Laporan Pendahuluan Luka Bakar
Laporan Pendahuluan Luka Bakar
LUKA BAKAR
- Dermis
Dermis merupakan lapisan kedua kulit, berada tepat di bawah
epidermis, lapisan ini terdiri atas jaringan ikat yang tidak beraturan yang
disusun oleh kolagen dan serat elastis. Kompoen penyusun dermis
menyebabkan dermis memiliki struktur yang dapat kuat dan diregangkan
secara bersamaa. Pada bagian atas dermis yang tepat berbatasan dengan
lamina basalis dari stratum epidermis, dermis memberikan gambaran berupa
tonjolan-tonjolan yang disebut dengan papila yang bertautan dengan lamina
basalis stratum membentuk taut dermis-epidermis yang disebut dengan cristae
cutis atau epidermal ridges (Tortora & Derrickson, 2012).
Secara struktural dan fungsional, dermis terbagi menjadi dua lapisan
yaitu stratum papilar dan stratum retikular. Stratum papilar merupakan
jaringan ikat longgar tidak teratur yang terdiri atas pembuluh darah, fibroblas,
sel mast, makrofag, dan sel jaringan ikat lainnya. Stratum rentikular lebih
tebal dibandingkan lapisan papilar, yang terdiri atas jaringan ikat pada
iregular disusun oleh kolagen tipe I. Pada lapisan ini terdapat serat elastin
yang manjaga elastisitas kulit. Dermis merupakan lapisan tempat derivat dari
epidermis berupa folikel rambul dan kelenjar. Pada dermis juga terdapat
komponen persarafan seperti saraf efektor dari serabut pascaganglionik
ganglia simpatis dan serabut saraf aferen yang membentuk di sekitar papila
dermis dan folikel rambut berakhir pada sel taktil epitelial pada reseptor di
dermis (Mescher, 2016).
- Subkutan
Lapisan subkutan juga disebut dengan lapisan hipodermis atau fascia
superficialis. Lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengikat kulit
secara longgar pada organ-organ yang berada di bawahnya, yang
memungkinkan pergeseran kulit di atasnya. Lapisan subkutan mengandung
banyak lemak yang jumlahnya bervariasi pada setiap area tubuh (Mescher,
2016).
B. Luka Bakar
- Definisi
Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma pada kulit atau jaringan
lainnya yang disebabkan oleh kontak terhadap panas atau pajanan akut lain
baik secara langsung maupun tidak langsung. Luka bakar terjadi saat sel yang
ada pada kulit atau jaringan lainnya mengalami kerusakan akibat cairan panas,
benda panas, api, radiasi, bahan radioaktif, sengatan listrik, dan bahan kimia
berbahaya (Singer et al., 2014). Luka bakar merupakan suatu bentuk
kerusakan pada kulit atau jaringan organik lain yang utamanya disebabkan
oleh panas atau trauma akut (Peck, 2012).
Luka bakar (Combustio) adalah suatu bentuk kerusakan dan atau
kehilangan jaringan yang disebabkan oleh kontak dengan sumber yang
memiliki suhu sangat tinggi (misalnya api, air panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi) atau suhu yang sangat rendah (Moenadjat, 2009).
Luka bakar pada dasarnya merupakan peristiwa perpindahan panas
yang sumber panasnya dapat bervariasi seperti kontak langsung atau tidak
langsung dengan api, listrik, bahan kimia atau radiasi (Sentat dkk, 2015).
- Etiologi
Penyebab dari luka bakar menururt Rudall dan Green (2010), diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Luka bakar suhu tinggi
2. Luka bakar sengatan listrik
3. Luka bakar bahan kimia
4. Luka bakar radiasi
Etiologi terjadinya luka bakar juga ditunjukkan oleh tabel 2.1, antara lain :
Tabel 2.1. Etiologi luka bakar
Tipe Luka Bakar Keterangan
Kobaran api Luka bakar suhu tinggi
Kobaran api Penyebabnya bermacam-macam termasuk kebakaran
yang terjadi di rumah.
Lighter fluid dan petrol adalah faktor terbesar yang sering
ditemukan pada remaja.
Dapat terjadi berbagai macam luka bakar dengan kedalaman yang
berbeda.
Air panas Penyebab dari 60% luka bakar pada anak-anak.
Perlu diketahui faktor penyebab termasuk air panas untuk mandi
atau air minum panas.
Kontak panas Sering terjadi pada anak-anak dengan presentase yang kecil pada
tangan, wajah, atau ekstermitas.
Sumbernya adalah radiasi dan setrika.
Dapat menimbulkan luka bakar fullthickness karena tidak dapat
melepaskan diri dari kontak panas, misalnya pada orang tua atau
pemakai alkohol dan obatobatan.
Jilatan api Biasanya disebabkan oleh pembakaran dari bahan yang mudah
menguap atau dari bola api yang tidak terduga (contohnya ketika
menuangkan petrol terlalu banyak atau barbeque fire). Umumnya
mengakibatkan superficial flame burn pada wajah, leher dan tungkai
atas.
Luka bakar sengatan listrik
Jilatan api Berasal dari sumber llistrik <240 volts.
Biasanya area luka bakar kecil pada ekstermitas.
Perlu dilakukan monitoring untuk 24 jam pertama dan dilakukan
ECG.
Arus tinggi Kecelakaan industri, berasal dari sumber listrik > 1000 volt.
Dapat terjadi kerusakan sistemik.
Perlu dilakukan monitoring kerusakan pada jantung, ginjal, dan otot
rangka.
Luka bakar bahan kimia
Asam Biasanya terasa sakit.
Umumnya disebabkan oleh hydrofluoric, sulphuric dan
hydrochloric acid.
Pengecekan pH perlu dilakukan.
Copious lavage dengan atau tanpa antidot adalah hal yang penting.
Basa Onset of pain tertunda.
Contoh pembersih rumah tangga, bleching, dan semen.
Pengecekan pH perlu dilakukan.
Sebagian besar terjadi deeper burns.
Copious lavage hingga 24 jam dengan atau tanpa antidot adalah hal
yang penting.
Bahan Organik Luka bakar karena aspal.
Pemberian air dingin dan penghilangan aspal secepatnya.
Chemical debridement menggunakan kerosene, gasoline, aseton
atau alkohol dapat menyebabkan iritasi lokal atau toksisitas
sebaiknya dihindari.
Sumber : Yapa dan Enoch (2009)
Luka bakar
Obstruksi jalan nafas HB tidak mampu mengikat O2 Ekstravasasi cairan (H2O2, Gangguan sirkulasi
Elektrolit)
c. Acid Suppression
Luka bakar adalah faktor risiko dari duodenal ulcer (Curling‟s
ulcer), oleh karena itu sebaiknya pasien mendapatkan proton pump
inhibitor atau antagonis reseptor H2 (Green dan Rudall, 2010).
ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan yang dilakukan pada lansia dengan luka bakar, ialah
sebagai berikut :
1. Biodata
Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
alamt, tnggal MRS, dan informan apabila dalam melakukan pengkajian klita
perlu informasi selain dari klien. Umur seseorang tidak hanya
mempengaruhi hebatnya luka bakar akan tetapi anak dibawah umur 2 tahun
dan dewasa diatsa 80 tahun memiliki penilaian tinggi terhadap jumlah
kematian (Lukman F dan Sorensen K.C). data pekerjaan perlu karena jenis
pekerjaan memiliki resiko tinggi terhadap luka bakar agama dan pendidikan
menentukan intervensi yang tepat dalam pendekatan .
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan adalah nyeri, sesak nafas
disebabakna kerena iritasi terhadap saraf. Dalam melakukan pengkajian
nyeri harus diperhatikan paliatif, severe, time, quality (P,Q,R,S,T). Sesak
nafas yang timbul beberapa jam/ hari setelah mengalami luka bakar dan
disebabkan karena pelebaran pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan
saluran nafas bagian atas.
3. Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyabeb
lamanya kontak, pertolongan pertama yang dilakuakn serta keluhan klien
selama menjalan perawatanketika dilakukan pengkajian. Apabila dirawat
meliputi beberapa fase : fase emergency (±48 jam pertama terjadi perubahan
pola bak), fase akut (48 jam pertama beberapa hari/ bulan ), fase rehabilitatif
(menjelang klien pulang).
4. Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien
sebelum mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien
mempunyai riwaya penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau
penyalagunaan obat dan alkohol.
5. Riwayat penyakit keluarga
Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit
yang berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota
keluarga, kebiasaan keluarga mencari pertolongan, tanggapan keluarga
mengenai masalah kesehatan, serta kemungkinan penyakit turunan
6. Pola ADL
Meliputi kebiasaan klien sehari-hari dirumah dan di RS dan apabila
terjadi perubahan pola menimbulkan masalah bagi klien. Pada pemenuhan
kebutuhan nutrisi kemungkinan didapatkan anoreksia, mual, dan muntah.
Pada pemeliharaan kebersihan badan mengalami penurunan karena klien
tidak dapat melakukan sendiri. Pola pemenuhan istirahat tidur juga
mengalami gangguan. Hal ini disebabkan karena adanya rasa nyeri .
7. Riwayat psiko-sosial
Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri
body image yang disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik
mengalami gangguan perubahan. Selain itu juga luka bakar juga
membutuhkan perawatan yang laam sehingga mengganggu klien dalam
melakukan aktifitas. Hal ini menumbuhkan stress, rasa cemas, dan takut.
8. Aktifitas/istirahat
Tanda : Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area
yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
9. Sirkulasi
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT) : hipotensi
(syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera;
vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin
(syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik);
pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
10. Integritas ego
Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda : ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri,
marah.
11. Eliminasi
Tanda : haluaran urine menurun/ tak ada selama fase darurat; warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan
kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi
cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada
luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan
motilitas/peristaltik gastrik.
12. Makanan/cairan
Tanda : oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
13. Neurosensori
Gejala : area batas; kesemutan.
Tanda : perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam
(RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi
korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik);
ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran
saraf).
14. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren
sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka
bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada
luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf;
luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
15. Pernafasan
Gejala : terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera
inhalasi).
Tanda : serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum;
ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar
lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan
laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru);
stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
16. Keamanan
Tanda :
Kulit umum : destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5
hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian
kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan
kehilangan cairan/status syok.
17. Cedera api : terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan
variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung
gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring
posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
18. Cedera kimia : tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin
coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus;
nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari
tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai
72 jam setelah cedera.
19. Cedera listrik : cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah
nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran
masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal
tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar.
Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot
tetanik sehubungan dengan syok listrik).
20. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh
panas sakit dan gelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat
kesadaran bila luka bakar mencapai derajat cukup berat.
b. TTV
Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan
lemah sehingga tanda tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam
pertama.
c. Pemeriksaan kepala dan leher
1) Kepala dan rambut
Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna
rambut setalah terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar,
grade dan luas luka bakar.
2) Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata,
lesi adanya benda asing yang menyebabkan gangguan penglihatan
serta bulu mata yang rontok kena air panas, bahan kimia akibat luka
bakar.
3) Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu
hidung yang rontok.
4) Mulut
Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering
karena intake cairan kurang.
5) Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan
dan serumen.
6) Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan
sebagai kompensasi untuk mengataasi kekurangan cairan.
7) Pemeriksaan thorak/ dada
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi
dada tidak maksimal, vokal fremitus kurang bergetar karena cairan
yang masuk ke paru, auskultasi suara ucapan egoponi, suara nafas
tambahan ronchi.
8) Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya
nyeri pada area epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis.
9) Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor/ terdapat lesi
merupakantempat pertumbuhan kuman yang paling nyaman,
sehingga potensi sebagai sumber infeksi dan indikasi untuk
pemasangan kateter.
10) Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru
pada muskuloskleletal, kekuatan oto menurun karen nyeri
11) Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS.
Nilai bisa menurun bila supplay darah ke otak kurang (syok
hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok neurogenik)
12) Pemeriksaan kulit
Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka
bakar (luas dan kedalaman luka). Prinsip pengukuran prosentase luas
luka bakar menurut kaidah 9 (Rule of Nine Lund and Browder)
sebagai berikut :
Bagian Tubuh 1 Th 2 Th Dewasa
Kepala leher 18% 14% 9%
Ekstrimitas atas (kanan dan kiri) 18% 18% 18 %
Badan depan 18% 18% 18%
Badan belakang 18% 18% 18%
Ektrimitas bawah (kanan dan kiri) 27% 31% 30%
Genetalia 1% 1% 1%
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) masalah yang lazim muncul pada luka
bakar, ialah sebagai berikut :
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d deformitas dinding dada, keletihan otot-otot
pernafasan, hiperventilasi
2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
3. Penurunan curah jantung b.d volume sekuncup jantung, kontraktilitas dan
frekuensi jantung
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
hipermetabolisme dan kebutuhan bagi kesembuhan luka
5. Kerusakan integritas kulit b.d luka bakar terbuka
6. Nyeri akut b.d saraf yang terbuka, kesembuhan luka dan penanganan luka
bakar
7. Gangguan citra tubuh b.d perubahan pada penampilan tubuh
8. Resiko keridakefektifan perfusi ginjal b.d menurunnya sirkulasi darah ke
ginjal
9. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
10. Resiko infeksi b.d hilangnya barier kulit dan terganggunya respon imun
11. Defisiensi pengetahuan b.d proses penanganan luka bakar
12. Ansietas b.d perubahan pada status kesehatan dan pola interaksi
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan pada klien luka bakar, adalah
sebagai berikut :
Diagnosa : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
hipermetabolisme dan kebutuhan bagi kesembuhan luka
NOC
Nutritional status : status nutrisi
Nutritional status : food and fluid intake = status nutrisi : intake makanan
dan cairan
Nutritional status : nutrient intake = status nutrisi : intake nutrisi
Weight control : pengendalian berat
Kriteria hasil :
Adanaya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda – tanda malnutrisi
Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
NIC
Nutrition Management (Manajemen Nutrisi)
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Berikan substansi gula
3. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
4. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
5. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Nutrition Monitoring (Monitor Nutrisi)
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah aktifitas yang biasa dilakukan
4. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
5. Monitor turgor kulit
6. Monitor kekeringan, rambut kusan dan mudah patah
7. Monitor mual dan muntah
8. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjunctiva
9. Monitor kalori dan intake nutrisi
10. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral
11. Catat jika lidah berwarna magenta, Scarlet
Diagnosa : Nyeri akut b.d saraf yang terbuka, kesembuhan luka dan penanganan
luka bakar
NOC
Pain level (tingkat nyeri)
Pain control (rasa sakit)
Comfort level (tingkat kenyamanan)
Kriteria hasil :
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu meggunakan teknik
non faramakologi untuk mengurani nyer, mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
Mampu menegnali nyeri (skala, insensitas, frekuensi dan tand nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
NIC
Pain Management (Manajemen Nyeri)
1. Mampu menegnali nyeri (skala, insensitas, frekuensi dan tand nyeri)
2. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi , frekuensi, kualitas dan faktor prespitasi
3. Observasi reaksi nnonvernal dari ketikdanyamanan
4. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien
5. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
6. Evluasi pengalaman nyeri masa lampau
7. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa lampau
8. Bantu pasien dan jeluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
9. Kontrol lingkungan yang dapat mempengatuhi nyeri
10. Pilih dan lakukan pengangan nyeri
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
12. Ajarakan teknik non farmakologi
13. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
14. Tingkatkan istirahat
15. Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
16. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Diagnosa : Resiko infeksi b.d hilangnya barier kulit dan terganggunya respon
imun
NOC
Status Imun
Penegtahuan : Pengendalian Infeksi
Pengendalian Resiko
Kriteria Hasil :
Klien bebas dari tanda dan gejala ifeksi
Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi
serta penatalaksanaannya.
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah infeksi atau timbulnya infeksi.
Jumlah leukosit dalam batas normal
Menunjukkan perilaku hidup sehat
NIC
Infection Control (Kontrol Infeksi)
1. Pertahankan teknik isolasi
2. Gunakan sabun antimirobia untuk cuci tangan
3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
4. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
5. Pertahnakan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
6. Ganti letak IV perifer dan line sentral dan dressing sesuai dengan pentunjuk
umum
7. Tingkatakan intake nutrisi
Infection protection
1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
2. Pertahankan teknik asepsis pada pasien yang berisiko
3. Pertahankan teknik isolasi K/P
4. Berikan perawatan kulit pada area epidema
5. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas , drainase
6. Inspeksi kondisi luka atau insisi bedah
7. Dorong masukan nutrisi yang cukup
8. Dorong masukan cairan
9. Dorong istirahat
10. Instruksikan pasien untuk minum antibbiotik sesuai resep
11. Ajarkan pasien dan keluarga tand adan gejala infeksi
12. Ajarkan cara menghindari infeksi
13. Laporkan kecurigaan infeksi
14. Laporkan kultur positif
Diagnosa : Ansietas b.d perubahan pada status kesehatan dan pola interaksi
NOC
Anxiety self-control
Anxiety level
Coping
Kriteria Hasil :
Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tekhnik untuk
mengontrol cemas
Vital sign dalam batas normal
Postur tubuh, ekspirasi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan.
NIC
1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
2. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
3. Dengarkan dengan penuh perhatian
4. Identifikasi tingkat kecemasan
5. Intruksikan pasien menggunakan tekhnik relaksasi.
D. Implementasi Keperawatan
Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik.
Selanjutnya rencana tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk kegiatan yang
nyata dan terpadu guna memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang
diterapkan.
E. Evaluasi
Akhir dari proses keperawatan adalah ketentuan hasil yang diharapkan
terhadap perilaku dan sejauh mana masalah klien dapat teratasi. Disamping itu
perawat juga melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan
ditetapkan belum berhasil/ teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
Balqis, U., Frengky., Azzahrawani, N., Hamdani., Aliza, D., & Armansyah, T.
(2016). Efikasi Mentimun (Cucumis sativus L.) terhadap Percepatan
Penyembuhan Luka Bakar (Vulnus combustion) Derajat II B pada Tikus Putih
(Rattus norvegicus). Jurnal Medika Veterinaria¸ 10(2).
Brusselaers, N., Monstrey, S., Vogelaers, D., Hoste, E., & Blot, S. (2010). Severe
Burn Injury in Europe: A Systematic Review of the Incidence, Etiology,
Morbidity, and Mortality. Critical Care, 14(5). BioMed Central Ltd.
Fitri, N. (2015). Penggunaan Krim Ekstrak Batang dan Daun Suruhan (Peperomia
pellucida L. H. B. K) dalam Proses Penyembuhan Luka Bakar pada Tikus
Putih (Rattus norvegicus). Jurnal Biopendix, 1(2).
Gauglitz, G.G., & Jeschke, M.G. (2012). Pathophysiology of burn injury. Handbook
of Burns Volume 1 Acute Burn Care. Springer Wien New York.
Mescher AL. (2016). Sistem Integumen. Dalam : Teks dan Atlas Histologi Dasar
Junquiera.
Moenadjat, Y. (2009). Luka Bakar Masalah dan Tata Laksana. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Sentat, T., & Permatasari, R. (2015). Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Alpukat
(Persea Americana Mill.) terhadap Penyembuhan Luka Bakar pada Punggung
Mencit Putih Jantan (Mus nusculus). Jurnal Ilmiah Manuntung, 1(2).
Singer A. J., Taira., B.R., & Lee CC. (2014). Thermal Burns. Dalam : Rosen’s
Emergency Medicine-Concepts and Clinical Practice. Elsevier Inc.
Tricklebank, S. (2008). Modern Trends in Fluid Therapy for Burns. Elsevier Ltd.
Burns 35 (2009).
Tortora GJ., & Derrickson B. (2012). The Intugumentary System. Dalam : Principles
of Anatomy and Physiology. United States of America : John Wiley & Sons.
Venus, M., Waterman, J., & McNab, I. (2011). Basic Physiology of The Skin.
Elsevier Ltd.
Yapa, K.S., & Enoch, S. (2009). Management of Burns in the Community. Wounds
UK, 5(2).
Yasti, A.Ç., Şenel, E., Saydam, M., Özok, Gi., Çoruh, A., & Yorgancı, K. (2015).
Guideline and Treatment Algorithm for Burn Injuries.