Anda di halaman 1dari 29

(TETRALOGI OF FALLOT)

Oleh : kelompok 3

Putri Sudarmin

Jumriani

juliarti

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


KURNIA JAYA PERSADA
S1 KEPERAWATAN
PALOPO
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadiran allah SWT, shalawat dan salam tak

lupa pula saya curahkan kepada junjungan kita nabi besar muhammad SAW,

kepada keluarga, para sahabatnya tabiin dan tabiat hingga sampai kepada kita

sebagai ummatnya.

Alhamdulillah pada kesempatan ini kami telah menyelesaikan tugas makalah

yang berjudul “TETRALOGI OF FALLOT” sebagai salah satu tugas kelompok mata

kuliah KMB 2. pada kesempatan ini kami sampaikan ucapan terimah kasih kepada

dosen mata kuliah yang bersangkutan, yang telah memberikan arahan tugas ini

terselesaikan dengan baik, tidak lupa kepada teman – teman mahasiswa yang telah

memberikan doorongan semangat dan motifasi kepada kami.

Kami menyadari bahwa dalam tugas ini masih banyak kekurangan dan jauh

dari kata kesempurnaan. Semoga dengan adanya makalah ini bisa dijadikan

sebagai bahan kajian dan informasi kepada pihak – pihak yang akan

mengembangkan lebih jauh untuk kesempurnaan makalah ini.


DAFTAR ISI

Kata pengantar ..........................................................................................................

Daftar isi ....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

Latar belakang ..........................................................................................................

Rumusan masalah ...................................................................................................

Tujuan .......................................................................................................................

BAB II TINJUAN PUSTAKA

A. KONSEP MEDIS
a. Defenisi retinoblastoma .......................................................................
b. Etiologi .................................................................................................
c. Patofisiologi .........................................................................................
d. Manifestasi klinis ..................................................................................
e. Pemeriksaan penunjang ......................................................................
f. Penatalaksanaan ................................................................................
g. Komplikasi ............................................................................................
B. KONSEP KEPERAWATAN
a. Pengkajian ...........................................................................................
b. Diagnosa keperawatan ........................................................................
c. Intervensi .............................................................................................

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tetralogi of vallot (penyakit jantung bawaan) terhadap angka kematian

bayi dan anak cukup tinggi baik di negara maju maupun negara berkembang

termasuk indonesia. Penyakit jantung di indonesia dengan jumlah penduduk 235

juta maka diperkirakan akan lahir 50.000 bayi dengan penyakit jantung bawaan

sehingga prevalensinya cukup tinggi. Kurangnya pengetahuan dan perhtian orang

tua terhadap penyakit jantung bawaan menjadi salah satu persoalan dalam

penanganan anak denagn penyakit jantung bawaan sehingga agar dapat

bertahan hidup memerlukan penanganan medis yang canggih segerah setelah

lahir. Tujuan : untuk menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan

penyakit jantung bawaan meliputi pengkajian, intervensi, implementasi dan

evaluasi keperawatan. Metode : metode yang digunakan adalah dengan

pendekatan studi kasus yaitu metode ilmiah yang bersifat mengumpulkan data,

menganalisa data dan menarik kesimpulan.

B. Rumusan masalah

1. Menjelaskan pengertian penyakit tetralogi of vallot?

2. Apakah etiologi dari penyakit tetralogi of vallot?

3. Menjelaskan patofisiologi penyakit tetralogi of vallot?

4. Apakah manifestasi klinis dari penyakit tetralogi of vallot?

5. Menjelaskan pemeriksaan penunjang penyakit tetralogi of vallot?

6. Apakah penatalaksanaan pemeriksaan penyakit tetralogi of vallot?

7. Apakah komplikasi yang terjadi pada penyakit tetralogi of vallot?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian penyakit tetralogi of vallot

2. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit tetralogi of vallot

3. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit tetralogi of vallot

4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari penyakit tetralogi of vallot

5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang penyakit tetralogi of vallot

6. Untuk mengetahui penatalaksanaan pemeriksaan penyakit tetralogi of vallot

7. Untuk mengetahui komplikasi yang terjadi pada penyakit tetralogi of vallot


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP MEDIS

a. Defenisi

Penyakit jantung bawaan terdiri dari berbagai jenis dan salah satunya

adalah tetralogi of fallot, yang mana tetralogi of fallot adalah suatu penyakit

dengan kelainan bawaan yang merupakan kelainan jantung bawaan sianotik.

penyakit jantung bawaan ialah kelainan” susunan” jantung “ mungkin “ sudah

terdapat sejak lahir. Perkataan “susunan” berarti menyingkirkan aritmia jantung,

sedangkan “mungkin” sudah terdapat sejak lahir berarti tidak selalu dapat

ditemukan selama beberapa minggu/bulan setelah lahir. Penyakit jantung

bawaan atau congenital heart disease adalah suatu kelainan formasi dari

jantung atau pembuluh besar dekat jantung. "congenital" hanya berbicara

tentang waktu tapi bukan penyebabnya. Itu artinya "lahir dengan" atau "hadir

pada kelahiran". (Bailliard F, 2009)

Congenital heart disease (CHD) atau penyakit jantung bawaan adalah

kelainan jantung yang sudah ada sejak bayi lahir, jadi kelainan tersebut terjadi

sebelum bayi lahir. Tetapi kelaianan jantung bawaan ini tidak selalu memberi

gejala segera setelah bayi lahir tidak jarang kelainan tersebut baru ditemukan

setelah pasien berumur beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun. (Bailliard

F, 2009)

b. Etiologi

Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak

di ketahui secara pasti. Diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen.

(Muttakin, arif. 2009) Faktor – faktor tersebut antara lain yaitu:


1. Faktor endogen

- Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom

- Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan

- Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes

melitus, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan

2. Faktor eksogen

- Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB atau

suntuik, minum obat – obatan tanpa resep dokter

- Ibu menderita penyakit infeksi : rubella

- Pajanan terhadap sinar –x

Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen

tersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan

lebih dari 90 % kasus penyebab adalah multifaktor. Adapun sebabnya, pajanan

terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan,

oleh karena pada minggu ke delapan pembentukan jantung janin sudah

selesai. TOF lebih sering di temukan pada anak – anak yang menderita

sindrom down. TOF dimasukkan ke dalam kelainan jantung sianotik karena

terjadi pemompaan darah yang sedikit mengandung oksigen ke seluruh tubuh,

sehingga terjadi sianosis (kulit berwarna ungu kebiruaan) dan sesak nafas.

Mungkin gejalah sianotik baru timbul di kemudian hari, dimana bayi mengalami

serangan sianotik karena menyusu atau menangis.

c. Patofisiologi

Proses pembentukan jaringan pada janin mulai terjadi pada hari ke -18

usia kehamilan. Pada minggu ke -3 jantung hanya berbentuk tabung yabg di

sebut fase tubing. Mulai akhirminggu ke -3 sampai minggu ke -4 usi kehamilan,


terjadi fase looping dan septasi, yaitu fase dimana terjadi proses pembentukan

dan penyekatan ruang – ruang jantung serta pemisahan antara aorta dan arteri

pulmonalis. Pada minggu ke -5 sampai ke -8 pembagian dan penyekatan

hampir sempurna. Akan tetapi, proses pembentukan dan perkembangan

jantung dapat terganggu jika selama masa kehamilan terjadi faktor – faktor

resiko. Kesalahan dalam pembagian trunkus dapat berakibat letak aorta yang

abnormal(overriding), timbulnya penyempitan pada arteri pulmonalis, serta

terdapatnya defek septum ventrikel. Dengan demikian, bayi akan lahir dengan

kelainan jantung dengan empat kelainan, yaitu defek septum ventrikel yang

besar, stenosis pulmonal infundibular atau valvular, dekstro pangkat aorta dan

hipertrofi ventrikel kanan. Derajat hipertrofi ventrikel kanan yang timbul

bergantung pada derajat stenosis pulmonal. Pada 50% kasus stenosis

pulmonal hanya infundibuler. (baradero, mary.2008)

Karena pada TOF terdapat empat macam kelainan jantung yang

bersamaan, maka:

1. Darah dari aorta sebagian berasal dari ventrikel kanan melalui

lubang pada septum interventrikuler dan sebagian lagi berasal dari

ventrikel kiri, sehingga terjadi percampuran darah yang sudah

teroksigenasi dan belum teroksigenasi.

2. Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir

dari ventrikel kanan ke paru-paru jauh lebih sedikit dari normal.

3. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang

septum ventrikel dan kemudian ke aorta atau langsung ke aorta,

akan tetapi apabila tekanan dari ventrikel kanan lebih tinggi dari
ventrikel kiri maka darah akan mengalir dari ventrikel kanan ke

ventrikel kiri (right to left shunt).

4. Karena jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar

darah ke dalam aorta yg bertekanan tinggi serta harus melawan

tekanan tinggi akibat stenosis pulmonal maka lama kelamaan otot-

ototnya akan mengalami pembesaran (hipertrofi ventrikel kanan).

Pengembalian darah dari vena sistemik ke atrium kanan dan ventrikel

kanan berlangsung normal. Ketika ventrikel kanan menguncup, dan

menghadapi stenosis pulmonalis, maka darah akan dipintaskan melewati defek

septum ventrikel tersebut ke dalam aorta. Akibatnya darah yang dialirkan ke

seluruh tubuh tidak teroksigenasi, hal inilah yang menyebabkan terjadinya

sianosis.

Tetralogi fallot di klasifikasikan sebagai kelainan jantung sianotik oleh

karena pada tetralogi falot oksigenasi darah yang tidak adekuat di pompa ke

tubuh. Pada saat lahir, bayi tidak menunjukkan tanda sianosis, tetapi kemudian

dapat berkembang menjadi episode menakutkan, tiba-tiba kulit membiru

setelah menangis atau setelah pemberian makan. Defek septum ventrikel ini

menuju ventrikel kiri. Pada Tetralogi fallot jumlah darah yang menuju paru

kurang oleh karena obstruksi akibat stenosis pulmonal dan ukuran arteri

pulmonalis lebih kecil. Hal ini menyebabkan pengurangan aliran darah yang

melewati katup pulmonal. Darah yang kekurangan O2 sebagian mengalir ke

ventrikel kiri, diteruskan ke aorta kemudian ke seluruh tubuh.

Shunting darah miskin O2 dari Ventrikel Kanan ke tubuh menyebabkan

penurunan saturasi O2 arterial sehingga bayi tampak sianosis atau biru.

Sianosis terjadi oleh karena darah miskin O2 tampak lebih gelap dan berwarna
biru sehingga menyebabkan bibir dan kulit tampak biru. Apabila penurunan

mendadak jumlah darah yang menuju paru pada beberapa bayi dan anak

mengalami cyanotic spells atau disebut juga paroxysmal hypolemic spell,

paroxymal dyspnoe, bayi atau anak menjadi sangat biru, bernapas dengan

cepat dan kemungkinan bisa meninggal.

Selanjutnya, akibat beban pemompaan Ventrikel kanan bertambah

untuk melawan stenosis pulmonal, menyebabkan ventrikel kanan membesar

dan menebal (hipertrofi ventrikel kanan). Pada keadaan tertentu (dehidrasi,

spasme infundibulum berat, menangis lama, peningkatan suhu tubuh atau

mengedan), pasien dengan TOF mengalami hipoksia spell yang ditandai

dengan : sianosis (pasien menjadi biru), mengalami kesulitan bernapas, pasien

menjadi sangat lelah dan pucat, kadang pasien menjadi kejang bahkan

pingsan. Keadaan ini merupakan keadaan emergensi yang harus ditangani

segera, misalnya dengan salah satu cara memulihkan serangan spell yaitu

memberikan posisi lutut ke dada (knee chest position)Defek septum ventrikular

rata-rata besar. Pada pasien dengan tetralogy of fallot, diameter aortanya lebih

besdar dan norma, sedang ateri pulomernya lebih kecil dan normal. Gagal

jantung kongestif jarang terjadi karena tekanan di dalam ventrikel kiri dan

kanan sama besar akibat defek septum tersebut. Masalah utama dari

gangguan ini adalah hipoksia. Derajad sianosis berhubungan dengan beratnya

obtruksi anatomik terhadap aliran darah dari ventrikel kanan ke dalam arteri

pulmoner selain dengan status fisiologik anak tersebut.


- Kehamilan (+) rubella Terpapar faktor endogen Anak dengan syndrom down
- Gizi buruk saat kehamilan dan eksogen selama
- Ibu alkoholik kehamilan trimester I-II

Kelainan jantung konginetal


TOF ( tetralogi of fallot

Stenosis pulmonal Defek septum ventrikel

Penurunan Tek. Sistolik puncak


ventrikel kanan & kiri

Obstruksi paru

Penurunan Aliran darah paru

O2 dlm darah menurun

Pengurangan Aliran yang melewati


Sianosis (blue
katup pulmonal darah
spells)

hipoksemia

sesak Serangan
- Ggn pola
nafas hipersianotik
Kelemahan tubuh
Resiko keterlambatan perkembangan
Bayi/anak cepat lelah
jika menetek,
berjalan, beraktifitas

- keletihan
d. Manifestasi klinis

Adapun manifestasi klinis dari penyakit tetralogi of fallot yaitu:

1. Sianosis (sianosis terutama pada bibir dan kuku)

Sianosis muncul setelah berusia beberapa bulan, jarang tampak

pada saat lahir, bertambah berat secara progresi. Serangan sianotik

atau “ blue speels( Tet apeels)” yang di tandai oleh dyspnea;

pernafasan yang dalam dan menarik dan nafas panjang, bradikardia

keluhan ingin pingsan, serangan kejang, dan kehilangan kesadaran,

yang semua ini dapat terjadi setelah pasien melakukan latihan,

menangis, mengejan, mengalami infeksi, atau damam (keadaan ini

dapat terjadi karena penurunan oksigen pada otak akibat

peningkatan pemintasan atau shunting aliran darah dari kanan ke

kiri yang mungkin disebabkan oleh spasme jalur keluar ventrikel

kanan, peningkatan aliran balik sestemik atau penurunan resistensi

arterial sistemik).(Nur Ain, didik hariyanto 2015)

2. Serangan hipersianotik

- Peningkatan frekuensi dan kedalaman pernafasan

- Sianosis akut

- Iritabilitas sistem saraf pusat yang dapat berkembang sampai

lemah dan pingsan dan akhirnya menimbilkan kejang, strok dan

kematian

3. Gagal tumbuh

Pada anak dengan kelainan jantung yang kecil atau ringan tidak

akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Tetapi


pada PJB yang tipe biru, resiko untuk terjadi gagal tumbuh jauh lebih

tinggi. Ada tiga sebab yaitu:

- Asupan kalori yang tidak adekuat

- Gangguan pencernaan makanan (melabsorpsi)

- Pengaruh hormon pertumbuhan

Serangan sianosis dan hipoksia atau yang di sebut “blue spell” terjadi

ketika kebutuhan oksigen otak melebihi suplainya. Episode biasanya terjadi bila

anak melakukan aktifitas (misalnya menangis, setelah makan atau mengedan).

(Ruhyanudin, F, 2007)

e. Pemeriksaan penunjang

Adapun pemeriksaan penunjang dari penyakit tetralogi of fallot yaitu:

(Ramaswamy, p. pfliege, kurt. 2008)

1. Pemeriksaan laboraturium

Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat

saturasi oksigen yang rendah.

2. Sinar X

Pada torakx menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada

pembesaran jantung, gambaran khas jantung tampak apeks jantung

terangkat sehingga seperti sepatu.

3. EKG

Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdivisiasi ke kanan. Tampak

pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar di jumpai P pulmonal.

Memperlihatkn dilatsi aorta overriding aorta dengan dilatasi ventrikel

kanan, penurunan ukuran arteri.


f. Penatalaksanaan

pada penderita yang mengalami serangan stenosis maka terapi

ditujukan untuk memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan

cara:

1. Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah karena

peningkatan afterload aorta akibat penekukan arteri femoralis. Selain

itu untuk mengurangi aliran darah balik ke jantung (venous).

2. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian di sini tidak begitu

tepat karena permasalahan bukan kerena kekurangan oksigen,

tetapi karena aliran darah ke paru menurun. Dengan usaha di atas

diharapkan anak tidak lagi takipneu, sianosis berkurang dan anak

menjadi tenang. (Djer M, madiyono B 2010)

g. Komplikasi

Komplikasi dari ganggun ini antara lain:

1. Penyakit vaskuler pulmonel

2. Deformitas arteri pulmoner kanan

3. Pendarahan hebat terutama pada anak dengan polistemia

4. Emboli atau thrombosis serebri, resiko lebih tinggi pada polisistemia,

anemia atau sepsis

5. Gagal jantung kongestif jika piraunya terlalu besar


B. KONSEP KEPERAWATAN

a. Pengkajian

1. Identitas

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,suku bangsa,

bahasa,pekerjaan, pendidikan, status, alamat.

2. Pada kepala

- Inspeksi

Lihat kebersihan kulit kepala,apakah ada ketombe,kutu kepala,warna

rambut,persebaran rambut kepala,dan bentuk kepala.Bentuk kepala

dipengaruhi oleh ras,penyakit,dan lingkugan.

- Palpasi

Rasakan adanya massa pada kepala, adanya perubahan kontur

tengkorak, atau diskontinuitas tengkorak tanyakan apakah klien merasa

nyeri, minta klien untuk menunjukkan dan jangan lanjutkan palpasi.

3. Pemeriksaan fisik pada mata

 Inspeksi

- Perhatikan kesismetrisan kedua mata dan alis serta

persebarannya

- Perhatikan kondisi di sekitar mata, lihat warna kelopak mata

apakah tampak kantung mata.

- Lihat konjungtiva klien.

- Periksa sklera mata klien.

- Perhatikan kesimetrisan kedua pupil mata. Normalnya pupil mata

berdiameter3-7 mm, bertepi rata, dan simetris. Kondisi pupil yang

tidak simetris disebut anisokor, pupil mata yang berdilatasi


maksimal disebut midriasis maksimal, serta pupil mata yang kecil

dan berdiameter 1 mm disebut pin point.

- Kaji reflek cahaya mata klien. Normalnya pupil mata akan

mengecil (miosis) jika terkena sinar. Pemeriksaan ini dilakukan

dengan kodisi ruangan yang agak redup.

- Dilanjutkan dengan pemeriksaan gerakan bola mata.

- Lihat kornea mata klien. Normalnya kornia tidak berwarna

(bening) dan bertepi rata.

 Palpasi

Kaji kekenyalan bola mata. Caranya, minta klien menutup kedua

mata, tekan perlahan dengan kedua tangan pemeriksa. Normalnya bola

mata teraba kenyal dan melenting. Bola mata yang teraba keras seperti

batu dan tidak ada melenting menandakan adanya peningkatan tekanan

intraokuler. Peningkatan tekanan intraokuler biasaya terjadi pada klien

yang menderita glaukoma. Penderita glaukoma biasanya berusia 40

tahun.

4. Pemeriksaan hidung

 Inspeksi

- Perhatikan kesimetrisan lubang hidung kiri dan kanan

- Letak hidung terletak di tengah wajah

- Adanya pernafasan cuping hidung dan munculnya sianosis pada

ujung hidung

- Adanya produksi sekret (jika ada), perhatikan warna,

produksi,dan bau sekret

- Adanya massa pada daerah luar atau didalam hidung


- Perhatikan kepatenan tiap lubang hidung

- Periksa apakah tampak perforasi, massa, sekret, sumbatang,

deviasi, pendarahan atau adanya polip dibagian dalam hidung

 Palpasi

Lakukan palpasi pada sinus-sinus hidung dengan menggunakan

ujung ketiga jari tengah. Normalnyaklien tidak mengeluh nyeri atau teraba

panas saat dipalpasi.

5. Pemeriksaan Fisik pada telinga

 Inspeksi

- Lihat kesimetrisan kedua daun telinga

- Lihat adanya luka/bekas luka pada telinga dan sekitarnya.

- Lihat apakah ada darah atau sekret yang keluar (catat warna,

banyaknya, bau, lama produksi )

- Lihat apakah gendang telinga dalam kondisi utuh.

 Palpasi

- Palpasi telinga pada daerah tragus, normalnya tidak akan terasa

nyeri

- Palpasi limfe disekitar aurikel

6. Pemeriksaan pada mulut

 Inspeksi

- Berdiri agak jauh dari klien,cium aroma nafasnya,normalnya

tercium segar.

- Lipatan nasolabial normalnya terletak ditengah. Lihat adanya

kelainan kogenital seperti sumbing.


- Bibir terletak tepat ditengah wajah,warna bibir merah muda,

lembap, tidak tampak kering (pecah-pecah), tidak tampak

sianosis. Pada penderita herpes biasanya tampak vesikel

disekitar bibir. Vesikel ini akan pecah dan meninggalkan krustae

disekitar bibir.

- Jika klien memakai gigi palsu, lepaskan dahulu. Lihat

kelengkapan gigi klien lihat warna gusi (normalnya berwarna

merah mudah).

- Perhatikan adanya stomatitis (radang mukosa) dan kelembapan

mulut.

- Posisi lidah tepat ada di tengah perhatikan kebersihan lidah, lidah

yang kotor (coated)bisa ditemukan pada kebersihan mulut yang

kurang.

- Posisi uvula tepat ditengah,normalnya berwarna merah muda.

7. Pemeriksaan fisik pada leher

 Inspeksi

- Perhatikan kesimetrisan leher, lihat apakah ada bekas luka

dileher. Ketidak simetrisan dapat disebabkan oleh

pembengkakan.

- Pulasai yang abnormal, adanya bendungan vena. Jika ada

bendungan aliran kedarah ke V. Trokalis, vena dijugularis akan

menonjol .

- Terbatasnya gerakan leher yang dapat disebabkan oleh

pembengkakan. Ada tidaknya kaku kuduk (saat klien diangkat


kepalanya,leher dan tubuh akan ikut terangkat), terutama pada

klien dengan tetanus dan meningitis.

- Tortiolis : pada kondisi ini, leher akan miring ketempat yang sakit

dan sulit digerakkan karenatersa nyeri.

- Adanya pembesaran kelenjar limfe . bisa ditemukan pada klien

dengan tuberkulosis kelenjar, leukimia,limfoma maligna.

- Lihat adanya pembesaran pada kelenjar gondok.

Dokumentasikan besar dan bentuknya (difus atau

nodular),konsistensinya (lunak atau keras).

 Palpasi

1. Palpasi deviasi trakea

- Digunakan untuk memeriksa adanya deviasi trakea

- Jika ditemukan deviasi (miring) seperti pada klien pasca

kecelakaan dengan hemotoraks,flail chest.

- Posisi klien agak menengadah, dalam posisi semi fowler (45

derajat)

- Menggunakan tiga jari tengah tangan dominan,dua jari yang

samping menempel pada ujung klavikula, jari tengah menyusuri

trakea.

2. Palpasi kelenjar limfe

Ada beberapa kelenjar limfe pada leher. Normalnya kelenjar limfe

tidak akan teraba dan tidak akan nyeri saat dipalpasi

3. Palpasi kelenjar toroid

Minta klien untuk menelan,letakkan tangan ditengah leher,rasakan

kelenjar tiroid yang ikut bergerak saat menelan.


8. Pemeriksaan fisik pada toraks

 Inspeksi

- Lihat gerakan dinding dada, bandingkan kesimetrisan gerakan

dinding dada kiri dan kanan saat pernafasan berlansung

- Lihat adanya bekas luka, bekas operasi,atau adanya lesi

- Perhatikan warna kulit di daerah dada, apakah ada warna kulit

yang bereda dengan warna sekitarnya.

- Kaji pola nafas klien,perhatikan adanya retaksi interkosta, dan

penggunaan otot bantu pernafasan bisa ditemukan pada klien

dengan gangguan pemenuhan oksigen.

- Perhatikan bentuk dinding dada klien,bebrapa bentuk dinding

dada adalah Dada barel (barrel chest), Dada corong (funnel

chest) ,Dada burung (pigeon chest) ,Dada normal (normal chest).

9. Pemeriksaan fisik pada abdomen

 Inspeksi

- Perhatikan bentuk abdomen klien, apakah bentuknya datar,

cembung, atau ke dalam?

- Inspeksi warna kulit abdomen (kuning, hijau,kecoklatan)

- Perhatikan elastisitas kulit abdomen.

- Lihat bentuknya, adakah asimetris, adakah gerakan peristaltik

usus yang tampak dari luar, kesimetrisan bentuk abdomen, stria,

massa, asites, kaput medusa.

- Inspeksi umbilikus, normalnya tidak menonjol.

- Lihat apakah klien menggunakan tipe pernapasan abdomen.

 Auskultasi
- Auskultasi dilakukan pada keempat kuadran abdomen.

Dengarkan peristaltik ususnya selama satu menit penuh.

Peristaltik usus adalah bunyi seperti orang berkumur, terjadi

karena pergerakan udara dalam saluran pencernaan

- Bising usus normalnya terdengar 5-30 x/menit jika kurang dari itu

atau tidak ada sama sekali kemungkinan ada paralitik ileus,

konstipasi peritonitis atau obstruksi.

- Jika peristaltik usus terdengar lebih dari normal, kemungkinan

klien sedang mengalami diare

- Bunyi bising usus yang lebih dari normal, terasa nyeri, dan

tampak dari luar peristaltiknya tampak dari luar (darm countor)

karena adanya obstruksi disebut borborigmi.

- Dengarkan apakah ada bisingpada pembuluh darah

aorta,fermoral dan renalis. Jika terdengar bising ini kemungkinan

ada gangguan pada pembuluh darah tersebut. Jika adanya

gangguan pada atrium kanan,akan tampak pulsasi pembuluh

darah disekitar umbilikus.

 Perkusi

- Lakukan perkusi pada kesembilan regio abdomen

- Jika perkusi terdengar timpani, berarti perkusi dilakukan diatas

organ yang berisi udara

- Jika terdengar pekak berarti perkusi mengenai organ pada

- Perhatikan perubahan bunyi ini. Bunyi normal perkusi abdomen

adalah timpani,jika ada kelebihan udara akan terdengar lebih

nyaring atau disebut hipertimpani


- Perkusi khusus:perkusi ginjal minta klien untuk miring,cari batas

akhir kosta, ikuti alurnya kebelakang lalu berhenti pada ujung

vertebra (sudut costovertebrae)

- Letakkan pada punggung tangan pada area tersebut, lalu

pukulkan kepalan tangan kanan pada punggung tangan anda

- Normalnya prosedur ini tidak akan rasa nyeri pada klien

10. pemeriksaan ekstermitas bawah

 inspeksi dan palpasi

- pengkajian kaki dan tumit dilakukan dengan posisi

berbaring,inspeksi adanya pembengkakan,kalus tulang dan kaki

yang menonjol,nodul atau deformitas

- lakukan palpasi pada bagian anterior sendi pada tumit catat

adanya pembengkakan, nyeri atau deformitas. Lakukan juga

palpasi pada tendon

- lakukan palpasi pada sendi-sendi jari kaki. Catat jika menemukan

abnormalitas, lakukan inspeksi pada telapak kaki catat jika ada

bagia kulit yang pecah-pecah atau terluka perhatikan pula

penonjolan pada tumit

- kaji kemampuan gerak daerah tumit dan kaki normalnya kaki dan

tumit bisa bisa bergerak tanpa rasa nyeridan gerakan bagian

bawah sejajar dengan bagian paha

- kaji kekuatan otot kaki minta klien untuk mengankat kaki tahan

dengan tangan anda

- kaji lutut klien. Inspeksi adanya perubahan bentuk atau

abnormalitas pada patella,lakukan semua palpasi pada semua


sisi patella normal lutut pada patella sejajar dengan kaki bagian

atas dan bawah tidak menonjol ke bagian lateral atau medial

- lakukan pengkajian punggul dan pinggul dengan posisiklien

berdiri perhatikan kesimetrian pantat dan pinggul serta cara

berdiri klien normal klien bisa berjalan dengan tegak dan kedua

kaki berayun simetris.

b. Diagnosa

1. Ketidakefektifan Pola nafas

2. Keletihan

3. Resiko keterlambatan perkembangan

c. Intervensi

1. Ketidakefektifan Pola nafas berhubungan dengan hiperfentilasi

Batasan karakteristik

 Dispnea

 Penurunan tekanan ekspirasi

 Penurunan ventilasi semenit

 Penurunan kapasitas vital

Faktor yang berhubungan

 Ansietas

 Gangguan muskuloskeletal

 Hiperventilasi

 Keletihan otot pernafasan

NIC

 Posisikan pasien untuk memaksimalkanventilasi


 Identifikasikan kebutuhan aktual/potensial pasien untuk memasukkan

alat membuka jalan nafas

 Buang sekret dengan memotifasi pasien untuk melakukan batuk atau

menyedot lendir

NOC : setelah di lakukan pemeriksaan keperawatan selama 2 x 24 jam

pasien menunjukkan:

 Tidak ada deviasi dari kisaran normal frekuensi pernafasan

 Defiasi ringan dari kisaran normal irama pernafasan

 Defiasi sedang dari kisaran normal suara auskultasi nafas

2. Keletihan

Batasan Karakteristik

 Apatis

 Gangguan konsentrasi

 Kelelahan

 Penurunan performa

 Tidak mampu mempertahankan aktifitas fisik pada tingkat yang

biasanya

Faktor yang berhubungan

 Ansietas

 Depresi gangguan tidur

 Peningkatan kelelahan fisik

NIC

 Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan sesuai

dengan konteks usia dengan perkembangan


 Ajarkan pasien mengenai pengelolaan kegiatan dan teknik manajemen

waktu untuk mencegah kelelahan

 Rencanakan kegiatan pada saat pasien memiliki banyak energi

 Monitor pemberian dan efek obat stimulan dan depresan

 Evaluasi secara lengkap kenaikan level aktifitas pasien

NOC: setelah dilakukan pemeriksaan keperawatan selama 2 x 24 jam

pasien menunjukkan :

 pasien tidak merasa kehilangan selera makan

 pasien merasa ringan saat terjadi penurunan motifasi

 gangguan konsentrasi sedang

3. resiko keterlambatan perkembangan

Batasan Karekteristik

 asuhan prenatal tidak adekuat

 gangguan genetik

 nutrisi tidak adekuat

 perawatan prenatal yang tidak adekuat

NIC

 tentukan status gizi pasien dan kemampuan (pasien) untuk memenuhi

kebutuhan gizi

 identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien

 tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk

memenuhi persyaratan gizi

NOC

 tidak ada defiasi dari kisaran normal persentil tinggi/panjang badan

berdasarkan umur
 deviasi ringan dari kisaran normal indeks masa tumbuh

 defiasi sedang dari kisaran normal berat badan.

d. Implementasi

Implementasi ini disusun menurut Patricia A. Potter (2005)

Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan keperawatan

yang telah disusun / ditemukan, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

pasien secara optimal dapat terlaksana dengan baik dilakukan oleh pasien itu

sendiri ataupun perawat secara mandiri dan juga dapat bekerjasama dengan

anggota tim kesehatan lainnya seperti ahli gizi dan fisioterapis. Perawat

memilih intervensi keperawatan yang akan diberikan kepada pasien. Berikut ini

metode dan langkah persiapan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan

yang dapat dilakukan oleh perawat :

1. Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukaan

2. Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan

3. Menyiapkan lingkungan terapeutik

4. Membantu dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari

5. Memberikan asuhan keperawatan langsung

Mengkonsulkan dan memberi penyuluhan pada klien dan keluarganya.

Implementasi membutuhkan perawat untuk mengkaji kembali keadaan klien,

menelaah, dan memodifikasi rencana keperawatn yang sudah ada,

mengidentifikasi area dimana bantuan dibutuhkan untuk

mengimplementasikan, mengkomunikasikan intervensi keperawatan

Implementasi dari asuhan keperawatan juga membutuhkan pengetahuan

tambahan keterampilan dan personal. Setelah implementasi, perawat

menuliskan dalam catatan klien deskripsi singkat dari pengkajian keperawatan,


Prosedur spesifik dan respon klien terhadap asuhan keperawatan atau juga

perawat bisa mendelegasikan implementasi pada tenaga kesehatan lain

termasuk memastikan bahwa orang yang didelegasikan terampil dalam tugas

dan dapat menjelaskan tugas sesuai dengan standar keperawatan.

e. Evaluasi

S : Berisi keluhan pasien, berasal dari pasien sendiri

O : Data yang diambil dari hasil observasi

A : Pernyataan masalah sudah teratasi atau sebagian atau belum teratasi

P : Rencana tindakan untuk mengatasi keluhan pasien


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

kombinasi kelainan kongenital yang dikenal sebagai tetralogi fallot

antara lain defek septum ventrikuler, pembesaran aorta, stenosis katup

pulmoner, dan hipertrofi ventrikel kanan. Penyebab tetralogi fallot terdiri dari 2

faktor, yaitu endogen dan eksogen. Anak dengan tetralogi fallot umumnya akan

mengalami keluhan sesak saat beraktivitas, berat badan bayi yang tidak

bertambah, clubbing fingers, dan sianosis. Pemeriksaan yang dilakukan antara

lain pemeriksaan darah, foto thorax, elektrokardiografi, ekokardiografi.

B. SARAN

Dengan disusunya makalah ini kami mengharapkan kepada pembaca

agar dapat menelah dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini,

sehingga sedikait banyak bisa menambah pemngetahuan pembaca. Disamping

kami juga mengharapkan sarn dan kritikan dari para pembaca sehingga kami

bisa berorientasi lebih baik pada makalah ini selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Bailliard F, Anderson R. Tetralogy of fallot. Orphanet jurnal of rare Diseases.

2009;4:2.

Baradero, mary. 2008. Klien gangguan kardiovaskuler. EGC. Jakarta

Djer M, Madiyono B. Tatalaksana penyakit jantung bawaan.Sari pediatri. 2010;

2(3):155 -62.

Muttakin, arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : salemba medika

Ramaswamy, P. Pflieger, Kurt. 2008.Tetralogi of fallot with Absent pulmonary valve

Ruhyanudin, F, 2007, asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Kardiovaskuler, Malang: Upt. Penerbitan Universitas Muhammadiya Malang

Winaya A. Tumbuh kembang anak pada penyakit jantung bawaan, dalam tumbuh

kembang anak edisi 2. Jakarta : EGC. 2014

Anda mungkin juga menyukai