Anda di halaman 1dari 5

MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SMP/MTs

1. Pendahuluan
Materi pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah menengah telah
dirancang berbasis genre, dan oleh karenanya pembelajaran dilaksanakan
pada satuan teks, dengan tujuan untuk melaksanakan berbagai tindakan
komunikatif secara bermakna, secara lisan maupun tulis, di berbagai konteks
yang relevan dengan kehidupan peserta didik. Artinya, teks dipelajari bukan
sebagai sasaran akhir, tetapi sebagai alat untuk melakukan berbagai aktivitas
terkait dengan dengan kehidupan nyata. Adapun yang dimaksud dengan teks
adalah kesatuan makna yang dapat terdiri atas satu kata seperti pada rambu
lalu lintas ‘Stop’, satu frase ‘No Smoking’, satu kalimat ucapan selamat,
sampai satu buku. Untuk jenjang pendidikan dasar, materi ajar terdiri atas
teks-teks pendek dan sederhana.
Merujuk pada rumusan Kompetensi Inti untuk SMP/MTs dan
SMA/MA/SMK/MAK, pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman
dalam menggunakan teks-teks berbahasa Inggris untuk memahami dan
menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya
terkait fenomena dan kejadian tampak mata, melalui kegiatan berbicara,
menyimak, membaca, dan menulis dalam ranah konkret dan abstrak.
Penggunaan teks juga bertujuan untuk menumbuhkan sikap menghargai dan
menghayati nilai-nilai agama dan sosial, termasuk perilaku jujur, disiplin,
bertanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri,
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
Pendekatan berbasis kompetensi dan pendekatan berbasis genre
selaras dengan berbagai teori belajar dan pembelajaran yang berkembang di
abad 21, antara lain pendekatan berbasis keilmuan, sociocultural learning
theory, social-cognitive teory of learning, humanistic approach to learning, dsb.
Berdasarkan semua pendekatan tersebut, proses pembelajaran yang berhasil
adalah yang menekankan pentingnya peserta didik terlibat langsung secara
mandiri dalam interaksi dengan lingkungan sosialnya dalam menemukan
masalah secara alami dan kemudian berupaya mengatasinya, sebagai manusia
seutuhnya, yang memiliki cita, rasa, dan karsa. Pandangan tersebut berlaku
untuk pendidikan formal, non formal dan informal, di dalam maupun di luar
institusi pendidikan.
Berikut ini beberapa prinsip yang perlu dipenuhi dalam merancang
dan melaksanakan proses pembelajaran Bahasa Inggris.
1) Teks adalah alat komunikasi dan berpikir, dan bersifat bermakna dan
bertujuan untuk melaksanakan suatu fungsi nyata bagi penggunanya.
Oleh karena itu, pembelajaran perlu mencakup teks-teks yang relevan
dan memiliki fungsi penting bagi kehidupan peserta didik sehari-hari
dengan menggunakan aneka sumber belajar di rumah, di sekolah dan di
masyarakat.
2) Materi pembelajaran setiap jenis teks pada setiap wacana mencakup (1)
tujuan atau fungsi sosial yang hendak dicapai, dengan menggunakan (2)
struktur teks dan (3) unsur kebahasaan yang sesuai dengan tuntutan
kontekstual.
3) Secara kontekstual, teks menyesuaikan fungsi, struktur teks, dan unsur
kebahasaannya dengan (1) topik pembicaraan, (2) hubungan fungsional
antar peserta komunikasi, (3) moda komunikasi yang digunakan
(misalnya lisan atau tulis). Oleh karena itu, isi dan bentuk teks yang
termasuk dalam setiap genre akan beragam dari konteks ke konteks,
dan pembelajaran setiap jenis teks perlu memberikan kesempatan bagi
peserta didik untuk terbiasa menghadapi keberagaman teks dalam
setiap genre, dalam hal fungsi, struktur, dan unsur kebahasaan.
4) Proses pembelajaran Bahasa Inggris adalah proses knowledge building,
pembentukan dan pengembangan pengetahuan secara aktif, oleh
peserta didik, pendidik, dan semua pihak yang terlibat dalam proses
pendidikan tersebut yang berlangsung secara terus menerus dan
berkesinambungan dengan memanfatkan teknologi informasi dan
komunikasi.
5) Proses pembelajaran Bahasa Inggris mencakup pengembangan sikap
spiritual dan sosial, pengetahuan faktual, prosedural, dan konseptual,
dan keterampilan berpikir untuk menangkap makna dan menyusun teks
dalam berbagai kegiatan pemebelajaran yang aktif, interaktif, kreatif,
menantang dan menyenangkan.
6) Berdasarkan rumusan KI 3 (pengetahuan), tujuan komunikatif adalah
untuk mengomunikasikan informasi faktual (terkait dengan topik
komunikasi), informasi prosedural (terkait dengan langkah-langkah
melaksanakan suatu proses), dan informasi konseptual (terkait dengan
pemahaman terhadap fungsi sosial, struktur, dan unsur kebahasaan
teks)
7) Proses pembelajaran dilakukan melalui proses pembiasaan dan
pembudayaan, dengan menggunakan banyak contoh dan keteladanan
dalam ketepatan dan keberterimaan isi makna maupun struktur teks
dan unsur kebahasaan dari teks yang diucapkan, disimak, dibaca,
ditulis, termasuk perilaku dalam konteks penggunaannya.
8) Proses pembelajaran merupakan proses interaksi antarpeserta didik dan
antara peserta didik dan guru dan sumber belajar, yang memadukan
inisiatif dan keaktifan diri, kerja sama dalam kelompok, dan keteladanan
serta bimbingan profesional dari guru melalui berbagai pendekatan yang
sesuai dan tepat.
9) Pembelajaran juga mencakup pengembangan kemampuan menyusun
langkah kerja dalam melaksanakan setiap tugas, termasuk dalam
menggunakan alat-alat seperti tabel, bagan, power point, peralatan
audio/visual, dsb.
10) Pembelajaran juga mencakup pengembangan kemampuan menanya,
termasuk bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui,
mempertanyakan hal-hal yang sudah mapan, dsb.

Dengan mengacu pada berbagai pendekatan tentang bahasa dan


tentang belajar dan pembelajaran, terdapat beberapa strategi yang dapat
untuk mengembangkan kompetensi berbahasa Inggris, termasuk strategi
belajar berbasis teks, kontekstual, berbasis masalah (problem-based), mandiri
(autonomous learning), berbasis tugas (task-based), berbasis proyek (project-
based), berbasis keingin-tahuan (inquiry) dan penyingkapan (discovery).
Dengan berbasis teks, proses pembelajaran terpusat pada tindakan-
tindakan komunikatif dengan menggunakan atau terkait dengan teks-teks
yang bermanfaat bagi kehidupan peserta didik, secara reseptif dan produktif,
lisan dan dan tulis, dalam bentuk kegiatan berbicara, menyimak, membaca,
dan menulis yang terintegrasi secara alami dalam berbagai kegiatan
komunikatif yang bermakna.
Dalam proses pembelajaran kontekstual, digunakan teks-teks yang
autentik atau mendekati autentik, dengan tujuan agar peserta didik dapat
mengaitkan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaannya dengan
topik pembicaraan, hubungan fungsional antar peserta komunikasi, serta
moda komunikasi yang digunakan. Salah satu strateginya adalah dengan
mengaitkan tujuan pembelajaran bahasa Inggris dengan tujuan untuk
melaksanakan tugas lebih baik dan mencapai tataran internasional pada
semua mata pelajaran lainnya. Dekonstruksi teks dengan menggunakan alat
seperti tabel, bagan, diagram dapat membantu untuk menangkap makna dan
menyusun teks secara kontekstual; untuk memahami keunikan fungsi,
struktur, dan unsur kebahasaan pada setiap konteks.
Keberagaman dan perkembangan teks yang tidak pernah berhenti untuk
beradaptasi dengan tuntutan dan kebutuhan lingkungan berimplikasi pada
proses pembelajarannya. Artinya, pengguna teks akan selalu dihadapkan pada
masalah yang beragam dan selalu berubah dalam hal memilih dan
menentukan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaanya agar sesuai
dengan konteks penggunaannya. Strategi pembelajaran berbasis masalah
(problem-based learning) dapat diterapkan dalam mata pelajaran Bahasa
Inggris dalam bentuk penggunaan teks-teks autentik, untuk tujuan autentik,
dalam konteks yang autentik adalah kondisi yang sangat ideal, karena peserta
didik dan guru akan selalu menghadapi permasalahan secara alami dan juga
berkesempatan untuk menghadapi dan mengatasinya secara alami juga.
Secara bertahap namun pasti, proses pembelajaran di sekolah perlu diarahkan
untuk mencapai kondisi ideal tersebut.
Dalam proses pembelajaran mandiri bukan berarti peserta didik bekerja
sendirian dan tidak memerlukan bimbingan dan pengarahan dari guru.
Kemandirian dalam proses pembelajaran di sekolah tidak dapat dilepaskan
dari upaya keluarga dan masyarakat agar peserta didik mendapat lingkungan
sosial yang mampu dan terfokus untuk memfasilitasi proses pengembangan
potensi peserta didik, terutama guru dan teman-temannya. Pada konteks
tersebut, kemandirian lebih tepat dimaknai sebagai partisipasi aktif dan
tanggung jawab peserta didik terhadap proses belajarnya sendiri, didukung
kerja sama yang baik dengan sejawatnya, serta bimbingan profesional dari
guru-gurunya.
Strategi pembelajaran berbasis tugas (task-based) memungkinkan
penggunaan bahasa Inggris dengan hasil yang nyata, secara bermakna, dan
bermanfaat untuk mengaitkan pembelajaran di kelas dan kehidupan nyata
peserta didik. Interaksi dengan guru dan dengan teman merupakan bagian
penting untuk pelaksanaan suatu tugas, sehingga strategi ini juga akan secara
alami berimplikasi pada penggunaan bahasa Inggris secara autentik dan
bermakna. Proses yang sama juga akan terjadi pada lingkup tugas yang lebih
luas melalui strategi berbasis proyek (project-based).
Semua strategi pembelajaran tersebut perlu didukung oleh strategi
pembelajaran berbasis keingintahuan (inquiry learning) dan penyingkapan
(discovery learning). Sikap, pengetahuan dan keterampilan untuk
melaksanakan tindakan komunikatif yang dianggap baik dan benar oleh
komunitas penggunanya tidak dapat dipelajari dengan cara dijelaskan secara
top-down. Strategi yang dapat dilakukan antara lain dengan menggunakan
berbagai teknologi informasi dan komunikasi modern, alat-alat analisis seperti
tabel, bagan, diagram, evaluasi diri dan evaluasi sejawat, serta refleksi dan
introspeksi dengan menggunakan jurnal belajar selama proses pembelajaran.

2. Model Pembelajaran
Untuk mengejawantahkan berbagai strategi di atas diperlukan model-
model pembelejaran sebagai berikut.
1. Proses pendidikan di sekolah memiliki keunikan yang membedakannya
dengan konteks pendidikan keluarga dan masyarakat, yaitu
penekanannya pada proses akademik dan keilmuan. Mata pelajaran
Bahasa Inggris yang berbasis genre juga menekankan penguasaan
pengetahuan sistemik dan eksplisit untuk mencapai penguasaan teks
secara optimal. Oleh karena itu model pembelajaran ‘berbasis keilmuan’,
yang membuka kesempatan seluas-luasnya untuk pengembangan
pengetahuan (knowledge building), akan menjadi model pembelajaran
utama untuk mata pelajaran Bahasa Inggris. Proses pembelajaran
mencakup kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi
atau mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
Kelima langkah tersebut perlu dilihat sebagai langkah kerja yang
bersifat dinamis dan tidak kaku, baik dalam urutan maupun
lingkupnya. Pembelajaran dapat dimulai dari langkah yang mana saja,
dan dalam melaksanakan setiap langkah tidak menutup kemungkinan
dilakukannya langkah-langkah lainnya. Misalnya, kegiatan menanya
dapat langsung dilakukan pada tahap pengamatan, bahkan sampai
pada kegiatan mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan
mengomunikasikan. Ketika mengumpulkan informasi, bisa saja muncul
hal-hal yang menghasrukan peserta untuk memperbaiki
pengamatannya. Misalnyapun akan digunakan urutan yang ada, setiap
langkah dapat dianggap sebagai memulai langkah itu. Misalnya setelah
observasi, akan mulai bertanya, dan itu dapat dilakukan terus sampai
langkah mengomunikasikan. Begitu juga langkah observasi masih terus
berlanjut sampai langkah mengomunikasikan.
2. Keberagaman proses pembelajaran dapat dilakukan dengan menerapkan
berbagai bentuk pembelajaran yang sudah lazim dilakukan untuk
pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah selama ini. Model pembelajaran
‘Teaching-Learning Cycle’ yang dikembangkan berbasis genre juga perlu
diterapkan, terutama untuk pembelajaran teks-teks yang dianggap ideal
karena memiliki kualitas yang baik yang dapat meningkatkan harkat
dan martabat penggunanya. Model ini terdiri dari tiga langkah, yaitu
deconstruction of text, joint construction of text, dan independent
construction of text.
3. Untuk pembelajaran unsur kebahasaan seperti tata bahasa, kosa kata,
ucapan, tekanan kata, dan intonasi, yang merupakan kaidah baku,
dapat digunakan model pembelajaran behavioristik, yang terdiri dari
langkah Stimulus, Response, Reinforcement.
4. Untuk mengenalkan nilai-nilai budaya yang baru dan tidak mudah bagi
peserta didik untuk langsung memahami sendiri, dapat diterapkan
model pembelajaran yang biasa dikenal guru-guru Bahasa Inggris di
indonesia sebagai model three p, yang terdiri dari presentation, practice,
production, yang sangat memerlukan bantuan guru (meskipun
partisipasi aktif peserta didik perlu tetap didorong). Presentasidapat
dilakukan di kelas dengan papan tulis, dan juga dilakukan dengan
menggunakan teknologi ICT yang membuat pembelajaran lebih menarik,
menantang dan partisipatif. Partisipasi peserta didik diwujudkan dalam
langkah practice (latihan terbatas dan terstruktur) dan production
(kegiatan yang lebih nyata dan tidak terstruktur).
5. Model pembelajaran content-based learning juga dapat diterapkan
dengan mengintegrasikan tugas-tugas di mata pelajaran lain dengan
tugas-tugas di mata pelajaran Bahasa Inggris. Model ini memerlukan
team teaching yang kuat, dengan langkah-langkah kerja yang dirancang
bersama, oleh para guru yang terlibat. Peserta didik juga perlu berperan
serta dalam proses perencanaan dan pelaksanaannya.
6. Dengan menggunakan strategi berbasis tugas, didapatlah model
pembelajaran berbasis tugas. Model tersebut terdiri dari tiga langkah
yaitu input, proses, output, dimulai dengan proses perencanaan yang
sistemik dan sistematis dan kemudian diikuti pelaksanaannya secara
konsisten. Langkah yang terkait dengan input adalah menentukan
orang-orang yang akan terlibat, benda dan fasilitas yang diperlukan,
waktu yang tersedia untuk melaksanakan tugas. Terkait dengan proses
adalah langkah menentukan langkah-langkah yang sistematis untuk
mencapai tujuan, yang dirumuskan secara rinci dengan
mempergunakan semua yang disebutkan di input. Output adalah hasil
atau produk yang dihasilkan, dapat berupa pementasan, peragaan, hasil
kerajinan tangan, karya tulis, dsb.

3. Contoh Penerapan Model Pembelajaran


Penerapan model-model tersebut dalam merancang langkah-langkah
pembelajaran perlu memperhatikan tujuan kegiatan dan karakteristik materi
yang dipelajari. Karena pembelajaran berbasis teks mencakup pembelajaran
berbagai aspeknya, maka dalam satu rancangan pembelajaran dapat
diterapkan lebih dari satu model, dengan catatan harus terintegrasi secara
alami. Tuntutan ini berimplikasi pada ketersediaan media dan fasilitas belajar
lainnya yang tersedia, termasuk alokasi waktunya. Oleh karena itu,
pemanfaatan dan pemberdayaan lingkungan peserta didik sebagai sumber
belajar, apabila direncanakan dengan baik, akan mendukung penerapan
model-model tersebut.

Anda mungkin juga menyukai