Anda di halaman 1dari 8

GLOBALISASI SEBAGAI DAMPAK NEOLIBERALISME

(Studi Kasus: Privatisasi di Bolivia)

Muftita Irza Anantha Simbolon


Jurusan Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Riau
muftitairza@gmail.com

Abstract

Privatization has recently been widely held in the world of international economics
along with the flows of globalization and neoliberalism. The global economy-as if to
support the existence of privatization is evidenced by the conditions posed by the
world's largest international economic organization, the WTO and the IMF. This
concept is a process of partly dividing or transfers state-owned enterprises to private
parties.

This paper aims to explain the failure of privatization in Bolivia. In 1993 Bolivia
suffered a financial crisis that ended with the enactment of privatization policy of oil
and gas company to water company in 2000 in its country but failed. The
privatization seen as a solution is contradictory to the last-situation.

Keynotes : Privatization, Neoliberalism, Bolivia

Pendahuluan

Seiring berkembangnya era modernisasi, perkembangan suatu Negara untuk


mengatur roda perekonomiannya pun terus mengalami perubahan. Berkaitan dengan
runtuhnya Uni Soviet, paham liberalisme menyebar di seluruh dunia hingga terus
mengalami perkembangan menuju yang lebih ekstrim, yang kita kenal dengan
neoliberalisme. Berdasar dengan gagasan bahwa manusia bersifat homo economicus,
maka ideal ditarik kesimpulan bahwa segala tindak perbuatan yang dilakukan
manusia pasti bekaitan dengan ekonominya, sejalan dengan pendapat Adam Smith
yang mengatakan bahwa ekonomi adalah kacamata rasional dalam memahami
tingkah-laku manusia.

Privatisasi merupakan salah satu model penerapan dari paham neoliberalisme


itu sendiri yang dinilai paling mencolok. Secara umum pengertian privatisasi adalah
beralihnya fungsi-fungsi pemerintah kepada sektor swasta atau dengan kata lain
sektor swasta diberikan peran menjalankan fungsi-fungsi yang tadinya dilaksanakan
oleh pemerintah, dalam mengurus kepentingan dan kebutuhan kesejahteraan
masyarakat. Beralihnya sektor yang ditangani pemerintah ke tangan swasta ditujukan
untuk mengurangi beban Negara sekaligus mengurangi kontrol Negara terhadap
perekonomiannya ke tangan pengusaha. Dinilai mencolok karena privatisasi
merupakan salah satu cara yang sebenarnya mengurangi kedaulatan Negara dari
berbagai sektor sosial hingga ke pengawasan perekonomian.

Untuk selanjutnya dalam memberikan pengertian mengenai privatisasi


diuraikan beberapa diuraikan beberapa definisi tentang privatisasi, sebagai berikut 1 :

1. Peacock (1930-an)
Privatisasi mencakup perubahan dari dalam ke luar, dimana terdapat
kontrak pembelian dan jasa pemerintahan. Ini memberikan penjelasan bahwa
perpindahan kepemilikan pemerintah dalam kepemilikan saham tergantung
besar kecilnya saham yang yang berpindah melalui persetujuan kontrak. Jika
sektor swasta mampu menguasai saham terbesar maka otoritas pengambilan
keputusan berpindah ke sektor swasta

1
Bambang Istianto, PRIVATISASI Dalam Model Public Private Partnership, Mitra Wacana
Media:Jakarta. 2011 hlm 8
Di beberapa Negara, perusahaan melakukan ekspansi besar-besaran setelah
perang dunia II berakhir sampai dengan tahun 1990-an. Setelah itu sampai dengan
awal 1990-an, menejemen perusahann yang ada memilih untuk menstabilkan kondisi
yang telah ada.
Di awal tahun 1980-an, filosofi partai Konservatif di Inggris dan Partai
Demokrat di Amerika Serikat telah berubah secara radikal. Kedua partai tersebut
menyadari adanya perbedaan kerangka intelektual, dan mencoba untuk menyatukan
dalam gerakan bersama. Gerakan itu secara sosiologi disebut ideologi gerakan kanan
baru.
Ideologi inilah yang mempunyau dampak besar terghadap perkembangan
privatisasi terutama di Inggris, antara lain:
1. Kelesuan ekonomi akibat menurunnya penjualan telah terjadi dan lebih
disebabkan oleh skala dan spoke sector yang terlalu besar, sehingga
pengurangan program atau unit perlu dilakukan agar fleksibel terhadap
perkembangan pasar.
2. Berkembangnya pemikiran politik ekonomi pasar bebas oleh Stuart Mill dan
Adam Smith, dimana motivasi dan perilaku manusia ekonomi menjadi kunci
analisis.
3. Mekanisme pasar mulai dijadikan dasar pengambilan keputusan pemerintah.
4. Peran sektor publik dikurangi dan diperbesar kapasitas fungsi besar. Ini
berarti intervensi pemerintah secara langsung harus diminimalisir.
5. Benchmark praktek manajemen swasta ke praktek ke manajemen sektor
publik diyakini akan mengoptimalkan hasilnya.
6. Konsumen telah menjadi raja di pasar dan sekaligus fokus pengembangan
kinerja pemain-pemain pasar.

Berapa Negara di dunia menerapkan privatisasi dalam keadaan tertentu di


Negara nya antara lain seperti Negara-Negara di Asia, Eropa Timur, Chili, Bolivia,
hingga Indonesia juga mulai mencanangkan privatisasi terseret dengan globalisasi
menuju neoliberalisme. Privatisasi yang banyak dilakukan Negara pada umumnya
adalah privatisasi terhadap pengelolaan air bersih serta perusahaan energi seperti
energi migas yang merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan penting di segi
kehidupan masyarakat.

Privatisasi di Bolivia
Isu energi migas semakin lama semakin hangat diperbincangkan di dunia
ekonomi politik internasional mengingat semakin meningkatnya konsumsi energi
tersebut. Tidak mengherankan ini semakin menyorot perhatian para pengusaha
internasional. Di beberapa Negara perusahaan migas telah mengalami privatisasi.
Salah satu privatisasi yang menarik untuk dibahas adalah privatisasi yang dilakukan
oleh pemerintah Bolivia di Amerika Latin.
Industri migas merupakan usaha ekonomi utama Bolivia. Negara Bolivia
menghasilkan migas terbanyak kedua di Amerika Latin setelah Venezuela yaitu
mencapai 48.7 triliun kubik pada tahun 2007 2. Selain dalam bidang ekonomi, industri
migas ini juga kerap kali disangkut-pautkan dalam kegiatan perpolitikan, serta sosial
untuk dinegosiasikan.
Pada tahun 1993, Bolivia mengalami krisis finansial sehingga Pemerintah
Bolivia, , Presiden Sanchez de Lozada, akhirnya meminta bantuan ke Bank Dunia
sebagai tempat perlindungan terakhir melawan krisis ekonomi. Selama 20 tahun
berikutnya, pemerintah Bolivia mengikuti ketentuan yang diberi oleh Bank Dunia
sebagai syarat untuk meminjam dari organisasi tersebut. Kebijakan privatisasi ini
dengan cara joint venture; Negara memegang saham 51%, dan sisanya dipegang oleh
pihak swasta.
Kebijakan ini menarik perhatian beberapa perusahaan nasional. Terdapat
empat perusahaan yang memegang saham terbesar dalam privatisasi ini diantaranya
Petrobras (perusahaan migas negara asal Brazil), Repsol-YPF (perusahaan energi

2
Christian Velasquez-Donaldson, Analysis of the Hydrocarbon Sector in Bolivia: How are the gas and
Oil Revenues Distributed?, Development Research Working Paper, June 2007, 13.
swasta milik Spanyol dan Argentina), Total (perusahaan migas milik negara Perancis)
dan British Gas (perusahaan energi swasta berbasis di Inggris).
Privatisasi ini menunjukkan menghasilkan output yang bagus ditandai dengan
meningkatnya hasil perusahaan migas di Bolivia, kenaikan perekonomian, serta
transfer teknologi yang memudahkan dalam pengelolaan migas. Namun pada
perkembangannya isu migas mengusik stabilitas politik di Bolivia. Masyarakat
Bolivia merasa tidak puas dengan kebijakan privatisasi pemerintah sehingga terjadi
beberapa bentrokan perpolitikan di Bolivia hingga pergantian presiden sebanyak
empat kali dalam kurun waktu tiga tahun.3
Tidak hanya perusahaan energi migas, fenomena yang sangat terkenal dari
privatisasi di Bolivia adalah privatisasi air yang pada awalnya juga menunjukkan
perkembangan yang bagus namun berakhir dengan melambung tingginya tarif air di
Bolivia pada tahun 2000 dan dikenal dengan ‘Water War’ atau perang air.

Neoliberalisme

Sebagai makhluk ekonomi maka segala yang ada merupakan rasionalisasi dari
keuntungan dan kerugian. Pengusaha adalah model yang paling bisa diterima dalam
menggambarkan manusia sebagai makhluk ekonomi. Ketika segala hal adalah untung
dan rugi, maka tidak adalagi sosial. Tidak ada pelayanan sosial, yang ada hanya
bisnis sosial. Tidak adalagi yang namanya rumah sakit, yang ada adalah bisnis
kesehatan. Manusia sebagai homo economicus merupakan dasar dari paham
neoliberalisme.

Krisis yang dialami Negara-Negara terkhususnya Negara Dunia ketiga saat ini
merupakan krisis yang disebabkan oleh ‘dominasi’ dan‘eksploitasi’ manusia oleh
manusia lain ataupun Negara terhadap Negara lain dengan cara yang tidak gamblang

3
Fernando H. Navajas, Hydrocarbons Policy, Shocks and Collective Imagination: What Went Wrong in
Bolivia?, Conference on Populism and Natural Resources, November 1-2, 2007, 4.
yang diperkirakan sudah beratus tahun berlangsung. Menurut Mansour Fakih (2004) 4.
Proses sejarah dominasi itu pada dasamya dapat dibagi dalam tiga periode formasi
sosial. Fase pertama adalah periode 'kolonialisme,' dimana ekspansi yang dilakukan
Eropa untuk memperoleh bahan mentah dari Negara lain dengan cara kekerasan dan
penindasan. Fase ini dipercaya berakhir pada akhir Perang Dunia ke II walaupun
beberapa Negara-Negara di Afrika masih banyak yang belum merdeka.

Berakhirnya fase kolonialisme, bersambung dengan era fase


‘neokolonialisme’, dimana proses penjajahan tidak secara langsung dengan kekerasan
fisik melainkan dengan doktrin-doktri teori dan ideologis. Fase ini dikenal dengan
fase ‘developmentalism’. Pada fase ini Negara-Negara Dunia ketiga banyak
dinyatakan merdeka secara fisik dengan pengaruh teori-teori bernegara, sehingga
Negara-Negara ini terus menaruh kepercayaan terhadap pandangan barat.

Pendirian neoliberalisme tidak terlepas dari pemikiran liberalis Adam Smith


akan tetapi krisis ekonomi pada tahun 1930-an mengakibatkan tenggelamnya paham
liberalisme dengan dalih perbesaran peran pemerintah sejak Rooselvet dengan
dalilnya ‘New Deal’ pada tahun 1935 dengan cara proteksi, pengawasan ketat yang
dilakukan oleh Negara, serta rintangan-rintangan lainnya. Untuk itu kapitalisme
memerlukan strategi baru untuk menguasai dunia dengan dalih untuk mempercepat
pertumahan ekonomi dan ‘akumulasi kapital’. Maka strategi baru yang digunakan
adalah menyingkirkan segenap rintangan dengan pasar bebas, penghapusan program
proteksi, anmti korupsi, dan lain-lain. Untuk itu diperlukan tatanan ekonomi global.

Pernyataan di atas juga dapat menjawab mengenai IMF dan WTO yang
‘memaksakan’ anggota-anggota nya untuk melakukan pengurangan proteksi Negara
dan rintangan perdagangan internasional lainnya, serta melakukan privatisasi.

4
Mansour fakih, NEOLIBERALISASI DAN GLOBALISASI, Ekonomi Politik Digital Journal Al-Manär Edisi
I/2004, http://mirror.unpad.ac.id/orari/library/cd-al-manaar-
digilib/bahan/8.%20EKONOMI%20POLITIK/3.%20Neoliberalisme%20dan%20Globalisasi.pdf, diakses
pada tanggal 14 April 2018
Kesimpulan
Pada saat ini neoliberalisme telah hadir di antara kita dengan wajah
globalisasi. Secara sekilas, globalisasi merupakan era kemajuan ekonomi dan
pengintegrasian masyarakat internasional. Namun apabila dilihat lebih dalam,
globalisasi merupakan perpanjangan dari perkembangan kapitalisme liberal.
Neoliberalisme memasuki era ini dengan doktrin privatisasi sebagai solusi
ekonomi. Dengan pemberlakuan privatisasi ini memudahkan pengusaha untuk
menguasai kekayaan suatu Negara. sehingga bisa dikatakan bahwa fase
neoliberalisme saat ini merupakan kelanjutan penjajahan kekayaan suatu Negara pada
zaman kolonialisme.
Negara Bolivia adalah salah satu Negara yang terkena dampak sisi gelap
neoliberalisme. Bolivia menerapkan kebijakan privatisasi pada perusahaan migas dan
air di negaranya. Kebijakan yang berawal dengan hasil yang lumayan, namun
semakin lama semakin terlihat dampak buruknya. Karna pada dasarnya, perusahaan
swasta akan selalu menginginkan keuntungan sebesar-besarnya tanpa harus
memikirkan rakyat.
Manusia sebagai homo economicus, dasar dari paham neoliberalisme, juga
menjelaskan bahwa segala tindakan manusia merupakan rasionalisasi dari
pertimbangan keuntungan ekonominya. Begitu juga perusahaan.
Pada era ini memang hampir tidak mungkin untuk mengelakkan diri dari
pengaruh buruk neoliberalisme. Sebab pengaplikasian neoliberalisme sudah mencapai
menjadi fenomena ekonomi global, berupa organisasi internasional terbesar di dunia
yaitu WTO dan IMF.
DAFTAR PUSTAKA

Fakih, Mansour.2004. NEOLIBERALISASI DAN GLOBALISASI, Ekonomi Politik


Digital Journal Al-Manär Edisi I/2004,
http://mirror.unpad.ac.id/orari/library/cd-al-manaar-
digilib/bahan/8.%20EKONOMI%20POLITIK/3.%20Neoliberalisme%20dan
%20Globalisasi.pdf, diakses pada tanggal 14 April 2018
H. Navajas, Fernando. 2007. Hydrocarbons Policy, Shocks and Collective
Imagination: What Went Wrong in Bolivia?, Conference on Populism and
Natural Resources
Velasquez-Donaldson, Christian.2007. Analysis of the Hydrocarbon Sector in
Bolivia: How are the gas and Oil Revenues Distributed?, Development
Research Working Paper
Istianto, Bambang. 2011. PRIVATISASI Dalam Model Public Private Partnership.
Jakarta : Mitra Wacana Media

Anda mungkin juga menyukai