Anda di halaman 1dari 15

Contoh Kasus Kecelakaan

Kesehatan Keselamatan Kerja

Oleh

Nama : Jimmi Andreas Banjarnahor (183124731277050)

: Yuan

Jurusan : Arsitektur

Dosen : Ir. Kerlima Hutagaol, MT

JURUSAN SIPIL DAN PRENCANAAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MPU TANTULAR
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan keselamatan dan kesehatan
kerja maka para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan
nyaman.Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga
kerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Dengan menerapkan
teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan
mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu
keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan
keselamatan kerja yang tinggi. Jadi, unsur yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja
tidak terpaku pada faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi.

Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur sedemikian rupa,
tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang diharapkan. Begitu banyak faktor di lapangan yang
mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja seperti faktor manusia, lingkungan dan
psikologis. Masih banyak perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan dan kesehatan
kerja. Sehingga tak heran jika saat ini masih banyak terjadi kasus – kasus kecelakaan kerja
yang menemukan penyelesaian.
BAB II
TINJAUN TEORI

2.1 PENGERTIAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


Menurut Mangkunegara, keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja
pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju
masyarakat adil dan makmur.
Menurut Suma’mur (1981: 2), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk
menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di
perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Simanjuntak (1994), keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari
resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi
bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja.
Mathis dan Jackson, menyatakan bahwa keselamatan adalah merujuk pada perlindungan
terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cidera yang terkait dengan
pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi
secara umum.
Menurut Ridley, John (1983), mengartikan kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu
kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun
bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
Jackson, menjelaskan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja menunjukkan kepada kondisi-
kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja
yang disediakan oleh perusahaan.
Dari pengertian di atas dapat ditarik pengertian bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja
adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko
kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan,
masyarakat dan lingkungan.
Perlunya pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja
Menurut H. W. Heinrich, penyebab kecelakaan kerja yang sering ditemui adalah perilaku yang
tidak aman sebesar 88%, kondisi lingkungan yang tidak aman sebesar 10%, atau kedua hal
tersebut di atas terjadi secara bersamaan. Oleh karena itu, pelaksanaan diklat keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja dapat mencegah perilaku yang tidak aman dan memperbaiki kondisi
lingkungan yang tidak aman.
Pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja juga berguna agar tenaga kerja memiliki
pengetahuan dan kemampuan mencegah kecelakaan kerja, mengembangkan konsep dan
kebiasaan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja, memahami ancaman bahaya yang ada
di tempat kerja dan menggunakan langkah pencegahan kecelakaan kerja.

Arti penting dari kesehatan dan keselamatan kerja bagi perusahaan adalah tujuan dan efisiensi
perusahaan sendiri juga akan tercapai apabila semua pihak melakukan pekerjaannya masing-
masing dengan tenang dan tentram, tidak khawatir akan ancaman yang mungkin menimpa
mereka. Selain itu akan dapat meningkatkan produksi dan produktivitas. Menurut
Mangkunegara tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
 Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara
fisik, sosial, dan psikologis.
 Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya dan seefektif
mungkin.
 Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
 Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
 Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
 Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi
kerja.
 Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
Ada empat faktor penyebab kecelakaan kerja menurut Lalu Husni:
 Faktor manusia, diantaranya kurangnya keterampilan atau pengetahuan tentang industri
dan kesalahan penempatan tenaga kerja.
 Faktor material atau peralatannya, misalnya bahan yang seharusnya dibuat dari besi
dibuat dengan bahan lain yang lebih murah sehingga menyebabkan kecelakaan kerja.
 Faktor sumber bahaya, meliputi:
o Perbuatan bahaya, misalnya metode kerja yang salah, sikap kerja yang teledor
serta tidak memakai alat pelindung diri.
o Kondisi/keadaan bahaya, misalnya lingkungan kerja yang tidak aman serta
pekerjaan yang membahayakan.
 Faktor lingkungan kerja yang tidak sehat, misalnya kurangnya cahaya, ventilasi,
pergantian udara yang tidak lancar dan suasana yang sumpek.

Dari beberapa faktor kecelakaan kerja di atas, fakto rmanusia adalah kecelakaan kerja di
Indonesia yang paling dominan. Karena banyak dari karyawan yang sering melakukan tindakan
yang tidak aman seperti membuat peralatan keselamatan dan keamanan tidak beroperasi
dengan cara memindahkan, mengubah settinganya, memakai peralatan yang tidak aman atau
menggunakannya secara tidak aman, tidak memperhatikan prosedur penggunaan, dan kurang
fokusnya karyawan. Kecelakaan kerja tentunya akan membawa suatu akibat yang berupa
kerugian. Kerugian yang bersifat ekonomis misalnya kerusakan mesin, biaya perawatan dan
pengobatan korban, tunjangan kecelakaan, hilangnya waktu kerja, serta menurunnya mutu
produksi. Sedangkan kerugian yang bersifat non ekonomis adalah penderitaan korban yang
dapat berupa kematian, luka atau cidera dan cacat fisik.

Suma’mur (1981: 5) secara lebih rinci menyebut akibat dari kecelakan kerja dengan 5K
yaitu:
 Kerusakan
 Kekacauan organisasi
 Keluhan dan kesedihan
 Kelainan dan cacat
 Kematian

PROGRAM KESEHATAN KERJA


Karyawan yang sehat jasmani dan rohani merupakan asset yang berharga. Untuk itu diperlukan
berbagai macam fasilitas pendukung kesehatan karyawan. Dalam upaya menyediakan fasilitas
kesehatan di perusahaan, pimpinan perusahaan haruslah menentukan sistem kesehatan
perusahaannya terlebih dahulu. Sistem ini merupakan tatanan yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan dan tuntutan individu guna mencapai derajat kesehatan optimal.
Sistem kesehatan yang dirancang perusahaan diharapkan dapat memuaskan pegawainya.
Manajemen perlu memperhatikan adanya pergeseran paradigma dalam pengelolaan pelayanan
kesehatan. Pergeseran paradigma ini akibat perubahan lingkungan dan norma-norma.
Sistem kesehatan harus memenuhi persyaratan berikut:
 Adanya pengorganisasian pelayanan kesehatan yang jelas tentang jenis, bentuk, jumlah,
dan pendistribusiannya.
 Adanya pengorganisasina pembiayaan kesehatan yang juga harus jelas dan jumlah,
pendistribusian, pemanfaatan dan mekanisme pembiayaannya.
 Mutu pelayanan dan manfaat pembiayaan, apakah sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhan masyarakat, serta apakah pembiayaan ini tidak mubazir.

PROGRAM KESELAMATAN KERJA


Progam keselamatan kerja dititikberatkan pada penanganan kecelakaan kerja dan upaya untuk
menghindarinya. Program keselamatan kerja terbentuk dari unsur :
 Dukungan manajemen puncak
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan kuat antara dukungan manajemen puncak
& berkurangnya pekerja yang cidera. Bentuk dukungan : kehadiran dalam pertemuan-
pertemuan tentang urgensi keselamatan kerja, mengagendakan rapat dengan dewan
direksi tentang pentingnya K3
 Pengangkatan Kepala Keselamatan Kerja
 Perekayasaan suatu pabrik & operasi yang aman
Tersedianya alat-alat mekanis untuk penanganan bahan-bahan. Peralatan yang
berbahaya harus ditempatkan sejauh mungkin. Tempat kerja harus bersih, diterangi
dengan baik, diberi ventilasi. Prosedur kerja & peraturan kerja untuk cegah human
error.
 Pendidikan bagi karyawan untuk bertindak secara aman.
Pengarahan saat pengangkatan karyawan oleh pimpinan. Pelatihan kerja ( titik-titik
berbahaya dari operasi mesin). Arahan harian oleh supervisor. Bagan, poster, majalah
perusahaan, peragaan / simulasi.
 Pengadaan & Penyampaian Catatan
Jumlah peristiwa kecelakaan/cidera, penyakit maupun kematian yang disebabkan oleh
pekerjaan.
 Analisis penyebab kecelakaan kerja
 Sebab-sebab mekanis : perlengkapan, peralatan, mesin, bahan-bahan, dan lingkungan
kerja yang tidak berfungsi secara normal.Sebab-sebab manusiawi : kurang hati-hati,
melamun, obat-obat terlarang, supervisor yang mengekang, keletihan, kejenuhan.

2.2 REGULASI TENTANG KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

KarenaKesehatandanKeselamatanKerjasangatpentingdalamduniaketenagakerjaanmakapemeri
ntahmengaturmasalahketenagakerjaandalamUndang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang
Pokok-Pokok Ketenagakerjaan yang dinyatakan dalam Pasal 9 bahwa “setiap tenaga kerja
berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan, kesehatan dan pemeliharaan moril kerja
serta perlakuan yang sesuai dengan harkat, martabat, manusia, moral dan agama”. Undang-
Undang tersebut kemudian diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 ini ada beberapa hal yang diatur antara lain:
a. Ruang lingkup keselamatan kerja, adalah segala tempat kerja, baik di darat, di dalam
tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara yang berada dalam wilayah hukum
kekuasaan RI. (Pasal 2).
b. Syarat-syarat keselamatan kerja adalah untuk:
 Mencegah dan mengurangi kecelakaan
 Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
 Mencegah dan mengurangi peledakan
 Memberi pertolongan pada kecelakaan
 Memberi alat-alat perlindungan diri pada pekerja
 Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
 Memelihara kesehatan dan ketertiban
 dll (Pasal 3 dan 4).
c. Pengawasan Undang-Undang Keselamatan Kerja, “direktur melakukan pelaksanaan
umum terhadap undang-undang ini, sedangkan para pegawai pengawas dan ahli
keselamatan kerja ditugaskan menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya
undang-undang ini dan membantu pelaksanaannya. (Pasal 5).
d. Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembinaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja untuk mengembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi
yang efektif dari pengusaha atau pengurus tenaga kerja untuk melaksanakan tugas
bersama dalam rangka keselamatan dan kesehatan kerja untuk melancarkan produksi.

Selain diwujudkan dalam bentuk undang-undang, kesehatan dan keselamatan kerja juga
diatur dalam berbagai Peraturan Menteri. Diantaranya Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor
Per-01/MEN/1979 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja. Tujuan pelayanan kesehatan kerja
adalah:
a. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri dengan pekerjaanya.
b. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan
atau lingkungan kerja.
c. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental, dan kemapuan fisik tenaga kerja.
d. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja yang menderita
sakit.
Selanjutnya Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-02/MEN/1979 tentang Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja meliputi: pemeriksaan kesehatan
sebelum kerja, pemeriksaan kesehatan berkala, pemeriksaan kesehatan khusus. Aturan yang
lain diantaranya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenagaan dan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 03/MEN/1984 tentang Mekanisme Pengawasan
Ketenagakerjaan.

kewajiban dan hak dari tenaga kerja berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
Menurut pasal 12 UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, kewajiban
dan hak tenaga kerja adalah sebagai berikut :
 Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja
 Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
 Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan yang
diwajibkan
 Meminta pada Pengurus agas dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan
yang diwajibkan
 Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan dan kesehatan
kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam
hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih
dapat dipertanggung-jawabkan.

Tugas Supervisor /pengawas dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja?

 Yang perlu diketahui pertama adalahSupervisor / Pengawas merupakan orang yang


mempunyai tugas memimpin langsung sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang
berdiri sendiri. Berdasar pada Undang - Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Pengurus bertanggung jawab untuk :
 Memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja
yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat - sifat pekerjaan
yang diberikan padanya.
 Memeriksa semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya, secara berkala pada
Dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha dan dibenarkan oleh Direktur
 Menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang :
o Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta apa yang dapat timbul dalam tempat
kerjanya
o Semua pengamanan dan alat - alat perlindungan yang diharuskan dalam semua
tempat kerjanya
o Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan
o Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya
 Bertanggung jawab dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta
peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan
pertama dalam kecelakaan.
 Melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang dipimpinnya, pada
pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
 Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat
keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-undang ini dan semua peraturan
pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat
yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
kesehatan kerja.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Di antara negara-negara Asia, Indonesia termasuk negara yang telah memberlakukan
undang-undang yang paling komprehensif (lengkap) tentang sistem manajemen K3 khususnya
bagi perusahaan-perusahaan yang berisiko tinggi. Peraturan tersebut (Pasal 87 UU no 13 Tahun
2003) menyebutkan bahwa “setiap perusahaan yang mempekerjakan 100 karyawan atau lebih
atau yang sifat proses atau bahan produksinya mengandung bahaya karena dapat menyebabkan
kecelakaan kerja berupa ledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja diwajibkan
menerapkan dan melaksanakan sistem manajemen K3.
Audit K3 secara sistematis, yang dianjurkan Pemerintah, diperlukan untuk mengukur
praktik sistem manajemen K3. Perusahaan yang mendapat sertifikat sistem manajemen K3
adalah perusahaan yang telah mematuhi sekurang-kurangnya 60 persen dari 12 elemen utama,
atau 166 kriteria.

Panitia Pembina K3 (P2K3)


Menurut Topobroto (Markkanen, 2004 : 15), Pembentukan Panitia Pembina K3
dimaksudkan untuk memperbaiki upaya penegakan ketentuan-ketentuan K3 dan
pelaksanaannya di perusahaan-perusahaan. Semua perusahaan yang mempekerjakan lebih dari
50 karyawan diwajibkan mempunyai komite K3 dan mendaftarkannya pada kantor dinas
tenaga kerja setempat. Namun, pada kenyataannya masih ada banyak perusahaan dengan lebih
dari 50 karyawan yang belum membentuk komite K3, dan kalau pun sudah, komite tersebut
sering kali tidak berfungsi sebagaimana seharusnya.

Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)


Berdasarkan Undang-Undang No 3/ 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja,
Pemerintah mendirikan perseroan terbatas PT JAMSOSTEK. Undang-undang tersebut
mengatur jaminan yang berkaitan dengan :
 kecelakaan kerja [JKK],
 hari tua [JHT],
 kematian [JK], dan
 perawatan kesehatan [JPK].
Keikutsertaan wajib dalam Jamsostek berlaku bagi pengusaha yang mempekerjakan 10
karyawan atau lebih, atau membayar upah bulanan sebesar1 juta rupiah atau lebih. Pekerja
yang mengalami kecelakaan kerja berhak atas manfaat/ jaminan yang meliputi (i) biaya
transportasi, (ii) biaya pemeriksaan dan perawatan medis, dan/ atau perawatan di rumah sakit,
(iii) biaya rehabilitasi, dan (iv) pembayaran tunai untuk santunan cacat atau santunan kematian.
Pertanyaan yang muncul adalah apa ketekaitan antara K3 dan JAMSOSTEK. K3
sendiri merupakan komponen yang menjadi bagian dari JAMSOSTEK yang mana perusahaan
menyediakan alat keselamatan bagi para karyawanya berupa helm, sepatu dan lain sebagainya.
Sedangkan JAMSOSTEK merupakan program yang ditujukan untuk mendukung pelaksanaan
sistem K3 pada setiap perusahaan dimana program tersebut tidak bisa disediakan oleh
perusahaan.
BAB III
PEMBAHASAN
CONTOH KASUS KECELAKAAN KERJA

1.Kecelakaan Gondola Jatuh

Sebuah gondola jatuh dari lantai 23 gedung Multivision Tower, Kuningan, Jakarta Selatan,
Rabu (8/2). Meski tak ada korban jiwa, namun dua pekerja tergantung di ketinggian puluhan
meter. Tragedi ini pun terekan dalam video amatir.
Korban bergelantungan selama kurang lebih sejam sebelum akhirnya diselamatkan.
Peristiwa tersebut terjadi saat dua pekerja tengah membersihkan kaca gedung berlantai 25
tersebut, dengan menaiki gondola.
Tiba-tiba, saling atau tali besi pengikat gondola terputus. Gondola tersebut jatuh hingga
hancur berantakan. Sementara dua pekerja berhasil selamat karena memakai tali pengaman.
Petugas berhasil menyelamatkan keduanya setelah memecahkan jendela di lantai 23.
Alhasil, kedua korban terluka akibat serpihan kaca.
Dalam kecelakaan ini, juru warta kesulitan mendapatkan informasi lantaran petugas
keamanan tidak mengizinkan peliputan. Seorang wartawan beradu mulut lantaran
kameranya dipukul pihak security.

Sumber : http://news.liputan6.com/read/376339/gondola-jatuh-dua-pekerja-tergantung
ANALISA K3 TERHADAP KASUS

A. Penyebab Kecelakaan Kerja


Kondisi/keadaan yang berbahaya (Unsafe Conditions) ialah suatu kondisi lingkungan
kerja yang dapat memungkinkan terjadinya kecelakaan.
Hal ini disebabkan karena:
1) Pengamanan dari sisi gondola yang kurang diperhatikan tingkat keamanannya
2) Kurangnya pengecekan alat kerja (gondola) secara berkala/periode
3) Kurang hati-hati dari sisi pekerja dalam mengerjakan pekerjaan
B. Penyebab Dasar Kecelakaan Kerja : Faktor Teknik (Alat).
Faktor penyebab utama atau yang paling mendasar sendiri adalah Faktor teknis alat
tersebut (Gondola) Dikarenakan:
1. Bisa dikarenakan faktor alatnya (gondola) sudah tua sehingga kurang maksimal
teknis kerjanya

2. Tidak ada pengecekan alat secara berkala (setiap beberapa bulan sekali).

C. Klasifikasi Kecelakaan Kerja (Menurut Jenis Kecelakaan)


Kecelakaan gondola jatuh
D. Klasifikasi Kecelakaan Kerja (Menurut Media Penyebabnya)
Tali besi pengikat gondola terputus
E. Klasifikasi Kecelakaan Kerja (Menurut Sifat Cidera)
Korban tergantung pada tali pengikat digondola (cedera serius)
F. Klasifikasi Kecelakaan Kerja (Menurut Bagian Tubuh yang Cidera)
Sebagian tubuh cidera karena serpihan kaca
G. Pencegahan Kecelakaan Kerja
1) Dilakukan pengecekan gondola atau alat kerja secara berkala
2) Tingkat pengamanan pekerja lebih ditingkatkan keamanannya

H. Analisa dan Tanggapan


Sebaiknya setiap bulan atau beberapa periode tertentu dilakukan skala pengecekan
terhadap alat-alat teknisi yang nantinya akan digunakan sehingga dapat mencegah
ketidakstabilan pada alat yang akan digunakan.
2.Keelakaan Kerja Pada Karyawan di Mesin Dinamo Pabrik

“Bagian Pakaian Korban yang Tersangkut Puli Dinamo Yang Sedang Berputar”

Musibah bermula sebelumnya sekitar pukul 07.40 saat akan dilakukan penggantian jam
kerja, korban mengambil sampel lateks dibagian produksi. Namun sebelum mengambil sampel
korban memutar arah jalan dari tempat yang dituju sehingga melintas dari bagian mesin yang
bukan area lintasan. Saat melewati salah satu mesin, tiba-tiba ujung jilbab korban yang terjuntai
kebawah tersangkut puli dinamo sehingga tergulung akibat jilbab tergulung akhirnya leher
korban tercekik ditempat kejadian perkara dalam keadaan sepi karena seluruh karyawan
bersiap-siap untuk pulang kerja untuk penggantian jam kerja sekitar pukul 08.00. Akibatnya
tidak ada yang melihat korban sehingga tidak ada yang menolong dan mengakibatkan korban
meninggal dunia.

Analisa : TAHAPAN PENYEBAB

1. Penyebab Umum Jilbab korban yang terjuntai ke bawah tersangkut pada puli
dinamo yang sedang berputar.
2. Penyebab Terperinci Kelalaian korban dalam mengambil arah jalan yang bukan
areal lintasan dan dalam memilih penggunaan pakaian kerja.
3. Penyebab Pokok Kebijakan pabrik Perusahaan Kurang memberikan pelatihan dan
perhatian kepada pegawai mengenai keselamatan kerja agar tidak lalai dalam
mengambil suatu tindakan yang beresiko tinggi. Kurangnya komunikasi yang baik
antar pegawai, kurangnya kepekaan pegawai terhadap lingkungannya tempat
bekerja.
(http://arieherryan.blogspot.co.id/2014/05/contoh-kasus-kecelakaan-kerja-di-
dunia.html )

3. Kecelakan saat pemasangan tiang sambungan di jalan raya Adi werna, Tegal

Ada 4 orang pekerja yang sedang lembur dan sedang mengerjakan suatu proyek
pemasangan tiang sambungan telepon di jalan raya Adiwerna, Tegal . Kecelakaan kerja yang
terjadi akibat kelalaian dan kurang lengkapnya peralatan keselamatan kerja yang digunakan
oleh 4 orang pekerja. Korban kecelakaan diduga kurang hati hati dan lalai pada saat
pemasangan kabel listrik yang tidak terpasang lalu kabel listrik tersebut menyentuh tiang listrik
yg sedang dipijak oleh para pekerja . Akibatnya 2 orang yang sedang berpijak di tiang listrik
tersengat oleh arus listrik yg berasal dari salah satu kabel yang sedang diperbaiki kemudian
kabel itu menyentuh tiang listrik yg sedang dipijak oleh pekerja tersebut , akibanya 2 orang
tewas dan 2 orang lagi menderita luka bakar di telapak kakinya .

PENYEBAB KECELAKAAN KERJA

Dalam kasus kecelekaan kerja tersebut terdapat beberapa penyebab terjadinya kecelakaan
kerja tersebut yaitu :

a. Kelalaian dari pekerja sendiri yaitu mengabaikan kabel yang masih dialiri listrik dibiarkan
menggantung dan akhirnya kabel tersebut menempel ke tiang listrik yang sedang dipijak
pekerja tersebut

b. Kurangnya perlengkapan keselamatan kerja yg digunakan seperti :

- Sepatu karet

- Helm safety

- Dan perelngkapan yg digunakan dalam penenganan kelistrikan

c. Kurangnya penerapan prosedure keselamatan kerja

3. SOLUSI PENCEGAHAN TERJADINYA KECELAKAAN KERJA

Dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan pasti akan selalu mengandung resiko bahaya
kecelakaan kerja masing- masing baik ringan maupun berat dan bisa juga berupa kematian ,
berikut dibawah ini adalah tata cara agar kita dapat menghindari kecelakaan kerja tersebut :

a. Ikuti prosedure keselamatan kerja yang ada

b. Pakai perlengkapan kerja yang masih layak dipakai

c. Selalu perhatikan kondisi lingkungan sekitar area anda bekerja

d. Berdoa sebelum mengerjakan suatu pekerjaan agar diberikan keselamatan

( http://tv.liputan6.com/read/2297528/2-pekerja-telkom-di-tegal-tewas-tersengat-listrik )

Anda mungkin juga menyukai