Anda di halaman 1dari 12

HEMATOLOGI DAN KARDIOLOGI

OLEH

NAMA : MUHAMMAD AZHARI AKBAR


NPM : 1814401110011
DOSEN : MUTHMAINNAH Ns.,M.Kep

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN AJARAN 2018/2019

HEMATOLOGI ( Sistem Darah )


a. Pengertian darah
Darah adalah cairan di dalam pembuluh yang mempunyai fungsi sangat penting,
yaitu fungsi transportasi. Fungsi transfortasi tersebut adalah membawa serta
menghantarkan zat gizi dan oksigen dari usus dan paru-paru pada sel diseluruh tubuh
dan mengangkut sisa-sisa metabolic ke organ pembuang. Darah juga membawa dan
menghantarkan hormone-hormon dari kelenjar endoktrin ke organ sasaran,
mengangkut enzim zat buffer, elektrolit, dan zat kimia untuk didistribusikan ke
seluruh tubuh.
Darah selamanya beredar didalam tubuh oleh karena adanya kerja atau pompa
jantung. Selama darah berada dalam pembuluh maka akan tetap encer, tetapi kalau ia
keluar dari pembuluhnya maka ia akan menjadi beku. Pembekuan ini dapat dicegah
dengan jalan mencampurkan ke dalam darah tersebut sedikit obat anti-
pembekuan/sistras natrikus. Dan keadaan ini sangat berguna apabila darah tersebut
diperlukan untuk transfuse darah.
Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak kira-kira 1/13
dari berat badan atau kira-kira 4 sampai 5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap-
tiap orang tidak sama, bergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau
pembuluh darah.
A.Fungsi Darah
Fungsi darah secara khusus adaalh sebagai berikut :
1. Sebagai sistem transpor dari tubuh, yaitu menghantarkan bahan kimia, oksigen,
dan nutrient ke seluruh tubuh.
2. Mengangkut sisa metabolit ke organ pembuang.
3. Menghantarkan hormon-hormon ke organ sasaran.
4. Mengangkut enzim, zat buffer, dan elektrolit ke seluruh tubuh.
5. Mengatur keseimbangan suhu
6.
B.Karakteristik Darah
Darah arteri bewarna merah terang. Warna itu menandakan bahwa darah
teroksigenisasi dengan baik. Sementara darah vena bewarna gelap karena kurang
teroksigenisasi. Darah mengalir 4-5 kali lebih lamban disbanding air karena darah 4-5
kali lebih tebal dari pada air. Berat jenis darah bervariasi berkisar antara 1,045-1,065
m sementara BJ air adalah 1.000. suhu darah adalah 380C (1000F) pH-nya adalah
7,38. Volume darah dalam tubuh berkisar 8 % dari BB, rata-rata mendekati 5-6 liter.

D.Komposisi Darah
Pernahkah anda mengambil darah dari vena pasien ? jika kita menampungnya ke
dalam tabung, kemudian menambahkan bahan kimia ( misalnya natrium sitrat ) ke
dalamnya, lalu diamkan beberapa saat sampai endapannya berada di dasar tabung,
kita akan mendapatkan dua bagian yang Nampak terpisah, yaitu padat dan cair.
1. Bagian atas merupakan plasma yang merupakan komponen cair darah (55%),
berwarna kuning di dalamnya mengandung zat makanan dan antibody.
2. Bagian bawah merupakan zat padat berwarnanya merah tua, terbentuk dari
komponen-komponen darah (hematokrit) 45%, disebut bekuan darah, terdiri atas
sel-sel eritrosit, leukosit, trombosit.

Pada orang dewasa dan anak-anak, sel adarh merah, sel darah putih, dan sel
pembeku darah dibentuk dalam sumsum tulang. Sumsung seluler aktif dinamaakn
sumsum merah, dan sumsum yang tidak aktif dinamakan sumsum kuning.
Sumsum tulang merupakan salah satu organ yang terbesar dalam tubuh, ukuran
dan beratnya hamper sama dengan hati.

a. Sel darah merah (eritrosit)


Sel darah merah (eritrosit) merupakan sel yang telah berdiaferensiasi, mempunyai
fungsi khusus untuk transpor oksigen. Sel berbrntuk cakram (bikonkaf) bias dilihat
pada bidang datar bentuknya bundar. Sel-sel darah merah bersifat elastis dan
mempunyai kemampuan berubah bentuk, terbukti dengan kemampuannya mealui
kapiler-kapiler kecil dengan diameter kecil. Jumlah eritrosit jauh lebih besar daripada
unsur darah ynag lain. Pada pria jumlah eritrosit 5-5,5 juta/mm3 dan pada wanita 4,5-
5 juta/mm3. Aglutinasi adalah penggumpalan sel-sel darah merah yang dipengaruhi
oleh berbagai zat, hal ini dapat terjadi dalam peredaran darah pada berbagai keadaan
patologis.
Fungsi eritrosit adalah untuk mengangkut oksige dan karbon dioksida, mengangkut
oksigen dari alveoli paru-paru ke jaringan perifer dan karbon dioksida dari jaringan
perifer ke alveoli paru-paru. Pada alveoli, darah beroksigen membawa sekitar
96mmHg. Di jaringan, tekanan oksigen (PO2) menurun sampai 40 mmHg. Tekanan
karbon dikosida (PCO2) dalam perifer 50 mmHg lebih besar dari pada (PCO2) dalam
alveoli, akibatnya karbon dikosida berdifusi dengan plasma ke alveoli.
Sel darah merah mengandung haemoglobin yang berfungsi mengikat dan
membawa oksigen (O2) dari paru-paru ke jaringan serta membawa karbon dioksida
(CO2) dari jaringan ke paru-paru. Sel darah merah mengandung haemoglobin rata-
rata 15 garam dan tiap gram mempu mengikat 1,39 ml oksigen. Pada orang normal
haemoglobin dapat mengangkut 20 ml oksigen dalam 100 ml darah.
Sel darah merah diproduksi dalam sumsum tulang. Pada proses pembentukan
diperlukan zat besi, vitamin B12, asam folat,(B9), dan rantai globin yang merupakan
senyawa protein, berasal dari hemositoblas. Hemositoblas membentuk eritroblas
basophil yang mulai menyintesis haemoglobin menjadi eritoblas. Polikromatofilik
yang mengandung campuran zat basofilik dan haemoglobin merah, selanjutnya inti
sel menyusut, sedangkan inti sel dibentuk dalam jumlah yang lebih banyak dan sel
menjadi normoblas setelah sitoplasma normoblas terisi dengan haemoglobin inti
menjadi sangat kecil dan dibuang pada waktu yang sama reticulum endoplasma
direabsorpsi.
Sel retikulosit masuk dalam kapiler darah melalui pori-pori membrane, reticulum
endoplasma yang tersisa dalam retikulosit terus menghasiljan haemoglobin dalam
jumlah kecil selama 1-2 hari dan setelah retikulum diabsorpsi semuanya sel ini
menjadi eritrosit yang matang untuk proses pematangan sel eritrosit diperlukan
hormone eritroproetin yang dibuat oleh ginjal.
Umur peredaran darah sekitar 105-120 hari, kemudian dihancurkan di organ
limpa. Pada proses penghancuran dilepas zat besi dan pigmen bilirubin. Zat besi
digunkan untuk proses sintesis sel eritrosit baru, sedangkan pigmen bilirubin di
dalam hati akan mengalami proses konjugasi kimiawi menjadi pigmen empedu dan
keluar bersama cairan empedu ke dalam usus. Pada gangguan fungsi hati, terjadi
hambatan proses konjugasi (penggabungan) kimiawi sehingga bilirubin tidak bias
dikeluarkan dari dalam empedu dan menumpuk dalam darah. Jika tubuh mengalami
penghancuran eritrosit berlebihan misalnya hemolisis darah, maka kerja hati
bertambah berat untuk mengelola bilirubin yang tiba-tiba banyak jumlahnya sehingga
akan timbul gejala kuning walaupun hati tidak mengalami kerusakan.
Vitamin B12 dan B9 atau asam folat adalh gizi yang penting bagi sel tubuh.
Pertumbuhan jaringan tertekan bila kekurangan vitamin ini karena diperlukan pada
pembentukan slah satu nukleotida yang diperlukan untuk sintensis DNA dan RNA.
Kekurangan vitamin ini menyebabkan kegagalan pematangan inti dan pembelahan sel
sehingga menghambat kecepatan produksi sel darah merah.
Haemoglobin adalah protein berupa pigmen merah pembawa oksigen yang kaya
za besi, memiliki daya gabung terhadap oksigen untuk membentuk haemoglobin
dalam sel darah merah. Dengan dimulainya fungsi ini maka oksigen dibawa dari
paru-paru ke dalam jaringan.
Pembentukan haemoglobin dimulai dalam eritoblas sampai berlangsung pada
tingkat normoblas dan retikulosit badian dari darah. Haemoglobin terutama disintesis
dari asam asetat dan gliserin. Sebagian besar sintensis ini terjadi dalam mitokondria,
langkah awal penbentukan senyawa pirol, selanjutnya empat senyawa pirol bersabel,
membentuk senyawa protoproferin berkaitan dengan besi membentuk molekul
heme (bagian darah). Akhirnya empat molekul heme berikatan dengan satu molekul
globin, suatu molekul globulin disintesis dalam ribosom retikulum endoplasma
membentuk haemoglobin.
Kemampuan haemoglobin mengikat oksigen adalah lemah dan reversebel,
kemampuan ini berhubungaan dengan respirasi. Fungsi primer haemoglobin dalam
tubuh tergantung pada kemampuan untuk berikatan dengan oksigen dalam paru-paru,
kemudian melepaskan oksigen ini ke kapiler jaringan tempat tekanan gas oksigen
jauh lebih rendah daripada dalam paaru-paru.
Oleh karena besi penting pada pembentukan haemoglobin dan mioglobin dalam
otot serta zat lain maka perlu mengetahui cara besi dugunakan dalam tubuh. Jumlah
total besi diperlukan dalam tubuh rata-rata 4-5 gram dalam 100 cc darah, 65% di
antaranya membentuk haemoglobin. Setelah diabsorpsi dalam usus halus, besi segera
berikatan dengan globulin dan transferrin dalam bentuk ikatan plasma darah.
Kelebihan besi dalam darah ditimbun dalam sel hati berikatan dengan protein
apoferitin untuk membentuk ferritin.

Destruksi Sel Darah Merah


Normalnya, sel darah merah dikirim dari sumsum tulang belakang ke
sistemsirkulasi 120 hari sbelum didestruksi. Walaupun tidak mempunyaai inti dan
mitokondria (retikulum endoplasma), sel darah merah tetap mempunyai enzim-enzim
sitoplasma yang sanggup melakukan metabolisme glukosa dengan proses glukolitik
untuk membentuk sejumlah kecil ATP (energi) yang diperlukan untuk menjaga sel
darah merah dapat hidup dan menjaga kelenturan membrane sel. Meskipun begitu,
sistem metabolisme ini secara progresif menjadi kurang aktif dengan berjalannya
waktu dan sel secara progresif menjadi rapuh. Bila sel darah merah rapuh, ia da[at
pecah Selama dalam perjalanan saat meleawati bagian yang sangat sempit dari
sirkulasi. Kebanyakan sel darah merah dipecahkan di limpa dalam pulpa merah
limpa. Apabila seorang mengalami pengangkatan limpa, maka jumlah sel darah
merah tua dan abnormal yang beredar dalam pembuluh darah meningkat.
Haemoglobin yang dilepaskan dari sel sewaktu mereka pecah difagosit segera
oleh sel-sel retikulosit. Selama beberapa hari kemudian besi dilepaskan dari
haemoglobin kembali ke darah untuk digunakan kembali bagian heme. Molekul
haemoglobin diubah oleh retikuloendotel melalui berbagai tingkatan menjadi pigmen
empedu, bilirubin yang dilepaskan ke dalam darah dan disekresi oleh hati ke dalam
empedu.
Golongan Darah
Pada permukaan dinding sel eritrosit di dapat sifat antigenitas dan ditemukan
bebrapa jenis sifat tersebut yang mengakibatkan darah dapat dibagi dalam beberapa
golongan. Antigen ini diturunkan secara genetic. Kalau darah golongan yang
bertentangan di transfusikan akan mengakibatkan bahan dlam plasma (aglutinin)
menggumpal dan terjadi hemolisis atau pemecahan sel darah merah.
Aglutinogen : dua jenis antigen berbeda tapi berhubungan, tipe A dan tipe B
terdapat pada permukaan eritrosisit berbagai orang. Oleh karena antigen ini
diturunkan, maka seseorang dapat tidak mempunyai slaah satu dari antigen ini,
beberapa darah juga mengandung antibody kuat yang secara spesifik bereaksi dengan
antigen tipe A atau tipe B dalam sel menyebabkan aglutinasi hemolisis karena antigen
tipe A dan tipe B dalam sel membuat sel peka terhadap aglutinasi antigen-antigen ini
dinamakan aglutinasi.
Empat Golongan Darah Utama
Dalam transfuse darah dari satu orang ke orang lain darah donor (pemberi) dengan
darah resipien (penerima). Dalam keadaan normal klasifikasi golongan darah
tergantung pada ada atau tidaknya kedua aglutinogen.
1. Bila tidak ada aglutinogen A dan B darah termasuk golongan O.
2. Bila hanya terdapat aglutinogen tipe A golongan darah A.
3. Bila hanya terdapat aglutinogen tipe B golongan darah B.
4. Bila terdapat kedua aglutinogen tipe A dan B golongan darah AB

Reaksi transfuse akibat golongan darah tidak cocok. Sangat jarang terjadi
darah yang ditransfusikan menyebabkan aglutinasi sel-sel resipien dengan
alasan bagian plasma darah donor dengan segera diencerkan oleh semua
plasma resipien sehingga mengurangi titer aglutinin yang diinfus sampai
kadarny terlalu rendah untuk menimbulkan aglutinasi. Sebaliknya darah yang
diinfus tidak banyak mengencerkan aglutinin dalam plasma resipien tetap
dapat mengaglutinasi sel-sel donor, reaksi yang sering terjadi.
1. Hemolisis sel darah merah setelah reaksi transfusi. Reaksi yang
diakibatkan golongan darah yang tidak cocok akhirnya menyebabkan
hemolisis sel darah merah.
2. Penghetian ginjal akut setelah reaksi transfuse. Salah satu efek yang paling
mematikan yang dapat dimulai setelah beberapa menit sampai beberapa
jam berlangsung kematian karena payah ginjal.
Golongan Darah Rhesus (Fator Rh)
Ada sejumlah oramg yang darahnya mempunyai factor rhesus. Faktor
rhesus ternyata diturunkan secra genetic dan mempunyai sifat dominan.
Individu dengan rhesus(-), factor Rh ini mempunyai sifat antigen. Misalnya
seorang ibu dengan rhesus (-) mengandung bayi dengan rhesus (+)
yang diturunkan dari ayah dengan rhesus (+) akan timbul permasalahan
ketidakcocokan antara rhesus ibu dan anak.
Permasalahan yang timbul ketika factor rhesus dapat melewati plasenta,
tubuh ibu akan membentuk antirhesus tersebut akan masuk juga ke dalam
darah janin dan menimbulkan proses penghancuran. Apabila proses
penghancuran ini banyak, terjadilah krisis karena janin menjadi kekurangan
darah yang dapat mengganggu pertumbuhan bahkan kehidupannya. Bila janin
dapat lahir hidup, harus segela ditolong dengan transfuse tukar darah dengan
menggunakan darah yang tidak mempunyai factor rhesus.
b. Sel Darah Putih (leukosit)
Sel darah putih mengandung inti normalnya 5.000-9.000 sel/mm3. Leukosit
melakukan gerakan ameboid membantu untuk menerobos dinding pembuluh darah ke
dalam jaringan ikat. Ada dua golongan leukosit yaitu leukosit agranular dan leukosit
granular.

1.Leukosit agranular
a. Limfosit : merupakan sel bulat, kecil, dan itninya relatif besar. Dikelilingi oleh
sedikit sitoplasma, kromatin yang sangat padat.
b. Monosit : selnya agak besar, mengandung sitoplasma lebih banyak intinya,
bahan kromatin dalam inti tersusun seperti jala-jala halus dan mengandung
sejumlah granula.
1. Leukosit granular
a. Neutrofil : termasuk leukosit polimurnuklear, di dalam darah, intinya
memperlihatkan bentuk lonjong dan tidak teratur dihubungkan dengan
benang-benang kromatin
b. Eosinofil : leukosit asidofil agak lebih besar dari neutrophil, intinya
mempunyai dua lobus.
c. Basophil : batasnya sering tidak teratur, granula sitoplasmanya bulat, kasar
dengan ukuran yang berbeda-beda menutupi inti sel sehingga mengaburkan
batasnya
fungsi utama sel darah putih adalh sebgai pertahanan tubuh dengan cara
menghancurkan antigen (kuman, virus, dan toksin), sebagai pertahanan tubuh
dikerahkan ke tempat-tempat infeksi dengan jumlah berlipat ganda.
Leukosit dapat bergerak dari pembuluh darah menuju jaringan, saluran
limfe, dan kembali lagi ke dalam aliran darah. Leukosit bersama sistem
makrofag jaringan atau sel retikuloendotelial dari hepar, limpa, sumsum
tulang, alveoli paru, mikroglia otak, dam kelenjar getah bening melakukan
fagositosis terhadap kuman dan virus yang masuk. Setelah di dalam sel
kuman/virus dicerna dan dihancurkan oleh enzim pencerna sel.

Sel polimornuklear dan monosit normal dibentuk hanya dalam sumsum


tulang sebaliknya limfosit dan sel plasma dihasilkan dalam berbagai organ
limfogen termasuk kelenjar limfe, limpa, kelenjar timus, tonsil, dan sisa
limfoid yang terletak dalam usus di tempat lain. Beberapa sel darah putih
yang dibentuk dalam sumsum tulang, khusunya granulosit disimpan dalam
sumsum tulang sampai dibutuhkan dalam sistem sirkulasi (bila dibutuhkan
akan dilepas).

c. Sel Pembeku Darah (trombosit)


Trombosit merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk dan ukuranya
bermacam-macam, ada yang bulat ada yang lonjong, warnanya putih, normal
pada orang dewasa 200.000-300.000/mm3.
Fungsinya memegang peranan penting dalam pembekuan darah. Jika
banyaknya kurang dari normal, maka kalau ada luka darah tidak lekas
membeku sehingga timbul pendarahan terus-menerus. Trombosit lebih dari
300.000 disebut trombositosis. Trombosit yang kurang dari 200.000 disebut
trombositopenia. Di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang turun
membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah, yaitu Ca2+ dan fibrinogen.
Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka.

KARDIOVASKULER
Jantung adalah organ berongga yang memiliki empat ruang, yang bentuknya menyerupai piramid
atau jantung pisang dan merupakan pusat sirkulasi darah ke seluruh tubuh.
Kontraksi otot jantung
Kontraksi miogenik spontan pada sel-sel otot jantung yaitu filament yang bergeser pada beberapa
bagian jantung orang dewasa. Sel-sel otot jantung mengalami modifikasi dan membenttuk sistem
hantar rangsang yang mengatur denyut jantung. Rambatan rangsangan terjadi dari satu sel otot
jantung ke sel yang lainnya. Serat purkinje adalah adalah sel-sel otot jantung khusus yang
merupakan bagian dari sistem hantar rangsang yang terdapat di bawah endokarium pada
permukaan dalam jantung. Serat purkinje ini membentuk jaring-jaring yang tersusun oleh saluran
selular.
Regenerasi otot jantung
Otot jantung lebih tahan terhadap trauma bila dibandingkan dengan otot lainnya yang sejenis
akan tetapi tidak terdapat tanda-tanda regeneraasi jika terjadi cedera. Otot jantung yang rusak
diperbaiki dengan meninggalkan suaatu jaringan parut. Otot jantung akan berkontraksi secara
ritmis danterus menerus untuk memompakan darah melalui sistem sirkulasi sehingga
memungkinkan sel-sel mendapat suplai oksigen dan bahan makanan yang tetap dan
menyingkirkan hasil sisa sel.
Persarafan jantung
Jantung dipersarafi oleh serabut saraf simpatis, parasimpatis, dan sistem saraf autonom melalui
fleksus kardiakus. Saraf simpatis berasal dari trunkus simpatikus bagian servikal, torakal, akan
tetapi bagian atas saraf simpatis berasal dari saraaf vagus. Serabut aferen post ganglion berjalan
ke nodus sinus atrialis dan nodus atriovaskularis yang tersebar ke bagian jantung yang lain.
Serabut aferen berjalan bersama nervus dan berperan sebagai refleks kardiovaskular yang
berjalan bersama saraf simaptis.
Pembuluh darah
1. Pembuluh darah arteri
a. Tekanan darah sistolik : tekanan darah tertinggi pada saat jaantung dalm keadaan sitolik
b. Tekanan diastolik : tekanan darah yang terendah pada saat jantung dalam keadaan diastolic
c. Tekanan nadi : merupakan selisih antara tekanan sitolik dan tekanan tekanan diastolik yang
tergantung pada isi sekuncup dan kapasitas arteri
d. Tekanan darah rata-rata : tekanan diastolic ditambah sepertiga selisih tekanan sistolik dan
tekanan diastolic
e. Faktor yang mempengaruhi tekanan darah arteri : tekanan darah arteri dipengaruhi oleh kerja
jantung, tekanan perifer, dan jumlah darah yang bersirkulasi.

Faktor-faktor utama yang memengaruhi kerja jantung


1.Beban awal : otot jantung diregangkan sebelum ventrikel kiri berkontraksi. Beban awal
berhubungan dengan panjang dan renggangan otot jantung. Peningkatan beban awal
menyebabkan kontraksi vertikal lebih kuat dan meningkatkan volume curah jantung.
Meningkatnya beban awal akibat dari meningkatnya volume darah yang kembali ventrikel.
2.kontraktilitas (kemampuan) : bila saraf simpatis yang menuju kejantung maka ketegangan
keseluruhan akan bergeser sejajar keatas atau kekiri atau meningkatkan kontraktilitas.frekuensi
irama jantung juga memengaruhi kontraktilitas.
3.baban akhir : resistensi (tahanan) yang harus diatasi saat darah dikeluarkan dari ventrikel.suatu
beban ventrikel kiri untuk membuka katup semilunaris aorta dan mendorong darah selama
kontraksi. Peningkatan drastis akan meningkatkan kerja ventrikel meningkatnya kebutuhan
oksigen dan mengakibatkan kegagalan ventrikel
4.frekuensi jantung : dengan meningkatnya frekuensi jantung dan memperberat pekerjaan
jantung.
Tahapan Bunyi Jantung
1.faktor otot : pada umumnya bila otot berkontraksi akan terjadi bunyi demikian pula sistole
ventrikel
2.faktor katup : pada saat berkontraksi terjadi penutupan katup atrio ventrikular. Penutupan daun
daun katup tersebut menimbulkan bunyi.
3.faktor pembuluh : setelah katup seminularis terbuka darah akan di pompoakan oleh ventrikel
kiri ke aorta dan ventikel dekstra ke arteri pulmonalis. Arus darah ini akan menggetarkan dinding
pembuluh sehingga meninggalkan bunyi
Konsumsi oksigen jantung
Proses dari metabolisme dari jantung adalah aerobik atau dengan kata lain membutuhkan oksigen
dalam aktivitas metabolisme.pada kondisi basal konsumsi oksigen jantung 7-10 ml/100 gram
miokardium/menit. Jika aktivitas meningkat,misalnnya pada saat melakukan kerja berat,maka
kebutuhan oksigen juga meningkat dan peningkatan oksigen ini hanya didapat dengan
meningkatkan aliran darah koroner. Konsumsi oksigen jantung terutama ditentukan oleh
tegangan intramiokard yaitu tekanan sistolik dan volume yang berlebihan akan meningkatkan
tegangan intramiokard.
Pengaturan fungsi jantung
Jantung memompakan darah 4-6 liter permenit pada saat istirahat. Pada keadaan kerja berat
mungkin diperlukan pompaan darah sebanyak 5 kali dari jumlah tersebut. 2cara dasar pengaturan
kerja pompa jantung adalah sebagai berikut:
1.autoregulasi intrinsik pompaan akibat perubahan volume darah yang mengalir kedalam
jantung hukum frank starling:making banyak jantung terisi selama diasto,makin besar jumlah
darah dipompakan kedalam aorta. Dalam batas fisiologis,jantung memompakan semua darah
yang masuk kedalam jantung tanpa mungkin terjadinnya bendungan darah yang berlebihan
dalam vena.
2.refleks yang mengawasi kecepatan dan kekuatan kontaksi jantung melalui saraf otonom. Saraf
ini mmemengaruhi daya pompa jantung melalui 2 cara:dengan mengubah prekuensi jantung dan
mengubah kekuatan kontraksi jantung.
Perangsangan prasimpatis meunrunkan frekuensi jantung, sedangkan rangsangan simpetis
meningkatkan frekuensi jantung. Batasi pengawasan penuruna/kenaikan tekanan adalah 20-30
mm Hg. Denyut jantung per menit dengan perangsangan vagus maksimal sampai setingi 250-300
mm Hg. Denyut jantung per menit dengan perangsangan simpatis maksimum, pengaruhnya
semakin banyak jantung berdenyut per menit,maka semakin banyak darah dapat dipompa.
Dalmal keadaan normal, serabut syaraf simpatis yang menuju kejantung secara terus menerus
merangsang frekuensi rendah, mempertahankan kekuatan kontraksi ventrikel sekitar 20%.
Perangsangan parasimpatis maksimum pada jantung menurunkan kekuatan kontraksi vertikal
sekitar 30%, efek parasimpatis relatif kecil dibandingkan dengan efek simpatis.

Pengaruh berbagia ion pada fungsi jantung adalah sebagai berikut.


1. Penagaruh ion kalium: kelebihan ion kalium dalam cairan ekstrasel menyebabkan jantung
menjadi sangat dilatasi dan lemas, serta frekuensi jantung lambat. Kalium dalam jumlah
yang sangat besar dapat menghambat hantaran impuls jantung dari atrium ke vantrikel
melalui berkas AV. Potensial membran istirahat mmenurun akibat tingginya kosentransi
kalium,intensitass potensial aksi juga menurun, sehingga membuat kontraksi jantung
semangkin lemah secara progresif.
2. Pengaruh ion kalsium: efek kelebihan ion kalsium hampir berlawanan dengan efek ion
kalium hiperkalsemia menyebabkan jantung berkontraksi spastis, karena ion kalsium
merangsang proses kontraksi jantung. Definsiensi ion kalsium menyebabkan jantung
lemass.
3. Pengaruh ion natrium: kelbihan ion natrium menekan fungsi jantung ,semakin besar
konsntrasi ion natrium dalam cairan ekstrasel, makin kurang ektivitas ion kalsium.
Konsentrasi ion natrium dalam cairan ekstrasel mungkin tidak pernah cukup tinggi
meskipun dalam keadaan patologis
Suhu tubuh juga memengaruhi fungsi jantung. Peningkatan suhu menyebabkan peningkatan
frekuensi denyut jantung, sedangkan penurunan suhu menyebabkan penurunan frekuensi.
Efek ini adalah akibat peningkatan permeabilitas membaran otot terhadap berbagai ion.
Kekuatan kontraksi jantung meningkat dengan peningkatan suhu menderat. Peningkatan suhu
dalam waktu yang lama dan menyebabkan jantung kelelahan dan menyebabkan kelemahan.

SISTEM SIRKULASI DARAH


Pembulu darah adalah prasrana jalan bagi aliran darah yang berisi oksigen dan nutrisi ke
seluruh tubuh.saluran darah ini merupakan sistem tertutup dengan pusatnya adalah jantung
sebagai penimpa darah. Fungsi pembulu darah adalah mengangkut (transportasi) darah dari
jantung keseluruh bagian tubuh dan mengangkut kembali drah yang sudah dipakai dari
jaringan tubuh kembali kejantung.Fungsi ini di sebut sirkulasi darah , selain itu, darah juga
mengangkut gas, zat makanan, sisa metabolisme, hormon, antibodi, dan keseimbangan
elektrolit.
Aliran darah dalam tubuh terdiri atas beberapa aliran berikut.
1.Aliran darah koroner
Aliran darah yang mendistribusikan darah untuk otot jantung ada tiga pembulu darah
utama
a. Arteri koronaria kanan: mengurus distribusi nutrisi dan darah daerah otot jantung
kanan depan dan belakang serta otot jantung kiri bagian belakang bawah
berhadapan dengan diafgrama.
b. Arteri intraventrikular anterior: memberikan darah untuk otot jantung kiri depan
dan septum jantung, mengurus distribusi darah untuk daerah otot jantung kiti
bagian lateral kiri dan otot jantung kiri bagian posterior.
1. Aliran darah portal
Aliran daarah balik, darah vena yang berasal dari usus halus, usus besar, lambung, limpa,
dan hati. Aliran darah sistem portal ini mempunyai satu pintu keluar, yaitu vena porta ke
arteri hepatika menuju kehati keluar ke vena hepatika, lalu masuk kejantung melalui vena
kava inferior.
2. Aliran darah polmunal
Aliran darah dari vertikal dekstra menuju arteri pulmonalis kemudian bercabang ke paru-
paru kiri dan paru-paru kanan bercabang lagi ke alveoli (kapiler alveoli) sekeliling alveoli
tempat terjadinya difusi oksigen dan karbon oksida. Karbondioksida lebih banyak
berdifusi pada kapiler menuju rongga alveoli, sedangkan O2 lebih banyak berdifusi pada
rongga aveolimenuju kapiler darah. Darah yang kaya oksigen mengalir menuju vena
pulmonalis sinstra dan vena pulmonalis dekstra, masuk ke atrium sinstra terus ke
ventrikel sinsitra, siap di pompakan ke aliran darah sistemik.

3. Alirah darah sistemik


Aliran darah mulai ventrikel sinstra ke aorta, masuk keseluruh tubuh. Pembuluh darah
arteri bercabang menjadi arteriola, kemudian menjadi kapiler masuk, kedalam
jaringan/sel keluar menjadi kapiler vena (venolus) kemudian menjadi vena, masuk
kembali ke jantunga melalui vena kava superior dan vana kava inferior.
DAFTAR PUSTAKA

Syaifuddin.2016.Ilmu.Biomedik.Dasar.Untuk.Mahasiswa.Keperawatan.Jakarta.Selemba.
Medika

Anda mungkin juga menyukai