pAPER K3
pAPER K3
Oleh
: Yuan
Jurusan : Arsitektur
PENDAHULUAN
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan keselamatan dan kesehatan
kerja maka para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan
nyaman.Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga
kerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Dengan menerapkan
teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan
mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu
keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan
keselamatan kerja yang tinggi. Jadi, unsur yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja
tidak terpaku pada faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi.
Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur sedemikian rupa,
tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang diharapkan. Begitu banyak faktor di lapangan yang
mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja seperti faktor manusia, lingkungan dan
psikologis. Masih banyak perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan dan kesehatan
kerja. Sehingga tak heran jika saat ini masih banyak terjadi kasus – kasus kecelakaan kerja
yang menemukan penyelesaian.
BAB II
TINJAUN TEORI
Arti penting dari kesehatan dan keselamatan kerja bagi perusahaan adalah tujuan dan efisiensi
perusahaan sendiri juga akan tercapai apabila semua pihak melakukan pekerjaannya masing-
masing dengan tenang dan tentram, tidak khawatir akan ancaman yang mungkin menimpa
mereka. Selain itu akan dapat meningkatkan produksi dan produktivitas. Menurut
Mangkunegara tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara
fisik, sosial, dan psikologis.
Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya dan seefektif
mungkin.
Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi
kerja.
Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
Ada empat faktor penyebab kecelakaan kerja menurut Lalu Husni:
Faktor manusia, diantaranya kurangnya keterampilan atau pengetahuan tentang industri
dan kesalahan penempatan tenaga kerja.
Faktor material atau peralatannya, misalnya bahan yang seharusnya dibuat dari besi
dibuat dengan bahan lain yang lebih murah sehingga menyebabkan kecelakaan kerja.
Faktor sumber bahaya, meliputi:
o Perbuatan bahaya, misalnya metode kerja yang salah, sikap kerja yang teledor
serta tidak memakai alat pelindung diri.
o Kondisi/keadaan bahaya, misalnya lingkungan kerja yang tidak aman serta
pekerjaan yang membahayakan.
Faktor lingkungan kerja yang tidak sehat, misalnya kurangnya cahaya, ventilasi,
pergantian udara yang tidak lancar dan suasana yang sumpek.
Dari beberapa faktor kecelakaan kerja di atas, fakto rmanusia adalah kecelakaan kerja di
Indonesia yang paling dominan. Karena banyak dari karyawan yang sering melakukan tindakan
yang tidak aman seperti membuat peralatan keselamatan dan keamanan tidak beroperasi
dengan cara memindahkan, mengubah settinganya, memakai peralatan yang tidak aman atau
menggunakannya secara tidak aman, tidak memperhatikan prosedur penggunaan, dan kurang
fokusnya karyawan. Kecelakaan kerja tentunya akan membawa suatu akibat yang berupa
kerugian. Kerugian yang bersifat ekonomis misalnya kerusakan mesin, biaya perawatan dan
pengobatan korban, tunjangan kecelakaan, hilangnya waktu kerja, serta menurunnya mutu
produksi. Sedangkan kerugian yang bersifat non ekonomis adalah penderitaan korban yang
dapat berupa kematian, luka atau cidera dan cacat fisik.
Suma’mur (1981: 5) secara lebih rinci menyebut akibat dari kecelakan kerja dengan 5K
yaitu:
Kerusakan
Kekacauan organisasi
Keluhan dan kesedihan
Kelainan dan cacat
Kematian
KarenaKesehatandanKeselamatanKerjasangatpentingdalamduniaketenagakerjaanmakapemeri
ntahmengaturmasalahketenagakerjaandalamUndang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang
Pokok-Pokok Ketenagakerjaan yang dinyatakan dalam Pasal 9 bahwa “setiap tenaga kerja
berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan, kesehatan dan pemeliharaan moril kerja
serta perlakuan yang sesuai dengan harkat, martabat, manusia, moral dan agama”. Undang-
Undang tersebut kemudian diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 ini ada beberapa hal yang diatur antara lain:
a. Ruang lingkup keselamatan kerja, adalah segala tempat kerja, baik di darat, di dalam
tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara yang berada dalam wilayah hukum
kekuasaan RI. (Pasal 2).
b. Syarat-syarat keselamatan kerja adalah untuk:
Mencegah dan mengurangi kecelakaan
Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
Mencegah dan mengurangi peledakan
Memberi pertolongan pada kecelakaan
Memberi alat-alat perlindungan diri pada pekerja
Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
Memelihara kesehatan dan ketertiban
dll (Pasal 3 dan 4).
c. Pengawasan Undang-Undang Keselamatan Kerja, “direktur melakukan pelaksanaan
umum terhadap undang-undang ini, sedangkan para pegawai pengawas dan ahli
keselamatan kerja ditugaskan menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya
undang-undang ini dan membantu pelaksanaannya. (Pasal 5).
d. Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembinaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja untuk mengembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi
yang efektif dari pengusaha atau pengurus tenaga kerja untuk melaksanakan tugas
bersama dalam rangka keselamatan dan kesehatan kerja untuk melancarkan produksi.
Selain diwujudkan dalam bentuk undang-undang, kesehatan dan keselamatan kerja juga
diatur dalam berbagai Peraturan Menteri. Diantaranya Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor
Per-01/MEN/1979 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja. Tujuan pelayanan kesehatan kerja
adalah:
a. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri dengan pekerjaanya.
b. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan
atau lingkungan kerja.
c. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental, dan kemapuan fisik tenaga kerja.
d. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja yang menderita
sakit.
Selanjutnya Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-02/MEN/1979 tentang Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja meliputi: pemeriksaan kesehatan
sebelum kerja, pemeriksaan kesehatan berkala, pemeriksaan kesehatan khusus. Aturan yang
lain diantaranya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenagaan dan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 03/MEN/1984 tentang Mekanisme Pengawasan
Ketenagakerjaan.
kewajiban dan hak dari tenaga kerja berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
Menurut pasal 12 UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, kewajiban
dan hak tenaga kerja adalah sebagai berikut :
Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja
Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan yang
diwajibkan
Meminta pada Pengurus agas dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan
yang diwajibkan
Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan dan kesehatan
kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam
hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih
dapat dipertanggung-jawabkan.
Sebuah gondola jatuh dari lantai 23 gedung Multivision Tower, Kuningan, Jakarta Selatan,
Rabu (8/2). Meski tak ada korban jiwa, namun dua pekerja tergantung di ketinggian puluhan
meter. Tragedi ini pun terekan dalam video amatir.
Korban bergelantungan selama kurang lebih sejam sebelum akhirnya diselamatkan.
Peristiwa tersebut terjadi saat dua pekerja tengah membersihkan kaca gedung berlantai 25
tersebut, dengan menaiki gondola.
Tiba-tiba, saling atau tali besi pengikat gondola terputus. Gondola tersebut jatuh hingga
hancur berantakan. Sementara dua pekerja berhasil selamat karena memakai tali pengaman.
Petugas berhasil menyelamatkan keduanya setelah memecahkan jendela di lantai 23.
Alhasil, kedua korban terluka akibat serpihan kaca.
Dalam kecelakaan ini, juru warta kesulitan mendapatkan informasi lantaran petugas
keamanan tidak mengizinkan peliputan. Seorang wartawan beradu mulut lantaran
kameranya dipukul pihak security.
Sumber : http://news.liputan6.com/read/376339/gondola-jatuh-dua-pekerja-tergantung
ANALISA K3 TERHADAP KASUS
2. Tidak ada pengecekan alat secara berkala (setiap beberapa bulan sekali).
“Bagian Pakaian Korban yang Tersangkut Puli Dinamo Yang Sedang Berputar”
Musibah bermula sebelumnya sekitar pukul 07.40 saat akan dilakukan penggantian jam
kerja, korban mengambil sampel lateks dibagian produksi. Namun sebelum mengambil sampel
korban memutar arah jalan dari tempat yang dituju sehingga melintas dari bagian mesin yang
bukan area lintasan. Saat melewati salah satu mesin, tiba-tiba ujung jilbab korban yang terjuntai
kebawah tersangkut puli dinamo sehingga tergulung akibat jilbab tergulung akhirnya leher
korban tercekik ditempat kejadian perkara dalam keadaan sepi karena seluruh karyawan
bersiap-siap untuk pulang kerja untuk penggantian jam kerja sekitar pukul 08.00. Akibatnya
tidak ada yang melihat korban sehingga tidak ada yang menolong dan mengakibatkan korban
meninggal dunia.
1. Penyebab Umum Jilbab korban yang terjuntai ke bawah tersangkut pada puli
dinamo yang sedang berputar.
2. Penyebab Terperinci Kelalaian korban dalam mengambil arah jalan yang bukan
areal lintasan dan dalam memilih penggunaan pakaian kerja.
3. Penyebab Pokok Kebijakan pabrik Perusahaan Kurang memberikan pelatihan dan
perhatian kepada pegawai mengenai keselamatan kerja agar tidak lalai dalam
mengambil suatu tindakan yang beresiko tinggi. Kurangnya komunikasi yang baik
antar pegawai, kurangnya kepekaan pegawai terhadap lingkungannya tempat
bekerja.
(http://arieherryan.blogspot.co.id/2014/05/contoh-kasus-kecelakaan-kerja-di-
dunia.html )
3. Kecelakan saat pemasangan tiang sambungan di jalan raya Adi werna, Tegal
Ada 4 orang pekerja yang sedang lembur dan sedang mengerjakan suatu proyek
pemasangan tiang sambungan telepon di jalan raya Adiwerna, Tegal . Kecelakaan kerja yang
terjadi akibat kelalaian dan kurang lengkapnya peralatan keselamatan kerja yang digunakan
oleh 4 orang pekerja. Korban kecelakaan diduga kurang hati hati dan lalai pada saat
pemasangan kabel listrik yang tidak terpasang lalu kabel listrik tersebut menyentuh tiang listrik
yg sedang dipijak oleh para pekerja . Akibatnya 2 orang yang sedang berpijak di tiang listrik
tersengat oleh arus listrik yg berasal dari salah satu kabel yang sedang diperbaiki kemudian
kabel itu menyentuh tiang listrik yg sedang dipijak oleh pekerja tersebut , akibanya 2 orang
tewas dan 2 orang lagi menderita luka bakar di telapak kakinya .
Dalam kasus kecelekaan kerja tersebut terdapat beberapa penyebab terjadinya kecelakaan
kerja tersebut yaitu :
a. Kelalaian dari pekerja sendiri yaitu mengabaikan kabel yang masih dialiri listrik dibiarkan
menggantung dan akhirnya kabel tersebut menempel ke tiang listrik yang sedang dipijak
pekerja tersebut
- Sepatu karet
- Helm safety
Dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan pasti akan selalu mengandung resiko bahaya
kecelakaan kerja masing- masing baik ringan maupun berat dan bisa juga berupa kematian ,
berikut dibawah ini adalah tata cara agar kita dapat menghindari kecelakaan kerja tersebut :
( http://tv.liputan6.com/read/2297528/2-pekerja-telkom-di-tegal-tewas-tersengat-listrik )