Ramadhan bak jamuan istimewa yang diperuntukkan Allah Ta’ala bagi hamba-
hamba-Nya tanpa pandang bulu, baik bagi mereka para pecinta kebaikan, atau
bagi mereka para pecinta maksiat. Para pecinta kebaikan menyambut jamuan
Ramadhan untuk berlomba meraih kecintaan Allah Ta’ala. Sementara para pecinta
maksiat sudah selayaknya menjadikannya sebagai perhentian terakhir dari
petualangan dosa selama ini, sekaligus momentum balik untuk bergabung
bersama kafilah pecinta kebaikan.
“Apabila malam pertama Ramadhan tiba, syaitan-syaitan dan jin jahat dibelenggu.
Pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satupun yang terbuka. Pintu-pintu surga
dibuka, tidak ada satupun yang tertutup. Kemudian ada seorang penyeru yang
berseru, ‘Wahai para pencari kebaikan, sambutlah! Wahai para pencari kejahatan,
berhentilah. Maka Allah membebaskan orang-orang dari neraka, dan itu
berlangsung pada setiap malam Ramadhan.” [Hadits Hasan, at-Tirmidzi: 682]
Bagi mereka yang gagal mendulang kemuliaan dari jamuan tersebut, sungguh tak
ada kalimat yang bisa menggambarkan betapa meruginya mereka. Karena
memang, tidak semua dari kedua golongan tersebut sukses meraih kemuliaan
Ramadhan.
Jika demikian, menjadi penting bagi kita untuk mengetahui apakah kita termasuk
orang-orang yang sukses mendulang rahmat dan maghfirah Allah Ta’ala di bulan
Ramadhan. Setidaknya ada beberapa indikasi yang bisa kita jadikan parameter
ukur dalam masalah ini.
ه
سب ل ج ب طفإَ ل
ن ط خ ل ث وطل ط ي ط ل
ص ط م فطل ط ي طلرفج لحد شك ج ل
صولم ش أ ط م ط ن ي طول ج طوإطذاَ ط
كاَ ط
م مجرؤ م ط
صاَئ ش م ُ إصنىَ اَ ل:ل ه فطل لي ط ج
ق ل حد م أول طقاَت طل ط جأ ط
“…Jika pada suatu hari salah seorang dari kalian sedang berpuasa, janganlah
melakukan rafats (seperti berbicara porno atau keji) dan tidak juga membuat
kegaduhan. Jika ada orang yang hendak mencaci atau menyerangnya, hendaklah
ia (bersabar dan) berkata: ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa…” [Shahih
Bukhari:IV/88]
Ini karena puasa adalah tameng yang membentengi hamba dari perbuatan
maksiat. Sebagaimana hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam:
م اَل لطباَطءة ج
من لك ج ج
طاَع ط ش ست ط طن اَل ل م لب طشطباَ ش شطر اَل ل معل ط طياَ ط
ن لط ل
م ن ل شل لفطلرشج فط ط
م ل س ج ح طصرش طوأ ل ض ل شل لب ط ط
ه أغ ط ل ج طفإَن ل جطفاَل لي طت ططزول ل
جاَمءه وش طه لط جصولم ش طفإَن ل ج ست طط شعل فطعطل طي لهش شباَل ل يط ل
“Wahai sekalian anak muda, barangsiapa di antara kalian telah mampu, maka
hendaklah ia menikah, karena menikah itu lebih menundukkan pandangan dan
lebih tangguh memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu, maka
hendaklah ia berpuasa karena puasa bisa menjadi perisai baginya (dari
kemaksiatan).” [Shahih Bukhari: IV/106 dan Shahih Muslim: 1400 dari sahabat
Ibnu Mas’ud]
Boleh dibilang ini adalah indikasi terbesar bagi seorang hamba yang telah meraih
sukses di bulan Ramadhan. Karena buah dari sukses Ramadhan adalah
dilimpahkannya berbagai kebaikan kepada hamba. Dan Allah jika menghendaki
kebaikan bagi hamba-Nya yang terpilih, Dia terlebih dahulu akan mempersiapkan
hamba-Nya tersebut untuk memahami ilmu agama, sebagaimana sabda
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam:
ن
ي اَلد صي ل ش
ه فش ل
قهل ج
ف ص
خي لمراَ ي ج ط
ه ب شهش ط
ن ي جرشدش اَلل ج
م ل
ط
“Barangsiapa dikehendaki baginya kebaikan oleh Allah, Maka Dia akan
memberikan pemahaman agama kepadanya.” [Shahih Bukhari: 71 dan Shahih
Muslim: 1037]
Mafhum mukholafah dari hadits ini adalah; bahwa orang yang tidak diberikan
pemahaman dalam agamanya (berarti) tidak dikehendaki kebaikan oleh Allah
‘Azza wa jalla [al-‘Ilmu Fadhluhu wa Syarafuhu hal. 49]. Dan yang demikian ini
mustahil bagi mereka yang benar-benar sukses di bulan Ramadhan di mata Allah.
Orang-orang yang sukses menjalani Ramadhan pasti akan mendapat limpahan
kebaikan dari Allah, dan indikasinya akan terlihat jelas setelah Ramadhan, dari
usahanya yang lebih serius dalam menuntut dan memahami ilmu agama.
Imam Nawawi rahimahullah (wafat th. 676 H) mengatakan: “Di dalam hadits ini
terdapat keutamaan ilmu, mendalami agama, dan dorongan kepadanya.
Sebabnya adalah karena ilmu akan menuntunnya kepada ketakwaan kepada Allah
Ta’ala.” [Syarh Shahih Muslim: VII/128]
Jika kita sukses menjalani Ramadhan, maka kita pasti akan menjadi orang yang
bertakwa, sementara ilmu adalah kendaraan yang akan mengantarkan kepada
takwa (sebagaimana ucapan Imam Nawawi di atas). Sehingga bisa ditarik garis
kesimpulan bahwa: orang-orang yang sukses menjalani Ramadhan adalah yang
dipersiapkan oleh Allah untuk mendalami ilmu agama, demi meraih apa yang
telah Allah janjikan sebagai buah dari berpuasa yaitu takwa.
ر
ساَئ شش ه شلي وطل طك ج ل
م وطل ش ط فجر اَلل ط ست طغل ش ل قطولشلي هط ط
ذاَ طواَ ل أ طقجول ج
ممي لعج اَلعطل شي ل جس شه هجوط اَل ط ن إ شن ل ج
مي ل ط
سل ش ش
م ل اَل ج