Bab 2 Stroke Skemik Hemoragik
Bab 2 Stroke Skemik Hemoragik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Glukosa Darah
Glukosa adalah sumber energi utama bagi tubuh manusia. Beragam jenis
makanan diubah menjadi glukosa setelah melalui sistem pencernaan untuk
membentuk suatu energi siap pakai yang dapat dibawa oleh jaringan darah ke
otak dan organ tubuh lain (Shadine, 2010).
Kadar glukosa darah sepanjang hari bervariasi, meningkat setelah makan
dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar glukosa darah yang normal pada
pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dl darah. Kadar
glukosa darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dl pada 2 jam setelah makan
atau minum cairan yang mengandung glukosa maupun karbohidrat lain. Kadar
glukosa darah yang normal cenderung meningkat secara ringan tetapi progresif
setelah usia 50 tahun, terutama pada orang yang tidak aktif (Arisandi, 2015).
Kadar glukosa tentu saja terjadi peningkatan setelah makan dan
mengalami penurunan di waktu pagi hari bangun tidur. Seseorang dikatakan
mengalami hiperglikemia apabila kadar glukosa dalam darah jauh di atas nilai
normal, sedangkan hipoglikemia adalah suatu kondisi dimana seseorang
mengalami penurunan nilai glukosa dalam darah di bawah normal (Shadine,
2010).
Glukosa baru dapat diubah menjadi energi setelah berada di dalam sel
jaringan, seperti sel otot. Masuknya glukosa ke jaringan sel diperlukan satu alat
bantu (hormon) yaitu insulin. Terjadi satu kondisi, dimana glukosa tidak dapat
masuk ke sel otot. Penyebabnya adalah kekurangan insulin atau karena sesuatu
hal insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan benar (Fransisca, 2012).
Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh pankreas yang
bertanggung jawab untuk mengontrol jumlah atau kadar glukosa dalam darah
dan insulin dibutuhkan untuk merubah (memproses) karbohidrat, lemak, dan
protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia. Hormon insulin
berfungsi menurunkan kadar glukosa dalam darah (Shadine, 2010).
6
Pankreas atau kelenjar liur perut adalah sebuah kelenjar yang letaknya
dibelakang lambung. Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk peta,
karena itu disebut pulau-pulau langerhans yang berisi sel beta yang
mengeluarkan hormon insulin, yang sangat berperan dalam mengatur kadar
glukosa darah (Fransisca, 2012).
Suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah tinggi karena tubuh
tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat disebut
diabetes mellitus (Arisandi, 2015). Diabetes sering terdeteksi ketika seseorang
mengalami gejala-gejala yang disebabkan oleh diabetes seperti serangan jantung,
stroke, neuropati, penyembuhan luka yang lama, gangguan penglihatan,
beberapa infeksi jamur, dan melahirkan bayi dengan macrosomia atau
hipoglikemia (Sutanto, 2010).
a. Gejala Diabetes Mellitus
Gejala Diabetes Mellitus bervariasi tergantung organ mana yang terkena.
Tidak sedikit pula orang yang ditemukan terkena diabetes setelah mengalami
komplikasinya. Tiap orang memiliki kepekaan yang berbeda dan kadang tidak
merasakan adanya perubahan dalam diri (Tandra, 2013).
Beberapa keluhan utama dari diabetes adalah banyak kencing, rasa haus,
berat badan turun, rasa seperti flu dan lemah, pandangan kabur, luka yang sukar
sembuh, kesemutan, gusi merah dan bengkak, kulit kering dan gatal, mudah
terserang infeksi (Tandra, 2013).
b. Klasifikasi Diabetes Mellitus
Ada 2 jenis diabetes yang umum terjadi dan derita banyak orang yaitu
diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Penyakit diabetes tipe 1 sering disebut Insulin
Dependent Diabetes Mellitus atau diabetes mellitus yang bergantung pada
insulin. Diabetes tipe 1 ini berkaitan dengan ketidak sanggupan pankreas untuk
membuat insulin karena kerusakan atau gangguan fungsi pankreas (Apriyanti,
2010).
Karena kekurangan insulin, glukosa tetap ada di dalam aliran darah dan
tidak dapat digunakan sebagai energi. Beberapa penyebab pankreas tidak dapat
menghasilkan insulin pada penderita diabetes tipe 1, antara lain adalah faktor
keturunan atau genetika, jika salah satu atau kedua orang tua menderita diabetes
7
maka akan berisiko terkena diabetes. Penyebab yang kedua adalah autoimunitas,
autoimunitas yaitu tubuh alergi terhadap salah satu jaringan atau jenis selnya
sendiri yang ada dalam pankreas. Tubuh kehilangan kemampuan untuk
membentuk insulin karena sistem kekebalan tubuh menghancurkan sel-sel yang
memproduksi insulin. Penyebab terakhir yaitu virus atau zat kimia yang
menyebabkan kerusakan pada kelompok-kelompok dalam pankreas tempat
insulin dibuat. Semakin banyak kelompok sel yang rusak, semakin besar
kemungkinan seseorang menderita diabetes (Apriyanti, 2010).
Penyakit diabetes tipe 2 sering juga disebut Non-Insulin Dependent
Diabetes Mellitus atau diabetes mellitus tanpa bergantung pada insulin. Berbeda
dengan diabetes tipe 1, pada tipe 2 masalah yang terjadi bukan karena pankreas
tidak dapat memproduksi insulin tetapi karena insulin yang diproduksi tidak
cukup. Insulin yang diproduksi dihisap oleh sel-sel lemak akibat gaya hidup dan
pola makan yang tidak baik, sedangkan pankreas tidak dapat memproduksi
cukup insulin untuk mengatasi kekurangan insulin sehinga kadar glukosa dalam
darah akan naik (Apriyanti, 2010).
Penyebab diabetes tipe 2 karena insulin yang dihasilkan oleh pankreas
tidak mencukupi untuk mengikat glukosa yang ada dalam darah akibat pola
makan atau gaya hidup yang tidak sehat. Beberapa penyebab utama diabetes tipe
2 antara lain faktor keturunan, pola makan atau gaya hidup yang tidak sehat,
kadar kolesterol yang tinggi, jarang berolahraga, obesitas atau kelebihan berat
badan (Apriyanti, 2010).
c. Patofisiologi Diabetes Mellitus
Tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel
yang rusak. Disamping itu, tubuh juga memerlukan energi supaya sel tubuh
dapat berfungsi dengan baik. Energi pada manusia berasal dari makanan yang
dikonsumsi sehari-hari, yang terdiri dari karbohidrat (glukosa dan tepung-
tepungan), protein (asam amino), dan lemak (Suyono, 2013).
Pengolahan bahan makanan dimulai di mulut kemudian ke lambung dan
selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan itu makanan dipecah menjadi
bahan dasar dari makanan tersebut. Karbohidrat menjadi glukosa, protein
menjadi asam amino, dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu
8
akan diserap oleh usus kemudian masuk ke dalam pembuluh darah dan
diedarkan ke seluruh tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ di dalam tubuh
sebagai bahan bakar. Supaya dapat berfungsi sebagai bahan bakar, zat makanan
itu harus masuk dulu ke dalam sel supaya dapat diolah. Di dalam sel, zat
makanan terutama glukosa dibakar melalui proses kimia, yang hasil akhirnya
adalah energi. Proses ini disebut metabolisme. Dalam proses metabolisme ini
insulin bertugas memasukkan glukosa ke dalam sel, untuk selanjutnya dapat
digunakan sebagai bahan bakar. Insulin ini adalah hormon yang dikeluarkan oleh
sel beta di pankreas (Suyono, 2013).
Dalam keadaan normal yaitu kadar insulin cukup dan sensitif, insulin
akan ditangkap oleh reseptor insulin yang ada pada permukaan sel otot,
kemudian membuka pintu masuk sel sehingga glukosa dapat masuk ke dalam sel
untuk kemudian dibakar menjadi energi atau tenaga. Akibatnya kadar glukosa
dalam darah normal (Suyono, 2013).
Pada diabetes, dimana didapatkan jumlah insulin yang kurang atau pada
keadaan kualitas insulinnya tidak baik (resistensi insulin), meskipun insulin ada
dan reseptor juga ada, tapi karena ada kelainan di dalam sel itu sendiri pintu
masuk sel tetap tidak dapat terbuka sehingga glukosa tidak dapat masuk ke
dalam sel untuk dibakar (metabolisme). Akibatnya glukosa tetap berada di luar
sel sehingga kadar glukosa dalam darah meningkat (Suyono, 2013).
d. Diagnosis Diabetes Mellitus
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah
sewaktu > 200 mg/dl atau glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis diabetes mellitus. Bila hasil pemeriksaan glukosa darah
meragukan, pemeriksaan TTGO diperlukan untuk memastikan diagnosis
diabetes mellitus. Untuk diagnosis diabetes mellitus dan gangguan toleransi
glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa. Sekurang-
kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk konfirmasi
diagnosis diabetes mellitus pada hari yang lain (Mansjoer, 2009).
9
pola makan yang baik. Penyebab eksternal tersebut meliputi kadar kolesterol
darah, kadar glukosa darah, kebiasaan merokok, kebiasaan minum alkohol,
kebiasaan memakai obat-obatan terlarang, tekanan darah tinggi (hipertensi)
(Wardhana, 2011).
b. Diagnosis Stroke
Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan perjalanan penyakit dan hasil
pemeriksaan alat dan pemeriksaan fisik, yang dapat menentukan lokasi
kerusakan otak yang terserang. Dalam diagnosis ini diusahakan agar proses
pemeriksaan yang dilakukan tidak memakan waktu yang terlalu lama, demi
meminimalkan hilangnya waktu emas antara onset timbulnya penyakit dan
dimulainya terapi (Junaidi, 2011).
Evaluasi klinis pasien stroke:
1) Riwayat Penyakit
Untuk mendiagnosis stroke dapat dilihat dari riwayat penyakit stroke
sebelumnya, kapan waktu timbulnya gejala, aktivitas apa yang sedang dilakukan
saat serangan stroke, dan pola perburukan gejala (misalnya perburukan
maksimal saat onset, perburukan lambat, perburukan dalam pola seperti tangga).
Tanda-tanda yang menyertai seperti nyeri kepala, nyeri leher, muntah, dan
penurunan kesadaran. Faktor risiko/riwayat penyakit vaskuler seperti hipertensi,
dislipidemia, infark miokard, angina, palpitasi, penyakit jantung rheuma, gagal
jantung, aneurisme aorta, penyakit arteri perifer, merokok, dan diabetes mellitus.
Kondisi nonaterosklerotik yang berhubungan dengan defisit neurologis fokal
misalnya riwayat kejang, migren, tumor otak, aneurisma serebral, trauma kepala,
sklerosis multiple, diskrasia darah, penggunaan obat terlarang (Goldszmidt,
2011).
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilihat dari tanda vital yaitu pemeriksaan
neurologis, pemeriksaan HEENT terhadap trauma kepala, dan perubahan retina
(hipertensif, kristal kolesterol, papiledema, perdarahan subhialoid). Pemeriksaan
ada tidaknya bunyi yang dihasilkan akibat turbulensi ketika darah melewati
pembuluh arteri yang mengalami penyempitan (bruit) pada leher, abdomen, dan
vaskuler perifer. Pemeriksaan jantung ada tidaknya suara yang muncul akibat
11
turbulensi atau aliran darah yang tidak normal (murmur), bising jantung (gallop),
disfungsi ventrikel, hipertensi pulmoner, aneurisme, melemahnya nadi, dan
perubahan kulit iskemik (Goldszmidt, 2011).
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis
adalah hitung darah lengkap untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab
stroke meliputi hematokrit > 60%; leukosit > 150.000/mm3; dan trombosit > 1
juta/mm3 atau > 20.000/mm3. Pemeriksaan adanya anemia sel sabit atau
hemoglobinopati lain, laju endap darah (meningkat pada tumor, infeksi,
vaskulitis), glukosa serum (hiperglikemia dapat memperburuk hasil akhir
kondisi akut; hipoglikemia dapat menyebabkan perubahan neurologis),
elektrolit, profil lipid, fibrinogen, PT, PTT, INR untuk mendeteksi koagulopati
dan sebagai patokan dalam terapi antikoaglukosasi, pemeriksaan antibodi
antikardiolipin, RPR untuk neurosifilis, dan skrining urin untuk kokain jika
terdapat kecurigaan (Goldszmidt, 2011).
c. Pembagian Stroke
Secara garis besar, stroke dibagi dalam dua kelompok besar yaitu stroke
perdarahan (hemoragik) dan stroke iskemik (Junaidi, 2011).
1) Stroke Iskemik
Serangan stroke iskemik terjadi pada otak yang mengalami gangguan
pasokan darah yang disebabkan karena penyumbatan pada pembuluh darah otak.
Penyumbatannya adalah plak atau timbunan lemak yang mengandung kolesterol
yang ada dalam darah. Penyumbatan bisa terjadi pada pembuluh darah besar
(arteri karotis), pada pembuluh darah sedang (arteri serebri) atau pembuluh
darah kecil (Wardhana, 2011).
Penyumbatan pembuluh darah bisa terjadi karena dinding bagian dalam
pembuluh darah menebal dan kasar, sehingga aliran darah tidak lancar dan
tertahan. Oleh karena darah berupa cairan kental, maka ada kemungkinan akan
terjadi gumpalan darah (trombosis), sehingga aliran darah makin lambat dan
lama-lama menjadi sumbatan pembuluh darah. Akibatnya, otak mengalami
kekurangan pasokan darah yang membawa nutrisi dan oksigen yang diperlukan
oleh darah, dan ini berarti serangan stroke. Apabila kekurangan pasokan darah
12
berlangsung lama, otak tidak mendapatkan nutrisi dan oksigen maka sel-sel
jaringan otak akan rusak dan mati. Sel-sel jaringan otak yang rusak dan mati
tidak dapat dipulihkan kembali, tidak bisa melakukan regenerasi seperti halnya
sel-sel jaringan tubuh lainnya (Wardhana, 2011).
Awal mula penyumbatan terjadi karena adanya semacam luka kecil pada
bagian dalam pembuluh darah. Luka kecil ini diakibatkan oleh adanya tekanan
darah yang tinggi disertai dengan adanya gumpalan kolesterol dalam darah yang
menggores bagian dalam pembuluh darah. Luka kecil ini biasanya akan ditutup
oleh endapan gumpalan kolesterol (plak). Apabila terjadi tekanan darah yang
meninggi, endapan gumpalan kolesterol (plak) akan lepas terbawa arus aliran
darah dan akan berhenti pada pembuluh darah yang menyempit dan akhirnya
terjadilah sumbatan (Wardhana, 2011).
a) Klasifikasi Stroke Iskemik
Penggolongan berdasarkan perjalanan klinisnya dikelompokkan menjadi
Transient Ischemic Attack (TIA) yaitu serangan stroke sementara yang
berlangsung kurang dari 24 jam, Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)
yaitu gejala neurologis yang akan menghilang antara > 24 jam sampai dengan 21
hari, Progressing stroke atau stroke in evolution yaitu kelainan atau defisit
neurologik berlangsung secara bertahap dari yang ringan sampai menjadi berat,
dan stroke komplit atau completed stroke yaitu kelainan neurologis sudah
lengkap menetap dan tidak berkembang lagi (Junaidi, 2011).
b) Gejala Stroke Iskemik
Stroke iskemik biasanya disebabkan oleh sumbatan karena thrombus dan
emboli. Gejala dan tanda-tandanya sesuai dengan bagian yang terserang, apakah
pada sistem karotis atau vertebrobasilaris (Junaidi, 2011).
Gejala yang disebabkan terserangnya sistem karotis adalah gangguan
penglihatan pada satu mata tanpa disertai rasa nyeri, terutama bila disertai
dengan kelumpuhan lengan, tungkai, atau keduanya pada sisi yang sama; defisit
motorik dan sensorik pada wajah, wajah dan lengan atau tungkai saja secara
unilateral; kesulitan untuk berbahasa, dan sulit mengerti atau berbicara (Junaidi,
2011).
13
c) Patofisiologi
Perdarahan intraserebral adalah perdarahan yang terjadi di dalam otak,
yaitu ganglia, batang otak, otak kecil, dan otak besar merupakan stroke yang
menimbulkan dampak paling fatal karena diatasi dengan segera melakukan
tindakan operasi. Operasi adalah tindakan penyelamatan yang paling memun
gkinkan unuk segera menghentikan perdarahan akan tetapi tindakan yang
beresiko cukup besar (Lingga, 2013).
Perdarahan subaraknoid adalah perdarahan yang terjadi diluar otak, yaitu
pembuluh darah yang berada dibawah otak atau selaput di luar otak. Perdarahan
yang menekan otak sehingga suplai darah ke otak terhenti. Perdarahan yang
terjadi bercampur dengan cairan yang terdapat di batang dan selaput otak akan
menghalangi aliran cairan otak sehingga menimbulkan tekanan (Lingga, 2013).
d. Penentuan jenis stroke
Secara sederhana jenis stroke dapat dikenali dari kecepatan terjadinya
serangan. Berikut ini gambaran klinis yang dapat digunakan untuk menentukan
jenis stroke (Junaidi, 2011).
B. Kerangka Teori
Hiperglikemia
Aterosklerosis
Trombus/trombo
emboli
Penurunan aliran
darah ke otak
Kehilangan
Perdarahan Penyumbatan
suplai oksigen
arteri otak
ke otak
Stroke
C. Kerangka Konsep
Stroke Iskemik
20
D. Hipotesis
Ho = Tidak ada hubungan antara glukosa darah dengan kejadian stroke iskemik
dan stroke hemoragik.
Ha = Ada hubungan antara glukosa darah dengan kejadian stroke iskemik dan
stroke hemoragik.