ASKEP Gastroschisis Bed To Bed New
ASKEP Gastroschisis Bed To Bed New
PENDAHULUAN
Kondisi kelainan kongenital dimana terdapat defek pada abdomen seperti pada
Gastroschisis dan omfalokel ini dapat dideteksi lebih dini melalui pemeriksaan
kehamilan.
Berdasrkan hal tersebut maka kami akan membahas tentang asuhan keperawtan pada
pasien Gastroschisis. Dalam makalah ini pembahasan meliputi anatomi fisiologi sistem
pencernaan, definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi,
penatalaksanaan medis, penatalaksanaan diet, pengkajian, diagnosa dan intervensi untuk
pasien dengan Gastroschisis.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
1.2.1. Apa yang dimaksud dengan anatomi pencernaan?
1.2.2. Apa definisi dari penyakit
yang berkenaan dengan topik yang dibahas. Metode yang digunakan yaitu penulusuran
terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan; (2) Bab kedua berisi tinjauan pustaka yang membahas konsep
umum Gastroschisis pada bayi; (3) Bab ketiga berisi gambaran kasus dan analisanya;
(4) Bab keempat berisi tentang asuhan keperawatan bayi dengan prematur; dan (5)
TINJAUAN TEORI
2.2. Definisi
2.2.1. Gastroschizis adalah suatu kondisi yang mirip dengan omfalokel, kecuali bahwa
defek dinding abdomen jauh dari umbilikus dan organ abdomen tidak dilapisi
oleh lapisan peiritonium tetapi lebih tertumpah abdomen secara bebas. (Sharon
J. Reeder eat all : 2011)
2.2.2. Gastroschizis adaah penonjolan kulit melalui suatu defek dinding abdomen
(biasanya sidebelah kanan tali pusat yang sehat). Usus tidak tertutup sehingga
beresiko infeksi dan trauma. Gastroschizis biasanya tidak berhubungan dengan
abdnormalitas kromosom. (Vicky Chapman :2006)
2.2.3. Gastroschizis adalah keluarnya ususu dari titik terlemah di kanan umbilikus
dimanan ususakan berada diluar rongga perut tanpa dibungkus peritonium dan
amnion. (R. Sjamsuhidayat : 1997)
2.2.4. Gastroschisis adalah fisura kongenital dinding depan perut yang tidak
melibatkan tempat insersi tali pusat, dan biasanya disertai penonjolan usus halus
dan sebagian usus besar (Sadler, T.W, 1997).
2.2.5. Gastroschizis adalah suatu herniasi pada isi usus dalam fetus yang terjadi pada
salah satu samping umbilical cord. Organ visera posisinya diluar kapasitas
abdomen saat lahir (Linda Sawden, 2002).
2.2.6. Pada dasarnya gastroschizis sama dengan omphalocele. Omphalocele adalah
defek (kecacatan) pada dinding anterior abdomen pada dasar dari umbilical cord
dengan herniasi dari isi abdomen. Organ – organ yang berherniasi dibungkus
oleh peritoneum parietal. Setelah 10 minggu gestasi, amnion dan Wharton jelly
juga membungkus massa hernia (Lelin-Okezone, 2007).
2.2.7. Menurut kamus keperawatan gastroschizisadalah kelaninan kongenital tidak
tetutupnyadinding abdomen secara lengkap disebelah kanan tali pusat yang
normal, dengan akibatterjadianya prostitusionalat viceral yang tidak tertutu oleh
peritonium. (Sua Hinchliff :1999)
2.2.8. Gastroschizis adlahdefek dinidng abdomen ketebalan penuh yang
ukurannyabervariasi dan biasanya terjadidi sebelah kanan tali pusat. Isi
abdomen yang herniasi(misalnya usus, lambung, kandung kemih. Hepar)
terpajan penuh pada cairan amnion in utero yang menyebabkan tampak tebal
dan keset. (Paulette S Haes :2008)
2.2.9. Omphalocele adalah kondisi bayi waktu dilahirkan perut bagian depannya
berlubang dan usus hanya dilapisi selaput yang sangat tipis (dr. Irawan Eko,
Spesialis Bedah RSU Kardinah, 2008).
2.2.10. Omphalocele terjadi saat bayi masih dalam kandungan, karena gangguan
fisiologis pada sang ibu, dinding dan otot – otot perut janin tidak terbentuk
dengan sempurna. Akibatnya organ pencernaan seperti usus, hati, tali pusar,
serta lainnya tumbuh diluar tubuh. Jenis gastroschizis terjadi seperti
omphalocele. Bedanya tali pusar tetap ada pada tempatnya (dr. Redmal Sitorus,
2008).
2.3. Etiologi
Gastroschizis kemungkinan disebabkan oleh ruptur dasar tali ppusat di daerah yang
telah mengalami kelemahan akibat involusi vena umbilikalis kanan sehingga
memudahkan isi abdomen herniasi ke rongga amnion. (Paulette S Haws : 2008)
Pada awalnya terdapat sepasang vena umbilikali, yaitu vena umbilikasi kanan dan kiri.
Ruptur tersebut terjadi in-utero pada daerah lemah yang sebelumnya terjadi herniasi
fisologis akibat involusi dari vena umbilikasi kanan. Keadaan ini menerangkan
mengapa gastroschizis hampir selalu terjadi di lateral kanan dari umbilikus. Teori ini di
dukung oleh pemeriksaan USG secara serial, dimana 27 minggu terjadi hernia
umbilikalis dan menjadi nyata gastroschizis pada usia 34,5 minggu. Setelah dilahirkan
pada usia 35 minggu, memang tampak gastroschizis yang nyata. (Ishawati Nur Idris
:2011).
Faktor resiko tinggi berhubungan dengan omphalocel atau gastroschizis adalah resiko
tinggi kehamilan seperti :
2.3.1. Kehamilan beresiko tinggi seperti komplikasi dari infeksi
2.3.2. Hamil usia muda
2.3.3. Paritas tinggi (semakin banyak kelahiran pada satu ibu semakin tinggi
kemungkinan terkena gastroschizis)
2.3.4. Kekurangan asupan gizi pada ibu hamil
2.3.5. Merokok
2.3.6. Penggunaan obat-obatan
2.3.7. Hal-hal lain yang dapat menyebabkan anak BBLR dapat meningkatkan resiko
terjadinya gastroschizis, dan lebih sering pada bayi SGA. ( Oden Mahyudin :
2011)
2.4. Pencegahan
Terpenuhinya nutrisi selama kehamilan seperti asam folat, vitamin B komplek dan
protein
2.5. Patofisiologi
Menurut Suriadi & Yuliani.R patofisiologi dari gastroschizis atau omphalocele yaitu
selama perkembangan embrio ada suatu kelemahan yang terjadi didalam dinding
abdomen semasa embrio yang mana menyebabkan herniasi pada isi usus pada salah
satu samping umbilicus (yang biasanya pada samping kanan), ini menyebabkan organ
visera abdomen keluar dari kapasitas abdomen dan tidak tertutup oleh kantong. Terjadi
malrotasi dan menurunnya kapasitas abdomen yang dianggap sebagai anomaly.
(Nn:2011)
Gastroschizis pada janin usia 6 minggu isi abdomen terletak diluarembrio di rongga
selon. Pada usia 10 minggu akan terjadi pengembangan liumen abdomen sehingga usus
dari ekstra peritoneum akan masuk ke rongga perut. Bila proese ini terhambat akan
terbentuk kantong di pangkal umbilikus yang berisi usus, lambung dan kadang haati.
Dindingnya tipis, terdiri darilapisan peritoneum dan lapidan amnion yang keduanya
bening sehingga isi kantong tampak dari luar. Keadaan ini di sebut omfalokel. Bila usus
keluar dari tiitk lemah di lateral umbilikus baik sisi kanan atau sisi kiri, usus akan
berada di luar rongga perut tanpa di bungkus peritoneum dan amnion. Keadaan seperti
ini di sebut gastroschizis. (R. Sjamsuhidayat. El al. : 2010)
2.7.2. In spekulo
Dilakukna pada ibu hamil muda atau ibu ynag pertama kali datang untuk
memeriksakan diri ke dokter ahli kebidanan dan kandungan. Karena itu in
spekulo dikatakan sebagai pemeriksaan dasar. Pemeriksaan ini menggunakan
spekulum cocor bebek ynag dimasukkan kedalam vagins.
Gunakan untuk melihat keadaan permukaan di leher rahim. Dari pemeriksaan
ini, dokter akan mengetahui apakah ibu yang datang sedang hamil muda atau
tidak. Sebab, kala hamil muda rahim akan berubah warna agak keunguan. Dari
pemeriksaan ini pula dokter akan mengetahui apakah di permukaan leher rahim
ada infeksi, jenger ayam/kandiloma, varises, atuaupun bila ada keganasan atau
kanker leher rahim. Dengan demikian, bila dari hasil pemeriksaan ditemukan
hal-hal tersebut dokter bisa segera menentukan langkah-langkah
pemgobatannya.
2.7.3. Pemeriksan USG
USG juga bisa melihat jumlah bayinya, apakah bayinya terletak di dalam atau di
luar kandungan, seta lokalisasi plasenta. Bahkan UGS seial mampu menilai
perkembangan siklus dari telur tiap harinya. Jua untukmemantau masa subur si
wanita. Tidak haya di trimester I, USG juga perlu dilakukan di usia kehamilan
trimester II dan II. UGS yang dilakukan pada trimester II gunanya untuk srining
bay. Sedangkan di trimester III dilakukan untuk memantau proses persalinan.
2.7.4. Pemeriksaan luar
Dilakukan dengan meraba rahim dari luar untuk melihat pembesaran rahim,
letak janin, gerakan janin, serta kontraksi rahim. Dari pemeriksaan ini pula akan
diketahui apabila pembesaran rahim tak sesuai usia kehamilannya. Kalau
rahimnya besar, tapi tak sesuai dengan usia kehamilannya, maka dokte perlu
mencari tahu, apakahjaninnya besar atau tidak. Di trimester III, pemeriksaan luar
akan dibantu dengan doppler atau CTG/Cardiotokografi untuk merekam denyut
jantung bayinya.
2.7.5. Pemeriksaan pap smear
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi dini kelainan-kelainan yang ada di
leher rahim atau menilai sel-sel leher rahim. Megapa demikian? Karena sel-sel
leher rahim selalu berubahsesuaisiklus. Bukankah pengaruh hormon estrogen da
progerteron menyebabkan perubahan pada sel-sel leaput vagina? Sehingga
secara tak langsung pemeriksan ini juga berguna untuk mengetahui fungsi
hormonal. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengabil getah servik
kemudian diperiksa di laboratorium.
2.7.6. Kolposkopi
Dilakukan bila ada kecurigaan di daerah leher rahim dengan cara diteropong.
Alat kolposkopi terdiri atas dua alat pembesaran optik yang ditempatkan pada
penjyangga yang terbuat dari besi. Dengan teropong kolposkopi, kita bisa
mebesarkan hal-hal yang dicurigai di daerah leher rahim hingga 20 kali lebih
besar. Bukan hanya peneropongan, ala ini juga sekaligus bisa langsung
memberikan tes, artinya, dengan disemprotkan obat tertentu, maka daerah yang
dicurigai itu akan berubah warna menjadi putih atau warna lain.
2.7.7. Kuret D/C atau diagnostik kuratase
Diagnostik kuratase dilakukan untuk mengambil sek-sek di jalan lahir. Biasanya
dilakukan pada psien yang mengalami perdarahan diluar haid. Apalagi bagi yang
sudahmenopouse. Gunanya untukmendeteksi dini kelainan-kelainan di jalan
lahir atau di dalam rahim atau bila ada keganasan. Waktu pemeriksaan bisa
dilakukan kapan saja bila ada perdarahan.
2.7.8. Pemeriksaan VB (bacterial vaginosis) atau SWABE vagina
Dilakukanpada pasien-pasien yang kena infeksi berulang. Misalnya, keputihan
yang berulang atau radang pangul yang tak kunjung sembuh. Bila ada gejala
seperti diatas, maka dokter akan mengambil cairan di vaginanya untuk dilihat di
laboratorium. Kuman-kuman apakah yang ada di dalamnya. Dari situ kita bisa
memberi obat seseuai kuman yang didapat di daerah itu. Biasanya obatnya
berupa antibiotik disertai cairan pembersih vagina untuk memanipulasi pH
vagina agar menjadi asam.
2.7.9. HSG/Histero Salvingografi
Seperti halnya hidrotubasi, HSG dilakukan untuk menilai saluran tuba dan
tumor-tumor yang ada disekitarnya. Saluran tuba ini bisa tebelokkan oleh adanya
umor. Karaena itu diperlukan pemeriksaan HGSG. Pemeriksaan HSG juga
dilakukan pada hari ke-7 hingga ke -11 seklus haid. Karana saat itu dinding
rahim paling tipis, juga sel tellur tidak ada, shingga paling pas untuk dilakukan
pemeriksaan HSG ataupun hidrotubasi.
2.7.10. Histeroskopi
Suatu alat yang dimasukkan kedalam rahim yang dilengkapi dengan kamera,
sehingga visualisasi yang di capai lebih baik. Sementara kalau HSG tidak bisa
melihatpermukaan dalam rahim, seperti kalau ada polip, maka dengan
histerekopi akan terlihat permukaan dalam rahim dan saluran tuba. Histereskopi
juga sekaligus bisa untuk diagnosis dan terapi. Jadi kalau ditemukan polip di
rahim, kita bisa langsung melasernya. Pun kalau ada kelainan lainnya bisa
langsung diamblil. Bahkan kalau ada sekat dalam rahim, bisa langsung
dilakukan pemotongan sekat tersebut.
2.7.11. Laparaskopi
Pemeriksaan untuk melihat bagian dalam rahim secara keseluruhan. Jadi,
semuanya akan kelihatan. Dalam pemeriksaan ini akan dimasukkan suatu alat
terpong yang ditembuskan melalui perut. Itulah mengapa pemeriksaan
laparaskopi termasuk dalam tindakan operatif.
2.7.12. Menurut A.H Markum (1991) pemeriksaan diagnostiknya adalah:
i. Pemeriksaan fisik, pada gastroschizis usus berada diluar rongga perut
tanpa adanya kantong
ii. Pemeriksaan laboratorium
iii. Prenatal ultrasound
Pemeriksaan radiologi, fetal sonography dapat menggambarkan kelainan
genetik dengan memperlihatkan marker struktural dari kelainan kariotipik.
Echocardiography fetal membantu mengidentifikasi kelainan jantung (Retno
Setiowati, 2008).
2.8. Komplikasi
Menurut Marshall Klaus (1998) komplikasinya adalah
2.8.1. Komplikasi adalah infeksi yang mudah terjadi pada permukaan yang tebuka
2.8.2. Kekurangan nutrisi dapat terjadi sehingga perlu balane cairan dan nutrisi yang
adaekuat misalnya : dengan nutrisi parenteral
2.8.3. Dapat terjadi sepsi teutama jika nutrisi kurang dan pemasangan ventilator yang
lama
2.8.4. Nekrosis kelainan kongenital dinding perut ini mungkin disertai kelainan
bawaan lain yang memperburuk prognosis
2.8.5. Penguapan dan pancaran panas dari tubuh cepat berlangsung, sehingga terjadi
dehidrasi dan hipotermi
2.8.6. Distres pernapasan (kesalahan peletakna isi abdomen akan menyebabkan
gangguana perkembangan paru)
2.8.7. Komplikasi dari abdomen adalah peritonitis dan paralisis usus sementara
2.8.8. Bentuk pusar dapat mengalami bentuk yang tidak normal walupun dengan nekas
luka yang tipis
Kelainan congenital dinding perut ini mungkin disertai kelainan bawaan lain yang
memperburuk prognosis (Retno Setiowati, 2008).
Bila kerusakan usus terlalu banyak, bayi memungkinkan akan megalami short bowel
syndomme dan mengalammi gangguan pencernaa dan penyerapan (Nn : 2011)
2.9. Prognosis
Meskipun pada awalnya managemen dari gastroschisis sulit, namun efek jangka
panjang memiliki problem yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan omfalokel.
Mortalitas gastroschisis pada masa lampau cukup tinggi, yaitu sekitar 30%, namun
akhir-akhir ini dapat ditekan hingga sekitar 5%. Mortalitas berhubungan dengan sepsis
dan vitalitas dan kelainan dari traktus gastrointestinal pada saat pembedahan.
Pada pasien gastroshisis dapat timbul short bowel syndrome, yang dapat disebabkan
karena reseksi usus yang mengalami gangren, atau yang memang secara anatomik
sudah memendek maupun adanya dismotilitas. Insidens dari obstruksi usus dan hernia
abdominal juga meningkat pada pasien dengan gastroschisis maupun omfalokel.
Gangguan fungsional baik nyeri abdominal dan konstipasi juga meningkat.Kurang
lebih 30% pasien dengan defek kongenital dinding abdomen terjadi gangguan
pertumbuhan dan gangguan intelektual. Namun hal ini perlu dipikirkan pula keadaan
yang dapat menyertai pada defek dinding abdomen seperti premauritas, komplikasi-
komplikasi yang terjadi dan anomali lainnya (Imam Sudrajat& Haryo Sutoto).
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Pengkajian kasus di lakukan pada tanggal 22 Juli 2019 (umur 6 hari, hari
perawatan ke-7) dengan hasil sebagai berikut :
1. Identitas Pasien
Nama : By. Ny. U
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 16 Juli 2019, jam 08:13
Jenis Kelamin : Perempuan
Berat Badan Lahir : 2471 Gram
Tanggal Masuk : 16 Juli 2019
Ruangan : Kemuning level III
No. RM : 01609423
Diagnosa Medis : NCB-SMK
Gastroschizis
Alamat : jln. Dasana Indah Blok RI10 RT005 RW019
4. Pemeriksaan Fisik
4.1. Sistem Pernafasan
4.1.1. Irama : Irregular
4.1.2. Retraksi dada : Tidak ada
4.1.3. Bentuk dada : Normal
4.1.4. Pola nafas : Normal
4.1.5. Suara nafas : Normal
4.1.6. Cyanosis : Tidak ada
4.1.7. Alat bantu nafas : Spontan
4.2. Sistem kardiovaskuler
4.2.1. Cyanosis/ pucat : Tidak ada
4.2.2. Intensitas Nadi : Kuat
4.2.3. Irama Nadi : Reguler
4.3. Sistem gastro intestinal
4.3.1. Mulut : Mukosa Lembab
4.3.2. Mual/ Muntah : Tidakada
4.3.3. Asietas : Tidak ada
4.3.4. Peristaltik usus : 3-5 kali/menit
4.3.5. CMS : 14 cc warna hijau
4.4. Sistem musculoskeletal
4.4.1. Kelainan tulang : Tidak ada
4.4.2. Oedema : Tidak ada
4.5. Sistem neurosensory
4.5.1. Kesadaran : Kompos mentis
4.5.2. Gangguan Neurologis : Tidak ada
4.6. Sistem Integumen
4.6.1. Warna kulit : Tidak Ikterik
4.6.2. Kelainan : Tidak ada
4.6.3. Resiko decubitus : Ada
4.7. Eliminasi
4.7.1. Defikasi : Ada BAB spontan 15cc dan dilakukan
spooling rectal
4.7.2. Urine : Diuresi 3,4cc/kgBB/jam
4.8. Balance cairan + 18,2 cc/kgBB/24 jam
4.9. Psikososial
Pada saat jam kunjungan, orang tua bayi selalu datang menjenguk dan
memberikan sentuhan pada bayinya. Orang tua selalu bertanya pada
perawat atau dokter mengenai kondisi perkembangan bayinya.
4.10. Sosial Ekonomi
Biaya perawatan di tanggung oleh BPJS
5. Pemeriksaan penunjang
5.1. Pemeriksaan Laboratorium
TANGGAL
JENIS PEMERIKSAAN
16 Juli 17 Juli 18 Juli 19 Juli
22 Juli 2019
Ukuran Satuan 2019 2019 2019 2019
Hematologi mg/dl 16,4 13,3
Hematokrit % 49,0 38
Leukosit /μL .... 15,53
Trombosit /μL ..... 467
Differensial.../.../... % ... ...
CRP mg/dl 28,7 23,2
Immatur Total
Ratio(IT Ratio)
Protrombin Time 14,3/
(PT/APTT) 38,7
GDS mg/dl 95
Na/K/Cl/Ca/P 129/5,8/... 134/4,3/ 138/4,3/110/9
10,3/7,3 ,2, Ca+ 1,20
Ureum mg/dl 35
Creatinin mg/dl 0,9
Lain-lain
Kultur darah Steril
ECHO PFO
Foto Radiologi Tidak
tampak
kelainan
5.2. Tanggal 16 Juli 2019 jam 15 :00 Pemeriksaan Radiografi toraks dan
abdomen. Klinis NKB-SMK, post operasi gastroschizis :
5.2.1. Radiografi abdomen
Mediastinum superior kanan melebar (tymus)
Jantung taj membesar, kedua hilus tetutup jantung.
Tak atmpak lesi patologis dipemrukaan paru yang tervisulisasi.
Sinus, diafragma, tulang & jaringan lunak normal.
Terpasang ETT, tip distal level Th 3, +/- 1korpus di atas karina.
Tak tampak emfisema subkutis, peumotoraks,
pneumomediastinum.
Terpasang PICC melalui ekstremitas kiri, tip distal proyeksi V.
Subclavia.
Kesan :
5.2.1.1. Tak tampak lesi patologis di radiografi toraks saat ini.
5.2.1.2. Terpasang ETT dan PICC, tip distal seperti tersebut
diatas
5.2.2. Radiografi toraks
Preperitonela fat lines tak tervisualisasi. Tak tampak dilatasi
usus. Distribusi udara post operasi tampak minimal. Gaster tak
dilatasi. Terpasang gastic tube dengan tip distal pada proyeksi
gaster. Tulang-tulang baik
Kesan:
5.2.2.1. Distribusi udara tampak minimal, tak tampak dilatasi
usus
5.2.2.2. Terpasang gastric tube, tip distal di gaster
5.3. Tanggal 19 Juli 2019 jam 13 :04 Pemeriksaan ECHO
Kesan : PDA dan PFO kecil
5.4. Tanggal 19 Juli 2019 jam 17 :40 USG Kepala
5.4.1. Fisura interhemisphere di tengah, tidak tampak melebar.
5.4.2. Cortical sulci & giri normal.
5.4.3. Sistem ventrikel dan sisterna tak melebar.
5.4.4. Parenchym cerebrum tak tampak kelainan
5.4.5. Brain stem & serebellum tak tampak kelainan
Kesan : tidak tampak kelainan pada USG kepala saat ini. Khususnya
tdak tampak perdarahan, PVL maupun anomali kongenital intracranial
5.5. Klhn’lk
6. Penatalaksanaan
6.1. Total Volume kebutuhan cairan : 160 ml/kgBB/day dengan Berat
Badan : 2400gr 384 ml/day. Diberikan via :
6.1.1. Longline :
6.1.1.1. N2 D10%
Ca Gluconas 10% 4 ml 100ml 11,7ml/jam
Kcl 7,4 % 2 ml (GIR : 8,3 )
Heparin 50 ui
6.1.1.2. AA 10% (4 gr/kgBB/day) 4 ml/jam
6.1.1.3. Smoflipid 20% 0,5 gr/kgBB/day 1,5 ml/jam
stop 0,3 ml/jam
6.1.2. Oral puasa, OGT tutup 2 jam, buka 1 jam
6.1.3. Balance cairan dengan NaCl 0,9 % bila CMS > 13cc/shift
6.1.4. Spooling Rectal /12 jam 09:00 & 21:00 (10cc/kgbb)--> 24cc
6.2. Therapi oba :
Nama obat Dosis Rute Tgl star Jam Keterangan
pemberian
Daftar Pustaka
http://id.scribd.com/doc/220058690/Gastroschisis-Bedah