PMP SMP Diserahkan 260116
PMP SMP Diserahkan 260116
BAHASA INGGRIS
Kurikulum 2013
Untuk
Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Madrasah Tsanawiyah (MTs)
Pengarah:
Ramon Mohandas, Ph.D
Penanggungjawab:
Dr. Herry Widyastono, APU, M.Pd
Koordinator:
Dra. Mariati Purba, M.Pd
Anggota:
1. Drs. Djuharis Rasul, M.Ed
2. Leli Alhapip, S.Pd
3. Mohamad Irfan, S.Tp
Pengembang Mata Pelajaran:
1. Dra. Mutiara Panjaitan, M.Pd
2. Siti Wachidah, Ph.D
3. Dr. Sri Sumarni
4. Dr. Luciana
5. Dra. Yenny Sukhriani, M.Ed
6. Dra. Sumaydia, M.Hum
7. Asep Gunawan, S.Pd
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perubahan mendasar dalam pola berpikir dan pola bertindak adalah
kata yang tepat untuk menerapkan Kurikulum 2013, termasuk dalam mata
pelajaran Bahasa Inggris. Perubahan berawal dari konsep ‘kompetensi’ yang
digunakan sebagai acuan. Dalam kurikulum 2013, standar kompetensi
lulusan (SKL) adalah kompetensi utuh lulusan setiap jenjang pendidikan.
Kompetensi setelah menyelesaikan setiap kelas terumuskan dalam
Kompetensi Inti (KI). Sedangkan Kompetensi Dasar (KD) adalah kompetensi
yang dicapai dalam setiap mata pelajaran.
Sesuai dengan definisi kompetensi yang digunakan untuk
merumuskan Kurikulum 2013 secara umum, kompetensi mata pelajaran
Bahasa Inggris mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Aspek
‘sikap’ terbagi ke dalam sikap spiritual dan sikap sosial. Aspek sikap ini
tidak dirumuskan secara rinci di mata pelajaran Bahasa Inggris karena
tidak menjadi bagian dari pembelajaran langsung dengan menggunakan
sumber belajar tersendiri. Pembelajaran sikap secara tidak langsung
terintegrasi ke dalam topik, proses dan suasana pembelajaran yang
dampaknya berupa penghayatan dan pengamalan nlai-nilai keagamaan,
serta berbagai nilai luhur dan karakter positif lainnya. Aspek ‘pengetahuan’
mencakup pengetahuan faktual, prosedural, dan konseptual terkait
penggunaan bahasa Inggris serta proses pembelajarannya, pada tataran
berpikir memahami, menerapkan, dan menganalisis. Aspek ‘keterampilan’
mengacu pada keterampilan mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah
abstrak maupun kongkrit dengan pengantar bahasa Inggris lisan dan tulis
dalam bentuk tindakan menangkap makna dan menyusun teks.
KD Bahasa Inggris mencerminkan fungsi bahasa Inggris sebagai
bahasa internasional untuk berkomunikasi, berpikir dan bercita rasa.
Dengan bahasa Inggris peserta didik akan dapat beradaptasi dengan
lingkungan yang semakin mengglobal serta berkembang menjadi individu-
individu yang memiliki daya saing internasional. Karena bahasa Inggris
dipandang sebagai alat untuk mencapai tujuan dan mengatasi masalah
dalam kehidupan sehari-hari, konsep ‘genre’ telah ditetapkan sebagai dasar
untuk merumuskan KD Bahasa Inggris, dengan menggunakan ketiga aspek
genre—fungsi sosial, struktur teks, unsur kebahasaan—sebagai kerangka
dasar untuk merumuskan kompetensi pengetahuan maupun kompetensi
keterampilan. Ketiga aspek genre inilah yang membentuk keterikatan
antara aspek pengetahuan di KD-3 dan aspek keterampilan di KD-4.
Bahasa Inggris perlu dipelajari sebagai alat untuk pengembangan
potensi dan pembangunan karakter peserta didik dalam sikap (spiritual
dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan untuk hidup
dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada
kesejahteraan hidup umat manusia. Oleh karena itu istilah ‘literasi’, atau
lebih tepatnya ‘multiliterasi’ adalah salah satu prinsip mata pelajaran
Bahasa Inggris, karena teks-teks bahasa Inggris dipelajari sebagai alat
hidup di berbagai konteks budaya dan situasi yang berbeda-beda, serta
diintegrasikan dengan berbagai media lain seperti gambar, diagram, tabel,
serta penggunaan beragam teknologi informasi.
1
Karena keberagaman dan perubahan adalah keniscayaan bagi setiap
jenis teks maupun penggunaannya, belajar bahasa Inggris pada dasarnya
adalah belajar beradaptasi untuk menentukan fungsi sosial, struktur teks,
dan unsur kebahasaan yang tepat dan berterima di setiap konteks situasi
dan konteks budaya yang dihadapi. Sesuai dengan tuntutan Kurikulum
2013 pada umumnya, pembelajaran Bahasa Inggris perlu berbasis aktivitas
yang memiliki beberapa karakteristik, antara lain interaktif dan inspiratif,
kontekstual, kolaboratif, pertisipatif, menantang, memberikan kesempatan
bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian, serta sesuai dengan bakat,
minat, kemampuan dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik.
Pembelajaran seharusnya tidak lagi berbasis kegiatan belajar di kelas,
terpusat pada guru dan pada buku teks seperti yang masih sangat lazim
dilakukan sampai saat ini.
Dengan adanya berbagai tunutan tentang bahasa dan proses belajar
bahasa tersebut, diperlukan pedoman bagi pendidik dan tenaga
kependidikan untuk dapat mengimplementasikan Kurikulum 2013 sesuai
harapan, khususnya dalam mata pelajaran bahasa Inggris.
2. Tujuan
Pedoman ini bertujuan memberikan pedoman tentang pelaksanaan
kurikulum 2013 sehingga semua pemangku kepentingan memiliki persepsi
yang sama tentang berbagai aspek dalam dokumen Kurikulum 2013 serta
dalam menyusun perencanaan serta pelaksanaan pembelajaran Bahasa
Inggris di SMP/MTs.
3. Ruang Lingkup
Pedoman ini mencakup (1) karakteristik mata pelajaran Bahasa
Inggris, termasuk rasional, tujuan dan ruang lingkup mata pelajaran
Bahasa Inggris di SMP/MTs; (2) desain pembelajaran, yang mencakup
pendekatan, strategi, metode, dan model pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran Bahasa Inggris; (3) penilaian, yang mencakup
bentuk dan teknik penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam
berbahasa Inggris; (4) media dan sumber belajar, yang mencakup berbagai
alternatif dan sumber belajar yang dapat digunakan untuk pembelajaran
Bahasa Inggris; dan (5) uraian tentang guru Bahasa Inggris dalam
Pembelajaran Abad 21.
2
BAB II
KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS
A. Rasional
B. Tujuan
Tujuan mata pelajaran Bahasa Inggris di SMP/MTs, SMA/MA, dan
SMK/MAK adalah sama yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar memiliki kompetensi komunikatif dalam wacana interpersonal,
transaksional, dan fungsional, dengan menggunakan berbagai teks
berbahasa Inggris lisan dan tulis, secara runtut dengan menggunakan
unsur kebahasaan yang akurat dan berterima, tentang berbagai
pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural, serta menanamkan nilai-
nilai luhur karakter bangsa, dalam konteks kehidupan di lingkungan
rumah, sekolah, dan masyarakat.
Perbedaannya adalah pada cakupan jenis teks dan tingkat tingkat
kompleksitas teks yang hendak dicapai. Mata pelajaran Bahasa Inggris
untuk jenjang pendidikan SMP/MTs bertujuan mengenalkan teks-teks
pendek dan sederhana yang menjadi dasar untuk mempelajari teks-teks
yang lebih panjang dan lebih kompleks di SMA/MA/SMK/MAK.
C. Ruang Lingkup
Materi yang tercakup dalam mata pelajaran Bahasa Inggris disusun
berdasarkan teks-teks yang perlu dikuasai oleh peserta didik SMP/MTs,
dikelompokkan berdasarkan fungsinya di dalam tiga jenis wacana—
interpersonal, transaksional, dan interpersonal. Termasuk dalam wacana
3
interpersonal antara lain teks-teks untuk menjaga hubungan interpersonal
seperti menyapa, meminta maaf, berterimakasih, memuji, mengucapkan
selamat, menyarankan. Termasuk dalam wacana transaksional antara lain
teks-teks interaksional untuk meminta dan memberi informasi, barang, dan
jasa, terkait antara lain nama, sifat, fungsi orang, benda, binatang;
keadaan, tindakan, kegiatan yang terjadi secara rutin, yang telah terjadi,
yang terjadi di waktu lampau. Termasuk dalam wacana fungsional khusus
antara lain, label obat, iklan, kartu ucapan, pengumuman. Termasuk dalam
wacana fungsional adalah teks deskriptif, recount, prosedur, naratif, dan
report.
Pembelajaran setiap teks diarahkan untuk kemampuan
menggunakannya untuk melaksanakan fungsi yang terkait dengan peran
dan kehidupan peserta didik sebagai bagian dari lingkungannya. Oleh
karena itu teks dipelajari pada tiga aspeknya, yaitu (1) fungsi sosial, (2)
struktur teks, dan (3) unsur kebahasaan, yang semuanya dipilih dan
ditentukan sesuai dengan konteks penggunaannya. Jenis pengetahuan
untuk pembelajaran setiap teks mencakup (1) pengetahuan faktual, yang
terkait dengan topik komunikasi, (2) pengetahuan prosedural terkait dengan
langkah-langkah keilmuan maupun proses belajar dan pembelajaran, dan
(3) informasi konseptual terkait dengan fungsi sosial, struktur teks, dan
unsur kebahasaan teks.
4
BAB III
DESIGN PEMBELAJARAN
A. Pendekatan Pembelajaran
Materi pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah menengah telah
dirancang berbasis genre, dan oleh karenanya pembelajaran dilaksanakan
pada satuan teks, dengan tujuan untuk melaksanakan berbagai tindakan
komunikatif secara bermakna, secara lisan maupun tulis, di berbagai
konteks yang relevan dengan kehidupan peserta didik. Artinya, teks
dipelajari bukan sebagai sasaran akhir, tetapi sebagai alat untuk melakukan
berbagai aktivitas terkait dengan dengan kehidupan nyata. Adapun yang
dimaksud dengan teks adalah kesatuan makna yang dapat terdiri atas satu
kata seperti pada rambu lalu lintas ‘Stop’, satu frase ‘No Smoking’, satu
kalimat ucapan selamat, sampai satu buku. Untuk jenjang pendidikan
dasar, materi ajar terdiri atas teks-teks pendek dan sederhana.
Merujuk pada rumusan Kompetensi Inti untuk SMA/MA/
SMK/MAK, pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman dalam
menggunakan teks-teks berbahasa Inggris untuk memahami dan
menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya
terkait fenomena dan kejadian tampak mata, melalui kegiatan berbicara,
menyimak, membaca, dan menulis dalam ranah konkret dan abstrak.
Penggunaan teks juga bertujuan untuk menumbuhkan sikap menghargai
dan menghayati nilai-nilai agama dan sosial, termasuk perilaku jujur,
disiplin, bertanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun,
percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
Pendekatan berbasis kompetensi dan pendekatan berbasis genre
selaras dengan berbagai teori belajar dan pembelajaran yang berkembang di
abad 21, antara lain pendekatan berbasis keilmuan, sociocultural learning
theory, social-cognitive teory of learning, humanistic approach to learning,
dsb. Berdasarkan semua pendekatan tersebut, proses pembelajaran yang
berhasil adalah yang menekankan pentingnya peserta didik terlibat
langsung secara mandiri dalam interaksi dengan lingkungan sosialnya
dalam menemukan masalah secara alami dan kemudian berupaya
mengatasinya, sebagai manusia seutuhnya, yang memiliki cita, rasa, dan
karsa. Pandangan tersebut berlaku untuk pendidikan formal, non formal
dan informal, di dalam maupun di luar institusi pendidikan.
Berikut ini beberapa prinsip yang perlu dipenuhi dalam merancang
dan melaksanakan proses pembelajaran Bahasa Inggris.
Teks adalah alat komunikasi dan berpikir, dan bersifat bermakna dan
bertujuan untuk melaksanakan suatu fungsi nyata bagi penggunanya.
Oleh karena itu, pembelajaran perlu mencakup teks-teks yang relevan
dan memiliki fungsi penting bagi kehidupan peserta didik sehari-hari
dengan menggunakan aneka sumber belajar di rumah, di sekolah dan di
masyarakat.
Materi pembelajaran setiap jenis teks pada setiap wacana mencakup (1)
tujuan atau fungsi sosial yang hendak dicapai, dengan menggunakan (2)
struktur teks dan (3) unsur kebahasaan yang sesuai dengan tuntutan
kontekstual.
5
Secara kontekstual, teks menyesuaikan fungsi, struktur teks, dan unsur
kebahasaannya dengan (1) topik pembicaraan, (2) hubungan fungsional
antar peserta komunikasi, (3) moda komunikasi yang digunakan
(misalnya lisan atau tulis). Oleh karena itu, isi dan bentuk teks yang
termasuk dalam setiap genre akan beragam dari konteks ke konteks,
dan pembelajaran setiap jenis teks perlu memberikan kesempatan bagi
peserta didik untuk terbiasa menghadapi keberagaman teks dalam
setiap genre, dalam hal fungsi, struktur, dan unsur kebahasaan.
Proses pembelajaran Bahasa Inggris adalah proses knowledge building,
pembentukan dan pengembangan pengetahuan secara aktif, oleh
peserta didik, pendidik, dan semua pihak yang terlibat dalam proses
pendidikan tersebut yang berlangsung secara terus menerus dan
berkesinambungan dengan memanfatkan teknologi informasi dan
komunikasi.
Proses pembelajaran Bahasa Inggris mencakup pengembangan sikap
spiritual dan sosial, pengetahuan faktual, prosedural, dan konseptual,
dan keterampilan berpikir untuk menangkap makna dan menyusun
teks dalam berbagai kegiatan pemebelajaran yang aktif, interaktif,
kreatif, menantang dan menyenangkan.
Berdasarkan rumusan KI 3 (pengetahuan), tujuan komunikatif adalah
untuk mengomunikasikan informasi faktual (terkait dengan topik
komunikasi), informasi prosedural (terkait dengan langkah-langkah
melaksanakan suatu proses), dan informasi konseptual (terkait dengan
pemahaman terhadap fungsi sosial, struktur, dan unsur kebahasaan
teks)
Proses pembelajaran dilakukan melalui proses pembiasaan dan
pembudayaan, dengan menggunakan banyak contoh dan keteladanan
dalam ketepatan dan keberterimaan isi makna maupun struktur teks
dan unsur kebahasaan dari teks yang diucapkan, disimak, dibaca,
ditulis, termasuk perilaku dalam konteks penggunaannya.
Proses pembelajaran merupakan proses interaksi antarpeserta didik dan
antara peserta didik dan guru dan sumber belajar, yang memadukan
inisiatif dan keaktifan diri, kerja sama dalam kelompok, dan
keteladanan serta bimbingan profesional dari guru melalui berbagai
pendekatan yang sesuai dan tepat.
Pembelajaran juga mencakup pengembangan kemampuan menyusun
langkah kerja dalam melaksanakan setiap tugas, termasuk dalam
menggunakan alat-alat seperti tabel, bagan, power point, peralatan
audio/visual, dsb.
Pembelajaran juga mencakup pengembangan kemampuan menanya,
termasuk bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui,
mempertanyakan hal-hal yang sudah mapan, dsb.
B. Strategi Pembelajaran
Dengan mengacu pada berbagai pendekatan tentang bahasa dan
tentang belajar dan pembelajaran, terdapat beberapa strategi yang dapat
untuk mengembangkan kompetensi berbahasa Inggris, termasuk strategi
belajar berbasis teks, kontekstual, berbasis masalah (problem-based),
mandiri (autonomous learning), berbasis tugas (task-based), berbasis proyek
(project-based), berbasis keingin-tahuan (inquiry) dan penyingkapan
(discovery).
6
Dengan berbasis teks, proses pembelajaran terpusat pada tindakan-
tindakan komunikatif dengan menggunakan atau terkait dengan teks-teks
yang bermanfaat bagi kehidupan peserta didik, secara reseptif dan
produktif, lisan dan dan tulis, dalam bentuk kegiatan berbicara, menyimak,
membaca, dan menulis yang terintegrasi secara alami dalam berbagai
kegiatan komunikatif yang bermakna.
Dalam proses pembelajaran kontekstual, digunakan teks-teks yang
autentik atau mendekati autentik, dengan tujuan agar peserta didik dapat
mengaitkan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaannya dengan
topik pembicaraan, hubungan fungsional antar peserta komunikasi, serta
moda komunikasi yang digunakan. Salah satu strateginya adalah dengan
mengaitkan tujuan pembelajaran bahasa Inggris dengan tujuan untuk
melaksanakan tugas lebih baik dan mencapai tataran internasional pada
semua mata pelajaran lainnya. Dekonstruksi teks dengan menggunakan
alat seperti tabel, bagan, diagram dapat membantu untuk menangkap
makna dan menyusun teks secara kontekstual; untuk memahami
keunikan fungsi, struktur, dan unsur kebahasaan pada setiap konteks.
Keberagaman dan perkembangan teks yang tidak pernah berhenti
untuk beradaptasi dengan tuntutan dan kebutuhan lingkungan
berimplikasi pada proses pembelajarannya. Artinya, pengguna teks akan
selalu dihadapkan pada masalah yang beragam dan selalu berubah dalam
hal memilih dan menentukan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur
kebahasaanya agar sesuai dengan konteks penggunaannya. Strategi
pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning) dapat diterapkan
dalam mata pelajaran Bahasa Inggris dalam bentuk penggunaan teks-teks
autentik, untuk tujuan autentik, dalam konteks yang autentik adalah
kondisi yang sangat ideal, karena peserta didik dan guru akan selalu
menghadapi permasalahan secara alami dan juga berkesempatan untuk
menghadapi dan mengatasinya secara alami juga. Secara bertahap namun
pasti, proses pembelajaran di sekolah perlu diarahkan untuk mencapai
kondisi ideal tersebut.
Dalam proses pembelajaran mandiri bukan berarti peserta didik
bekerja sendirian dan tidak memerlukan bimbingan dan pengarahan dari
guru. Kemandirian dalam proses pembelajaran di sekolah tidak dapat
dilepaskan dari upaya keluarga dan masyarakat agar peserta didik
mendapat lingkungan sosial yang mampu dan terfokus untuk memfasilitasi
proses pengembangan potensi peserta didik, terutama guru dan teman-
temannya. Pada konteks tersebut, kemandirian lebih tepat dimaknai
sebagai partisipasi aktif dan tanggung jawab peserta didik terhadap proses
belajarnya sendiri, didukung kerja sama yang baik dengan sejawatnya,
serta bimbingan profesional dari guru-gurunya.
Strategi pembelajaran berbasis tugas (task-based) memungkinkan
penggunaan bahasa Inggris dengan hasil yang nyata, secara bermakna, dan
bermanfaat untuk mengaitkan pembelajaran di kelas dan kehidupan nyata
peserta didik. Interaksi dengan guru dan dengan teman merupakan bagian
penting untuk pelaksanaan suatu tugas, sehingga strategi ini juga akan
secara alami berimplikasi pada penggunaan bahasa Inggris secara autentik
dan bermakna. Proses yang sama juga akan terjadi pada lingkup tugas
yang lebih luas melalui strategi berbasis proyek (project-based).
Semua strategi pembelajaran tersebut perlu didukung oleh strategi
pembelajaran berbasis keingintahuan (inquiry learning) dan penyingkapan
7
(discovery learning). Sikap, pengetahuan dan keterampilan untuk
melaksanakan tindakan komunikatif yang dianggap baik dan benar oleh
komunitas penggunanya tidak dapat dipelajari dengan cara dijelaskan
secara top-down. Strategi yang dapat dilakukan antara lain dengan
menggunakan berbagai teknologi informasi dan komunikasi modern, alat-
alat analisis seperti tabel, bagan, diagram, evaluasi diri dan evaluasi
sejawat, serta refleksi dan introspeksi dengan menggunakan jurnal belajar
selama proses pembelajaran.
C. Model Pembelajaran
Untuk mengejawantahkan berbagai strategi di atas diperlukan model-
model pembelejaran sebagai berikut.
1. Proses pendidikan di sekolah memiliki keunikan yang
membedakannya dengan konteks pendidikan keluarga dan
masyarakat, yaitu penekanannya pada proses akademik dan
keilmuan. Mata pelajaran Bahasa Inggris yang berbasis genre juga
menekankan penguasaan pengetahuan sistemik dan eksplisit untuk
mencapai penguasaan teks secara optimal. Oleh karena itu model
pembelajaran ‘berbasis keilmuan’, yang membuka kesempatan
seluas-luasnya untuk pengembangan pengetahuan (knowledge
building), akan menjadi model pembelajaran utama untuk mata
pelajaran Bahasa Inggris. Proses pembelajaran mencakup kegiatan
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi atau mencoba,
mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
Kelima langkah tersebut perlu dilihat sebagai langkah kerja
yang bersifat dinamis dan tidak kaku, baik dalam urutan maupun
lingkupnya. Pembelajaran dapat dimulai dari langkah yang mana
saja, dan dalam melaksanakan setiap langkah tidak menutup
kemungkinan dilakukannya langkah-langkah lainnya. Misalnya,
kegiatan menanya dapat langsung dilakukan pada tahap
pengamatan, bahkan sampai pada kegiatan mengumpulkan
informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Ketika
mengumpulkan informasi, bisa saja muncul hal-hal yang
menghasrukan peserta untuk memperbaiki pengamatannya.
Misalnyapun akan digunakan urutan yang ada, setiap langkah dapat
dianggap sebagai memulai langkah itu. Misalnya setelah observasi,
akan mulai bertanya, dan itu dapat dilakukan terus sampai langkah
mengomunikasikan. Begitu juga langkah observasi masih terus
berlanjut sampai langkah mengomunikasikan.
2. Keberagaman proses pembelajaran dapat dilakukan dengan
menerapkan berbagai bentuk pembelajaran yang sudah lazim
dilakukan untuk pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah selama ini.
Model pembelajaran ‘Teaching-Learning Cycle’ yang dikembangkan
berbasis genre juga perlu diterapkan, terutama untuk pembelajaran
teks-teks yang dianggap ideal karena memiliki kualitas yang baik
yang dapat meningkatkan harkat dan martabat penggunanya. Model
ini terdiri dari tiga langkah, yaitu deconstruction of text, joint
construction of text, dan independent construction of text.
3. Untuk pembelajaran unsur kebahasaan seperti tata bahasa, kosa
kata, ucapan, tekanan kata, dan intonasi, yang merupakan kaidah
8
baku, dapat digunakan model pembelajaran behavioristik, yang
terdiri dari langkah Stimulus, Response, Reinforcement.
4. Untuk mengenalkan nilai-nilai budaya yang baru dan tidak mudah
bagi peserta didik untuk langsung memahami sendiri, dapat
diterapkan model pembelajaran yang biasa dikenal guru-guru Bahasa
Inggris di indonesia sebagai model PPP, yang terdiri dari presentation,
practice, production, yang sangat memerlukan bantuan guru
(meskipun partisipasi aktif peserta didik perlu tetap didorong).
Presentasidapat dilakukan di kelas dengan papan tulis, dan juga
dilakukan dengan menggunakan teknologi ICT yang membuat
pembelajaran lebih menarik, menantang dan partisipatif. Partisipasi
peserta didik diwujudkan dalam langkah practice (latihan terbatas
dan terstruktur) dan production (kegiatan yang lebih nyata dan tidak
terstruktur).
5. Model pembelajaran content-based learning juga dapat diterapkan
dengan mengintegrasikan tugas-tugas di mata pelajaran lain dengan
tugas-tugas di mata pelajaran Bahasa Inggris. Model ini memerlukan
team teaching yang kuat, dengan langkah-langkah kerja yang
dirancang bersama, oleh para guru yang terlibat. Peserta didik juga
perlu berperan serta dalam proses perencanaan dan pelaksanaannya.
6. Dengan menggunakan strategi berbasis tugas, didapatlah model
pembelajaran berbasis tugas. Model tersebut terdiri dari tiga langkah
yaitu input, proses, output, dimulai dengan proses perencanaan yang
sistemik dan sistematis dan kemudian diikuti pelaksanaannya secara
konsisten. Langkah yang terkait dengan input adalah menentukan
orang-orang yang akan terlibat, benda dan fasilitas yang diperlukan,
waktu yang tersedia untuk melaksanakan tugas. Terkait dengan
proses adalah langkah menentukan langkah-langkah yang sistematis
untuk mencapai tujuan, yang dirumuskan secara rinci dengan
mempergunakan semua yang disebutkan di input. Output adalah
hasil atau produk yang dihasilkan, dapat berupa pementasan,
peragaan, hasil kerajinan tangan, karya tulis, dsb.