. Faktor Predisposisi
1) Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara
bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa
yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan
bunuh diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan
skizofrenia.
2) Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.

2
3) Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah
pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-
kejadian negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan
perceraian. Kekuatan dukungan social sangat penting dalam
menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih dahulu
mengetahui penyebab masalah, respons seseorang dalam menghadapi
masalah tersebut, dan lain-lain.
4) Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan
factor penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan
tindakan bunuh diri.
5) Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti
serotonin, adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat
dilihat melalui rekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph
(EEG).(Fitria, 2012).

IV. Faktor Presipitasi


Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang
dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan.Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau
membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri
ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal
tersebut menjadi sangat rentan. ( Fitria, 2014).

3
Pohon Masalah
Pohon masalah harga diri rendah menurut Fitria (2014):

Effect Bunuh Diri

Core Problem Risiko Bunuh Diri

Causa Isolasi Sosial: Menarik Diri

Harga Diri Rendah Kronis

V. Tanda Gejala
Tanda gejala harga diri rendah menurut Fitria (2014):
a. Mempunyai ide untuk bunuh diri
b. Mengungkapkan keinginan untuk mati
c. Mengungkapkan rasa bersaah dan keputusasaan
d. Impulsif
e. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan ( menjadi sangat patuh)
f. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
g. Verbal terselubung ( berbicara tentang kematian)
h. Menanyakan tentang obat dosis mematikan
i. Status emosional ( harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah,
mengasingkan diri)
j. Kesehatan mental ( secara klinis klien terlihat sangat depresi, psikosis,
dam menyalahgunakan alkohol)
k. Kesehatan fisik ( biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau
terminal)
l. Pengangguran
m. Kehilangan pekerjaan atau kegagagalan dalam karir
n. Umur 15- 19 tahun atau di atas 45 tahun
o. Status perkawinan ( mengalami kegagalan dalam perkawinan)

4
p. Pekerjaan
q. Konflik interpersonal
r. Latar belakang keluarga
s. Orientasi seksual
t. Sumber-sumber personal
u. Sumber-sumber sosial
v. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil
w. Mandi / hygiene
(Fitria, 2014).

VI. Proses Keperawatan


6.1 Pengkajian
Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan risiko bunuh diri
menurut Fitria (2014):
- Subjektif
o Mengungkapkan keinginan bunuh diri
o Mengungkapkan keinginan untuk mati
o Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
o Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari
keluarga.
o Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang
mematikan.
o Mengungkapkan adanya konflik interpersonal.
o Mengungkapkan telah menjadi korban perilaku kekerasan saat
kecil.

- Objektif
o Impulsif
o Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi
sangat patuh).

5
o Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis, dan
penyalahgunaan alkohol).
o Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau penyakit
terminal).
o Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau kegagalan
dalam karier)
o Umur 15-19 tahun atau diatas 45 tahun.
o Status perkawinan yang tidak harmonis.

6.2 Diagnosa Keperawatan


Risiko Bunuh Diri

6
6.3 Rencana Tindakan Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan risiko bunuh diri menurut Fitria (2014):

Nama Klien : Ruangan :


No CM : Dx Medis :

N Diag Perencanaan
T o nosa
g . Kepe
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
l D rawa
x tan
Resi SP 1: Setelah..interaksi, Identifikaisbenda- Mencegahtimbulnyaupayabunuhdiriklien
kobu Perawatdapatmengid perawatdapatmengidentifi benda yang
nuhd entifikasibenda- kasibenda-benda yang dapatmembahayakankli
iri benda yang dapatmembahayakanklien en.
dapatmembahayakan
klien
SP 1: Setelah.. interaksi, perawat Amankanbenda-benda
Perawatdapatmenga dapatmengidentifikasi yang Mencegahtimbulnyaupayabunuhdiriklien
mankanbenda-benda benda-benda yang dapat dapatmembahyakanklie
yang membahayakan klien n
dapatmembahayakan
klien
SP 1: Setelah..interaksiperawatm Lakukankontaktreatme Mencegahtimbulnyaupayabunuhdiriklien
Perawatmelakukanko elakukankontraktreatmen n

7
ntaktreatmen
SP 1; Setelah..interaksiperawatd Latihancaramengendali Mencegahtimbulnyaupayabunuhdiriklien
Perawatdapatmengajr apatmengajarkancarameng kandoronganbunuhdiri
kancaramengendalik endalikandoronganbunuhd
andoronganbunuhdiri iri.
SP 1: Setelah..interaksiperawatd Latihancaramengendali Memberikan alternative
Perawatdapatmengajr apatmengajarkancarameng kandoronganbunuhdiri tindakanuntukmnegendalikandoronganbunuhdiriat
kancaramengendalik endalikandoronganbunuhd aumencegahupayaklienuntukbunuhdiri
andoronganbunuhdiri iri
SP 2: Setalah..interaksi, Identifikasiaspekpositif Aspekpositif yang
Kliendapatmengident kliendapatmengidentifikas klien. diungkapkanklienakanmneingkatkanhargadirisehi
ifikasiaspekpositifkli iaspekpositifklien nggadoronganbunuhdiritidakterjadi
en
SP 2: Setalah..interaksikliendapa Dorongklienuntukberfi Bilakliensenantiasaberfikirpositifterhadapperjalan
Kliendapatberfikirpo tberfikirpositifterhadapdiri kirpositiftentangdirinya anhidupnyaakanmemberisemangathidupklien
sitifterhadapdirinya nya
SP 2 Setalah..interaksikliendapa Dorongklienuntukmeng Bilaklienberfikirpositifterhadapdirinyaberduabah
Kliendapatmengharg tmenghargaidirinyasebagai hargaidirinyasebagaiind wadirinyasebagiindividu yang
aidirinyasebagaiindiv individu ividu. berhargaakanmemberikansemangathidupklien
idu.
SP 3; Setalah..interaksi, Identifikasipolakoping Polakopingklien yang sudahteridentifikasi aka
Kliendapatmengident kliendapatmengidentifikas yang biasadilakukan membantuperawatdalammemberikanbebrapa
ifikasipolakoping ipolakoping yang alternative yang
yang biasadilakukan biasadilakukan dapatdilakukankliendalammenyelesaikanmasalah
SP 3: Setalah..interaksi, Dorongklienuntukmenil Bilakliendapatmenilaikopingdirinyadenganbaikak
Kliendapatmenilaipol kliendapatmenilaipolakopi aipolakoping yang anmembantumenyelesaikanmasalahdanmenghamb
akoping yang ng yang biasadilakukan biasadilakukan atdoronganuntukbunuhdiri
biasadilakukan
SP 3: Setelah… Dorongklienuntukmeng Bilakliendapatmengidentifikasipolakoping yang
Kliendapatmengident interaksikliendapatmengid identifikasipolakoping adaptifmenjadi modal

8
ifikasipolakoping entifikasipolakoping yang yang konstruktif utamadalammenyelesaikanmasalah lain diwaktu
yang konstruktif konstruktif yang lain, setelahpulangdari RSJ
SP 3: Setalah..interaksikliendapa Dorongklienuntukmemi Bilakliendapatmemilihpolakoping yang
Kliendapatmemilihip tmemilihpolakoping yang lihpolakoping yang konstruktif,
olakoping yang konstruktif konstruktif perawatakanmemberikanpenghargaandankesempa
positif tanpadaklienuntukdapatmenyelesaikanmasalahsec
aramandiri
SP 3 Setelah..interaksikliendapa Dorongklienuntukmene Bilakliendapatmenerapkanpolakopingkonstruktifd
Kliendapatmenerapk tmenerapkanpolakopingko rapkanpolakopingkonst alamkegiatanharianmenunjukkankliendapatmenga
anpolakopingkonstru nstruktifdalamkegiatanhari ruktifdalamkegiatanhari plikasikanpolakopingdalammneyelesaikanmasalah
ktifdalamkegiatanhar an an nya
ian
SP 4: Setalah..interaksikliendapa Dorongklienuntukmem Rencanamasadepan yang
Kliendapatmembuatr tmembuatrenacanamasade buatrencanamasadepan realistisdantelahdisepakatiakanmemberikanseman
encanamasadepan pan yang yang gathidupbarubagiklien.
yang realistisbersamaperawat realistisbersamaperawat
realistisbersamapera .
wat
SP 4: Setelah..interaksikliendapa dorongklienuntukmengi Setelahmembuatrencana yang
Kliendapatmengident tmengidentifikasicaramenc dentifikasicaramencapa realistisdanmengidentifikasikancarapencapaianaka
ifikasicaramencapair apairencanamasadepan irencanamasadepan nmembantukliensecaratekhnikdalammencapairenc
encanamasadepan yang realistis yang realistis anatersebut
yang realistis
SP 4: Setelah..interaksi, Dorongklienuntukmela Kemampuanklienmelakukankegiatandalamrangka
Kliendapatmelakuka kliendapatmelkaukankegia kukankegiatandalamran meraihmasadepanmerupakansasaranperawatbagikl
nkegiatandalamrangk tankegiatandalamrangkam gkameraihmasadepan ien yang
amerahmasadepan eraihmasadepanyagrealisti yang realistis mampumneyelesaikanmasalahnyasecaramandiri
yang realistis s

9
VII. Strategi Pelaksanaan Tindakan
a. SP Klien
1) SP I
a) Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan klien
b) Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan klien
c) Melakukan contact treatment
d) Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
e) Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri

2) SP II
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klienMengidentifikasi aspek positif
klien
b) Mendorong klien untuk berfikir positif terhadap diri
c) Mendorong klien untuk menghargai diri sebagai individu

3) SP III
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.Mengidentifikasi pola koping
yang biasa dilakukan klien
b) Menilai pola koping yang biasa dilakukan klien
c) Mengidentifikasi pola koping konstruktif
d) Mendorong klien memilih pola koping yang konstruktif
e) Menganjurkan klien menerapkan pola koping knstruktif dalam kegiatan
harian.

4) SP IV
a) Membuat rencana masa depan yang realistis bersama klien
b) Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis
c) Memberi dorongan klien melakukan kegiatan dalam rangka meraih masa
depan yang relistis

b. SP Keluarga
1) SP I
a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala serta proses terjadinya risiko
bunuh diri.
c) Menjelaskan cara merawat klien risiko bunuh diri.

2) SP II

10
a) Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat klien risiko bunuh diri.
b) Melatih keluarga melakukan cara merawat klien risiko bunuh diri.

3) SP III
a) Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas di rumah termasuk minum
obat (discharge planning).
b) Menjelaskan follow up klien setelah pulang

11
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
stretegi pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat bagi program S1 keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.

Stuart, G.W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Banjarmasin, September 2018

Preseptor Akademik

( )

12

Anda mungkin juga menyukai