DISUSUN OLEH :
X UPW 1
Puji Syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya saya dapat melaksanakan City Tour sehingga saya bisa
menyelesaikan penulisan laporan ini. Sekalipun waktu yang tersedia cukup singkat
namun dengan bantuan berbagai pihak, akhirnya saya dapat menyelesaikan laporan
ini sebagai dokumen, pertanggung jawaban, dan sumber pengalaman.
Terwujudnya laporan ini tidak terlepas dari peran keluarga, para guru, dan
teman-teman sekalian. Untuk itu saya mengucapkan banyak terima kasih. Saya tahu
bahwa dalam laporan ini masih banyak terdapat kekurangan dan masih memerlukan
perbaikan. Oleh karena itu, berbagai masukan dan saran sangat saya harapkan untuk
penyempurnaan laporan ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL
BAB 1 PENDAHULUAN
A. ITINERARY ..................................................................................... 3
B. OBJEK WISATA YANG DIKUNJUNGI ........................................ 4
1. Makam Sultan Hasanuddin ........................................................ 4
2. Museum Balla Lompoa .............................................................. 8
3. Masjid Cheng Hoo ................................................................... 10
4. Pelabuhan Paotere .................................................................... 11
5. Makam Raja Gowa Tallo ......................................................... 13
6. Hutan Mangrove ....................................................................... 15
A. Kesimpulan .................................................................................... 17
B. Saran ............................................................................................... 17
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sulawesi Selatan adalah salah satu provinsi di Indonesia yang
terletak di bagian selatan Sulawesi dengan ibukotanya, yaitu Makassar.
Selawesi Selatan memiliki begitu banyak tempat wisata yang dapat kita
kunjungi. Mulai dari tempat wisata sejarah, wisata alam, wisata religi,
bahkan wisata pendidikan.
Pada tanggal 11 April 2019, para siswa kelas X jurusan Usaha
Perjalanan Wisata SMK Negeri 8 Makassar melaksanakan kegiatan City
Tour. Apa itu City Tour? City Tour adalah perjalanan wisata dengan
mengunjungi objek-objek wisata yang berada di dalam kota. Tempat yang
dikunjungi antara lain, Makam Sultan Hasanuddin, Museum Balla Lompoa,
Masjid Cheng Hoo, Pelabuhan Paotere, Makam Raja Gowa Tallo, dan
Hutan Mangrove.
Setelah melakukan City Tour, para siswa diwajibkan untuk
membuat karya tulis berupa laporan. Karya tulis merupakan hasil dari suatu
kegiatan yang telah dilaksanakan. Dalam karya tulis berupa laporan ini
membahas tentang objek wisata yang dikunjungi para siswa SMK Negeri 8
daat melakukan City Tour.
B. Tujuan City Tour
Tujuan dari diadakannya City Tour ialah :
1. Mencari suasana baru atau suasana lain
2. Memenuhi rasa ingin tahu
3. Untuk menambah wawasan
4. Berpetualang untuk mencari pengalaman baru
C. Manfaat City Tour
Ada beberapa manfaat dari City Tour, yaitu :
1. Memperkaya informasi actual
2. Mengembangkan sikap ingin tahu
3. Memperluas pengertian
4. Mendapatkan pengalaman melalui objek, tempat, dan situasi yang
tidak dapat disediakan di kelas
5. Mempererat keakraban antar siswa
6. Melatih kerjasama antar siswa dalam suatu kelompok
7. Memberikan suasana relaksasi di tengah rutinitas yang terkadang
menjemukan
BAB II
ISI LAPORAN
A. Itinerary
Kegiatan &
No Jam Pelaksana Keterangan
Destinasi
Prepare, Breefing, &
1 08.20-08.30 Mam Ira Lancar
Berdoa
Pak Mone
2 08.30-08.55 On Board
(Supir)
Makam Sultan
3 08.55-09.34 Pak Syahrul
Hasanuddin
4 09.34-09.53 On Board
Pak Andi
Museum Balla
5 09.53-11.25 Jupri Tanri
Lompoa
Baso
6 11.25-11.53 On Board
7 11.53-13.20 Masjid Cheng Hoo -
8 13.20-13.55 On Board
9 13.55-14.21 Paotere -
10 14.21-14.40 On Board
Makam Raja Gowa
11 14.40-15.10 -
Tallo
12 15.10-15.33 On Board
13 15.33-17.25 Hutan Mangrove
14 17.25-18.09 On Board
15 18.09 Sampai di sekolah
B. Objek Wisata yang diKunjungi
1. Makam Sultan Hasanuddin
Kompleks makam Sultan Hasanuddin adalah salah satu objek
cagar budaya peniggalan kerajaan Gowa, yang masih dapat kita saksikan
sampai sekarang. Menempati puncak bukit Tamalate, tepatnya di jalan
Pallantikang, kelurahan Katangka, kecamatan Somba Opu, kabupaten
Gowa. Mengunjungi objek tersebut dapat melalui rute dari
sungguminasa ibu kota Kabupaten Gowa melalui jalan Sultan
Hasanuddin, kemudian berbelok Arah timur mengambil rute jalan
Pallantikang.
Selain dimanfaatkan menjadi objek penelitian dalam
pengembangan khazanah sejarah kebudayaan Nusantara, kompleks
Makam Sultan Hasanuddin menjadi salah satu alternatif objek wisata
sejarah dan juga banyak dikunjungi oleh peziarah, menandakan bahwa
tempat tersebut masih memiliki ikatan emosional masa lalu dengan
masyarakat.
Kerajaan Gowa adalah adalah salah satu kerajaan besar yang
pernah ada di kawasan Nusantara. Pada masa lalu berkembang sebagai
kerajaan maritim dengan kekuatan ekonomi politik yang memilki
pengaruh kuat utamanya di bagian timur Nusantara. Mencapai puncak
kejayaannya pada masa abad 16-17 Masehi, Sebelum jatuh di bawah
kekuasaan VOC melalui pertempuran sengit dan panjang yang dikenal
dengan “perang Makassar” tahun 1667.
Salah satu Raja Gowa yang terkenal dalam menentang usaha
VOC dalam melancarkan usaha penjajahan adalah Sultan Hasanuddin.
Beliau lahir pada 12 Juni 1629 dengan nama I Mallombasi Dg.
Mattawang Muhammad Bakir Karaeng Bonto Mangape. Merupakan
putra dari Raja Gowa ke XV, Sultan Malikusaid. Sultan Hasanuddin
diangkat menjadi raja Gowa XVI mengantikan ayahnya yang mangkat
pada tahun 1653. Atas sikap kepemimpinan dan usaha beliau dalam
mempertahankan kedaulatan wilayahnya yang tidak kompromi terhadap
praktik Penjajahan pada lalu, Sultan Hasanuddin dikukuhkan menjadi
pahlawan Nasional melalui surat keputusan Presiden pada tahun 1973.
Selain nama beliau juga di abadikan menjadi kompleks pemakaman
untuk raja-raja Gowa juga di abadikan menjadi nama Bandara dan
Perguruan Tinggi di Makassar.
Pada kompleks makam Sultan Hasanuddin terdapat 21 makam,
yang merupakan makam raja-raja Gowa. Selain itu, terdapat juga
beberapa makam keluarga dan kerabat lingkungan kerajaan. Orientasi
makam adalah Utara-selatan sebagaimana ciri makam Islam. Secara
umum makam-makam tersebut terbagi dalam 3 tipe yaitu ,makan
berbentuk punden berudak dengan teknik susun timbun sebagai cungkup
makam, makam berkubah dan makam dengan bentuk sederhana berupa
jirat atau kijing.
Beberapa tokoh yang dimakamkan pada kompleks pemakaman
ini adalah adalah :
Makam Raja Gowa ke-XI
Sombangta I Mappasomba Daeng Manguraga, Sultan Amir Hamzah
Tumenanga Ri Allu, Raja Gowa ke-XVII
Sombangta I Mappadulung, Daeng Mattimung Karaeng Sanrobone,
Sultan Abdul Djalil, Tumenanga Ri Lakiung, Raja Gowa ke-XIX
Karaengta I Mallingkaang Daeng Mannjonri, Karaeng Katangka
Sultan Abdullah Awalul Islam, Tumenanga Riagamana
Sombangta I Manggaranngi Daeng Manrabia, Sultan Alauddin,
Tumenanga Rigaukanna, Raja Gowa ke-XIV
Sombangta I Mannuntungi Daeng Mattola, Karaeng Udjung/Karaeng
Lakiung, Sultan Malikussaid (Moh. Said), Tumenanga
Ripapambatuna, Raja Gowa ke-XV
Sultan Hasanuddin, Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng
Bontomangape, Mohammad Bakir, Tumenanga Riballa Pangkana
Sombangta I Mappaosong Daeng Manngewai, Karaeng Bisei, Sultan
Ali, Tumenanga Ridjakarta, Raja Gowa ke-XVIII
Arung Lamontjong
Dalam legenda orang-orang Gowa, diceritakan bahwa Raja
yang pertama memerintah di Kerajaan Gowa bernama Tumanurung
Bainea (Putri yang turun dari Kayangan) . Beliau sengaja diutus ke
Butta Gowa untuk menjadi pemimpin, dimana saat itu, Gowa dilanda
perang saudara. Tumanurung pertama kali memerintah di Gowa pada
tahun 1320 hingga 1345. Tumanurung adalah bukanlah nama aslinya.
Namanya tidak diketahui sehingga masyarakat pada saat itu
memberinya nama Tumanurung.
Tak ada satu catatan sejarahpun masa itu yang bisa
mengungkapkan kedatangan Tumanurung di Butta Gowa. Hanya saja,
pemikiran masyarakat Gowa saat itu yang menganut animisme
ditambah dengan pengaruh Hindu sebagai akibat dari pengaruh
Kerajaan Majapahit (Abd IV – XV), dimana agama hindu juga ada
pengaruhnya di wilayah timur nusantara ini.
Dalam konsep animisme ataupun Hindu, mempercayai adanya
Dewa yang turun dari kayangan juga ada Dewa dari air. Berdasarkan
konsep pemikiran itulah, muncul nama Tumanurung yang berarti Ratu
Putri yang turun dari Negeri Kayangan, sedang Raja yang datang dari
air disebut Karaeng Bayo (Bayo= air) yang menjadi suami Ratu
Tumanurung.
Konsep Tumanurung sebagai Raja Gowa pertama ini juga
dianut oleh beberapa daerah bekas kerajaan di Sulawesi Selatan,
seperti di Luwu, Bone, Toraja, Enrekang, Mandar dan beberap daerah
lainnya.. Sebelum datangnya Tumanurung di Butta Gowa yakni pada
masa Gowa Purba, dapat diketahui bahwa ada empat Raja yang pernah
mengendalikan Gowa yakni;
Batara Guru
Saudara Batara Guru yang dibunuh oleh tatali (tak diketahui nama
aslinya)
Ratu Supu atau Maranca
Karaeng Katangka yang nama aslinya juga tidak diketahui
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengalaman yang saya dapatkan dari perjalanan wisata
City Tour di Makassar ini, dapat saya simpulkan bahwa Makassar memiliki
begitu banyak tempat wisata yang menarik dan dapat digunakan sebagai
objek untuk menarik para wisatawan luar negeri dan menjadi penambah
devisa negara.
B. Saran
City Tour ini sangat bermanfaat bagi para siswa, agar mereka kaya
akan sejarah dan ilmu pengetahuan. Semoga kegiatan ini juga menambah
kesadaran para siswa untuk menjaga dan melestarikan objek wisata yang
berada di Makassar.
LAMPIRAN