Tugas Batuan Karbonat
Tugas Batuan Karbonat
BATUAN KARBONAT
OLEH :
MUHAMMAD AQRAM
FIB2 14 072
KENDARI
2016
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
III.1 Kesimpulan.........................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan, dimana bagian lautan
lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi daratan adalah bagian dari kulit
bumi yang dapat diamati langsung dengan dekat, maka banyak hal-hal yang dapat
diketahui secara cepat dan jelas. Salah satu diantaranya adalah kenyataan bahwa
daratan tersusun oleh jenis batuan yang berbeda satu sama lain dan berbeda-beda
mempergunakannya saja, dan sedikit yang mengetahui asal kejadian dan seluk-
beluk mengenai batuan karbonat ini. Secara sederhana adalah batuan dengan
berikut:
TINJAUAN PUSTAKA
dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau
karbonat kristalin hasil presipitasi langsung (Rejers & Hsu, 1986).Bates &
secara umum batuan karbonat ini mengandung fase primer, sekunder dan
butiran reworked. Fase primer ini merupakan mineral presipitasi yang dihasilkan
alami non organik yang terjadi saat proses diagenesis berlangsung. Material
reworked ini sama dengan mekanisme yang terjadi pada batuan terigen klastik
lime mud merupakan istilah untuk material karbonat dengan butiran yang
sangat halus lebih kecil dari ukuran pasir (kurang lebih kayak matrik or lempung
versi karbonatlah) dibagi dua jenis yaitu micrite yaitu butiran karbonat berukuran
2002). Komponen - komponen lainnya ada juga semen karbonat yang genetiknya
lebih kearah diagenesis (sementasi) karbonat dan fragmen yang lebih kasar dalam
Secara umum dibagi dua , yaitu: yang berasal dari cangkang fosil atau skeletal
grain dan fragmen yang bukan dari tubuh fosil atau murni hasil presiptasi).
silisiklastik. Pada batuan ini terkandung fraksi karbonat yang lebih besar
jumlahnya daripada fraksi non karbonat, jumlah fraksi karbonatnya lebih dari
proses yang disebut diagenesa. Dengan kata lain diagenesa adalah perubahan yang
terjadi pada sedimen secara alami, sejak proses pengendapan awal hingga batas
karbonat.
Proses diagnesa sangat berperan dalam menentukan bentuk dan karakter akhir
transformasi menuju batugamping atau dolomit yang lebih stabil. Faktor yang
dengan komposisi utama kalsit akan mengalami proses diagenesa yang berbeda
maupun juga dolomit. Lingkungan pelarutan dan lithifikasi yang berbeda, misal di
lingkungan air laut dan air tawar akan menghasilkan batuan yang berbeda.
Demikian juga halnya dengan tekstur semen dan butiran batuan, juga akan
Lingkungan diagenesa yang berbeda akan memiliki proses kimia dan fisika yang
relatif berbeda pula, sehingga produk diagenesanya pun akan berbeda. Hal inilah
solution
Pelarutan (Dissolution)
Merupakan proses melarutnya komponen karbonat yang terjadi saat fluida pori
seperti aragonit dan Mg-calcite), serta nilai pH yang rendah (lingkungan menjadi
asam). Fluida air pori yang ada dalam ruang antar butiran pada batuan karbonat
gas CO2 yang disumbangkan oleh lingkungan sekitar (misalnya karbon dan
oksigen yang dilepaskan oleh jasad oganik). Pelarutan karbonat kurang banyak
terjadi di lingkungan laut. Tapi justru banyak terjadi pada lingkungan darat atau
manapun yang ada perkolasi (rembesan) dari air meteorik (air hujan maupun air
tawar). Bentang alam karst merupakan hasil dari proses pelarutan batuan
transport dalam bentuk larutan melalui saluran bawah tanah, juga longsoran dan
Salah satu bentangan Karst yang ada di Indonesia yaitu Kawasan Karst Gunung
Sewu, dimana daerah ini memiliki topografi Karst yang terbentuk oleh proses
Karst Gunung Sewu yang dimana daerah ini memiliki topografi karst yang
melarutkan mineral karbonat yang dilewatinya, maka imbasnya: (1) air akan
berubah kimianya (karena adanya konsentrasi ion karbonat di dalamnya), (2) air
akan masuk ke litologi berbeda atau sebaliknya air datang membawa material
”asing” dari batuan lain sebelum menerobos karbonat dan membawa sistem baru,
dimanapun asalkan ada penambahan gas CO2 dalam air pori (yang bisa saja
berasal dari hasil pembusukan jasad organisme yang tertimbun), maka meskipun
temperatur meningkat kalau terdapat konsentrasi gas CO2 dalam air pori, mineral-
Merupakan proses presipitasi yang terjadi pada saat lubang antar pori batuan
karbonat terisi oleh fluida jenuh karbonat. Dalam proses ini butiran-butiran
sedimen direkat oleh material lain yang terbentuk kemudian, dapat berasal dari air
tanah atau pelarutan mineral-mineral dalam sedimen itu sendiri. Proses ini
merupakan proses diagenetik yang penting untuk semua jenis batuan sedimen,
hangat dalam pori dari butiran ruangan antar butiran karbonat. Di meteoric realm
(lingkungan meteorik dimana pengaruh air yang hadir hanya dari hujan saja)
sementasi juga hadir disini, semennya dominan kalsit. Meskipun kondisi yang
faktor dapat diketahui mengontrol hal ini. Air pori, peningkatan temperatur, dan
diperlukan untuk presipitasi semen kalsit ini. Pada proses sementasi ini diperlukan
suplai kalsium karbonat secara mutlak. Sifat sementasi ini berlawanan dengan
Dolomitisasi (Dolomitization)
namun lebih besar densitasnya, sukar larut dalam air, dan lebih mudah patah
lebih besar dari pada batugamping itu sendiri. Dolomitisasi bisa terjadi dilaut
dangkal-campuran fresh dan sea water, tidal flat, di danau, lagoon, dll, apalagi
sangat kecil (mikrobia) dimana aktivitas jasad renik sangat berhubungan dengan
pengurangan nitrat, besi, sulfat dan pembentukan gas metana. Organisme dalam
Aktivitas ini akan merusak struktur sedimen yang berkembang pada sedimen
Semua jenis organisme kecil macam fungi bakteri, dan alga, membentuk
microboring dalam fragmen skeletal dan butiran karbonat lainnya yang berukuran
besar. Boring dan presipitasi mikrit dapat intensif di lingkungan yang berair
hangat dimana butiran karbonat menjadi berkurang dan terubah menjadi mikrit,
proses pada kondisi ini dikenal sebagai mikritisasi (Boggs, 2006). Di beberapa
kasus, aktivitas organisme ini dapat meningkatkan kompaksi batuan dan biasanya
merusak struktur sedimen yang halus seperti paralel laminasi (Purdy, 1965).
Selama proses ini beberapa organisme melepaskan material presipitasi yang bisa
Mechanical Compaction
mengendap) sekitar 50-60% pada kedalaman sekitar 100 m (Boggs, 2006). Proses
sedimen yang semakin lama semakin bertambah sehingga volume akan berkurang
adanya rearangement (penyusunan ulang) dari butiran butiran yang jarang (tidak
pertama kali terendapkan tentu saja berupa material lepas (loose) dan sifatnya
porous (berpori), ketika kompaksi terjadi material lepas ini akan menjadi lebih
Chemical Compaction
karbonat dimulai. Tekanan larutan pada kontak antar butiran seperti pada
dan pada karbonat dapat membentuk kontak bergerigi. Pada skala yang lebih
besar pressure solution pada batuan karbonat membentuk pola bergerigi (zig-zag)
yang kita kenal sebagai struktur styolite. Styolite umumnya hadir pada batuan
karbonat berbutir halus. Jadi pressure solution pada batuan karbonat diikuti
tersebut, namun biasanya justru hanya melalui beberapa proses diagenesa saja.
Proses diagnesa ini akan sangat berperan dalam menentukan bentuk dan karakter
A. BUTIRAN
Butiran atau grain adalah semua komponen dalam batuan karonat yang
berkomposisi kalsium karbonat (CaCO3) baik yang berasal dari proses biologi
seperti terumbu maupun dari proses biokimia. Butiran ini merupakan komponen
tersebut dapat berupa hasil rombakan batuan karbonat itu sendiri atau batuan
berada dalam massa matriks dan semen. Butiran dibagi menjadi dua kelompok
yaitu yang berasal dari organisme atau skeletal dan yang berasal dari non-
Skeletal
Skeletal adalah komponen batuan karbonat yang berasal dari organisme baik
penyusun batuan karbonat yang umum dijumpai. Komponen ini dapat berupa
Jenis organisme yang bertindak sebagai komponen skeletal dalam batuan karbonat
bervariasi sepanjang sejarah geologi. Penyusun batuan karbonat dalam hal ini
(terumbu) tersebut keaneka ragaman masih sangat kecil dan semakin ke arah resen
pada Era Mesozoikum khususnya pada Zaman Karbon. Khusus untuk Tersier,
organisme yang umum dijumpai adalah koral, algae dan foraminifera dengan
dan lain-lain.
Pada umumnya untuk batuan berumur Tersier, terutama pada kala Neogen maka
komponen skeletalnya atau fosilnya hampir sama dengan yang hidup sekarang ini.
Ada tiga kelompok utama penyusun batuan karbonat pada kala Tersier yaitu
organisme yang hidup sekarang berupa algae (A), koral (B), dan Sponge (C).
Organisme sebagai penyusun batuan karbonat khususnya pada kala Tersier (sejak
65 juta tahun lalu) sangat beragam. Berdasarkan tabel 2.1 terlihat bahwa jenis,
sebaran dan bentuk organisme berkembang pesat pada waktu tertentu. Beberapa
jenis organisme yang umum dijumpai pada Zaman Tersier adalah Koral, Algae,
Gambar 3 Kenampakan singkapan dari koral yang dijumpai pada lower teras
batugamping Selayar di daerah Bira, Kab. Bulukumba (A). Foto sayatan tipis
yang memperlihatkan fosil foraminifera besar (B) yang juga tersebar luas dalam
batuan karbonat.
Gambar 4 Komponen batuan karbonat berupa fragmen-fragmen algae merah
(Corallinaceae) (A), Foram besar (B) dan koral (C). A dan B dalam sayatan tipis,
Gambar 5 Komponen batuan karbonat berupa koral soliter dari skerattinian dalam
hand specimen (A), sayatan tipi yang memperlihatkan fragmen Halimeda, tanda
Non-Skeletal
dari non organisme. Material tersebut terakumulasi pada suatu cekungan atau
komponen tersebut adalah lithoklas (intraklas dan ekstraklas), ooids, peloids dan
coated grain. Sedangkan yang berasal dari organisme dengan proses tertentu
Lithoklas.
Dalam buku ini peristilahan lithoklas diambil dari Tucker & Wright (1990) yang
pengendapannya.
Ooid (oolit)
Ooid (atau oolite) adalah butiran yang berbentuk bulat, lonjong dan
suatu inti (nuclei) yang komposisinya bervariasi. Cortex tersebut adalah halus dan
terlaminasi secara rata pada bagian luarnya, tetapi laminae individu mungkin lebih
tipis pada titik-titik sudut tajam intinya. Bentuk nucleus tersebut tipikal spheroid
atau elipsoid dengan derajat sphericity meningkat kearah luar (Gambar 6).
diketahui dengan pasti. Contoh setangan (hand speciment) berupa slab dari
batugamping Selayar (A), sayatan tipis yang menunjukkan beberapa ukuran dan
Namun ooid dapat menjadi sulit dikenali bilamana mengalami diagenesis yang
terutama terjadi pada ooid berasal dari aragonit yang telah terganti oleh kalsit.
Proses pembentukan ooid bisa pada daerah beragitasi atau bernergi tinggi dan
akan menghasilkan ooid dengan struktur dalam yang konsentris. Selain itu ooid
juga terbentuk pada lingkungan air tenang dengan struktur dalam tangensial
(Gambar 8 B).
Gambar 8 Fotograf dari ooid (bulat putih bersih) dan mineral terrigenous (kuarsa)
warna bening (A), ooid dalam bentuk sayatan tipis yang memperlihatkan struktur
dalam dan beberapa ooid intinya telah melarut (B). (Sumber: An Overview of
Peloid (Pellet)
Peloid merupakan suatu komponen karbonat berukuran pasir, dengan ukuran rata-
dikemukakan oleh McKee & Gutschick (1969). Istilah Pellet juga umum
digunakan tetapi mempunyai konotasi untuk peloid yang berasal dari aktifitas
pada Great Bahama bank bagian barat dari P. Andros, dimana pelet menutupi
kurang lebih 10.000 km2. Peloid menyusun lebih dari 30% total sedimen dan 75%
daerah Balize, peloid juga umum dijumpai pada batugamping berenergi rendah di
pembentukannya. Berbeda dengan ooid yang terbentuk pada daerah agitasi, maka
Sumber lain dari peloid adalah berasal dari butiran karbonat (lithoklas) yang telah
peloid.
Coated grains
proses yang membentuk tipe butiran sama dan banyak dari proses ini belum
dimengerti. Selanjutnya coated grain sama dapat terjadi pada lingkungan yang
Beberapa ahli masih memberikan istilah yang berbeda pada obyek yang sama.
turberoid, putroid dan walnutoid (Peryt, 1983a). Peristilahan ini sudah terlalu jauh
dan barangkali istilah yang membingungkan tersebut tidak akan dibahas dalam
buku ini. Penjelasan yang paling baru mengenai istilah coated grain yakni yang
tentang coated grains: terbentuk secara kimia (khususnya ooids) dan terbentuk
apakah suatu coated grain telah terbentuk secara biogenik dan banyak ooid
kearah lebih deskriptif terhadap istilah ooid dan oncoid. Defenisi berikut
dimodifikasi dari peneulis tersebut diatas dan menekankan pada sifat dari bentuk
Oncoid (atau oncolith) merupakan suatu coated grain dengan cortex kalkareous
dari laminae yang irreguler dan sebagain overlapping. Bentuk oncoid tersebut
contoh oncoid yang terbentuk oleh coating algae merah disebut rhodolith (atau
rhodoids). Suatu batuan terbuat dari oncoid harus disebut oncolite. Beberapa
peneliti membatasi istilah terhadap nodul algae tetapi penggunaan ini penuh
dengan masalah.
Istilah pisoid utamanya digunakan dalam petrografi tetapi tidak ada konsensus
muncul untuk defenisinya. Flügel (1982) menganggap pisoid sebagai non marine
diameter lebih besar dari 2 mm (Leighton & Pendexter, 1962; Donahue, 1978).
Disamping lebih besar dari ooid, pisoid mempunyai laminae yang kurang teratur.
Peryt (1983b) telah mendefinisikan tiga kategori ukuran untuk coated grain yang
didasarkan pada diameternya: microid (<2 mm), pisoid (2 - 10 mm) dan macroid
(> 10 mm). Pembagian ini telah digunakan oleh Peryt sebagai prefiks (contoh
untuk mendefinisikan oncoid besar sebagai macro-oncoid), tetapi sistemnya
(Richter, 1983a).
kumpulan dari coated grain yang terbentuk secara biogenik dan ooloid serta
oncoloid sebagai kumpulan dari butiran yang terbentuk secara abiogenik. Karena
tidak mungkin menjelaskan apakah banyak coated grain adalah biogenik atau
tidak, sistem klasifikasi terakhir tidak digunakan dan diharapkan tambahan istilah
Cortoid adalah tipe lain dari coated grain yang dikenal oleh beberapa peneliti
(Flügel, 1982). Cortoid adalah butiran yang diselimuti oleh micrite envelope,
banyak micrite envelope berasal dari penambahan yan terbentuk oleh enkrustasi
(Kobluk & Risk, 1977a,b). Butiran ini mengandung suatu tipe coated grain non
Matriks adalah komponen batuan karbonat yang secara teoritis berukuran halus
(<4 mm). Matriks atau mikrit (Folk, 1962) atau mud (Dunham, 1962) adalah
komponen batuan karbonat yang terbentuk bersama butiran dan bertindak sebagai
matriks. Komponen ini sangat umum dijumpai dalam batuan karbonat dan
Mikrit yang terbentuk dengan proses tersebut bisa berasal dari komponen lain
seperti butiran atau semen. Jika dianalogikan dengan batuan sedimen silisiklastik,
rendah. Konsekwensinya adalah warnanya menjadi relatif lebih gelap baik dalam
bentuk outcrop (Gambar 2.17B) maupun dalam bentuk sayatan tipis (Gambar
11C).
Gambar 11 Endapan mikrit atau matrik yang terperangkap pada sea grass di
daerah dangkalan (A). Outcrop yang menunjukkan mikrit (warna abu-abu) dengan
tekstur wackestone (B). Internal sedimen yang terdiri atas mikrit (panah) (C).
merupakan hasil diagenesis atau hasil presipitasi dalam pori batuan dari batuan
yang telah ada. Semen sering disamakan dengan sparit hasil neomorphisme,
Beberapa jenis semen yang dikenal dalam batuan karbonat moderen adalah
fibrous, botroidal, isophaceous, mesh of needles dll (Gambar 12). Jenis semen
lingkungan diagenesis. Penjelasan lebih lengkap tentang semen dibahas pada bab
Kenampakan lapangan dari semen adalah bening seprti kaca, sedangkan dibawah
antar komponen dan dapat juga terbentuk pada ruang dalam komponen atau ruang
pada batuan karbonat. Jenis semen yang umum dijumpai pada laut dangkal
karbonat modern khususnya pada daerah terumbu adalah fibrous dan botryoidal.
memperlihatkan beberapa jenis (Gambar 13) yaitu fibrous, granular dan bladed.
Gambar 13 Semen jenis fibrous dan granular yang dijumpai pada batugamping
Selayar. Radial fibrous cement yang menyemen fragmen Halimeda (A) dan
Selain tinjauan morfologi semen, semen juga dapat dianalisis melalui bentuk
kristalnya seperti granular (equant), bladed, dan menjarum (fibers) (Gambar 2.20).
sama panjang antara sumbu a, b, dan c atau 2 : 1. Sedangkan bentuk kristal blades
adalah semen dengan panjang sumbu kristal yang tidak sama dimana
Bentuk kristal menjarum (fibers) jika panjang sumbu c-nya lebih besar dari 1:6.
Gambar 14 Bentuk kristal semen karbonat yang terdiri atas granular (equants),
melembar (blades) dan menjarum (fibers). Sumber Tucker & Wright (1990).
Selain dari bentuk kristalnya jenis semen juga dapat dibedakan berdasarkan
morfologi semennya seperti blade rim cement, granular cement, meniscus cement
Gambar 15 Morfologi semen seperti bladed cement (A), meniscus cements (B),
granular cements (C) dan microstalactitic cements (D). Bar adalah 1 mm.
II.4. Klasifikas Batuan Karbonat
batuan karbonat itu cenderung satu jenis yang dominan (mineral karbonat saja)
maka penamaan yang dipakai lebih ke arah tekstural pada batuan (kalo batuan
silisiklatik kan dominasi kristal yang hadir serta komposisi matriknya untuk pasir
matrik dan semen menjadi faktor utama penamaan batuan, ditambah mekanisme
kenampakan genetis matrik yang mengikat fragmen (untuk yang biogenik). mari
kita lihat.
Setidaknya ada tiga klasifikasi yang paling populer untuk batuan karbonat
ini : dari R.L Folk (1959/62), Dunham (1962), dan Embry dan Klovan (1971), dan
Memoir 1 tahun 1962. Namun yang paling banyak digunakan oleh para ahli
batuan karbonat adalah yang dikemukakan oleh Folk (1959, 1962), Dunham
oleh Dunham,1962.
harus mempunyai mineral karbonat di atas 50%. Sementara batuan yang memiliki
(1962). Secara umum dalam buku ini akan dijelaskan klasifikasi batuan karbonat
(1962).
lebih bersifat deskriptif, sedangkan Dunham lebih melihat batuan karbonat dari
tentang apa yang dilihat dan hanya sedikit untuk dapat menginterpretasikan apa
mudah mengalami perubahan (diagenesis) oleh karena itu studi tentang batuan
karbonat tidak akan memberikan hasil yang maksimal jika tidak mengetahui
proses-proses yang terjadi pada saat dan setelah batuan tersebut terbentuk.
Dunham (1962) adalah adanya perpaduan antara deskriptif dan genetik dalam
Menurut Dunham 1962 bahwa tekstur batugamping atau batuan karbonat dapat
mempunyai tipe genetik dan bukan deskriptif seperti yang dikemukakan oleh Folk
(1962). Terdapat empat dasar klasifikasi batuan karbonat menurut Dunham 1962
komponen, dan kenampakan tekstur hasil diagenesis (Tabel 3.1). Tekstur batuan
karbonat yang didominasi oleh kehadiran mud (mikrit) atau mud supported
terbagi dua yaitu batuan yang mengandung butiran lebih dari 10% dan
Grain supported atau batuan yang didominasi oleh butiran adalah tekstur
Tekstur ini terbagi dua yaitu yang masih mengandung matriks digolongkan
menjadi packstone dan yang tidak mengandung matriks sama sekali atau
grainstone.
Tabel Klasifikasi batuan karbonat berdasarkan Dunham 1962 yang didasarkan
saling terikat satu sama lainnya atau tersusun oleh organisme. Dalam klasifikasi
tekstur asalnya. Kelompok batuan ini dikenal sebagai kristallin karbonat (calcite
Tekstur ini oleh Embry & Klovan 1971 menyempurnakannya klasifikasi Dunham
terbawa dan terakumulasi pada batuan tersebut. Embry & Klovan melihat
butiran lebih besar dari 2 mm, maka menurut Embry & Klovan bahwa batuan ini
tipe butiran, dan faktor lainnya seperti yang diperkenalkan oleh Dunham 1962.
pembentuk batuan.
Selain berdasarkan pada ukuran fragmen dalam batuan, Embry & Klovan juga
terakumulasi pada organisme tersebut. Organisme yang seperti ini biasanya hidup
dan berkembang didaerah berenrgi sedang – tinggi. Batuan ini umumnya terdiri
dari kerangka ataupun pecahan-pecahan kerangka organik, seperti koral, bryozoa
dll, tetapi telah diikat kembali oleh kerak lapisan-lapisan (encrustation) gamping
boundstone menjadi tiga yaitu bafflestone, bindstone dan framestone. Selain itu
wackestone menjadi floatstone dan grainstone manjadi rudstone jika butiran lebih
Bafflestone adalah tekstur batuan karbonat yang terdiri dari organisme penyusun
yang cara hidupnya menadah sedimen yang jatuh pada organisme tersebut.
Tekstur ini umumnya dijumpai pada daerah berenergi sedang. Bafflestone terdiri
dari kerangka organik seperti koral (branching coral) dalam posisi tumbuh
bertindak sebagai “baffle” yang menjebak lumpur gamping. Tekstur yang ketiga
adalah framestone. Batuan ini tersusun oleh organisme yang hidupnya pada
daerah yang berenergi tinggi sehingga tahan terhadap gelombang dan arus.
Penyusun batuan ini seluruhnya dari kerangka organik seperti koral, bryozoa,
ganggang, sedangkan matriksnya < 10% dan semen mungkin kosong. Secara
umum pembagian zona energi dan batuan penyusun meurut Embry & Klovan
Dasar pembagiannya adalah kehadiran sparit (semen) dan mikrit (matriks). Selain
itu klasifikasi ini juga melihat volume butiran (allochem) dalam batuan yang
Kehadiran sparit dan mikrit menjadi komposisi utama dimana jika sparitnya lebih
besar daripada mikrit maka nama batuannya akan berakhiran ......sparit, demikian
pula jika mikrit yang lebih dominan maka nama batuannya akan berakhiran
pada komposisi intraklas, jika intraklas di atas 25% maka nama batuannya
menjadi intasparit atau intramikrit. Namun jika butiran ini tidak mencapai 25%
maka butiran kedua menjadi pertimbangan yaitu ooid, sehingga batuan dapat
Pertimbangan lainnya adalah jika kandungan ooid kurang dari 25%, maka
perbandingan pellet dan fosil menjadi penentu nama batuan. Terdapat tiga model
perbandingan (fosil : pellet) yaitu 3:1, 1:3, dan antara 3:1 – 1:3. Jika fosil lebih
besar atau 3 : 1 maka nama batuannya biosparit atau biomikrit demikian pula
sebaliknya akan menjadi pelsparit atau pelmikrit. Jika oerbandingan ini ada pada
Klasifikasi ini juga masih menganut paham Grabau dengan menambahkan akhiran
rudit jika allochemnya mempunyai ukuran yang lebih besar dari 2 mm dengan
prosentase lebih dari 10%. Dengan demikian penamaan batuan karbonat menurut
Klasifikasi batuan karbonat menurut Folk (1959) yang membagi batuan karbonat
secara deskriptif. Kehadiran sparit dan mikrit menjadi pertimbangan utama dalam
klasifikasi ini.
II.5. Komposisi Kimia dan Mineralogi Batuan Karbonat
(Mg2+), dan tentu saja karbonat (CO3-). kalsium adalah logam umum yang
Kadar SiO2nya rendah. Kelimpahan silika yang banyak pada batuan karbonat
butiran karbonat yang mengakibatkan kadar besi, silikat, dan alumina juga
Banyak juga unsur lain yang hadir sebagai komponen minor atau elemen
jejak. Elemen-lemen jejak ini seperti: B, Be, Ba, Sr, Br, Cl, Co, Cr, Cu, Ga, Ge,
dan Li. Konsetnrasi elemen jejak ini dikontrol bukan hanya oleh mineralogi dari
batuan tapi juga oleh tipe dari kelimpahan relatif dari butiran fosil skeletal dalam
batuan. Banyak konsetnrat organisme dan unsur jejak yang ikt terbawa oleh fosil
aragonite. Aragonit ini akan berubah menjadi kalsit dan dolomit. Kalsit (CaCO3)
yang sama ketika kalsium ini larut dalam air untuk membentuk polimorf dolomit.
Ion magnesium dan ionkalsium ini mempunyai ukuran yang sama. Maka, kita
kurang dari 4% dan high magnesian calcite mengandung MgCO3 lebih dari 4%.
Kandungan kalsit yang tinggi ini menjadikan batugamping berubah menjadi
dengan perbandingan mol massa Mg dan Ca dalam dolomite 50% dan susunan
bahwa suhu yang tinggi (mencapai 100 deg C) mampu mempercepat pertukaran
Mineralogi dan kimia dari sedimen karbonat dapat secara kuat dipengaruhi
oleh komposisi fosil organisme kalkareous yang hadir, sebagai contoh, banyak
corallin alga merah secara umum kaya akan magnesium kalsit. Beberapa
organisme lain yang mensekresi karbonat seperti foram planktonik, coccolith, dan
(Parekh et al 1977., Tlig dan M’RAbet 1985; Thomas, 1993). Secara umum nilai
elemen rendah, karena kebanyakan unsur jejak tidak mengganti secara langsung
unsur unsur lain dalam mineral karbonat (originnya gak bareng sama
(Tlig dan M’RAbet, 1985). lebih jauh lagi, kerja Tlig dan M’Rabet ini
Analisis isotop dari material karbonat lebih umum dipakai dalam aspek
digunakan, dimanfaatkan untuk menunjukan nature (ciri alami) dan jumlah relatif
dari kehadiran air selama pengendapan atau diagenesis (Land, 1980). isotop stabil
yang dipakai disini adalah hidrogen, karbon, dan oksigen (rasio oksigen 18 dan 16
Ketika karbon dioksida (CO2) larut dalam air akan menghasilkan asam
karbonat (carbonic acid), selanjutnya asam karbonat ini akan terdisosiasi (terurai)
ketika berada dalam air melepaskan ion hidrogen (H+) dan ion asam bikarbonat
diatas menunjukan bahwa ion karbonat (CO3-) yang lepas inilah yang akan
Boggs, penambahan CO2 pada reaksi ini menyebabkan disolusi (pelarutan) dari
Jika kristal kalsit atau aragonit dapat bereaksi dengan larutan asam
karbonat (carbonic acid) H2CO3 maka mineral mienral ini akan mudah larut
mesti memicu terjadinya perseiptasi mineral kalsium karbonat. Dari data rekaman
geologi yang diketahui air dekat permukaan di laut kelewat jenuh oleh larutan
karbonat (diperkirakan enam kali disumbangkan oleh kalsit terlarut dan empat kali
aragonit) (Morse dan Mckenzie, 1990). indikasi kelewat jenuh (oversaturasi) ini
Ada dua alasan kenapa mineral kalsium karbonat ini tidak terpresipitasi di luat.
hilangnya karbon dioksida secara relatif kecil, hal ini disebabkan oleh air laut
adalah larutan buffer yang baik. Bufferingi ini terjadi karena porsi cukup dari
karbon dioksida trlaurt dalam air laut membentuk disoisasi H2CO3 daripada harus
melepas ion H+ (yang akan membuat larutan semakin asam), HCO3-, dan CO3-
yaitu membentuk persamaan persamaan 6.2 dan 6.3 diatas. Reaksi buffer ini
disebabkan oleh tingginya alkalinitas dari ari laut; maka, onsentrasi besar dari ion
karbonat dan bikarbonat yang sudah ada sebelumnya di permukaan air di laut ini
mencegah rusaknya (terurai or disosiasi) dari H2CO3 untuk membentuk ion ion
tadi. Menurut beberapa penulis, pH yang dipertahankan oleh air laut ini berkisar
antara 7.8-8.4 (Bathurst, 1975) (jadi air laut itu sifatnya larutan penyangga basa).
Kedua, kehadiarn ion Mg2+ pada konsetrasi yang dijumpai dalam air laut
kalsit (CaCO3). Eksperimen oleh Berner (1975) menunjukan bahwa Mg2+ ini
akan langsung menyerap permukaan dari kristal kalsit dan masuk kedalam
struktur keristalnya. menurut Berner, adanya konsenrasi kation Mg di laut ini akan
karena stabilitas kristal kalsit menjadi menurun. Aragonit yang juga teridiri dari
rumus kimia CaCO3 tapi memiliki struktur kristal yang berbeda (ortorombik)
dengan kalsit (rombohedral). ion Mg y ang hadir akan menyerap nuclei aragonit
secara bebas di air laut, meskipun permukaan air jenuh dengan kalsium karbonat,
pada aragonit menjadi benih dari nuclei ini juga menghalangi pertumbuhan kristal
(Berner, 1978).
aragonit di laut purba dapat terjadi dengan menurnnya konsentrasi ion Mg2+
(Sandberg, 1983). Stanley dan Hardie menghubungkan nama nama dari prespitasi
spreading). dimana pada fase ini terjadi penyerapan Mg di air laut oleh basalt di
lantai samudra. maka karbonat seletal dan on skeletal terendapkan selama kamrian
awal sampai missisippian tengah dan jurasik tengah dan tersier akhir secara
tengah-jurasik tengah dan tersier aihir-kuarter secara dominan aragonit dan hihg-
mekanisme: bisa langsung dari ekstraksi CaCO3 yang terlarut dalam air, bisa
lewat fotosintesis dari bakteri atau hewan laut yang bisa melakukan fotosintesis
(kayak cyaobacteria) yang mengekstraksi CO2 di air buat biin karbohidrat, atau
melalui mediasi bakteri, organic decay (matinya organisme yang mensekresi CO2,
struktur cangkannya. Semua jenis sel hewan laut kebanyakan terbentuk melalui
terbentuk dari kalsit magnesian rendah (low magnesian calcite), Sementara ada
juga cangkang hewan yang tersusun dari hihg-magnesian calcite atau aragonit. Di
dasar laut ditutupi oleh calcareous ooze yang secara dominan merupakan
pteropods.
beberapa peloid marine berasal dari prespitasi kalsit atau magnesian kalsit halus
disekitar gumpalan aktif produk aktifitas bakteri. Menyebabkan litifikasi dari
dan transportasi ion melalui dinding sel. kalsifikasi hadir dibagian luar dari
dindingn sel dalam lingkungan mikro alkalin ini, yang akan melepaskan Ca2+
yang diangkut dari sel dan akan terjadi pertukaran dengan mengangkur 2H+.
(cyanobacteria). Melimpahnya karbon organik dalam dinding sel akan diserap dari
lain, beberapa produk dari pembusukan dapat berupa alkaline (pH menurun)
CaCO3.
Pembentukan mineral karbonat tidak lepas dari kondisi air (tawar dan asin)
terbentuk pada air tawar dan laut, namun informasi banyak diperoleh dari kondisi
air laut.
zone). Tingkat produktifitas mineral karbonat paling tinggi yaitu pada kedalaman
ini.
komposisi mineral karbonat yang tertentu seperti koral yang umum dijumpai
pengendapan yang paling baik. Hal ini juga berlaku jika ditinjau dari segi
dimana aragonit hanya ditemukan pada kedalaman hingga 2000 meter, maka
dapat dikatakan bahwa koral yang menyusun batuan karbonat umumnya pada
Menurut Milliman (1974), Folk (1974) dan Tucker dan Wright (1990)
mineral utama tersebut beberapa mineral sering pula dijumpai dalam batuan
karbonat yaitu magnesit (Mg CO3), Rhodochrosite (MnCO3) dan siderit (Fe
Calcite) Calcite)
Kimia
Kristal
MgCO3
refraksi
ganda
micrite micrite
tawar (transisi)
Jenis mineral yang umum dijumpai tersebut mempunyai kharakteristik yang tidak
jauh berbeda seperti yang ditunjukkan pada tabel di atas. Walaupun ketiganya
umum dijumpai pada batuan karbonat namun yang paling umum adalah kalsit
hususnya untuk batuan-batuan tua. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan
Bentuk kristal dari mineral kalsit dikontrol oleh kandungan Mg++ dalam air dan
bentuk ikatan kimianya dengan Ca. Semakin besar kandungan Mg++ maka bentuk
kristalnya cenderung kurus dan panjang seperti jarum dan sebaliknya cenderung
Struktur dasar yang umum dalam mineral karbonat adalah grup CO3. struktur ini
memiliki 3 atom oksigen dengan pusat kristal pada atom C. ikatan ini merupakan
ikatan yang relatif lebih kuat dibanding dengan ikatan kimia lainnya dalam
mineral karbonat (Tucker dan Wright, 1990). Bentuk struktur kristal dari ketiga
mineral utama karbonat seperti disebutkan pada tabel 2 digambarkan dalam tiga
Khusus untuk kalsit dan dolomit mempunyai kesamaan system kristal tetapi
berbeda secara struktur. Pada kalsit terdapat perselingan lapisan antara atom Ca
dan kelompok CO3. Setiap kelompok CO3 dalam satu lapisan mempunyai
dengan penyinaran matahari yang cukup, sehingga batuan karbonat yang tersusun
oleh komponen dengan mineral aragonit merupakan produk laut dangkal dengan
kedalaman 200 meter. Sedangkan mineral kalsit merupakan mineral yang stabil
dalam air laut dan dekat permukaan kulit bumi. Mineral kalsit tersebut masih bisa
Dolomit adalah mineral karbonat yang stabil dalam air laut dan dekat permukaan.
Dolomit menurut sebagian ahli merupakan batuan karbonat yang terbentuk oleh
hasil diagenesa batuan yang telah ada. Dengan demikian maka dolomit hanya
Wilayah atau kedalaman dimana mineral aragonit mulai melarut pada kedalaman
sekitar 600 meter disebut lysocline dan pada kedalaman sekitar 2000 meter
merupakan zona dimana aragonit tidak terbentuk lagi atau dikenal sebagai
Aragonite Compensation Depth (ACD). Sedangkan mineral kalsit mulai melarut
pada kedalaman sekitar 3000 meter dan pada kedalaman sekitar 4200 meter tidak
ditemukan lagi mineral karbonat atau disebut Calcite Compensation depth (CCD)
(Gambar 4).
Gambar 4 Diagram yang memperlihatkan posisi relatif mineral aragonit dan kalsit
terhadap kedalaman air laut dan tingkat solubilitas mineral yang ditunjukkan oleh
garis ACD dan CCD pada daerah tropis. Pembagian zona menjadi 4 zona yaitu
zona presipitasi (I), zona dissolusi parsial (II), zona dissolusi aktif (III) dan zona
Terjadinya perbedaan tersebut tidak hanya terjadi oleh karena perbedaan sinar
matahari yang bisa masuk tetapi juga disebabkan oleh temperatur air laut,
kandungan Mg2+, saturasi dari konsentrasi CO32- serta fisiologi biotanya (Tucker
Diagram yang diperlihatkan pada gambar 4 di atas secara berangsur berubah atau
Kedalaman air laut yang bisa tertembus oleh sinar matahari semakin tinggi pada
posisi dekat dengan equator atau khatulistiwa. Oleh karena itu pada daerah-daerah
modern yang baik. Sebaliknya zona yang menjauh dari daerah equatorial maka
kedalaman air yang dapat ditembus oleh cahaya matahari semakin dangkal
Gambar 5 Diagram yang memperlihatkan posisi relatif zona presipitasi (I), zona
dissolusi parsial (II), zona dissolusi aktif (III) dan zona dimana tidak ditemukan
Khusus untuk daerah tropis, pembagian zona tersebut CCD mencapai kedalaman
laut sekitar 4500-an meter atau hingga laut dalam (deep sea). Jika zona- zona
dua dimensi (Gambar 6), maka zona dimana masih bisa ditemukan adanya
mineral kalsit termasuk kedalam laut dalam (deep sea) pada zona III.
Gambar 6 Diagram yang memperlihatkan hubungan antara zona-zona mineral
Batuan karbonat dilaut bisa terbentuk diberbagai tempat mulai dari laut
yang diketahui dari rekaman geologi (Bathurst 1975, J.L Wilson, 1975; J.F Read,
1980), lingkungan lingkungan ini adalah: basin, slope, ramps, shelf margin,
foreslope, reefs, dan carbonte builds up lainnya, open shelves, shoals, dan
fasies karbonat yang khas: litofasies, struktur, dan foisl yang hadir. Konfigurasi
batas kontinental yang hadir adalah satu dimana ada reef dan lereng curam di
depanya (ke arah laut dalam) kedua contental rise dengan carbonate ramp.
Menurut Tucker tahun 1985 dijelaskan bahwa endapan karbonat pada laut
dangkal terbentuk pada 3 macam lokasi yaitu Platform, shelf, dan ramps.
Fasies karbonat ramp
Fasies karbonat ramp merupakan suatu tubuh karbonat yang sangat besar
yang dibangun pada daerah yang positif hingga ke daerah paleoslope, mempunyai
kemiringan yang tidak signifikan, serta penyebaran yang luas dan sama. Pada
fasies ini energi transportasi yang besar dan dibatasi dengan pantai atau inter tidal
sangat besar dmana pada bagian atas lebih kurang horisontal dan berbatasan
langsung dengan shelf margin. Sedimen sedimen terbentuk dengan energi yang
tinggi.
Batas platform
Transisi dari shelf ke slope berpengaruh pada perubahan yang cepat dari
pola fasies karbonat. Pola pertama yang dicari oleh kebanyakan interpreter adalah
yang bagus adalah karbonat Cretaceous di timur laut Amerika Serikat dan Teluk
melebihi 1000 meter. Salah satu signature kunci adalah adanya refleksi shingled
kecil yang miring ke arah lingkungan paparan (shelf). Ini adalah hasil dari
transpor endapan karbonat oleh badai dan arus dari puncak reef menuju bagian
amplitudo dan kemenerusan walaupun ini tidak selalu benar. Karena kemiringan
utama dari slope karbonat dapat melebihi 300 maka transisi dari buildup ke slope
meter sampai beberapa km saja). Endapan karbonat pada daerah ini dicirikan
dengan adanya break slope pada daerah tepi paparan, terdapatnya terumbu dan
sand body karbonat. Kompleks terumbu pada fasies ini terbagi menjadi : Fasies
terumbu muka (Force reef), inti terumbu (reef core) dan terumbu belakang (back
reef).
Model Terumbu Karbonat
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau
karbonat kristalin hasil presipitasi langsung (Rejers & Hsu, 1986). Bates &
http://www.Maranatha.blog-batuan-karbonat.htm/3/11/2016.
http://www.Mineralogi-batuan-karbonat.htm/3/11/2016.
http://www.kapalabatu43-komponen-batuan-karbonat.htm/4/11/2016.
http://www.kapalabatu43-klasifikasi-batuan-karbonat.htm/4/11/2016.
http://www.novieutami.blogspot.com/4/11/2016/klasifikasi-batuan-karbonat.html
http://www.scribd.com/doc/24234609/10/II-3-2-Batuan-Sedimen-Karbonat
http://geologi08.wordpress.com/2016/4/11.
http://www.Fasies-dan-diagenesa-batuan-karbonat_Himpunan,Geofisika,
Indonesia-HMGI.htm/4/11/2016