OLEH :
KOMANG PANDE DEWI AYUNI (P07120216001)
PUTU INDAH PRAPTIKA SUCI (P07120216002)
KADEK DWI DHARMA PRADNYANI (P07120216003)
EKA WAHYU RIFANI MEILIADEWI (P07120216004)
NI KOMANG SRI ARDINA (P07120216005)
NI LUH PUTU DESY TRISNA EKAYANTI (P07120216006)
NI LUH PUTU INTAN SARI (P07120216007)
NI MADE ANASARI (P07120216008)
NI LUH PUTU MANIK JUNI ASTRI DEWI (P07120216009)
NI LUH PUTU PUTRI WIDIARI (P07120216010)
KELAS 3A SEMESTER VI
PRODI DIV KEPERAWATAN
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
segala rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan paper yang berjudul “Sistem
Rujukan dan Asuransi Internasional”. Meskipun banyak tantangan dan hambatan
yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tetapi kami berhasil menyelesaikan
paper ini tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
meluruskan penulisan paper ini, baik dosen maupun teman-teman yang secara
langsung maupun tidak langsung memberikan kontribusi positif dalam proses
pengerjaannya.
Kami menyadari paper ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu,
diharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan paper kami ini untuk ke
depannya.Semoga paper ini bermanfaat bagi peningkatan proses belajar mengajar
dan menambah pengetahuan kita bersama.Akhir kata kami mengucapkan terima
kasih.
Penulis
2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
1.1Pendahuluan.................................................................................................1
1.2Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3Tujuan ........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
2.1Pengertan sistem rujukan dan asuransi internasional...................................3
2.2Tujuan Rujukan dan Asuransi......................................................................4
2.3Sistem rujukan dengan menggunakan asuransi...........................................4
2.4Kompetensi pendamping pasien selama rujukan.......................................10
2.5Jenis – jenis asuransi..................................................................................19
2.6Pemahaman kontrak asuransi.....................................................................22
2.7Kelebihan dan kekurangan asuransi...........................................................27
BAB III...................................................................................................................30
3.1Simpulan...........................................................................................................30
3.2Saran ...............................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................31
3
BAB I
1.1 Pendahuluan
Sektor pariwisata sebagai salah satu sumber devisa negara dalam
upaya meningkatkan penghasilan masyarakat Indonesia dimasa ini dan
dimasa yang akan datang disadari akan semakin penting. Salah satu sektor
yang erat kaitannya dan cukup menentukan bagi pertumbuhan dan
perkembangan sektor pariwisata adalah sektor kesehatan. Telah muncul
banyak contoh dan pengalaman baik di luar maupun di dalam negeri tentang
dampak positif terhadap pertumbuhan pariwisata bila pengelolaan sektor
kesehatan dilaksanakan dengan baik. Sebaliknya, dampak negatif terhadap
perkembangan pariwisata akan segera terjadi bila muncul suatu “outbreak”
penyakit, atau pengelolaan pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan jika
tidak dilakukan dengan memadai.
Kesehatan adalah salah satu faktor yang penting dalam menunjang
usaha peningkatan arus wisata. Jika kesehatan makanan dalam perjalanan
kurang terjamin dan kesehatan lingkungan di tempat tujuan tidak memenuhi
standar, maka wisatawan tidak akan memperpanjang lama tinggalnya. Bila
ada wisatawan yang terkena penyakit dapat timbul masalah seperti terjadinya
issue wabah diare di Bali pada tahun 1992, maka jumlah kunjungan akan
menurun sekali. Hal ini perlu dicegah dan ditanggulangi dengan cepat dan
tepat.
Indonesia sangat berpotensi dalam wisata kesehatan, mengingat
karena keberadaan lokasi dan keunggulan alam dan tradisi serta patut
dikombinasikan dengan wisata kesehatan. Dengan adanya wisata kesehatan
atau Health Tourism dapat menekan devisa yang keluar, karena banyaknya
orang Indonesia yang pergi ke luar negeri untuk berobat sekaligus berwisata.
Devisa yang dapat diselamatkan yaitu mencapai 500 juta US Dolar sampai
1,4 Miliar US Dolar setiap tahunnya. Selain itu, wisata kesehatan telah masuk
ke dalam undang-undang pariwisata tahun 2009. Oleh karena itu, Kemenkes
bersama dengan Kemenparekraf, perwakilan rumah sakit, dan asosiasi
kesehatan membentuk tim kerja dengan nama Indonesia Wellness and
1
Healthcare Tourism (IWHT). Tim kerja ini kemudian menyusun kolaborasi
dengan biro perjalanan wisata dalam rangka promosi wisata kesehatan serta
menetapkan kolaborasi RS yang bersinergi dengan wellness di tempat
destinasi wisata, yaitu Bali, Jakarja, Manado, dan Makasar.
1.3 Tujuan
1.1.1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami definisi dari sistem
rujukan dan asuransi internasional.
1.1.2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tujuan dari rujukan dan
asuransi.
1.1.3. Mahasiswa dapatmengetahui dan memahami proses dari sistem
rujukan.
1.1.4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami apa saja kompetensi
yang diperlukan perawat saat mendampingi pasien saat melakukan
rujukan.
1.1.5. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami jenis – jenis dari
asuransi.
1.1.6. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami mengenai kontrak
asuransi.
1.1.7. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami kelebihan dan
kekurangan dari asuransi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
d. Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena
peristiwa yang tak tertentu.
4
dan tanda tangandokter/bidan yang memberikan pelayanan serta
keterangan tambahan yangdipandang perlu.
5
mendapat pelayanan dankesimpulan dirawat inap atau rawat
jalan.
6) Selama proses rujukan secara langsung semua pasien selalu
dimonitor dan kompetensi staf yang melakukan monitor sesuai
dengan kondisi pasien.
c) Prosedur Administratif
1) Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan.
2) Membuat catatan rekam medis pasien.
3) Memberi informed consent (persetujuan / penolakan rujukan).
4) Membuat surat rujukan pasien rangkap 2 lembar pertama
dikirim ke tempat rujukan bersama pasien yang bersangkutan.
Lembar kedua disimpan sebagai arsip. Mencatat identitas pasien
pada buku regist rujukan pasien.
5) Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin
komunikasi dengan tempat rujukan.
6) Pengiriman pasien sebaiknya dilaksanakan setelah
diselesaikanadministrasi yang bersangkutan.
D. Persiapan Rujukan
Persiapan yang harus dilakukan sebelum merujuk adalah :
6
1. Melakukan pertolongan pertama dan atau tindakan stabilisasi kondisi
pasien sesuai indikasi medis serta sesuai dengan kemampuan untuk
tujuan keselamatan pasien selama pelaksanaan rujukan
2. Persiapan tenaga kesehatan, pastikan pasien dan keluarga didampingi
oleh minimal dua tenaga kesehatan (dokter dan/atau perawat) yang
kompeten.
3. Persiapan keluarga, beritahu keluarga pasien tentang kondisi
terakhirpasien, serta alasan mengapa perlu dirujuk. Anggota keluarga
yang lain harus ikut mengantar pasien ke tempat rujukan.
4. Persiapan surat, beri surat pengantar ke tempat rujukan, berisi
identitas pasien, alasan rujukan, tindakan dan obat-obatan yang telah
diberikanpada pasien.
5. Persiapan Alat, bawa perlengkapan alat dan bahan yang diperlukan.
6. Persiapan Obat, membawa obat-obatan esensial yang diperlukan
selama perjalananmerujuk.
7. Persiapan Kendaraan, persiapkan kendaraan yang cukup baik, yang
memungkinkan pasien berada dalam kondisi yang nyaman dan dapat
mencapai tempat rujukan secepatnya. Kelengkapan ambulance, alat,
dan bahan yang diperlukan.
8. Persiapan biaya, ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam
jumlah cukup untuk membeli obat-obatan dan bahan kesehatan yang
diperlukan di tempat rujukan.
9. Persiapan donor danar, siapkan kantung darah sesuai golongan darah
pasien atau calon pendonor darah dari keluarga yang berjaga - jaga
dari kemungkinan kasus yang memerlukan donor darah.
7
3) Jika sebagian spesimen telah diperiksa di laboratorium pelayanan
kesehatan asallaboratorum rujukan dapat memeriksa ulang dan
memberi validasi hasil pemeriksaanpertama.
4) Fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima rujukan spesimen atau
penunjang diagnostik lainnya wajib mengirimkan laporan
hasilpemeriksaan atas spesimen atau penunjang diagnostik lainnya
yang telah diperiksa kefasilitas pelayanan kesehatan asal.
8
didampingi oleh dokter, perawat, atau paramedis (selama
transfer).
b. Derajat 1:
Pasien dengan risiko perburukan kondisi, atau pasien yang
sebelumnya menjalani perawatan di Intensif Care Unit (ICU); di
mana membutuhkan perawatan di ruang rawat biasa dengan saran
dan dukungan tambahan dari tim perawatan kritis; dapat
didampingi oleh perawat, petugas ambulan, dan atau dokter
(selama transfer).
c. Derajat 2:
Pasien yang membutuhkan observasi / intervensi lebih ketat,
termasuk penanganan kegagalan satu sistem organ atau perawatan
pasca-operasi, dan pasien yang sebelumnya dirawat di HCU;
harus didampingi oleh petugas yang kompeten, terlatih, dan
berpengalaman (biasanya dokter dan perawat / paramedis
lainnya).
d. Derajat 3:
Pasien yang membutuhkan bantuan pernapasan lanjut (advanced
respiratory support) atau bantuan pernapasan dasar (basic
respiratory support) dengan dukungan / bantuan pada minimal 2
sistem organ, termasuk pasien-pasien yang membutuhkan
penanganan kegagalan multi-organ; harus didampingi oleh
petugas yang kompeten, terlatih, dan berpengalaman (biasanya
dokter anestesi dan perawat ruang intensif / UGD atau paramedis
lainnya).
7. Saat dokter ruangan/ DPJPtidak dapat menjamin terlaksananya
bantuan / dukungan anestesiologi yang aman selama proses transfer;
pengambilan keputusan haruslah mempertimbangkan prioritas dan
risiko terkait transfer.
8. Semua petugas yang tergabung dalam tim transfer untuk pasien
dengan sakit berat / kritis harus kompeten, terlatih, dan
berpengalaman.
9. Petugas yang mendampingi harus membawa telepon genggam selama
transfer berlangsung yang berisi nomor telpon Rumah Sakit dan
rumah sakit tujuan.
10. Keselamatan adalah parameter yang penting selama proses transfer.
9
2.4 Kompetensi pendamping pasien selama rujukan
Kompetensi Pendamping Pasien dan Peralatan yang harus Dibawa Selama
Transfer/rujukan,kompetensi staf yang melakukan monitor sesuai dengan
kondisi pasien.
10
Petugas standar minimal lengkap
Ventilator dan
keamanan
Dokter: peralatan
Minimal 6 bulan transfer yang
pengalaman mengenai memenuhi
perawatan pasien standar
intensif dan bekerja di minimal.
ICU
Keterampilan bantuan
hidup dasar dan lanjut
Keterampilan
menangani
permasalahan jalan
napas dan pernapasan,
minimal level ST 3
atau sederajat.
Harus mengikuti
pelatihan untuk
transfer pasien dengan
sakit berat / kritis
Perawat:
Minimal 2 tahun
bekerja di ICU
Keterampilan bantuan
hidup dasar dan lanjut
Harus mengikuti
pelatihan untuk
transfer pasien dengan
sakit berat / kritis
11
(lengkapnya lihat
Lampiran 1)
12
perawat,dan di atas, ditambah; Mercedes 515
Penggunaan alat Semua peralatan di
petugas
pernapasan atas, ditambah;
ambulans
Bantuan hidup lanjut Monitor EKG dan
Penggunaan kantong
tekanan darah
pernapasan (bag- Defibrillatorbila
valve mask) diperlukan
Penggunaan
defibrillator
Penggunaan monitor
intensif
Derajat 3 Dokter, Dokter: Ambulans lengkap/
perawat, dan Minimal 6 bulan AGD 118
petugas Monitor ICU portabel
pengalaman
ambulan yang lengkap
mengenai perawatan
Ventilator dan
pasien intensif dan
peralatan transfer
bekerja di ICU
yang memenuhi
Keterampilan
standar minimal.
bantuan hidup dasar
dan lanjut
Keterampilan
menangani
permasalahan jalan
napas dan
pernapasan, minimal
level ST 3 atau
sederajat.
Harus mengikuti
pelatihan untuk
transfer pasien
dengan sakit berat /
kritis
Perawat:
Minimal 2 tahun
13
bekerja di ICU
Keterampilan bantuan
hidup dasar dan
lanjut
Harus mengikuti
pelatihan untuk
transfer pasien
dengan sakit berat /
kritis
(lengkapnya lihat
Lampiran 1)
14
otak akut; pasien dengan tekanan darah tidak stabil atau berpotensi
menjadi tidak stabil; atau pada pasien dengan inotropik).
7. Kateterisasi vena sentral tidak wajib tetapi membantu memantau filling
status (status volume pembuluh darah) pasien sebelum transfer. Akses
vena sentral diperlukan dalam pemberian obat inotropic dan vasopressor.
8. Pemantauan tekanan intracranial mungkin diperlukan pada pasien-pasien
tertentu.
9. Tim transfer yang terlibat harus memastikan ketersediaan obat-obatan
yang diperlukan, antara lain: (sebaiknya obat-obatan ini sudah disiapkan
di dalam jarum suntik)
a. Obat resusitasi dasar: epinefrin, anti-aritmia
b. Obat sedasi
c. Analgesik
d. Relaksans otot
e. Obat inotropik
10. Hindari penggunaan tiang dengan selang infus yang terlalu banyak agar
akses terhadap pasien tidak terhalang dan stabilitas brankar terjaga dengan
baik.
11. Semua infus harus diberikan melalui syringe pumps.
12. Penggunaan tabung oksigen tambahan harus aman dan terpasang dengan
baik.
13. Petugas transfer harus familiar dengan seluruh peralatan yang ada di
ambulans.
14. Pertahankan temperature pasien, lindungi telinga dan mata pasien selama
transfer.
15. Seluruh peralatan harus kokoh, tahan lama, dan ringan.
16. Peralatan listrik harus dapat berfungsi dengan menggunakan baterai (saat
tidak disambungkan dengan stop kontak/listrik).
17. Baterai tambahan harus dibawa (untuk mengantisipasi terjadinya mati
listrik)
18. Monitor yang portabel harus mempunyai layar yang jernih dan terang
dan dapat memperlihatkan elektrokardiogram (EKG), saturasi oksigen
arteri, pengukuran tekanan darah (non-invasif), dan temperatur.
19. Pengukuran tekanan darah non-invasif pada monitor portabel dapat
dengan cepat menguras baterai dan tidak dapat diandalkan saat terdapat
pergerakan ekternal / vibrasi (getaran).
20. Alarm dari alat harus terlihat jelas dan terdengar dengan cukup keras.
15
21. Semua peralatan harus terstandarisasi sehingga terwujudnya suatu proses
transfer yang lancar dan tidak adanya penundaan dalam pemberian
terapi / obat-obatan.
22. Catatlah status pasien, tanda vital, pengukuran pada monitor, tatalaksana
yang diberikan, dan informasi klinis lainnya yang terkait. Pencatatan ini
harus dilengkapi selama transfer.
23. Pasien harus dipantau secara terus-menerus selama transfer dan dicatat di
lembar pemantauan.
24. Monitor dan pompa harus terlihat sepanjang waktu oleh petugas dan
harus dalam posisi aman di bawah level pasien.
16
10. Keluarga diberikan intruksi untuk pelayanan bila diperlukan berkenaan
dengan kondisi pasien
11. Memberikan edukasi pada pasien tentang proses rujukan dan instruksi
untuk tindak lanjut diberikan dalam bentuk dan cara yang mudah
dimengerti pasien dan keluarganya serta instruksi mencakup kapan
kembali untuk pelayanan tindak lanjut
12. Komunikasi dengan RS yang akan menjadi tujuan rujukan sebelum
mengirim pasien Kecuali untuk rujukan rawat jalan dan kasus gawat
darurat KIA.
17
Asuransi Sosial didesain untuk memberikan manfaat kepada
seseorang yang pendapatannya terputus karena kondisi sosial dan
ekonomi atau karena ketidakmampuan mengendalikan solusi secara
individu. Berikut adalah jenis Asuransi Sosial di Indonesia :
1. Asuransi Sosial Tenaga Kerja
• Untuk Pegawai Negeri
• Dikelola Oleh PT Tabungan dan Asuransi Pegawai
Negeri
• Untuk Pegawai Perusahaan Swasta
• Dikelola oleh PT Jaminan Asuransi Sosial Tenaga Kerja
• Untuk Anggota ABRI / TNI
• Dikelola oleh Perum Asuransi Sosial ABRI
2. Asuransi Kesehatan
• Dikelola oleh PT Asuransi Kesehatan (dulu PHB)
3. Asuransi Kecelakaan
• Dikelola oleh PT Asuransi Jasa Raharja
18
PT. Asuransi Jiwa Raya
Asuransi Jiwa Dharma Nasional
Asuransi Jiwa Bumi Putera 1912
b. Asuransi Kerugian (Property Insurance)
Bentuk ini sama dengan Asuransi Umum di Indonesia,
bertujuan memberikan jaminan kerugian terhadap harta/hak
atau milik kepentingan yang disebabkan oleh kebakaran,
pencurian, asuransi laut, dan lain-lain. Contohnya :
• PT. Asuransi Umum Indonesia
• PT. Asuransi Kerugian
Jadi perbedaan antara Asuransi Jiwa dengan Asuransi
Kerugian adalah perbedaan terletak pada obyek
pertanggungannya.Dalam asuransi jiwa yang menjadi obyek
pertanggungannya adalah jiwa manusia, sedangkan dalam asuransi
kerugian yang menjadi obyek pertanggungan adalah barang atau
properti (rumah, mobil, pabrik, dll) dan kewajiban hukum terhadap
pihak ketiga.
c. Asuransi Lainnya
1. Allianz
2. CIGNA/BUPA
3. AXA
4. OPD (Outpatient Department) : pay and claim
5. IPD (Inpatient Department), surgeory : LOG (Letter of Guarantee)
6. Cost Containment
7. AMA (Australian Medical Association) Fee
19
2.6 Pemahaman kontrak asuransi
A. Definisi Kontrak Asuransi
Banyak definisi mengenai asuransi.Salah satu yang populer
adalah asuransiialah subsitusi suatu biaya kecil tertentu dengan suatu
kerugian besar yang tidak tertentu.
Dari pandangan hukum, kontrak dengan mana satu pihak dengan
menerima sesuatu nilai yang dikenal sebagai premi, memikul suatu risiko
kerugian atau tanggung jawab yang menimpa pihak lain, sesuai dengan
suatu rencana (plan) untuk mendistribusikan risiko tersebut, adalah
kontrak asuransi apapun bentuk atau nama yang dipakainya. Banyak
kontrak yang sepintas lalu tampak seperti tampak asuransi, tetapi jika
diteliti menurut definisi ini ternyata tidak memenuhi syarat.
B. Unsur-Unsur Esensil Dari Kontrak Asuransi
Walaupun kontrak asuransi mempunyai beberapa ciri khas,
namun ia harus memenuhi bentuk dan syarat umum yang ditetapkan
oleh hukum untuk setiap kontrak. Antara lain :
a) Perjanjian (penawaran dan penerimaan)
Perjanjian terdiri dari penawaran yang dilakukan oleh atau pihak
dan penerimaannya oleh pihak kedua.Dalam segala macam asuransi,
jenis penawaran terpenting adalah aplikasi asuransi dari calon yang
ditanggung.Aplikasi ini dapat secara lisan.Misalnya seseorang yang
memutuskan hendak mengasuransikan rumahnya terhadap kerugian
akibat kebakaran dapat menelpon seorang agen asuransi.Kontrak
lainnya ini orang ini dengan agen tersebut adalah penerimaan polis dan
rekening premi.Dengan demikian berarti telah terjadi penawaran dan
penerimaan atau perjanjian antara pihak yang ditanggung dengan
perusahaan asuransi itu karena agen asuransi telah diberi wewenang
oleh perusahaan asuransi tersebut.
b) Pihak-pihak Yang Kompeten
Untuk sahnya suatu kontrak asuransi seperti juga halnya dengan
segala kontrak lain, adalah itu harus dibuat oleh pihak-pihak yang
kompeten (mampu). Ada tiga kelompok orang yang dianggap tidak
kompeten yaitu anak-anak yang belum dewasa, orang dewasa, orang-
orang yang secara mental tidak kompeten (mampu), dan dewasa
20
bersuami.Usia dewasa tidak sama di setiap negara. Di New York usia
legal itu adalah 141/2 tahun.Seseorang yang telah dinyatakan secara
resmi tidak waras adalah tidak kompeten melakukan perbuatan hukum
dan tidak mampu membuat kontrak asuransi yang sah.
c) Obyek yang Sah atau Legal
Suatu kontrak asuransi biasanya dianggap bertentangan dengan
kebijaksanaan negara dan dengan demikian tidak legal adalah jika
pihak yang ditanggung tidak mempunyai kepentingan yang dapat
diasuransikan dalam objek yang diasuransikan itu. Jika tidak ada
kepentingan yang dapat diasuransikan maka kontrak itu adalah
perjudian.
Sebuah contoh lain dari kontrak yang bertentangan dengan
kebijaksanaan negara adalah kontrak yang dibuat oleh pihak musuh.
Pasal 208 kitab Undang-undang Hukum Perniagaan mengatakan
bahwa yang dapat menjadi obyek asuransi ialah semua kepentingan
yang :
a) Dapat dinilai dengan sejumlah uang
b) Dapat tertimpa macam-macam bahaya
c) Tidak dilarang oleh undang-undang
d) Imbalan (Consideration)
Suatu kontrak hanya sah jika masing-masing pihak memberikan
nilai atau memikul sesuatu kewajiban terhadap pihak lainnya.Kontrak
asuransi seringkali menyatakan bahwa imbalan dari pihak yang
ditanggung adalah "ketentuan-ketentuan dan ketetapan-ketetapan yang
tersebut di sini dan premi tertentu".Ini tidak berarti bahwa premi harus
dibayar sebelum polis berlaku.Kenyataannya banyak polis asuransi harta
sudah berlaku sebelum diterimanya pembayaran premi.Janji membayar
adalah imbalan (consideration). Sebaliknya pada asuransi jiwa, premi
pertama harus dibayar sebelum berlakunya polis.Perusahaan asuransi
juga memberikan imbalan yang berupa janji akan melakukan
pembayaran jika terjadi peristiwa tertentu yang telah ditetapkan.
C. Ciri-Ciri Kontrak Asuransi
Ada beberapa ciri khas tertentu dalam kontrak asuransi :
a.Kontrak Untung-Untungan (Aleatory Contract)
21
Kebanyakan kontrak bersifat commutative artinya masing-masing
pihak menyerahkan barang-barang atau jasa-jasa yang dianggap sama
nilainya. Akan tetapi, kontrak asuransi adalah bersifat aleatory artinya
pihak-pihak yang membuat kontrak menyadari bahwa jumlah uang yang
akan diserahkan oleh masing-masing pihak tidak akan sama.Dalam polis
asuransi, pihak yang ditanggung menyerahkan jumlah premi. Jika ia
menderita kerugian, ia mungkin menerima jumlah uang yang jauh lebih
besar daripada premi yang dibayarkannya kepada perusahaan asuransi.
Dan jika ia tidak menderita kerugian (yang lebih besar kemungkinannya
demikian), ia tidak akan menerima apa-apa dari perusahaan asuransi.
Bagi perusahaan asuransi, ada kemungkinan ia akan harus melaksanakan
pembayaran yang jauh lebih besar daripada premi yang diterimanya atau
(lebih besar kemungkinannya) ia tidak akan membayar sama sekali. Ciri-
ciri khas dari aleatory contract adalah adanya untung-untungan (chance).
b.Kontrak Adhesi
Kebalikan dari kontrak tawar-menawar, kontrak asuransi biasanya
merupakan suatu kontrak adhesi.Perjanjian pada umumnya dibuat oleh
para pengacara dan wakil-wakil lain dari perusahaan asuransi, atau
barangkali oleh wakil-wakil pemerintah.Biasanya kontrak ini diberikan
kepada calon yang ditanggung dalam semangat "terima atau tolak".Calon
pembeli asuransi tidak bisa mengajukan usul, agar perusahaan asuransi
mengubah sedikit pasal ini atau mengganti suatu perkataan.Ciri-ciri ini
sebetulnya menguntungkan pihak yang ditanggung jika kontrak itu
menjadi perkara pengadilan. Pengadilan menentukan bahwa karena
perusahaan asuransi yang menyusun kontrak itu, maka setiap kekaburan
arti (ambiguity = arti dua, kemenduaan) dalam kontrak itu harus
ditafsirkan yang menguntungkan pihak yang ditanggung terhadap
perusahaan asuransi.
c.Kontrak Sepihak (Unilateral)
Kontrak dapat bilateral atau unilateral.Pertukaran suatu janji
dengan suatu janji adalah bilateral (belah dua pihak), sedangkan
pertukaran suatu tindakan dengan suatu janji adalah unilateral
(sepihak).Kontrak asuransi pada umumnya adalah kontrak unilateral
22
artinya pihak yang ditanggung sudah membayar premi, hanya satu pihak
terbuka terhadap janji sah yang berlaku untuk melaksanakan sesuatu
selanjutnya.Perusahaan asuransi menjanjikan pelaksanaan (performance).
d.Kontrak Bersyarat (Conditional)
Kontrak asuransi adalah kontrak bersyarat.Memang benar kontrak
itu telah terpenuhi seluruhnya oleh pihak yang ditanggung dengan telah
dibayarnya premi dan tinggal perusahaan asuransi saja yang
berkewajiban memenuhi janjinya. Akan tetapi, ini tidak berarti tidak ada
lagi syarat-syarat yang harus dipenuhi pihak yang ditanggung jika ia
ingin memperoleh penggantian atas kerugiannya. Perbedaan antara janji
(promise) dengan syarat (condition) adalah bahwa janji itu dapat
dipaksakan berlakunya secara hukum, sedangkan syarat (condition)
tidak.Pengaruh dari dilanggarnya suatu syarat adalah pihak yang
ditanggung tidak memperoleh penggantian kerugian dari perusahaan
asuransi. Contoh, pada suatu kontrak asuransi kebakaran, perusahaan
berjanji akan mengganti kerugian yang diderita pihak yang ditanggung
karena kebakaran. Pihak yang ditanggung perlu memenuhi beberapa
syarat yang berhubungan dengan pengajuan bukti kerugian karena suatu
kebakaran. Akan tetapi, ia secara hukum tidak wajib mengajukan bukti-
bukti kerugian yang diminta oleh syarat-syarat itu. Ia hanya perlu
mengajukannya kalau ia ingin memperoleh penggantian kerugian
tersebut. Sebaliknya, perusahaan asuransi kebakaran dapat dipaksa oleh
hukum untuk memenuhi janjinya membayar ganti rugi, jika pihak yang
ditanggung telah memenuhi semua syarat-syarat yang dicantumkan
dalam kontrak.
e.Sepenuhnya Berdasarkan Kepercayaan
Pada umumnya, kontrak-kontrak apa saja adalah berdasarkan
kepercayaan (bonafide, contract, good-faithcontract). Akan tetapi, kontrak
asuransi adalah kontrak yang sepenuhnya berdasarkan
kepercayaan.Dibutuhkan tingkat tertinggi bonafiditas dalam negosiasi
sebelum dikeluarkannya polis.Dalam mengambil keputusan
pertanggungan, perusahaan asuransi harus mempercayai benar informasi
yang diberikan oleh applicant (pelamar, pembeli asuransi).
f.Kontrak Pribadi
23
Orang-orang mengatakan bahwa asuransi harta itu adalah kontrak
pribadi seperti halnya kontrak perkawinan.Baik pihak yang ditanggung
maupun penanggung (perusahaan asuransi) tidak saja memperhatikan
kontrak itu tetapi juga watak, prilaku, dan bonafiditas, dari masing-masing
pihak.Dalam bahasa biasa dikatakan sesuatu barang diasuransikan.Tetapi
sesungguhnya yang diasuransikan adalah si pemilik barang itu.Kontrak
asuransi tidak terikat kepada barang itu dan tidak berpindah kepada
pembeli barang itu.Persetujuan penanggung diperlukan untuk
memindahkan sesuatu kontrak asuransi sebelum terjadi suatu kerugian
kecuali dalam hal asuransi jiwa dan beberapa polis asuransi kesehatan.
Oleh karena asuransi jiwa bukan suatu kontrak pribadi, maka ia dapat
dipindahkan tanpa izin perusahaan asuransi.Jika telah terjadi kerugian,
maka kontrak asuransi mana saja akan menjadi tidak lebih dari suatu klaim
uang dan karena itu ia dapat dipindah-tangankan.
g.Prinsip Ganti Rugi (Principle of Indemnity)
Kontrak asuransi harta dan asuransi tanggung jawab (liability
insurance) pada umumnya adalah kontrak ganti rugi, artinya ia
menyatakan akan mengganti kerugian atas kerusakan yang diderita oleh
pihak yang ditanggung. Penggantian lebih rendah (undercompensate)
dibolehkan tetapi penggantian lebih tinggi tidak.Salah satu masalah utama
penerapan prinsip ganti rugi ini adalah bagaimana mengukur kompensasi
yang tepat agar tidak menimbulkan laba atau rugi. Sehingga di sini,
dibutuhkan tiga doktrin penting yang timbul dari prinsip indemnity ini
adalah: kepentingan yang dapat diasuransikan, pembatasan jumlah
penggantian atas suatu polis asuransi, dan subrogation.
24
2. Asuransi kesehatan memiliki pilihan tanggungan rawat inap,
rawat jalan, perawatan penyakit kritis, bahkan perawatan gigi
dan berbagai jenis terapi spesifik. Anda tak perlu khawatir
kekurangan uang ketika sakit dan harus menerima prosedur
yang mahal.
3. Asuransi kesehatan bisa dijadikan sarana investasi (jika
perusahaan menyediakan pilihan asuransi dengan investasi),
sehingga jika tidak digunakan, Anda bisa mengambil manfaat
tunainya.
B. Kelemahan Asuransi Kesehatan
Selain berbagai keuntungan yang dapat dinikmati masyarakatasuransi
sosial tidak lepas dari berbagai kelemahan. Kelemahan-kelemahan
tersebut antara lain:
1. Pilihan terbatas
Karena asuransi sosial mewajibkan penduduk dan
pengelolanya yang merupakan suatu badan pemerintah atau
kuasi pemerintah, maka masyarakat tidak memiliki pilihan
asuradur.Para ahli umumnya berpendapat bahwa hal ini tidak
begitu penting, karena pilihan yang lebih penting adalah
pilihan fasilitas kesehatannya.Asuransi sosial memungkinkan
peserta bebas memilih fasilitas kesehatan yang diinginkan. Itu
dimungkinkan karena fasilitas kesehatan dapat dibayar secara
FFS atau cara lain yang tidak mengikat. Berbeda dengan
konsep HMO/JPKM kini, yang memberikan pilihan asuradur
tetapi setelah itu pilihan fasilitas kesehatan terbatas pada yang
telah mengikat kontrak. Bagi peserta tentu akan lebih
menguntungkan adanya kebebasam memilih fasilitas kesehatan
dengan biaya murah dibandingkan memilih asuradur tetapi
pilihan fasilitas kesehatan terbatas.
25
peserta.Apabila askes sosial dikelola oleh pegawai yang
kurang selektif dan tidak memberikan insentif pada yang
berprestasi, maka manajemen cenderung kurang memuaskan
peserta. Hal lain adalah karena penyelenggaranya tunggal,
tidak ada tantangan untuk bersaing, sehingga respons terhadap
tuntutan peserta kurang cepat.
3. Pelayanan seragam
Pelayanan yang seragam bagi semua peserta menyebabkan
penduduk kelas menengah atas kurang memiliki kebanggaan
khusus.Kelompok ini pada umumnya ingin berbeda dari
kebanyakan penduduk, sehingga kelompok ini biasanya kurang
suka dengan sistem asuransi sosial.Pelayanan yang seragam
juga sering menyebabkan waktu tunggu yang lama sehingga
kurang menarik bagi penduduk kelas atas.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Sistem rujukan adalah pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik
atas suatu kasus/ masalah medik yang timbul, baik secara vertikal maupun
horizontal kepada yang lebih berwenang dan mampu, terjangkau dan rasional
(Depkes RI, 1991). Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian,
dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri pada tertanggung dengan
menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena
suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang
mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu.Contoh
asuransi yang mencangkup internasional yaitu Allianz, CIGNA/BUPA, AXA,
OPD (Outpatient Department) : pay and claim, IPD (Inpatient Department),
surgeory : LOG (Letter of Guarantee), Cost Containment, dan AMA
(Australian Medical Association) Fee.
3.2 Saran
Dengan dibuatnya paper mengenai sistem rujukan dan asuransi
internasional ini penulis berharap pembaca mampu memahami mengenai
sistem rujukan dan asuransi internasional serta dapat menerapkannya.
27
DAFTAR PUSTAKA
28