Anda di halaman 1dari 41

Aku Shinchan!!!

Siap Memberikan Ilmu Tentang Kimia


Klinik yaitu Sperma, Feses & Urine!!

1
Sebelum itu baca basmalah
dulu biar berkah ilmu nya
okee

Dan kita akan mulai dari


Sperma

Apa itu Sperma?

2
SPERMA

????

Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa (berasal dari bahasa


Yunani kuno: σπέρμα yang berarti benih, dan ζῷον yang berarti makhluk
hidup) adalah sel dari sistem reproduksi laki-laki. Sel sperma akan
membuahi ovum untuk membentuk zigot.

3
Pemeriksaan

Pemeriksaan yang pertama kali dilakukan untuk menilai adanya masalah pada
kesuburan pria adalah dengan melakukan analisis sperma.
Pemeriksaan sperma dilakukan melalui bahan sperma yang dikeluarkan melalui jalan
masturbasi ataupun melalui sanggama terputus. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan
segera (paling lambat 1 jam setelah sperma dikeluarkan).

Syarat pemeriksaan sperma analisis:


1. Keadaan pria hari pemeriksaan hendaknya cukup sehat, tidak dalam keadaan
lelah, lapar dan cukup beristirahat sebelumnya.
2. Sperma dikeluarkan setelah didahului oleh abstinensia seksual (tidak
ejakulasi dengan cara apapun) selama 3 – 4 hari (rekomendasi WHO
abstinensia 2 sampai 7 hari).
3. Sperma dikeluarkan secara mastrurbasi di Laboratorium, dan harus di
tampung secara utuh.

4
Pada kondisi dimana pria tidak dapat mengeluarkan sperma di laboratorium, maka
boleh yang bersangkutan dapat mengeluarkan di tempat lain, misalnya di
rumah/hotel dekat dengan laboratorium dengan memperhatikan hal-hal berikut :

1. Masturbasi tidak diperkenankan memakai bahan pelicin seperti sabun,


minyak dan lain-lainnya.
2. Wadah penampung harus terbuat dari gelas yang sudah dicuci bersih dan
dibilas berulang-ulang untuk menghilangkan sisa sabun/ditergen yang di
pakai. Botol sebaiknya bermulut lebar, mempunyai volume 20-50 ml.
Sebaiknya wadah dalam keadaan steril dan sudah dipersiapkan oleh
laboratorium pemeriksa.
3. Tidak diperkenankan menampung sperma kedalam kondom.
4. Gelas penampung ditutup cukup dengan penutup atau dengan kertas
5. Sperma yang sudah tertampung segera diserahkan kepada petugas
laboratorium dalam waktu setengah sampai satu jam.
6. Dalam perjalanan menuju laboratorium suhu sperma dipertahankan sekitar
25-35oC, misalnya dalam kantong pakaian yang dikenakan.

Pemeriksaan dengan melakukan senggama terputus boleh dilakukan asalkan dengan


memperhatikan persyaratan/persiapan yang tersebut di atas.

5
Cara Memperoleh Sperma

Masturbasi / Onani
Cara ini merupakan methode yang paling dianjurkan untuk memperoleh sperma,
biasanya dengan tangan (baik tangan sendiri maupun tangan istrinya) atau dengan
suatu alat tertentu. Kebaikan cara ini menghindari kemungkinan tumpah ketika
menampung sperma, menghindari dari pencemaran sperma dengan zat-zat yang lain.

Coitus Interuptus ( CI )
Adalah melakukan persetubuhan secara terputus, hal ini kurang baik dianjurkan
sebab :
a.Memungkinkan sperma dapat tercampur dengan cairan vagina, sehingga
banyak mengandung epitel, leukosit, eritosit, bakteri, parasit, jamur dll.
b. Dalam jumlah penampungannya kurang, karena sperma sebagian dapat
mesuk ke vagina. Disamping itu terjadi kesalahan pada pemeriksaan PH dan
konsentrasi.
c. Coitus Condomatosus
Pengeluaran sperma dangan cara ini dilarang dan sangat tidak diperkenankan.
Karena sebagian besar karet kondom mengandung bahan spermiacidal, yaitu
bahan yang dapat mematikan sperma
d. Reflux poscital
Adalah suatu cara Coitus dimana setelah sperma keluar dan masuk kevagina,
sperma tersebut dibilas demga pz atau cairan lainnya. Hal ini akan timbul
kekeliruan dalam volume konsentrasi dan viskositas.
e. Massage prostat
Adalah suatu cara pengeluaran dengan cara memijat kelenjar prostat lewat
rectum, disini jelas akan timbul kekeliruan dalam penafsiran pH, konsentrasi
dan sebagainya yang keluar adalah cairan prostat.
Jadi cara memperoleh sperma yang paling baik adalah dengan onani meskipun
faktor psikis ada pengaruhnya. Hal ini dapat terjadi pada orang desa, orang
tertentu yang tidak bisa melakukan onani atau orang yang tidak mengerti
tentang onani.
Biasanya orang kota lebih gampang dari pada orang desa, orang muda lebih
mudah dari pada orang tua, orang yang tidak di sunat lebih gampang daripada
orang yang di sunat, juga pengaruh religius.
Cara memperoleh sperma sebagai pilihan kedua adalah dengan cara Coitus
Interuptus bila alasan religius cara pertama tidak memungkinkan.

6
Pemeriksaan secara Mikroskopis

Analisa Sperma Secara Mikroskopik


Sebelum pemeriksaan mikroskopik, sperma tersebut harus diaduk dengan baik, untuk
pemeriksaan mikroskopik maka 1 tetes sperma, diameter sekitar 2 – 3 mm, diletakan
diatas gelas objek yang bersih dan kemudian ditutup dengan gelas penutup, Setelah itu
siap di periksa dibawah pembesaran 100 X atau 400-600 X.

Jumlah Sperma Perlapang Pandang / Perkiraan densitas sperma


Sebelum menentukan atau menghitung konsentrasi sperma perlu dilakukan perkiraan
kasar jumlah sperma agar dapat menentukan prosedur pengenceran yang akan
digunakan dan untuk mempersiapkan sediaan apus untuk analisis morfologi.

So.. jangan menyerah oke..


Masih banyak tau
pemeriksaan Mikroskopis Karna ini ilmu...

7
Cara Pemeriksaanya :
- Diaduk sperma hingga homogen
- Diambil 1 – 3 tetes cairan sperma ditaruh diatas obyek glass lalu
ditutup dengan cover glass(ukuran standar)
- Kemudian dilihat dibawah mikroskop dengan perbesaran 40 X
- Dihitung berapa banyak spermatozoa pada beberapa lapang pandang
Misalnya dihitung berturut-turut : lapang pandang
I = 10 Spermatozoa
II = 5 Spermatozoa
III = 7 Spermatozoa
IV = 8 Spermatozoa
Disini dalam laporan dituliskan terdapat 5 – 10 spermatozoa perlapang
pandang. Perkiraan konsentrasi spermatozoa dikalikan dengan 106
berarti perkiraan konsentrasi spermatozoa adalah 5 – 10 juta/ml
Kalau spermatozoanya banyak dihitung perkwadran (1/4 lapang
pandang)
Misalnya ¼ Lapang pandang = 50 spermatozoa, jadi perlapang
pandang 200 spermatozoa. Perkiraan konsentrasi spermatozoa
dikalikan dengan 106 berarti perkiraan konsentrasi spermatozoa adalah
200 juta/ml
Kalau dilihat perlapang pandang didapatkan nol spermatozoa maka
tidak usah dilakukan pemeriksaan konsentrasi, jadi disini menghemat
tenaga dan reagensia, bila didapatkan nol spermatozoa disebut
Azoospermia.

Azoospermia dapat disebabkan oleh karena :


- Testisnya kecil atau rusak
- Salurannya testis buntu (obstruksi)
- Vasectomy bila diperlukan untuk check up
Apabila Azoospermia, ini menggambarkan operasi vasectomy
tersebut berhasil dan ini sangat menggembirakan pasien
- Over dosis Androgen dan corticosteroid

8
Pergerakan Sperma
Pada pemeriksaan perlapang pandang sekaligus kita memeriksa
pergerakan spermatozoa dalam memeriksa pergerakan spermatozoa
sebaiknya diperiksa setelah 20 menit karena dalam waktu 20 menit
sperma tidak kental sehingga spermatozoa mudah bergerak akan tetapi
jangan lebih dari 60 menit setelah ejakulasi sebab dengan bertambahnya
waktu maka :
- spermatozoa akan memburuk pergerakannya.
- pH dan bau mungkin akan berubah .
spermatozoa yang bergerak baik adalah gerak kedepan dan arahnya
lurus, gerak yang kurang baik adalah gerak zig-zag, berputar-putar dan
lain-lain
- Jangan sekali-kali menyebut spermatozoa itu mati yang betul adalah
spermatozoa tidak bergerak
- Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada suhu kamar (20OC - 25 OC).

Perhitungan :
Dihitung dulu spermatozoa yang tidak bergerak kemudian dihitung
yang bergerak kurang baik, lalu yang bargerak baik misal :
- yang tidak bergerak = 25%
- yang bergerak kurang baik = 50%
- yang bergerak baik = 100% - 25% - 50% = 25%
Prosentase pergerakan cukup ditulis dengan angka bulat
(umumnya kelipatan 5 misalnya : 10%,15%, 20%)
Kalau sperma yang tidak bergerak > 50% maka perlu dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut guna mengetahui viabilitas sperma
(banyaknya sperma yang hidup) sebab sprermatozoa yang tidak
bergerakpun kemungkinan masih hidup.

9
Sebab menurunnya motilitas spermatozoa
 Dilakukan pemeriksaan yang terlalu lama sejak sperma dikeluarkan.
 Cara penyimpanan sampel yang kurang baik.

Perhitungan Jumlah Sperma


Perhitungan konsentrasi spermatozoa dapat ditentukan dengan
mengunakan metode hemositometer atau ”electronic coulter
counter”. Metode hemositometer lebih sering digunakan untuk
sperma yang mempunyai perkiraan spermatozoa yang sangat rendah
(misalnya 10 juta/ml) atau pemeriksaan sperma yang memerlukan
penentuan jumlah dengan segera. Metode hemositometer ini
dipergunakan di sebagian besar negara.

Morfologi
Pemeriksaan morfologi berdasarkan kepala dari spematozoa dapat
dilakukan dengan cara :
Membuat preparat hapusan diatas obyek glass keringkan selama 5
menit, lalu di fixasi dengan larutan metilalkohol selama 5 menit,
kemudian selanjutnya dilakukan pewarnaan dengan larutan giemsa,
wright, atau zat warna yang lain menurut kesukaan sendiri.

Lekosit
Leukosit di laporkan per lapang pandang seperti halnya dalam
sedimen urin, misalnya 3 – 8 perlapang pandang. Jumlah lekosit yang
besar erat hubunganya dengan infeksi organ – organ spermiogenesis.

10
Pemeriksaan secara Makroskopis

Analisa sperma Secara Makroskopis


Sperma yang baru keluar selalu menunjukan adanya gumpalan atau koagolum diantara
lendir putih yang cair. Pada sperma yang normal gumpalan ini akan segera mencair
pada suhu kamar dalam waktu 15 – 20 menit. Peristiwa ini dikatakan sperma
mengalami pencairan (Liquefaction).
Liquefaction terjadi karena daya kerja dari enzim – enzim yang diproduksi oleh

Pengukuran Volume
Dilakukan setelah sperma mencair, cara kerja :
ξ Sperma ditampung seluruhnya dalam botol penampung yang bermulut lebar untuk
sekali ejakulasi
ξ Volume diukur dengan gelas ukur yang mempunyai skala volume 0,1 ml.
ξ Kemudian baca hasil.
Volume normal sperma belum jelas sampai sekarang, disebabkan lain bangsa lain
volume. Bagi orang indonesia volume yang normal 2 – 3 ml. Volume yang lebih dari
8 ml disebut Hyperspermia, Sedangkan yang kurang dari 1 ml disebut Hypospermia.

Sama ini juga banyak


ahahaha... Tetap semangattt!!!

11
Hypospermia disebabkan oleh :
 Ejakulasi yang berturut-turut
 Vesica seminalis kecil ( buntu cabstuksi )
 Penampung sperma tidak sempurna

Hyperspermia disebabkan oleh :


a. Kerja kelenjar prostat dan vesika seminalis terlalu giat.
b.Minum obat hormon laki – laki.

Kesan volume ini menggambarkan kerja kelenjar prostat dan vesika


seminalis.

PH
Sperma yang normal tidak banyak berbeda dengan pH darah,
untuk mengukur pH cukup dengan menggunakan kertas pH
kecuali dalam satu penelitian dapat digunakan pH meter. Cara
kerjanya :
Celupkan kertas pH dalam sperma yang homogen yang terdapat
dalam botol penampung, baca hasil. Sperma yang normal pH
menunjukan sifat yang agak basa yaitu 7,2 – 7,8. pengukuran
sperma harus segera dilakukan segera setelah sperma mencair
karena akan mempengaruhi pH sperma. Juga bisa karena sperma
terlalu lama disimpan dan tidak segera diperiksa sehingga tidak
dihasilkan amoniak ( terinfeksi oleh kuman gram (-), mungkin
juga karena kelenjar prostat kecil, buntu, dan sebagainya.
pH yang rendah terjadi karena keradangan yang kronis dari
kelenjar prostat, Epididimis, vesika seminalis atau kelenjar vesika
seminalis kecil, buntu dan rusak.

12
Bau Sperma
Spermatozoa yang baru keluar mempunyai bau yang khas atau spesifik,
untuk mengenal bau sperma, seseorang harus telah mempunyai
pengalaman untuk membaui sperma. Sekali seorang telah mempunai
engalaman, maka ia tidak akan lupa akan bau sperma yang khas tersebut.
Baunya Sperma yang khas tersebut disebabkan oleh oksidasi spermin
(suatu poliamin alifatik) yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat.
Cara pemeriksaannya :
ξ Sperma yang baru keluar pada botol penampung dicium baunya
ξ Dalam laporan bau dilaporkan : khas / tidak khas
Dalam keadaan infeksi sperma berbau busuk / amis. Sacara biokimia
sperma mempunyai bau seperti klor / kaporit.

Warna sperma
Memeriksa warna sperma sekaligus memeriksa kekeruhan, sperma
yang normal biasanya berwarna putih keruh seperti air kanji
kadang-kadang agak keabu-abuan. Adanya lekosit yang disebabkan
oleh infeksi traktus genitalia dapat menyebabkan warna sperma
menjadi putih kekuningan. Adanya perdarahan menyebabkan
sperma berwarna kemerahan.
Cara kerja :
Sperma yang ada dalam tabung reaksi diamati dengan
menggunakan latar belakang warna putih menggunakan
penerangan yang cukup.

13
Liquefection
Liquefaction dicheck 20 menit setelah ejakulasi (setelah dikeluarkan).
Dapat dilihat dengan jalan melihat coagulumnya.
Bila setelah 20 menit belum homogen berarti kelenjar prostat ada gangguan
(semininnya jelek).
Bila sperma yang baru diterima langsung encer mungkin :
Tak mempunyai coagulum oleh karena saluran pada kelenjar vesica
seminalis buntu atau memang tak mempunyai vesika seminalis.

Viskositas (Kekentalan)
Kekentalan atau viskositas sperma dapat diukur setelah
likuifaksi sperma sempurna.

Pemeriksaan viskositas ini dapat dilakukan dengan dua cara :

 Cara subyektif
Dengan menyentuh permukaan sperma dengan pipet atau batang pengaduk,
kemudian ditarik maka akan terbentuk benang yang panjangnya 3 – 5 cm.
Makin panjang benang yang terjadi makin tinggi viskositasnya.

 Cara Pipet Elliason


Syaratnya sperma harus homogen dan pipet yang digunakan harus kering.
Mengukur vikositas dengan menggunakan pipet elliason. Prosedurnya
cairan sperma dipipet sampai angka 0,1, kemudian atas pipet ditutup dengan
jari. Setalah itu arahkan pipet tegak lurus dan stopwath dijalankan, jika
terjadi tetesan pertama stopwath dimatikan dan hitung waktunya dengan
detik. Vikositas sperma normal < 2 detik. Semakin kental sperma tersebut
semakin besar vikositasnya. Hal ini mungkin disebabkan karena :
- Spermatozoa terlalu banyak
- Cairannya sedikit
- Gangguan liquedaction
- Perubahan komposisi plasma sperma
- Pengaruh obat-obatan tertentu.

14
Fruktosa Kualitatif
Fruktosa sperma diproduksi oleh vesica seminalis. Bila tidak didapati
fruktosa dalam sperma, hal ini dapat disebabkan karena
- Azospermia yang disebabkan oleh agenesis vas deferens
- Bila kedua duktus ejakulatorius tersumbat
- Kelainan pada kelenjar vesika seminalis
Cara pemeriksaan fruktosa :
- 0.05 ml sperma + 2 ml larutan resolsinol ( 0.5 % dalam alkohol 96% )
campur sampai rata.
- Panaskan dalam air mendidih 5 menit.
- Bila sperma mengandung fruktosa maka campuran diatas menjadi merah
coklat atau merah jingga.
- Bila tidak ada fruktosa maka tidak menjadi perubahan warna.
Pemeriksaan fruktosa kualitatif ini harus merupakan pemeriksaan rutin pada
sperma azoospermia

Selesai ni Sperma...

15
Kuuyy Feses

Jangan sambil ngebayangin


Feses yaa bacanyaaa..
kwkwkwkwk

Apa itu Fses?

16
FESES

????

Tinja(feses) adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh


manusia melalui anus sebagai sisa dari proses pencernaan makanan di
sepanjang sistem saluran pencernaan (tractus digestifus). Pengertian tinja
ini juga mencakup seluruh bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh
manusia termasuk karbon monoksida (CO2) yang dikeluarkan sebagai sisa
dari proses pernafasan, keringat, lendir dari ekskresi kelenjar, dan
sebagainya .Ekskreta manusia (human excreta) yang berupa feses dan air
seni (urine) merupakan hasil akhir dari proses yang berlangsung dalam
tubuh manusia yang menyebabkan pemisahan dan pembuangan zat-zat
yang tidak dibutuhkan oleh tubuh.

17
Pemeriksaan secara Makroskopis

Jumlah
Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100--250 gram per
hari.Banyaknya tinja dipengaruhi jenis makananbila banyak makan sayur jumlah tinja
meningkat.Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan berbentuk. Pada
diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair,sedangkan sebaliknya tinja
yang keras atau skibala didapatkanpada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus
menghasilkantinja yang lunak dan bercampur gas.

DARAH
Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda, coklat atau hitam.
Darah itu mungkin terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja.
Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur dengan tinja
dan warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau
varices dalam oesophagus. Sedangkan pada perdarahan di bagian distal saluran
pencernaan darahterdapat di bagian luar tinja yang berwarna merah muda
yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma rektum. Dalam keadaan normal
didapatkan sedikit sekali lender dalam tinja. Terdapatnya lendir yang banyak
berarti adarangsangan atau radang padadinding usus. Kalau lendir itu hanya
didapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkinterletak pada usus
besar. Sedangkan bila lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali iritasi
terjadi pada usus halus. Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan
lendir saja tanpa tinja.

18
Warna
Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan
terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinja dipengaruhi oleh
berbagaijenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang dimakan.
Warna kuning dapat disebabkan karena susu, jagung, lemak dan obat santonin.
Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung
klorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin
dalam mekonium. Kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen
dalam saluran pencernaan yangdidapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut
disebut akholis. Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas
seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan makanan mengandung banyak lemak
yang tidak dapat dicerna dan juga setelah pemberian garam barium setelah
pemeriksaan radiologik. Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh
perdarahan yang segar dibagian distal, mungkin pula olehmakanan seperti bit atau
tomat. Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal
saluran pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain. Warna
coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik.
Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang
atau bismuth dan mungkin juga oleh melena.

BAU
Bau normal beraroma khas, bukan bau busuk. Sedangjan bau
tidak normal : Baunya sangat busuk. Dicurigai, ada pembusukan yang tidak
normal oleh bakteri di usus.Indol, skatol dan asam butirat
menyebabkan bau normalpada tinja. Bau busuk didapatkan jika dalam usus
terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak
oleh kuman. Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu.Tinja
yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna
seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu
menjadi asam. Bau sangat asam biasanya pertanda ada gangguan penyerapan
gula atau istilahnya malabsorbsi karbohidrat laktosa. Bau amis kemungkinan
infeksi amuba atau jamur. Bau khas dari tinja disebabkan oleh aktivitas
bakteri. Bakteri menghasilkan senyawa seperti indole, skatole, dan thiol
(senyawa yang mengandung belerang), dan juga gas hidrogen sulfida. Asupan
makanan berupa rempah-rempah dapat menambah bau tinja. Terdapat juga
beberapa produk komersial yang dapat mengurangi bau tinja.

19
Karakteristik Feses
Seorang yang normal diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata sehari sekitar
83 gram dan menghasilkan air seni sekitar 970 gram. Kedua jenis kotoran manusia
ini sebagian besar berupa air, terdiri dari zat-zat organik (sekitar 20% untuk tinja dan
2,5% untuk air seni), serta zat-zat anorganik seperti nitrogen, asam fosfat, sulfur, dan
sebagainya.
Pada setiap gram tinja juga mengandung berjuta-juta mikroorganisme yang pada
umumnya tidak berbahaya bagi kesehatan/ tidak menyebabkan penyakit. Namun
tinja potensial mengandung mikroorganisme patogen, terutama apabila manusia
yang menghasilkannya menderita penyakit saluran pencernaan makanan (enteric or
intestinal disesases). Mikroorganisme tersebut dapat berupa bakteri, virus, protozoa,
ataupun cacing-cacing parasit. Coliform bacteria yang dikenal sebagaiEcherichia
coli dan Fecal stretococci (enterococci) yang sering terdapat di saluran pencernaan
manusia, dikeluarkan dari tubuh manusia dan hewan-hewan berdarah panas lainnya
dalam jumlah besar rata-rata sekitar 50 juta per gram .

Aku Tinja Padamu

20
Pemeriksaan secara Mikroskopis

Leukosit
Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh
sediaan.Pada disentri basiler, kolitis ulserosadan peradangan didapatkan peningkatan
jumlah leukosit. Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada
penderita dengan alergi saluran pencemaan.

Eritrosit
Hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan bila
lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu
berarti abnormal.Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epitel yaitu
yang berasal dari dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian
proksimal jarang terlihat karena sel ini biasanya telah rusak. Jumlah sel epitel
bertambah banyak kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus
bagian distal.

21
Kristal
Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin
terlihat kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel
fosfat dan kalsium oksalat didapatkan setelah memakan bayem atau
strawberi, sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah banyak makan
lemak. Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leydendan
kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran
pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis. Pada perdarahan saluran
pencernaan mungkin didapatkan kristal hematoidin.

Sisa makanan
Hampir selalu dapat ditemukan juga pada keadaan
normal, tetapi dalam keadaan tertentu
jumlahnya meningkat dan hal ini dihubungkan dengan
keadaan abnormal. Sisa makanan sebagian berasal dari
makanan daun-daunan dan sebagian lagi berasal dari
hewan seperti serat otot, serat elastic dan lain-
lain.Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi
tinja dicampur dengan larutan lugol untuk menunjukkan
adanya amilum yang tidak sempurna dicerna.

22
Mungkin ini yg terakhir

Yaitu adalah Urine

Apa itu Urine?

23
URINE

????

Definisi Urine
Cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.

Fungsi Urine
Untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari Dalam tubuh.

24
Pemeriksaan secara Makroskopis

Pemeriksaan Makroskopik Urine


Tes makroskopik dilakukan dengan cara visual. Pada tes ini biasanya menggunakan
reagen strip yang dicelupkan sebentar ke dalam urine lalu mengamati perubahan
warna yang terjadi pada strip dan membandingkannya dengan grafik warna standar.
Tes ini bertujuan mengetahui pH, berat jenis (BJ), glukosa, protein, bilirubin,
urobilinogen, darah, keton, nitrit dan lekosit esterase, pemeriksaan ini juga untuk
mengetahui baud an berat jenis.

Warna Urin
Warna Urin dipengaruhi oleh konsentrasi, adanya obat, senyawa eksogen dan
endogen serta pH.
 Warna Merah coklat ; menunjukan urin mengandung hemoglobin,
myoglobin, pugmen empedu, darah dan pewarna. Dapat juga karena
pemakaian klorpromazin, haloperidol, rifampisin, fenition, ibuprofen. Warna
merah coklat dapat berarti urin bersifat asam (karena metronidazol) atau alkali
(karena laksatif, metildopa).
 Warna Kuning merah (pink) menunjukkan adanya sayuran, bit,
fenazopiridin atau katartik fenolftalein, ibuprofen, fenitoin dan klorokuin.
 Warna biru kehijauan menunjukkan pasien mengkonsumsi bit, adanya
bakteri Pseudomonas, pigmen empedu dan amitriptilin.
 Warna hitam menunjukkan adanya alkaptouria
 Warna gelap menunjukkan adanya porfiria, malignant melanoma (sangat
jarang ditemukan)
 Urin yang berbusa mengandung protein atau asam empedu
 Kuning kecoklatan menunjukkan primakuin, sulfametoksazol, bilirubin,
urobilin

25
PH
Ini adalah derajat keasaman air seni. pH urine pada orang normal adalah 4,8
– 7,4. pH di bawah 7,0 disebut asam (acid) dan pH di atas 7,0 dinamakan
basa (alkali). Beberapa keadaan dapat menyebabkan pH urine menjadi basa
, misalnya : diet vegetarian, setelah makan, muntah hebat, infeksi saluran
kencing oleh bakteri Proteus atau Pseudomonas, urine yang disimpan lama,
terapi obat-obatan tertentu, atau gangguan proses pengasaman pada bagian
tubulus ginjal. Sebaliknya, pH urine bisa menjadi rendah atau asam dapat
dijumpai pada : diabetes, demam pada anak, asidosis sistemik, terapi obat-
obatan tertentu.

Berat Jenis
Berat jenis (BJ) atau specific gravity (SG) dipengaruhi
oleh tingkat keenceran air seni. Pada orang normal,
berat jenis urine adalah 1,015 – 1,025. Seberapa
banyak Anda minum atau berkemih akan
mempengaruhi BJ urine; semakin banyak berkemih,
akan semakin rendah BJ, demikian sebaliknya. Adanya
protein atau glukosa dalam urine akan meningkatkan
BJ urine. Jika ada protein dalam urine, maka setiap 1%
proteinuria BJ bertambah 0,003. Jika ada glukosa
dalam urine, maka setiap 1% glukosuria BJ bertambah
0,004.

26
Pemeriksaan secara Mikroskopis

Pemeriksaan Mikroskopik Urine


Tes mikroskopik dilakukan dengan memutar (centrifuge) urin lalu mengamati
endapan urin di bawah mikroskop. Tes ini bertujuan untuk mengetahui : (1)
unsur-unsur organik (sel-sel : eritrosit, lekosit, epitel), silinder, silindroid,
benang lendir; (2) unusur anorganik (kristal, garam amorf); (3) elemen lain
(bakteri, sel jamur, parasit Trichomonas sp., spermatozoa).

Darah
Dalam keadaan normal, tidak ada darah atau hemoglobin dalam air seni. Adanya
darah dalam urine (hemoglobinuria) dapat menunjukkan adanya trauma atau
perdarahan pada ginjal atau saluran kemih, infeksi, tumor, batu ginjal.

27
Nitrit
Dalam urine orang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolism protein.
Jika terdapat infeksi saluran kemih (urinary tract infection) oleh kuman dari
spesies Enterobacter, Citrobacter, Escherichia, Proteus dan Klebsiela yang
mengandung enzim reduktase, maka nitrat akan diubah menjadi nitrit.

Keton
Keton merupakan sampah hasil metabolisme lemak. Jika
persediaan glukosa menurun, maka untuk mencukupi
suplai energi, cadangan lemak yang ada dimetabolisme.
Peningkatan metabolisme lemak ini menyebabkan
penumpukan keton (asam betahidroksi butirat, asam
aseto asetat dan aseton) dalam urine atau dinamakan
ketonuria. Ketonuria dapat dijumpai pada penderita
diabetes mellitus atau pada orang yang kelaparan.

Eritrosit
Eritrosit dalam air seni dapat berasal dari bagian
manapun dari saluran kemih. Secara teoritis, harusnya
tidak dapat ditemukan adanya eritrosit, namun dalam
urine normal dapat ditemukan 0 – 3 sel/LPK. Hematuria
adalah adanya peningkatan jumlah eritrosit dalam urin
karena: kerusakan glomerular, tumor yang mengikis
saluran kemih, trauma ginjal, batu saluran kemih,
infeksi, inflamasi, infark ginjal, nekrosis tubular akut,
infeksi saluran kemih atas dan bawah, nefrotoksin, dll.

28
Leukosit
Lekosit berbentuk bulat, berinti, granuler, berukuran kira-kira 1,5 – 2 kali
eritrosit. Lekosit dalam urine umumnya adalah neutrofil
(polymorphonuclear, PMN). Lekosit dapat berasal dari bagian manapun dari
saluran kemih.

Silinder Hialin
Silinder hialin atau silinder protein terutama terdiri
dari mucoprotein (protein Tamm-Horsfall) yang
dikeluarkan oleh sel-sel tubulus. Silinder ini homogen
(tanpa struktur), tekstur halus, jernih, sisi-sisinya
parallel, dan ujung-ujungnya membulat. Sekresi
protein Tamm-Horsfall membentuk sebuah silinder
hialin di saluran pengumpul.

Silinder hialin tidak selalu menunjukkan penyakit


klinis. Silinder hialin dapat dilihat bahkan pada
pasien yang sehat. Sedimen urin normal mungkin
berisi 0 – 1 silinder hialin per LPL. Jumlah yang lebih
besar dapat dikaitkan dengan proteinuria ginjal
(misalnya, penyakit glomerular) atau ekstra-ginjal
(misalnya, overflow proteinuria seperti dalam
myeloma).
Silinder protein dengan panjang, ekor tipis terbentuk
di persimpangan lengkung Henle's dan tubulus distal
yang rumit disebut silindroid (cylindroids).

29
Silinder Eritrosit
Silinder eritrosit bersifat granuler dan mengandung hemoglobin dari kerusakan
eritrosit. Adanya silinder eritrosit disertai hematuria mikroskopik memperkuat
diagnosis untuk kelainan glomerulus. Cedera glomerulus yang parah dengan
kebocoran eritrosit atau kerusakan tubular yang parah menyebabkan sel-sel
eritrosit melekat pada matriks protein (mukoprotein Tamm-Horsfall) dan
membentuk silinder eritrosit.

Silinder Leukosit
Silinder lekosit atau silinder nanah, terjadi ketika
leukosit masuk dalam matriks Silinder. Kehadiran
mereka menunjukkan peradangan pada ginjal, karena
silinder tersebut tidak akan terbentuk kecuali dalam
ginjal. Silinder lekosit paling khas untuk pielonefritis
akut, tetapi juga dapat ditemukan pada penyakit
glomerulus (glomerulonefritis). Glitter sel (fagositik
neutrofil) biasanya akan menyertai silinder lekosit.
Penemuan silinder leukosit yang bercampur dengan
bakteri mempunyai arti penting untuk pielonefritis,
mengingat pielonefritis dapat berjalan tanpa keluhan
meskipun telah merusak jaringan ginjal secara
progresif.

30
Silinder Granula
Silinder granular adalah silinder selular yang mengalami degenerasi.
Disintegrasi sel selama transit melalui sistem saluran kemih menghasilkan
perubahan membran sel, fragmentasi inti, dan granulasi sitoplasma. Hasil
disintegrasi awalnya granular kasar, kemudian menjadi butiran halus.

Silinder Lilin
Silinder lilin adalah silinder tua hasil silinder granular
yang mengalami perubahan degeneratif lebih lanjut.
Ketika silinder selular tetap berada di nefron untuk
beberapa waktu sebelum mereka dikeluarkan ke
kandung kemih, sel-sel dapat berubah menjadi silinder
granular kasar, kemudian menjadi sebuah silinder
granular halus, dan akhirnya, menjadi silinder yang
licin seperti lilin (waxy). Silinder lilin umumnya
terkait dengan penyakit ginjal berat dan amiloidosis
ginjal. Kemunculan mereka menunjukkan keparahan
penyakit dan dilasi nefron dan karena itu terlihat pada
tahap akhir penyakit ginjal kronis.

Ragi
Sel-sel ragi bisa merupakan kontaminan atau infeksi
jamur sejati. Mereka sering sulit dibedakan dari sel darah
merah dan kristal amorf, membedakannya adalah bahwa
ragi memiliki kecenderungan bertunas. Paling sering
adalah Candida, yang dapat menginvasi kandung kemih,
uretra, atau vagina.

31
Trichomonas vaginalis
Trichomonas vaginalis adalah parasit menular seksual yang dapat berasal
dari urogenital laki-laki dan perempuan. Ukuran organisme ini bervariasi
antara 1-2 kali diameter leukosit. Organisme ini mudah diidentifikasi dengan
cepat dengan melihat adanya flagella dan pergerakannya yang tidak menentu.

Triple fosfat
Seperti halnya Ca-oxallate, triple fosfat juga dapat
dijumpai bahkan pada orang yang sehat. Kristal terlihat
berbentuk prisma empat persegi panjang seperti tutup
peti mati (kadang-kadang juga bentuk daun atau
bintang), tak berwarna dan larut dalam asam cuka
encer. Meskipun mereka dapat ditemukan dalam setiap
pH, pembentukan mereka lebih disukai di pH netral ke
basa. Kristal dapat muncul di urin setelah konsumsi
makan tertentu (buah-buahan). Infeksi saluran kemih
dengan bakteri penghasil urease (mis. Proteus vulgaris)
dapat mendukung pembentukan kristal (dan
urolithiasis) dengan meningkatkan pH urin dan
meningkatkan amonia bebas.

Asam Urat
Kristal asam urat tampak berwarna kuning ke coklat,
berbentuk belah ketupat (kadang-kadang berbentuk
jarum atau mawar). Dengan pengecualian langka,
penemuan kristal asam urat dalam urin sedikit
memberikan nilai klinis, tetapi lebih merupakan zat
sampah metabolisme normal; jumlahnya tergantung
dari jenis makanan, banyaknya makanan, kecepatan
metabolisme dan konsentrasi urin. Meskipun
peningkatan 16% pada pasien dengan gout, dan dalam
keganasan limfoma atau leukemia, kehadiran mereka
biasanya tidak patologis atau meningkatkan konsentrasi
asam urat.

32
Kalsium oksalat
Kristal ini umum dijumpai pada spesimen urine bahkan pada pasien yang
sehat. Mereka dapat terjadi pada urin dari setiap pH, terutama pada pH
yang asam. Kristal bervariasi dalam ukuran dari cukup besar untuk sangat
kecil. Kristal ca-oxallate bervariasi dalam ukuran, tak berwarna, dan
bebentuk amplop atau halter. Kristal dapat muncul dalam specimen urine
setelah konsumsi makanan tertentu (mis. asparagus, kubis, dll) dan
keracunan ethylene glycol. Adanya 1 – 5 ( + ) kristal Ca-oxallate per LPL
masih dinyatakan normal, tetapi jika dijumpai lebih dari 5 ( ++ atau +++ )
sudah dinyatakan abnormal.

Kristal kolesterol
Kristal kolesterol tampak regular atau irregular ,
transparan, tampak sebagai pelat tipis empat persegi
panjang dengan satu (kadang dua) dari sudut persegi
memiliki takik. Penyebab kehadiran kristal kolesterol
tidak jelas, tetapi diduga memiliki makna klinis
seperti oval fat bodies. Kehadiran kristal kolesterol
sangat jarang dan biasanya disertai oleh proteinuria.

Pinter kan Shinchan


ohohoho...

33
Glukosa Urin
Darah disaring oleh jutaan nefron, sebuah unit fungsional dalam ginjal.
Hasil penyaringan (filtrat) berisi produk-produk limbah (mis. urea),
elektrolit (mis. natrium, kalium, klorida), asam amino, dan glukosa. Filtrat
kemudian dialirkan ke tubulus ginjal untuk direabsorbsi dan diekskresikan;
zat-zat yang diperlukan (termasuk glukosa) diserap kembali dan zat-zat
yang tidak diperlukan kembali diekskresikan ke dalam urin.
Kurang dari 0,1% glukosa yang disaring oleh glomerulus terdapat dalam
urin (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin)
terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui (kadar glukosa darah
melebihi 160-180 mg/dl atau 8,9-10 mmol/l), atau daya reabsorbsi tubulus
yang menurun.

Cara Kerja
Metode carik celup (dipstick) dinilai lebih bagus karena
lebih spesifik untuk glukosa dan waktu pengujian yang
amat singkat. Reagen strip untuk glukosa dilekati dua
enzim, yaitu glukosa oksidase (GOD) dan peroksidase
(POD), serta zat warna (kromogen) seperti orto-toluidin
yang akan berubah warna biru jika teroksidasi. Zat warna
lain yang digunakan adalah iodide yang akan berubah
warna coklat jika teroksidasi.

34
Protein Urin
Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus
yang diserap oleh tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin.
Dengan menggunakan spesimen urin acak (random) atau urin sewaktu,
protein dalam urin dapat dideteksi menggunakan strip reagen (dipstick).
Normal ekskresi protein biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10
mg/dl urin. Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan sebagai proteinuria.

Sejumlah kecil protein dapat dideteksi pada urin orang yang sehat karena
perubahan fisiologis. Selama olah raga, stres atau diet yang tidak
seimbang dengan daging dapat menyebabkan proteinuria transien. Pra-
menstruasi dan mandi air panas juga dapat menyebabkan proteinuria.
Bayi baru lahir dapat mengalami peningkatan proteinuria selama usia 3
hari pertama.

Cara Kerja
Spesimen urine Acak dan Spesimen urine 24 jam

35
Bilirubin Urine
Bilirubin secara normal tidak terdapat dalam urine, namun dalam
jumlah yang sangat sedikit dapat berada dalam urine, tanpa terdeteksi
melalui pemeriksaan rutin. Billirubin terbentuk dari penguraian hemoglobin
dan ditranspor menuju hati, tempat billirubin berkonjugasi dan diekskresi
dalam bentuk empedu. Billirubin tak terkonjugasi atau tak langsung bersifat
larut dalm lemak, serta tidak dapat diekskresikan ke dalam urine.
Billirubinuria mengindikasikan kerusakan hati atau obstruksi empedu dan
kadarnya yang besar ditandai dengan warna kuning.

a. Pemeriksaan Bilirubin Urine


Metode
Harrison
b. Tujuan
Untuk mengetahui adanya billirubin dalam urine.

Prinsip
Bilirubin mereduksi FeCl3 menjadi senyawa warna
hijau ( sebelumnya Bilirubin dalam urine diendapkan
dengan larutan BaCl2 ).

Cara Kerja
Memasukkan urine sebanyak 5 ml ke dalam tabung
reaksi
Menambahkan 2,5 ml larutan BaCl2 10% dan
menghomogenkan.
Menyaring larutan tersebut pada kertas saring
Filtrate yang di dapat, ditambah dengan larutan fauchet
2-3 tetes
Mengamatinya pada cahaya matahari dengan latar
belakang hitam

36
U Urobilin Urine
Empedu yang sebagian besar dibentuk dari billirubin yang terkonjugasi
mencapai area duodenum, tempat bakteri dalam usus mengubah billirubin
menjadi urobilinogen. Sebagian besar urobilinogen berkurang dalam
feses dan sejumlah besar kembalike hati melalui aliran darah. Kemudian
urobilinogen diproses ulang menjadi empedu kira-kira sejumlah 1 %
diekskresi oleh ginjal di dalam urine. specimen urine harus segera diperiksa
dalam setengah jam karena urobilinogen urine dapat teroksidasi menjadi
urobilin

P Pemeriksaan Urobilin Urine


Metode
Schlesinger
b. Tujuan
Untuk mengetahui adanya urobilin dalam urine.

Prinsip
Iodium akan mengoksidasi urobilinogen menjadi
urobilin dengan zink akan membentuk ikatan kompleks
yang akan berpendar hijau

Cara Kerja
Memasukkan urine sebanyak 5 ml ke dalam tabung
reaksi
Menambahkan 10 ml pereaksi Schlesinger ke dalam
tabung, lalu kocok kuat
Menyaring larutan tersebut dengan kertas saring
Filtrate yang di dapat, ditambah dengan larutan tictura
iodine 2-3 tetes
Mengamatinya pada cahaya matahari dengan latar
belakang hitam

37
Keton Urine
Badan keton diproduksi untuk menghasilkan energy saat karbohidrat tidak
dapat digunakan seperti pada keadaan asidosis diabetic serta kelaparan /
malnutrisi. Ketika terjadi kelebihan badan keton, akan menimbulkan
keadaan ketosis dalam darah sehingga menghabiskan cadangan basa
(missal: bikarbonat) dan menyebabkan status asidotik. Ketonuria (badan
keton dalam urine) terjadi sebagai akibat ketosis.

Pemeriksaan Keton Urine


Metode
Rothera
b. Tujuan
Untuk mengetahui adanya badan keton dalam
urine.
Prinsip
Aceton dengan natrium nitroprusid membentuk
ikatan kompleks yang berwarna hijau

Cara Kerja
Memasukkan urine sebanyak 5 ml ke dalam tabung
reaksi
Menambahkan 2 ml Ammonium sulfat, homogenkan
Menambahkan 2 tetes Natrium nitroprusid,
homogenkan
Melalui dinding tabung alirkan amoniak 28% sebanyak
1 – 2 ml
Mengamatinya hasil tabung reaksi

38
Sepertinya tugas Shinchan sudah selesai
disini ohohoho....

Mohon maaf bila


ada kekurangan

39
Sekian dan Terima Kasih

Dadaaaahhh....

40
Daftar Pustaka

https://hellosehat.com/kesehatan/tes-kesehatan/pemeriksaan-feses/
http://kimiaklinik20112.blogspot.com/
https://www.alodokter.com/ketahui-hal-hal-yang-berkaitan-dengan-pemeriksaan-sperma
Buku Catatan

41

Anda mungkin juga menyukai