Abstract
Traditional medicine is one of Indonesia's natural resources which has been used for many years by
Indonesians, and which has also helped them to solve many health problems, and cultivate Indonesia's
natural resources. PT Molex Ayus Pharmaceutical (MAP) is a middle scale pharmaceutical company that
is trying to develop its business by running the traditional medicine industry.
The purpose of this study is to know and analyze the prospect or opportunity of the development of
traditional medicine of the small to medium scale pharmaceutical companies which in this case it is PT
MAP. Therefore, there have been collecting data through library studies, visiting sites, observing directly,
and interviewing related individuals. To obtain the right solution, the company uses Strengths,
Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT) descriptive-qualitative analysis to observe the internals
(strengths, weaknesses) and external (opportunities, threats), in order to support the next step in
conducting the project. The methods of Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback
Period (PBP), and Profitability Index (PI) are used in calculating the analysis of the feasibility of
investment (investment analysis).
The result of the study shows that the prospect of traditional medicine industries is still wide open,
and from the analysis above it is found that it is feasible enough to conduct this project, with the sales
assumption of up to 5% per year, NPV Rp. 39,148,158,00 (positive), IRR 23.41% higher than the
commercial interest which is at 15% at the moment, PBP 4 years and 9 months, and PI 1.33. From the
SWOT analysis, 14 alternative strategies can be chosen by the company to improve its performance, get
the right market, put the right man in the right place, in order to increase teamwork and efficiency of
production cost.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam (SDA) yang sangat melimpah, obat-obatan
tradisional yang berbahan baku tanaman obat merupakan salah satu cara pemanfaatan kekayaan
alam yang digunakan masyarakat di Indonesia untuk meningkatkan nilai tambah SDA, serta untuk
memberikan solusi pada permasalahan-permasalahan kesehatan yang dihadapinya (PT. CIC, 2001).
Obat tradisional yang selama ini dikenal, merupakan produk yang dikenal sebagai jamu, berupa
bubuk ramuan ataupun cairan hasil dari rebusan ramu-ramuan dari bahan-bahan tumbuhan alam
(tanaman obat), yang cara produksi maupun formulasinya menggunakan cara/formulasi yang sudah
ada secara turun temurun. Formulasi dari tumbuh-tumbuhan alam saat ini diekstrak dan diproduksi
berdasarkan penelitian dari ilmuwan–ilmuwan dan dikemas dengan teknologi mutakhir dalam bentuk
yang menarik, rasa ataupun khasiat yang lebih spesifik, serta mudah dalam cara pemakaiannya.
Indonesia merupakan negara di Association South-East Asian Nation (ASEAN) yang paling
kaya akan tanaman obat, dari sekitar 1.000 tanaman obat yang tumbuh di Indonesia baru sekitar 200
tanaman yang dimanfaatkan untuk obat tradisional. Pemerintah saat ini bersama Negara-negara
ASEAN juga sedang membahas Harmonisasi Standardisasi Obat Tradisional dan Makanan Suplemen
se ASEAN (Media Indonesia, 2004), yang akan berdampak pada besarnya peluang pasar yang akan
didapat, sehingga industri obat tradisional ini jelas merupakan industri yang masih sangat berpeluang.
Industri jamu di Indonesia terdiri dari 75 industri besar (industri obat tradisional atau IOT) dan 833
industri kecil (Industri Kecil Obat Tradisional atau IKOT) dimana pada sektor produksi ini diserap
sekitar 145.000 orang tenaga kerja, meliputi 37.529 pekerja di IOT dan 107.622 pekerja di IKOT dari
berbagai lapisan pendidikan, sedangkan sektor distribusinya melibatkan 400.000 orang (Sihombing,
2004).
1
Alumni PS MPI, SPs IPB
2
Staf Pengajar PS MPI, SPs IPB
85
PT. Molex Ayus Pharmaceutical (PT. MAP) yang bergerak di bidang farmasi dengan produk
obat-obatan berbahan baku kimia sintetik, tertarik dengan prospek pengembangan industri obat
tradisional. Pada saat ini, dengan tingginya tingkat kesadaran akan pentingnya kesehatan masyarakat
dan diketahuinya efek yang dihadapi dari pemakaian obat-obat modern berbahan baku sintetik serta
semakin berkembangnya kesadaran masyarakat untuk back to nature telah menyebabkan obat-obat
tradisional mendapatkan tempat yang cukup baik. Dibandingkan dengan obat-obat berbahan baku
kimia, obat tradisional dalam industri memiliki berbagai kendala, diantaranya tidak adanya sistem baku
dalam pengobatannya dan belum banyak diakuinya produk obat tradisional dalam sistem pengobatan
kedokteran modern di Indonesia (Rahayuningsih, 2004).
2. Permasalahan
Permasalahan dalam usaha adalah suatu hambatan atau kendala yang ada/timbul dalam suatu
perjalanan/usaha yang merupakan suatu proses atau tingkatan yang harus dilalui untuk menuju hasil
akhir yang sesuai dengan tujuan/keinginan perusahaan/sekelompok orang yang mempunyai
kepentingan sama. Salah satu cara dalam memperoleh gambaran solusi adalah menganalisa
permasalahan-permasalahan yang diajukan ditinjau dari segala aspek yang terkait, baik internal
maupun eksternal. Hasil analisa tersebut dapat merupakan bahan masukan bagi perusahaan,
khususnya dalam mengembangkan obat tradisional untuk pengobatan kesehatan masyarakat luas
bagi perusahaan PT. MAP dan merupakan bahan masukan dalam mengembangkan bisnis
perusahaan melalui pengembangan produk pada industri obat tradisional.
Permasalahan pada kajian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimana solusi dari permasalahan yang dihadapi perusahaan (PT. MAP), yang juga merupakan
permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan farmasi skala menengah, untuk mewujudkan
tujuannya, dengan cara mengkaji kondisi internal dan eksternal perusahan, serta strategi
pemasaran yang sudah/dapat dijalankan perusahaan bagi produksi obat-obat tradisional ?
b. Bagaimana pemahaman lebih jauh tentang produksi obat tradisional yang dihasilkan perusahaan
farmasi seperti PT. MAP, sebagai produk UKM yang potensial dan sebagai pengganti/pelengkap
memiliki daya saing terhadap obat berbahan baku kimia sintetis sebagai salah satu sumber
pengobatan kesehatan bagi masyarakat di Indonesia ?
c. Bagaimana nilai kelayakan investasi dalam pertambahan investasi, bagi pengembangan
perusahaan (PT. MAP) yang merupakan suatu perusahaan farmasi skala kecil menengah dengan
berbasis pada produk obat tradisional ?
3. Tujuan
Tujuan dari hal yang dikaji adalah :
a. Mendapatkan solusi dari permasalahan yang dihadapi perusahaan (PT. MAP), yang juga
merupakan permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan farmasi skala menengah, untuk
mewujudkan tujuannya, dengan cara mengkaji kondisi internal dan eksternal perusahan, serta
strategi pemasaran yang sudah/dapat dijalankan perusahaan bagi produksi obat-obat tradisional.
b. Mendapatkan pemahaman lebih jauh tentang produksi obat tradisional yang dihasilkan
perusahaan farmasi seperti PT. MAP, sebagai produk UKM yang potensial dan sebagai
pengganti/pelengkap memiliki daya saing terhadap obat berbahan baku kimia sintetis sebagai
salah satu sumber pengobatan kesehatan bagi masyarakat di Indonesia.
c. Mengevaluasi nilai kelayakan investasi dalam pertambahan investasi, bagi pengembangan
perusahaan (PT. MAP) yang merupakan suatu perusahaan farmasi skala kecil menengah dengan
berbasis pada produk obat tradisional.
METODOLOGI
1. Lokasi
Kajian ini merupakan studi kasus di PT. Molex Ayus yang merupakan perusahaan farmasi swasta
yang berdiri pada tanggal 23 Agustus 1985 dan beralamatkan di Gedung Molex Ayus, Jl. Ir. H Juanda
No. 5 C, Jakarta Pusat 10120.
2. Metode Kerja
Pengumpulan data
Pengumpulan data berupa data primer dan sekunder. Data primer bersumber dari hasil
kunjungan dan observasi lapangan berupa wawancara kepada staf-staf perusahaan ataupun individu-
individu terkait lainnya ataupun pengamatan langsung ke lapangan. Sedangkan data sekunder
bersumber dari pengumpulan informasi dan data-data melalui studi literatur, baik dari buku-buku
bacaan (text books), artikel-artikel dalam majalah/surat kabar dan laporan keuangan perusahaan.
2) NPV
Metode ini mempertimbangkan bahwa setiap satu rupiah yang dikeluarkan hari ini lebih
bernilai daripada satu rupiah di hari yang akan datang, karena satu rupiah yang sekarang
dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan hasil (bunga). Pada metode NPV ini sudah
diperhitungkan time value of money. Untuk mengimplementasikan metode NPV tersebut
ditempuh langkah-langkah (Brigham et al., 1992) berikut :
i. Diperoleh nilai sekarang dari setiap arus kas, baik masuk maupun keluar dengan Discount
Factor yang sesuai dengan Cost of Capital.
ii. Menjumlahkan semua arus kas yang sudah di diskon tersebut dan jumlah inilah yang
merupakan NPV dari proyek.
iii. Bila NPV positif, berarti proyek tersebut dapat diterima (layak), bila negatif berarti proyek
tersebut ditolak (tidak layak).
n
CFt
NPV =
T 0 (1 k ) n
lo
Keterangan :
CF = Arus kas (Cashflow) yang terjadi pada tahun t dengan t = 1 ……..n
n = umur ekonomis proyek
k = periode waktu Io = nilai Investasi periode 0
3) PI atau B/C
Profitability index disebut juga dengan benefit cost ratio merupakan rasio antara present value
proceed (present value dari net cash inflow) dengan present value initial outlay, atau antara
present value aliran kas bersih (present value seluruh cash inflows suatu investasi dengan cara
mendiskontokannya dengan cost of capital) dengan investasi (cost of invesment) atau
perbandingan present value arus kas netto di masa yang akan datang dengan present value
pengeluaran kas awal. Secara umum dapat ditulis sebagai berikut :
n
CFi
(1 r )
i 1
n
PI
lo
Keterangan :
C = Cashflow (Arus Kas)
Io = Initial Invesment (Investasi Awal)
r = Requirement rate of return
Metode ini akan memberikan hasil yang konsisten dengan metode net present value. Suatu
investasi akan diterima, apabila benefit cost ratio lebih besar dari satu dan sebaliknya akan
ditolak apabila benefit cost ratio lebih kecil dari satu.
4) IRR
IRR atau juga sering disebut YIELD adalah tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari
investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan bersih di masa yang akan datang
(tingkat bunga/discount rate yang menjadikan NPV sama besar dengan nol). Metode ini
memberikan arahan bahwa proyek yang diterima adalah proyek yang memberikan rate of return
lebih besar dari pada cost of capital. Dengan demikian, sama artinya bahwa proyek yang
diterima adalah proyek yang NPV positif. IRR dapat didefinisikan sebagai discount rate, dimana
present value dari arus kas masuk sama dengan present value dari biaya investasi, atau dapat
diformulasikan bentuk persamaan IRR berikut :
CF 1 CF 2 CF n
lo
(1 IRR )1 (1 IRR ) 2 (1 IRR ) n
Keterangan :
CF = arus kas (Cashflow) yang terjadi pada tahun t dengan t = 0 ……..n
IRR = tingkat bunga (discount rate) yang menghasilkan NPV = 0
N = umur ekonomis proyek
jika dilakukan interpolasi, maka dapat digunakan dua macam tingkat bunga yang menghasilkan
NPV1 negatif dan NPV2 positif yang mendekati nol, dengan menggunakan rumus berikut :
r 2 r1
IRR r1 NPV 1
NPV 2 NPV 1
Keterangan :
r1 = Tingkat bunga ke 1
r2 = Tingkat bunga ke 2
NPV1 = NPV dengan tingkat bunga ke 1
NPV2 = NPV dengan tingkat bunga ke 2
1. Keadaan Umum
PT. MAP yang merupakan sebuah perusahaan farmasi dari suatu industri obat farmasi sesuai
dengan kondisi usaha dan besaran produksi masih berada pada posisi berskala kecil menengah.
Untuk memproduksi obat-obat tradisional yang penjualannya selama tiga tahun ini masih rendah,
dilakukan produksi selingan, yaitu produksi obat tradisional dilakukan diantara produksi obat-obatan
farmasi.
Hasil produksi secara fisik, berupa obat-obatan tradisional dengan proses modern dan
ditampilkan/dikemas secara obat-obatan modern, yaitu berupa obat tradisional yang merupakan hasil
ekstraksi kering (bubuk), dari formula yang didapatkan dari hasil penelitian tenaga ahli, yang
dimasukkan ke dalam kapsul, serta dikemas dalam strip (4 butir per lembar) dan terakhir dimasukkan
dalam dus berisi 12 kapsul dan dengan dosis pemakaian 3 kali sehari 1 atau 2 kapsul. Hal tersebut
juga merupakan suatu strategi produk yang dilakukan perusahaan untuk mendapatkan harga jual
yang rendah dan diharapkan dapat mencapai pasar yang lebih luas (segala lapisan). PT. MAP, pada
saat ini menghasilkan 42 jenis produk obat-obatan yang terdiri dari 9 kelompok obat-obatan dan
produk obat-obatan tradisional sebanyak 13 jenis.
Manajemen PT. MAP dibentuk sesuai dengan produk utamanya selama ini, yaitu obat-obatan
farmasi berbahan baku kimia sintetis yang merupakan produk impor. Untuk produk obat-obatan
tradisional ini tugas/tenaga manajemen masih dijadikan satu manajemen dengan produk obat farmasi
(PT. MAP, 2004). Dengan kata lain, perluasan produk melalui proyek obat-obatan tradisional yang
dilakukan sebagai upaya perusahaan dalam rangka pengembangan dan peningkatan usaha
perusahaan untuk menghadapi persaingan di masa mendatang, masih diperlakukan sebagai upaya
selingan termasuk penanganannya, sehingga belum ada bagian/tenaga manajemen khusus,
terutama menangani strategi produksi dan pemasaran yang ditempatkan/difokuskan bagi produk
baru, dalam hal ini obat-obatan tradisional.
Penerapan strategi pemasaran dan produksi ditangani oleh seorang manajer produksi
berlatar belakang sarjana farmasi, yang juga pada kesempatan sama menangani strategi pemasaran
dan produksi bagi produk obat farmasi yang merupakan produk utama perusahaan. Hal ini berakibat
penerapan pemasaran produk barunya (obat-obat tradisional), diperlakukan sama seperti yang telah
dilakukannya pada produk obat farmasi. Strategi pemasaran dan distribusi produk obat tradisional
sama seperti pada produk obat-obatan farmasi sebelumnya, dimana promosi untuk pengenalan
produk baru pada konsumen tidak dilakukan dengan alasan biaya yang tinggi, dan promosi hanya
berupa tenaga-tenaga penjual (medical representative) yang berkunjung ke tenaga-tenaga medis
ataupun ke apotik pengecer.
bahan bakunya secara total dunia pada tahun 2000 mencapai US$ 43 milyar dengan
pertumbuhan rataan 5-15% per tahun.
Hal yang merupakan kelemahan-kelemahan pada obat tradisional Indonesia adalah, bahwa
hasil yang ditimbulkan oleh obat-obatan modern berbahan baku kimia, menunjukkan hasil lebih
cepat bila dibandingkan obat-obatan tradisional, serta belum banyak dikenalnya/diyakini oleh
banyak tenaga-tenaga medis, serta belum adanya standar mutu yang dilandasi dengan
pengujian klinik yang diakui dan sistem baku dalam pengobatan, sehingga belum diakuinya
produk obat-obatan tradisional dalam sistem pengobatan kedokteran modern yang merupakan
kelemahan dan kendala bagi obat-obatan tradisional saat ini. Sebagai ilustrasi, keterbatasan
dana penelitian yang disediakan oleh industri jamu untuk menghasilkan tanaman obat yang lulus
uji fitofarmaka memerlukan dana Rp. 500 juta, sementara omzet yang dimiliki produsen jamu
masih jauh di bawah jumlah tersebut. Hal tersebut menghambat perkembangan industri obat
tradisional Indonesia (Rahayuningsih, 2004).
Gaya kehidupan di daerah-daerah masih banyak dipengaruhi oleh kehidupan tradisional
yang masih menggunakan obat tradisional dengan ramuan keluarga yang digunakan turun
temurun yang diolah sendiri dengan cara tradisional dan biaya murah. Hal tersebut merupakan
peluang bagi obat tradisional, namun juga merupakan kenyataan bahwa masih terbatasnya
pasar bagi penggunaan obat tradisional dengan pengolahan dan kemasan secara modern yang
dinilai mahal dan belum dikenal dengan baik, serta belum diyakini kemanjurannya. Kondisi
tersebut pada saat ini membatasi pasar obat-obatan tradisional di daerah-daerah pelosok di
Indonesia (terbatasnya pasar), namun dengan promosi yang banyak dilakukan perusahaan-
perusahaan besar jamu dan peluang-peluang yang dilakukan pemerintah dengan kebijakan-
kebijakan yang mendukung pertumbuhan industri ini pasar dinilai masih cukup menjanjikan.
Pasar potensial saat ini merupakan masyarakat di daerah-daerah perkotaan yang cukup besar,
dimana hal tersebut sesuai dengan keinginan masyarakat modern diperkotaan yang dalam
menggunakan obat-obat tradisional cenderung mencari kemudahan dan kepraktisan dalam
penyediaan maupun penggunaannya. Dengan pertumbuhan industri obat-obatan tradisional saat
ini, dimana nilai ekspor obat-obat tradisional mulai tampak, maka peluang pasar keluar negeri,
terutama Asia akan lebih terbuka luas, sehingga prospek industri obat-obatan tradisional terlihat
cukup menjanjikan.
Kekurangan/kelemahan dan manfaat obat-obat tradisional dan obat-obat farmasi adalah
1) Obat tradisional merupakan solusi yang sudah dikenal dalam dunia pengobatan tempo dulu,
khususnya masyarakat Indonesia.
2) Obat farmasi (senyawa kimia sintetis) memberikan efek samping, sehingga obat-obat
tradisional (berbahan baku alami) dapat memberikan rasa aman bagi penggunanya.
3) Pendapat sebagian masyarakat Indonesia bahwa obat-obatan tradisional memberikan efek
tidak langsung, atau melalui proses waktu, sementara obat-obatan farmasi berbahan baku
sintetis kimia efeknya lebih cepat dari obat-obatan tradisional, maka obat-obatan tradisional
masih mempunyai pasar terbatas.
4) Harga obat-obat tradisional murah, sedangkan obat-obat farmasi merupakan produk impor
dengan harga relatif mahal.
5) Obat tradisional yang dihasilkan perusahaan farmasi jelas memenuhi persyaratan Cara
Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB), sehingga secara mutu dapat terjamin dan
higienitasnya memberikan kepercayaan yang lebih.
3) Strategi Harga : harga produk harus bersaing, yaitu sesuai dengan kondisi/daya beli pasar
saat ini, dengan memecah kemasan dalam jumlah besar dan kecil, misalnya kemasan 50
kapsul dan 12 kapsul agar harga sesuai daya beli konsumen.
4) Strategi Pelayanan : pelayanan yang berbeda dan sesuai bagi pasar, dengan cara menyiasati
produk dengan harga terjangkau sesuai kebutuhan bagi segmen sasaran
Analisis SWOT mengidentifikasi kombinasi optimal antara faktor eksternal (peluang dan ancaman)
dengan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) (Rangkuti, 2003). Untuk memformulasikan suatu
strategi yang harus diterapkan bagi perusahaan, diperlukan analisa dari beberapa aspek yang
kemudian dirumuskan dengan analisis SWOT berikut :
1) Profil SWOT obat tradisional perusahaan farmasi
Analisa kondisi internal dan eksternal merupakan kekuatan dan kelemahan perusahaan
yang sifatnya dapat dimonitor manajemen perusahaan, disamping peluang dan ancaman yang
mempengaruhi kegiatan usaha perusahaan. Rinciannya sebagai berikut :
i. Kekuatan
Sebagai perusahaan farmasi yang memproduksi obat-obatan modern, perusahaan
memiliki hal-hal berikut :
i) Ketersediaannya sumber daya-sumber daya yang digunakan dalam memproduksi obat-
obatan modern dan sekaligus untuk produksi obat-obat tradisional. Hal ini dapat
memaksimalkan penggunaan mesin-mesin, serta sumber daya manusia (SDM) terampil
dan berpengalaman.
ii) Penguasaan teknologi dalam proses produksi yang cukup baik, dengan formula yang
memberikan hasil yang diinginkan, serta pengetahuan mengenai sumber-sumber bahan
baku yang dimiliki perusahaan, antara lain didapatkan dari pengalaman di bidang obat-
obatan dan dengan bekerjasama pada pihak akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB)
Bandung.
iii) Perusahaan mempunyai formula dan jenis obat-obat tradisional yang cukup beragam
dan dapat diandalkan, berkat bantuan tenaga ahli yang cukup baik. Hal ini membantu
penggunaan strategi pasar segmen dan mencapai pasar sasaran yang cukup luas
iv) Perusahaan sudah memiliki tenaga/jaringan pemasaran dan distribusi yang cukup baik
untuk produk obat-obat farmasi, sehingga dapat menggunakan jaringan tersebut untuk
mendukung proyek baru.
v) Memiliki hubungan baik dengan pelanggan-pelanggan pengecer yang cukup banyak bagi
produk obat-obat farmasi, dan hal tersebut dapat digunakan bagi produk obat tradisional
vi) Memiliki hubungan baik atau paling tidak mempunyai informasi yang cukup dengan
pemasok-pemasok bahan baku, agar bahan baku mudah didapat.
ii. Kelemahan
i) Proyek ini merupakan proyek baru dan masih dalam suatu industri yang baru terbentuk,
sehingga memerlukan persiapan-persiapan, strategi produksi dan pemasaran, serta
pengetahuan tambahan lain untuk menyajikan suatu produk yang dapat meyakinkan
konsumen dan tidak diperlakukan sama dengan produk yang sudah dikenal konsumen
sebelumnya. Dalam hal ini perusahaan tidak mempunyai informasi teknologi yang cukup
dan handal untuk mendapatkan informasi akurat mengenai produk pesaing, segmen
pasar, potensi pasar, perilaku konsumen ataupun pesaing-pesaing dalam pasar produk
ini.
ii) Pengetahuan dan keterbatasan anggaran merupakan kendala terbesar yang
menyebabkan perusahaan tidak dapat berbuat banyak dalam memperkenalkan hasil-
hasil produknya. Strategi pemasaran yang dilakukan hanya mengikuti tepat produk obat-
obat farmasi yang memang penggunaan ke konsumen cukup melalui tenaga-tenaga
medis, toko-toko obat/pengecer dan tidak perlu promosi secara luas pada konsumen.
Promosi produk baru yang penggunaannya langsung oleh konsumen dilakukan melalui
tenaga-tenaga pemasar obat-obat farmasi yang ada di daerah-daerah pada toko-
toko/penjual-penjual, sehingga masyarakat tidak atau belum mengenalnya dengan baik.
iii) Tidak adanya tim ataupun tenaga ahli yang khusus dalam menangani produk baru ini,
sehingga tidak tertangani secara optimal permasalahan-permasalahan yang timbul
dalam produksi dan pemasarannya. Menempatkan sumber daya yang tepat pada tempat
yang tepat (the right man in the right place) merupakan suatu permasalahan bagi
manajemen PT. MAP.
iii. Peluang
i) Peluang pasar dalam negeri bagi obat-obat tradisional masih cukup besar, terlihat dari
terus meningkatnya nilai penjualan dan ekspor obat-obat tradisional setiap tahunnya.
Besarnya peluang pasar tersebut telah membuat beberapa perusahaan besar farmasi
tertarik untuk memproduksi beberapa jenis obat-obatan tradisional seperti yang sudah
dikenal, antara lain Siputih, Pro Uric, Pro lipit dan lain-lain dengan promosi yang cukup
baik, serta sudah diterima dan mendapatkan pasar cukup baik.
ii) Perusahaan-perusahaan jamu bermodal besar dan sudah mempunyai namapun
berkembang sangat baik serta mempunyai andil besar dalam menumbuhkembangkan
obat-obat tradisional menjadi suatu industri dalam dan luar negeri (Asia) yang cukup
menjanjikan.
iii) Pemerintah melalui keputusan Menkes RI No.761/Menkes/SK/IX/1992 dan Assosiasi
pengusaha-pengusaha jamu baru-baru ini memperjuangkan pengakuan medis untuk
obat-obatan tradisional dengan jalan mengembangkan produk obat tradisional ke arah
produk fitofarmaka, dimana produk fitofarmaka harus mempunyai kemampuan
menyembuhkan penyakit (Claim Curatif) melalui uji lab toksinitas dan uji lab farmatologi,
yaitu uji coba khasiat jamu dengan binatang percobaan dan atau manusia untuk
menentukan dosis produk jamu yang bersangkutan. Hal tersebut dapat meningkatkan
peluang penerimaan di pasar.
iv) Perhatian dan kebijakan pemerintah yang besar pada industri obat tradisional saat ini,
telah ikut menunjang dan membangun kesadaran bahwa industri obat tradisional sangat
berpotensi bagi peningkatan perekonomian rakyat kecil berdasarkan kekayaan Indonesia
akan tanaman bahan baku obat, serta budaya rakyat Indonesia dalam mengkonsumsi
dan menggunakan obat-obatan tradisional. Saat ini, pemerintah melalui BPOM sedang
menjajagi standardisasi ASEAN yang akan membuka peluang pasar luar negeri semakin
besar.
v) Isu “Back to nature” yang diterapkan masyarakat dunia merambat sampai ke negara-
negara berkembang, termasuk Indonesia yang menyebabkan peluang industri obat
tradisional terbuka lebih luas lagi.
iv. Ancaman
i) Banyaknya perusahaan-perusahaan pesaing yang merupakan perusahaan produk jamu
bermodal besar, mempunyai nama yang dikenal dan mempunyai produk lengkap,
sehingga saling menunjang dan merupakan pesaing yang besar.
ii) Sebagian besar masyarakat modern Indonesia cenderung menggunakan obat-obat
farmasi, karena pola pendidikan mengajarkan bahwa obat farmasi bekerja lebih cepat
dibandingkan obat tradisional. Pasar di luar Pulau Jawa dan Sumatera masih relatif kecil,
sehingga masih merupakan pangsa pasar terbatas. Dalam hal ini, produk-produk baru
memerlukan suatu strategi produksi dan pemasaran yang cukup handal untuk
melakukan penetrasi pasar.
iii) Penetrasi produk-produk obat-obatan tradisional China, Korea dan Eropa yang cukup
gencar merupakan hal yang harus diperhitungkan.
iv) Masih banyaknya tenaga medis yang belum mengetahui secara mendalam mengenai
obat-obat tradisional dan belum mau menggunakannya. Sebagian besar masyarakat
maju belum mempercayai khasiat obat tradisional, karena menganggap belum terbukti
secara ilmiah dan belum dapat dipertanggungjawabkan secara medis.
3. Strategi Kelemahan-Peluang (W – O)
i. Menempatkan tenaga ahli tepat pada tempat tepat, didasarkan pada faktor internal
Kelemahan (W1;W2;W3) dan faktor eksternal Peluang (O1;O2;O3;O4;O5)
Produk baru dari industri yang masih baru dimasuki perusahaan akan membutuhkan
perhatian dan penanganan serius dan keahlian tepat, yaitu dengan membentuk tim dan
menempatkan manajer produksi dan pemasaran dengan bidang yang sesuai, agar
permasalahan yang dihadapi dapat ditangani secara tepat. PT. MAP selama ini
menempatkan seorang sarjana farmasi sebagai manajer pemasaran dan produksi yang
menangani strategi produksi dan pemasaran bagi produk obat farmasi dan tradisional.
ii. Mencari strategi promosi murah dan efektif, didasarkan pada faktor internal
Kelemahan (W1;W2;W3) dan faktor eksternal Peluang (O1;O2;O3;O4;O5)
Meluncurkan produk-produk yang selektif dan dalam melakukan promosi yang sesuai
dengan kemampuan perusahaan, dimana produk yang akan dipasarkan diyakini sesuai/
tepat bagi suatu pasar sasaran dan dengan informasi yang tepat akan didapat tindakan
yang tepat untuk melakukan pengenalan produk pada publik.
iii. Fokus dalam menangani permasalahan-permasalahan pemasaran produk efektif,
didasarkan pada faktor internal Kelemahan (W1;W2;W3;W4) dan faktor eksternal
Peluang (O1;O2;O3;O4;O5)
Menempatkan orang tepat dan membentuk tim yang menangani produk baru akan
membuat permasalahan-permasalahan yang timbul akan dapat ditangani dengan cepat
dan tepat, sehingga didapatkan solusi dan strategi yang tepat pula bagi produk dalam
memanfaatkan peluang-peluang yang ada.
iv. Perencanaan biaya produksi dan operasional lebih efisien, didasarkan pada faktor
internal Kelemahan (W1;W2;W3;W4) dan faktor eksternal Peluang (O1;O2;O3;
O4;O5)
Menekan biaya produksi dengan mencoba ataupun mencari informasi penggunaan
bahan baku lokal yang harganya lebih murah, sehingga produk dapat bersaing dalam
harga jual yang didukung oleh perencanaan bentuk kemasan yang efisien.
c. Kelayakan usaha
Pada tahapan awal proyek produksi obat-obatan tradisional ini, manajemen perusahaan
telah menetapkan perencanaan anggaran produksi obat tradisional ini seperti pada Tabel 3.
Lanjutan Tabel 3.
Jumlah Biaya per Total
Jenis Keterangan
Unit Satuan (Rp) Biaya (Rp)
Mesin Perajang 1 40.000.000 40.000.000 Sudah ada
Mesin Extraksi 1 400.000.000 400.000.000 Realisasi 15 juta
Mesin Granulasi 1 50.000.000 50.000.000 Sudah ada
Mesin Pencampur 1 30.000.000 30.000.000 Sudah ada
Mesin Pengisi kapsul 1 200.000.000 200.000.000 Sudah ada
Mesin Stripping 1 120.000.000 120.000.000 Sudah ada
Timbangan 1 5.000.000 5.000.000 Sudah ada
Rak dan Tray 1 5.000.000 5.000.000 Sudah ada
Jumlah (B) 970.000.000
C. Biaya Produksi Awal
Bahan Baku dan Kemas 193.000.000
Tenaga Kerja 10.000.000
Overhead 2.000.000
Jumlah (C) 205.000.000
D. Biaya Riset dan Registrasi
Percobaan di Lab. 26.000.000
Percobaan di LIPI 39.000.000
Konsultan fee dan biaya 3.250.000
registrasi
Jumlah (D) 68.250.000
Total (A+B+C+D) 2.168.000.000
Keterangan : OT = Obat-obatan Tradisional
Berdasarkan produksi yang telah dilakukan, maka realisasi produksi pada periode yang telah
berjalan (tahun 2001- 2003) tercantum pada Tabel 4.
Tabel 4. Realisasi produksi obat-obatan tradisional pada tahun 2001–2003 (dalam dus)
No. Nama Produk Kemasan 2001 2002 2003
1 Adara kapsul Dus@12kaps 6.120 4.964
2 Biogendis kapsul Dus@12kaps 4.160 5.267
3 Charisma kapsul Dus@12kaps 2.421 7.605
4 Choleston kapsul Dus@12kaps 4.160 5.743
5 Gilang kapsul Dus@12kaps 4.160 6.543
6 Metaderm kapsul Dus@12kaps 4.160 5.720
7 Metangin kapsul Dus@12kaps 4.160 6.931
8 Prosendi kapsul Dus@12kaps 4.160 4.011
9 Ramping kapsul Dus@12kaps 4.160 6.339
10 Sedapwangi kaps Dus@12kaps 2.421 4.160 4.273
11 Sehat pria kapsul Dus@12kaps 4.160 6.591
12 Singset kapsul Dus@12kaps 3.168 4.160 4.523
13 Tritensi kapsul Dus@12 kaps 3.168 4.160 3.864
Dalam melakukan analisa kelayakan investasi proyek obat-obatan tradisional yang sedang
dijalankan ini, dilakukan pembatasan-pembatasan perhitungan penilaian dari suatu proyek yang
bebas dengan faktor-faktor berikut :
1) Investasi. Menentukan besarnya investasi pada proyek ini bagi sebuah perusahaan farmasi
cukup menguntungkan, karena selain dapat menggunakan SDM yang sudah tersedia, juga
dapat dioptimalkan. Dalam hal ini, mesin-mesin dan peralatan yang sudah tersedia dapat
digunakan, sehingga mesin yang diperlukan hanya mesin ekstrasi dengan biaya cukup murah
(dibuat sendiri), sehingga harga mesin Rp. 400 juta menjadi Rp. 15 juta. Hal tersebut
merupakan investasi tetap, disamping biaya penelitian dan registrasi, serta fee konsultan yang
merupakan biaya pra operasi Rp. 68.250.000, yang nantinya akan didepresiasikan dan
diamortisasi selama 10 tahun dengan menggunakan metode garis lurus (straight line) tanpa
nilai sisa (Tabel 5).
2) Sumber dana. Hal ini merupakan sesuatu yang digunakan untuk membelanjai proyek yang
didapatkan dari dana sendiri
3) Biaya-biaya, terdiri atas biaya produksi dan operasi.
Biaya produksi adalah merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan hasil produksi,
yaitu biaya pembelian bahan baku dan biaya langsung (biaya variabel) yang besarnya sesuai
dengan banyaknya jumlah produksi, dan biaya tidak langsung yang terkait dengan produksi.
Biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan selain dari biaya produksi yang terdiri atas
biaya administrasi, umum, promosi dan lain-lain. Biaya ini merupakan biaya tetap yang tidak
akan terpengaruh oleh besarnya unit produksi yang dihasilkan. Dalam perhitungan proyek ini,
biaya operasi awal diasumsikan 10% dan biaya produksi awal (di luar biaya bahan baku)
diasumsikan 5% dari biaya produksi (HPP) tahun pertama, yang akan mengalami kenaikan 10%
setiap tahunnya.
Tabel 5. Struktur anggaran tambahan biaya investasi tetap dan modal kerja
No. Uraian Jumlah biaya (Rp.)
A Investasi tetap
1. Mesin ekstrak 15.000.000
2. Biaya pra operasi 68.250.000
Jumlah A 83.250.000
B Modal kerja 2.951.436
4) Penjualan. Dalam proyeksi penjualan sesuai dengan kondisi proyek obat-obatan tradisional pada
PT. MAP, dengan kondisi tanpa strategi produksi dan pemasaran yang baik, serta belum
terlaksananya pengelolaan dengan baik, maka sedikit perubahan strategi dan penanganan, serta
melihat peluang pasar yang cukup baik, diasumsikan terjadi kenaikan penjualan 5% per tahun,
harga jual setelah tahun 2004 mengalami kenaikan sesuai kenaikan bahan baku sebesar 5% dari
harga awal (Rp. 3.500,- per boks).
Dari hasil analisa dan perhitungan kelayakan yang dilakukan menurut data dan asumsi-asumsi
tersebut, diperoleh suatu proyeksi rugi/laba melalui aliran kas dengan rumus : Earning Before Interest
and Tax/Ebit (1-T) + Depresiasi. Rumus tersebut digunakan untuk menganalisa dan melakukan
penilaian kelayakan investasi dengan metode NPV, IRR, dan PBP. Discount factor ditentukan
berdasarkan bunga pinjaman beberapa bank berkisar 15%. Rincian dari perhitungan rumus yang
dimaksud adalah :
1) NPV adalah selisih yang didapat dari serangkaian penerimaan yang akan datang dengan
pengeluaran setelah dinilai saat ini (menggunakan discount factor). Dalam hal ini, suatu investasi
dikatakan layak dan menguntungkan untuk dijalankan, apabila NPV menunjukkan nilai positif.
Berdasarkan hal itu, dapat dikatakan bahwa PT. MAP yang merupakan sebuah perusahaan
farmasi skala kecil menengah dalam menjalankan proyek obat-obatan tradisional dengan
proyeksi 10 tahun dapat diperoleh tambahan nilai NPV = +Rp. 39.148.158,-
2) IRR adalah discount rate yang membuat besarnya NPV proyek sama dengan nol (0). Sebagai
ilustrasi, dari discount factor 15% didapatkan NPV Rp. 39.148.158,- dan setelah dilakukan
pengujian didapatkan IRR 23,31% yang lebih besar dari discount rate 15%, sehingga proyek ini
dinilai layak untuk dilaksanakan.
3) PBP didasarkan pada mengurangkan investasi melalui rangkaian proses Ebit (1-T) + Depresiasi
yang akan diterima. Dalam hal ini perusahaan dapat mengembalikan investasi sesudah 4 tahun
9 bulan
4) PI menunjukkan besarnya net return bagi modal investasi yang ditanamkan dalam proyek, yang
besarnya dinyatakan sebagai gross benefit dibagi biaya investasi, yaitu PI = 1,33, maka PI > dari
1, sehingga proyek ini layak dilaksanakan.
1. Kesimpulan
a. PT. MAP merupakan sebuah perusahaan farmasi skala kecil menengah yang mempunyai
kelebihan-kelebihan dalam memiliki sumber daya yang dapat dioptimalkan untuk memproduksi
obat-obatan tradisional yang tidak jauh berbeda dari produk utamanya yang telah dihasilkan
selama ini, disamping kemampuan meningkatkan pendapatan dan pengembangan bisnis
perusahaan.
b. Dari analisis SWOT ini didapatkan 4 alternatif strategi yang mungkin dilakukan, yaitu :
1) Menempatkan tenaga ahli dalam menajemen yang tepat pada posisi yang tepat
2) Membuat perencanaan biaya produksi dan operasional yang efisien
3) Meningkatkan kerjasama tim dalam mengatasi permasalahan yang timbul
4) Mencari pangsa pasar yang tepat bagi produk yang tepat.
c. Dari analisa kelayakan dengan menggunakan kriteria NPV, IRR, PBP dan PI didapatkan hasil,
bahwa pengerjaan Proyek Obat Tradisional pada Perusahaan farmasi skala kecil menengah (PT.
MAP) adalah Layak.
2. Saran
a. Bagi PT. MAP disarankan perlunya penanganan dan kemampuan yang serius dan lebih baik untuk
mengatasi kelemahan-kelemahan perusahaan, terutama dalam strategi produksi dan pemasaran
untuk meluncurkan produk-produk ke pasaran melalui suatu kelompok kerja khusus.
b. Dengan keterbatasan anggaran yang dimiliki, maka perusahaan perlu melakukan efisiensi dengan
cara mendayagunakan SDM yang dimilikinya, diantaranya kebutuhan tenaga-tenaga pemasaran.
DAFTAR PUSTAKA
Brigham, E.F. Gapenski and Louis C. 1992. Financial Management, Theory and Practise. Hardcourt
Brake Jovanovich College Publisher, New York.
Djarwanto, P. S. 1984. Capital Budgeting. BPPE, Yogyakarta.
Investor Daily. 2004. 2010, Harmonisasi Peraturan Obat Tradisional Asean: 26 Agustus 2004.
Media Indonesia, 2004. “Standardisasi Obat Tradisional 2010” (Agustus 2004).
Mulyadi. 1997. Akuntansi Manajemen. Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN,
Yogyakarta.
PT. CIC. 2001. Permintaan Obat Tradisional/Jamu, No. 283 11 Oktober 2001.
PT. MAP 2004. Company Profile. PT. Molex Ayus Pharmaceutical, Tangerang.
Rahayuningsih. 2004. “Harmonisasi Jamu Asean Bikin Untung Atau Buntung?” Bisnis Indonesia (16
Agustus 2004).
Rangkuti, F. 2003. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sartono, A. 1996. Managemen Keuangan. BPPE, Yogyakarta.
Sihombing, M. 2004. Jamu Asal Indonesia mulai Banjiri Pasar. Bisnis Indonesia (21 Agustus 2004).
Syamsuddin, L. 1998. Manajemen Keuangan Perusahaan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Weston, J.F. dan E.F. Brigham. 1988. Dasar-dasar Managemen Keuangan (Terjemahan, Jilid 1).
Erlangga, Jakarta.