Anda di halaman 1dari 74

UNIVERSITAS INDONESIA

GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA


(LANSIA) DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI
MULIA 01 DAN 03 JAKARTA TIMUR

SKRIPSI

KARTIKA SARI
0806334016

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
DEPOK
JULI 2012

Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.


UNIVERSITAS INDONESIA

GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI


PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI MULIA 01 DAN 03 JAKARTA
TIMUR

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Keperawatan

KARTIKA SARI
0806334016

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
DEPOK
JULI 2012

Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Kartika Sari

NPM : 0806334016

Tanda Tangan :

Tanggal : 04 Juli 2012

ii
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
iii
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
KATA PENGANTAR/ UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah, kekuatan, kesabaran, kelancaran dalam menyelesaikan skripsi
ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan jurusan Ilmu keperawatan Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, skripsi ini jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dewi Irawaty, MA, PhD, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia;
2. Ibu Dwi Nurviyandari, S. Kep, MN selaku dosen pembimbing skipsi saya
yang selalu sabar dan tidak pernah bosan memberikan bimbingan,
masukan, dan motivasi;
3. Ibu Etty Rekawati S.Kp., MKM selaku dosen penguji yang telah
memberikan banyak masukan dan saran untuk menyempurnakan skripsi
ini;
4. Ibu Kuntarti S.Kp., M.Biomed selaku koordinator Mata Ajar Tugas Akhir;
5. Pihak Dinas Sosial DKI Jakarta yang telah memberikan izin dan
kemudahan penulis untuk melakukan penelitian di PSTW Jakarta Timur
6. Pihak petugas, karyawan, opa- opa dan oma- oma di PSTW 01 dan 03
Jakarta Timur yang menerima dengan tangan terbuka dan memberi
kemudahan kepada penulis dalam proses pengambilan data penelitian di
panti;
7. Ayahanda Zulkifli, ibunda Nurhaida, dan kakanda Vemila Apri Yoza serta
keluarga tercinta yang telah memberikan kasih sayang, pengorbanan,
dukungan material dan moral yang tak terhingga nilainya;
8. Ibunda Nurmi, kakanda Ario Dian Pratama dan kakanda Ricky Dian
Saputra yang senantiasa mendoakan dan memberi semangat kepada
penulis;

iv

Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.


9. Para bidadari rumah warna warni yang mewarnai perjuangan dan
menemani penulis baik dalam keadaan suka maupun duka pada saat
sebelum, proses dan sesudah pembuatan skripsi “luv you all” Yunika,
Santi, Pipit , Mazi, Febi, Ira, Dina, dan Cimuik dan Uni Pit;
10. Bapak/ Ibu Guru, karyawan dan teman- teman dari Taman Kanak- Kanak
Baiturrahman Padang, SDN 05 Batipuah Baruah Timur, SMP N 1 Padang
Panjang, SMA N 1 Padang Panjang yang memberikan doa dan dukungan
kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan pendidikan pada
level ini;
11. Teman- teman FIK pada umumnya dan angkatan 2008 yang “peduli”
khususnya yang telah berjuang bersama dalam petualangan mencari ilmu;
dan
12. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu namun sangat
membantu penyusunan tugas akhir ini.

Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan pelayanan kesehatan.

Depok, 04 Juli 2012

Penulis

Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesi, saya yang bertanda tangan


dibawah ini:

Nama : Kartika Sari

NPM : 0806334016

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Ilmu Keperawatan

Jenis karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak bebas Royalti Nonekslusif (Nonexclusif Royalti fee
Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Gambaran Tingkat Depresi Pada Lanjut Usia (Lansia) Di Panti Sosial Tresna
Wredha Budi Mulia 01 Dan 03 Jakarta Timur

beserta perangkat yang ada. Dengan Hak bebas Royalti Nonekslusif ini
Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan meuplikasikan tugas akhir
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok

Pada tanggal : 04 Juli 2012

Yang menyatakan

(Kartika Sari)

vi
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
ABSTRAK

Nama : Kartika Sari


Program : Ilmu Keperawatan
Judul : Gambaran Tingkat Depresi pada Lanjut Usia (Lansia) di Panti
Sosial Tresna Wredha Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur

Depresi adalah penyakit yang seringkali tidak terdeteksi namun secara nyata
menurunkan kualitas hidup lansia. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan
tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Mulia 01 dan 03
Jakarta Timur. Desain penelitian ini adalah deskriptif sederhana dengan
menggunakan teknik random sampling pada 143 responden lansia. Instrumen
penelitian yang digunakan adalah Geriatric Depression Scale (GDS). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa 40,6 % lansia menderita depresi, terdiri dari lansia
dengan depresi ringan 25,9% dan yang depresi berat ada 14,7%. Hasil penelitian
menyarankan agar pihak panti memberikan bekal ilmu dan pelatihan kepada para
petugas di panti untuk menangani lansia depresi.

kata kunci : depresi mayor, lansia, panti sosial tresna wredha, Geriatric
Depression Scale

vii Universitas Indonesia


Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
ABSTRACT

Name : Kartika Sari


Program : Nursing
Title : Descriptive of The Depression in the Elderly in Institution of
Elderly Budi Mulia 01 and 03 East Jakarta

Depression is a disease that is often not detected but significantly decreased


quality of life for the elderly. The purpose of this study was describing the level of
depression in the elderly in Panti Sosial Tresna Wredha Budi Mulia 01 and 03
East Jakarta. This is a descriptive research design using simple random sampling
technique in 143 elderly respondents. Research instrument used was the Geriatric
Depression Scale (GDS). The results showed that 40.6% elderly suffering from
depression, consisting of elderly people with minor depression 25.9% and 14.7%
have major depression. The results suggest that the institution provides knowledge
and training provision for officials dealing with the depressed elderly in institution
of elderly.

key words: major depression, elderly, institution of elderly, Geriatric Depression


Scale

viii Unversitas Indonesia


Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................. vi
ABSTRAK ... ........................................................................................... vii
ABSTRACT ............................................................................................ viii
DAFTAR ISI ........................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................... xi
DAFTAR SKEMA ................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii

1. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 4
1.4.1 Tujuan Umum....................................................................... 4
1.4.2 Tujuan Khusus ...................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 4
1.4.1 Manfaat Praktis ................................................................... 4
1.4.2 Manfaat Teoritis .................................................................. 5
1.4.3 Manfaat Metodologi .. .......................................................... 5

2. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 6


2.1 Panti Sosial Tresna Werdha ........................................................... 6
2.2 Konsep Depresi ............................................................................. 7
2.1.1 Definisi Depresi ................................................................... 7
2.1.2 Gejala Depresi ................................................................... 7
2.1.3 Penyebab Depresi .............................................................. 8
2.1.4 Faktor- Faktor yang Meningkatkan Depresi ....................... 11
2.1.5 Dampak Depresi ................................................................ 12
2.1.6 Geriatric Depression Scale ................................................ 12

3 KERANGKA KERJA ........................................................................ 15


3.1 Kerangka Konsep ....................................................................... 15
3.2 Definisi Operasional ................................................................... 16

4 METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 21


4.1 Desain Penelitian ........................................................................... 21
4.2 Populasi dan Sampel .................................................................... 21
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 22
4.4 Etika Penelitian ............................................................................ 22
4.5 Alat Pengumpul Data ................................................................... 24
4.6 Metode Pengolahan Data .............................................................. 24

ix Universitas Indonesia

Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.


4.7 Pengolahan dan Analisis Data ...................................................... 25
4.7.1 Pengolahan Data ............................................................... 25
4.7.2 Analisis Data ...................................................................... 26
4.8 Jadwal Kegiatan Penelitian ........................................................... 27
4.9 Sarana Penelitian .......................................................................... 27

5 HASIL PENELITIAN ....................................................................... 28


5.1 Pelaksanaan Penelitian ................................................................. 28
5.2 Karakteristik Responden ............................................................... 30
5.2.1 Jenis Kelamin , umur, status pernikahan, agama lansia di
panti .................................................................................. 30
5.2.2 Tingkat Pendidikan, lama di panti, alasan masuk, dan
keluhan medis lansia di panti .............................................. 33
5.3 Tingkat Depresi Lansia ................................................................ 35
5.3.1 Tingkat depresi lansia di panti ........................................... 36
5.3.2 Tingkat depresi lansia berdasarkan jenis kelamin, umur,
dan lama di panti ................................................................ 37
5.3.3 Tingkat depresi lansia berdasarkan alasan masuk dan
keluhan medis lansia ........................................................... 39

6 PEMBAHASAN ................................................................................ 41
6.1 Tingkat Depresi pada Lansia di Panti Sosial Tresna Wredha ......... 41
6.2 Keterbatasan Penelitian ................................................................ 46
6.3 Implikasi Keperawatan ................................................................. 47

7 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 48


7.1 Kesimpulan .................................................................................. 48
7.2 Saran ............................................................................................ 48

DAFTAR REFERENSI ............................................................................ 50


LAMPIRAN

x Universitas Indonesia

Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Definisi Operasional................................................................ 16


Tabel 4.1. Jadwal Kegiatan Penelitian..................................................... 27
Tabel 5.1 Distribusi Karakterisitk Responden berdasarkan Jenis
Kelamin, Umur, Status Pernikahan, dan Agama di Panti
Sosial Tresna Wredha Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur,
April 2012 (n=143) …………………………....................... 30
Tabel 5.2 Distribusi Karakterisitk Responden berdasarkan Tingkat
Pendidikan, Lama di Panti, Alasan Masuk, dan Keluhan
Medis Lansia di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Mulia
01 dan 03 Jakarta Timur, April 2012 (n=143)......................... 33
Tabel 5.3 Distribusi Tingkat Depresi Responden di Panti Sosial Tresna
Wredha Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur, April 2012
(n=143) .................................................................................. 36
Tabel 5.4 Distribusi Gejala Depresi Responden pada GDS di Panti
Sosial Tresna Wredha Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur,
April 2012 (n=143) ................................................................ 37
Tabel 5.5 Distribusi Tingkat Depresi Responden berdasarkan Jenis
Kelamin, Umur, dan Lama di Panti Sosial Tresna Wredha
Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur, April 2012 (n=143) .... 37
Tabel 5.6 Distribusi Tingkat Depresi Responden berdasarkan Keluhan
Medis di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Mulia 01 dan 03
Jakarta Timur, April 2012 (n=143) …………....................... 39

xi Universitas Indonesia

Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.


DAFTAR SKEMA

Skema 4.1. Kerangka Konsep Penelitian.................................................... 15

xii Universitas Indonesia


Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden


Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 Surat Izin penelitian FIK UI
Lampiran 4 Surat Izin penelitian dari Dinas Sosial DKI Jakarta
Lampiran 5 Kuesioner

xiii Universitas Indonesia


Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada tahun 2015, jumlah penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai
angka sekitar 248 juta jiwa. Dengan jumlah penduduk sebesar ini, Indonesia
menduduki peringkat ke-4 dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat.
Jumlah penduduk lanjut usia (60 tahun ke atas) di Indonesia pada tahun 2005,
jumlah penduduk lansia Indonesia mencapai 16,80 juta orang (7,78% dari total
penduduk). Angka ini naik menjadi 18,96 juta orang pada tahun 2007, dan
menjadi 19,32 juta orang pada tahun 2009 artinya jumlah lansia adalah 8,37%
dari total seluruh penduduk Indonesia. (Komnaslansia, 2010). Tahun 2010
jumlah lanjut usia telah mencapai 19 juta orang dengan usia harapan hidup
rata-rata 72 tahun, bahkan ada yang mencapai 80 tahun (Kemensos, 2012).
Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan, tahun 2020 lanjut usia di
Indonesia akan berjumlah 28,8 juta atau 11,34 persen dari jumlah penduduk
Indonesia (Kemensos, 2012). Pada dekade-dekade mendatang jumlah dan
persentase lansia akan tumbuh berlipat ganda. Adanya peningkatan jumlah
lansia diartikan sebagai bertambahnya harapan hidup lansia. Hal ini
mengindikasikan bahwa status kesehatan dan kesejahteraan penduduk pada
umumnya meningkat, termasuk lansia.

Bertambahnya peningkatan lansia, ironisnya diikuti oleh peningkatan jumlah


lansia yang terlantar di Indonesia. Data tahun 2012 di Indonesia menunjukkan
jumlah lansia terlantar dan berisiko tinggi adalah 3.274.100 dan 5.102.800
orang. Lanjut usia yang menjadi gelandangan dan pengemis adalah 9.259
orang dan yang mengalami tindak kekerasan 10.511 orang (Suara Merdeka,
2012). Saat ini sudah banyak berdiri panti sosial tresna wredha yang bertujuan
untuk menampung lansia yang terlantar. Lansia yang tinggal di panti diberikan
kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Namun, kehidupan di panti berbeda
dengan kehidupan di tengah keluarga. Kehilangan dukungan sosial dan

1 Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
2

emosional akibat dilembagakan (tinggal di panti) cenderung menimbulkan


depresi pada lansia (Karthryn, 2009).

Depresi merupakan salah satu penyakit yang banyak terjadi di kalangan lansia.
Umumnya angka depresi terjadi dua kali lebih tinggi di kalangan lansia
daripada orang dewasa (Alexopoulus, Bruce Hull, Sirey & Kakuma, 1999).
Dari penelitian di Amerika dinyatakan bahwa kira- kira 10 % sampai 15 %
dari semua yang berusia lebih dari 65 tahun dan tinggal di komunitas
memperlihatkan gejala depresi. Sedangkan lansia yang berada di institusi
(panti) menunjukkan angka depresi ringan sampai sedang antara 50% sampai
75 % yang menyerang lansia dengan perawatan jangka panjang (Stanley, et al,
2006). Angka depresi lansia mencapai 56 % pada lansia di panti (Smoliner,et
al 2009). Untungnya, penyakit psikiatrik ini dapat diobati. Ketika seseorang
didiagnosis depresi, hampir 80% penderita dapat diobati sampai benar- benar
sehat (Stanley, et al, 2006).

Depresi pada lansia dikenal juga dengan sebutan late life depression. Depresi
yang sering dijumpai pada lansia adalah depresi mayor menurut kriteria
standar Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV)
(American Psychiatric Assosiation, 1994). Depresi mayor ini berupa
sekumpulan sindrom yang menggambarkan seseorang mempunyai gejala-
gejala depresi (Alexopoulos, 2005). Gejala depresi yang termasuk ke dalam
gejala afektif berupa jiwa yang tertekan, kesedihan, menangis; gejala kognitif
seperti berfikir mengenai ketidakberdayaan, keputusasaan, tidak berharga,
bunuh diri, kehilangan minat dan kesenangan dalam beraktivitas; dan gejala
somatik seperti tidak bersemangat, kehilangan nafsu makan, gangguan pola
tidur, dan kelelahan (Tsu, 2009).

Meskipun begitu, depresi ini sering salah diagnosis dan diabaikan (Stanley, et
al, 2006). Gejala depresi seringkali dihubungkan dengan masalah medis dalam
proses penuaan dan bukan sebagai tanda dari depresi itu sendiri (Depression
Guideline Panel, 1993 dalam Pendleton, 2008). Di samping itu, penyangkalan,

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
3

sikap lansia, isolasi sosial menjadikan gangguan depresi ini sulit terdeteksi
dan diobati (Stanley, et al, 2006). Lansia yang menderita depresi berada dalam
ancaman yang besar apabila tidak segera diketahui dan ditangani oleh tim
kesehatan yang profesional.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di salah satu panti sosial
tresna wredha di wilayah Jakarta bagian timur yaitu PSTW Budi Mulia 03
Ciracas, terdapat sebagian lansia yang depresi. Para lansia menderita depresi
lebih banyak pada mereka yang imobilsasi atau memiliki penyakit kronis.
Lansia yang imobilisasi, sepanjang hari hanya tidur- tiduran di atas tempat
tidur. Begitu juga dengan lansia yang punya penyakit kronis seperti arhtritis.
Mereka tidak bisa bergaul dengan lansia lainnya karena keterbatasan atau
penyakit yang mereka miliki. Dengan keadaan yang demikian, tanda- tanda
depresi seringkali terlihat. Begitu banyak lansia yang teridentifikasi memiliki
tanda dan gejala depresi namun mereka tidak diberikan tindakan medis atau
keperawatan apapun untuk menyembuhkan mereka.

Dampak depresi pada lansia sangatlah buruk. Depresi yang tidak diobati
menyebabkan peningkatan penggunaan fasilitas kesehatan dan medis,
memberi pengaruh negatif pada kualitas hidup, dan meningkatkan kematian
(Smoliner, et al, 2009). Meskipun terdapat bukti bahwa depresi merupakan
masalah terutama pada lansia yang dilembagakan (panti), hanya sedikit
perhatian diberikan kepada fakta ini (J Teresi, R Abrams, D Holmes, 2001
dalam Smoliner, et al, 2009). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian kepada para lansia yang tinggal di panti daerah Jakarta
Timur untuk mengetahui gambaran depresi para lansia tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Menua merupakan proses yang normal. Dalam proses penuaan, terjadi
perubahan baik dari segi fisik, psikologis, dan sosial. Perubahan ini saling
mempengaruhi satu sama lain. Kondisi ini berpotensi menimbulkan masalah
kesehatan secara umum dan kesehatan jiwa secara khusus pada lansia.

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
4

Menurut hasil penelitian di Amerika, lansia yang mengalami depresi semakin


banyak apalagi lansia yang berada di panti (Stanley, et al, 2006). Depresi ini
dapat diterapi. Seseorang yang didiagnosis depresi, bisa sembuh kembali
dengan jumlah hampir 80% (Stanley, et al, 2006). Namun, depresi sering
salah diagnosis dan diabaikan (Sanley, et al, 2006). Lansia yang menderita
depresi berada dalam ancaman yang besar apabila tidak segera diketahui dan
ditangani oleh tim kesehatan yang profesional. Hal ini sangat berbahaya bagi
status kesehatan lansia bahkan mengancam kehidupannya.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran
depresi pada lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Wredha Budi
Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur.
1.3.2 Tujuan khusus
1.3.2.1 Menggambarkan karakteristik responden lansia yang tinggal di
Panti Sosial Tresna Wredha 01 dan 03 Jakarta Timur : jenis
kelamin, umur, status pernikahan, agama, tingkat pendidikan,
lama tinggal di panti, alasan masuk ke panti dan keluhan medis
saat ini.
1.3.2.2 Menggambarkan karakteristik responden lansia yang tinggal di
Panti Sosial Tresna Wredha 01 dan 03 Jakarta Timur : jenis
kelamin, umur, status pernikahan, agama, tingkat pendidikan,
lama tinggal di panti, alasan masuk ke panti dan keluhan medis
saat ini.
1.3.2.3 Menggambarkan karakteristik responden lansia yang tinggal di
Panti Sosial Tresna Wredha 01 dan 03 Jakarta Timur : jenis
kelamin, umur, status pernikahan, agama, tingkat pendidikan,
lama tinggal di panti, alasan masuk ke panti dan keluhan medis
saat ini.

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
5

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu keperawatan
terutama di bidang gerontology tentang gambaran tingkat depresi lansia
yang berada di panti.
1.4.2 Manfaat Teoritis
1.4.2.1 Bagi Dinas Sosial DKI
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu data
mengenai gambaran depresi pada lanjut usia yang tinggal di
PSTW Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur sehingga
menjadi sarana dalam mengembangkan sistem pelayanan
panti yang efektif dan efisien.
1.4.2.2 Bagi Panti Sosial Tresna Wredha Budi Mulia 01 dan 03
Jakarta Timur
Sebagai salah satu pertimbangan dan data untuk memberikan
program yang tepat pada lansia terkait gambaran depresi di
panti sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan
kematian akibat depresi di PSTW Budi Mulia 01 dan 03
Jakarta Timur.
1.4.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai data dasar peneliti selanjutnya
mengenai gambaran tingkat depresi pada lansia yang tinggal
di PSTW Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur.
1.4.2.4 Bagi Penleitian Selanjutnya
Dapat menjadi ilmu yang berharga dan pengalaman nyata
yang dilihat dan diterapkan di lapangan (panti) terkait ilmu
keperawatan gerontology.
1.4.3 Manfaat Metodologi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran depresi
guna meningkatkan kualitas pelayanan dalam memberikan intervensi
penanganan depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Wredha Budi
Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur.

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Panti Sosial Tresna Wredha


Panti Sosial Tresna Wredha merupakan panti sosial yang berada di lingkungan
Direktorat Bina Pelayanan Sosial Lanjut Usia Departemen Sosial dan yayasan
milik swasta. Panti Sosial Tresna Wredha merupakan suatu institusi hunian
bersama para lansia. Tujuan dari institusi ini adalah menyelenggarakan
pelayanan kesejahteraan sosial bagi lansia terlantar meliputi perawatan,
pembinaan fisik, mental dan sosial (Dinsos, 2008). Arahan dalam pelaksanaan
pencapaian tujuan dan sasaran didasarkan pada adanya Undang-undang No.13
tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia di mana PSTW mengupayakan
terwujudnya kesejahteraan lanjut usia dengan menciptakan rasa aman,
nyaman, dan tenteram dihari tuanya (Depsos, 2008).

Pelayanan yang disediakan di Panti Sosial Tresna Wredha cukup banyak. Ada
pelayanan fisik misalnya pengasramaan, makanan, pakaian; pelayanan
keagamaan seperti bimbingan rohani, tuntunan beribadah; pelayanan sosial
contohnya bimbingan individu/kelompok; pelayanan keterampilan (kegiatan
penyaluran hobi dan pengisian waktu luang); pelayanan psikologis
(konsultasi, terapi kelompok ); pelayanan kesehatan (pemeriksaan kesehatan
rutin, pemberian obat-obat ringan); pelayanan pendampingan (mendampingi
kegiatan sehari-hari, mendampingi kegiatan di luar panti); dan rekreasi:
darmawisata, mendengarkan musik; serta pelayanan pemakaman atau
pengurusan jenazah (Dinsos, 2008). Melalui pelayanan tersebut, diharapkan
lansia bisa menikmati kehidupan mereka dengan bahagia dan damai.

Keluarga lansia dapat berkunjung setiap hari ke panti. Petugas panti akan
mengizinkan keluarga untuk bertemu dengan lansia selama tidak mengganggu
kegiatan lansia di panti tersebut. Setiap kunjungan baik keluarga ataupun tidak
akan didokumentasikan di buku kunjungan yang disediakan oleh pihak panti.

6 Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
7

2.2 Depresi
2.2.1 Definisi Depresi
Institut Kesehatan Nasional Amerika pada Consensus Development
Panel yang dilakukan tahun 1992, mendefinisikan depresi sebagai
sekumpulan sindrom yang dimanifestasikan pada perubahan afektif,
kognitif dan somatik (Zauszniewski & Wykle, 2006). Menurut Stuart &
Laraia, 2005 depresi adalah perpanjangan kesedihan dan duka yang
abnormal. Depresi adalah gangguan suasana hati atau mood (Miller,
2004). Depresi merupakan perubahan fungsi psikososial yang sering
terjadi pada lansia. Para gerontologis telah mengembangkan teori untuk
menjelaskan fenomena depresi pada lansia, mereka menemukan
terminologi terbaru untuk depresi ini yakni depresi akhir kehidupan (late
life depression) (Miller, 2004). Jadi depresi merupakan gangguan
suasana hati yang berkepanjangan yang mengakibatkan perubahan baik
pada kognitif, afektif maupun somatik pada individu.

Depresi yang sering dijumpai pada lansia adalah depresi mayor menurut
kriteria standar Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
(DSM-IV) (American Psychiatric Assosiation, 1994). Ketika lansia
menunjukkan salah satu atau dua dari dua gejala inti (mood yang
tertekan dan kehilangan minat terhadap suatu hal atau kesenangan)
bersama dengan empat atau lebih gejala-gejala depresi selama minimal
dua minggu, maka diagnosa depresi mayor pada lansia dapat ditegakkan
(Miller, 2004).

2.2.2 Gejala Depresi


Secara umum gejala depresi mayor berupa jiwa yang tertekan hampir
setiap hari, kesedihan, menangis, keputusasaan, tidak berharga atau
perasaan bersalah berlebihan, gangguan psikomotor, kehilangan minat
dan kesenangan dalam beraktivitas, kesulitan dalam berfikir dan
berkonsentrasi, kehilangan nafsu makan, gangguan pola tidur, dan
kelelahan, pikiran berulang tentang kematian, dan percobaan/ide bunuh

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
8

diri (Deshotels, 2004). Pada penelitian lain, gejala depresi dibagi ke


dalam tiga gejala yaitu gejala afektif, kognitif dan somatik. Gejala
depresi yang termasuk ke dalam gejala afektif berupa jiwa yang tertekan,
kesedihan, menangis; gejala kognitif seperti berfikir mengenai
ketidakberdayaan, keputusasaan, tidak berharga, bunuh diri, kehilangan
minat dan kesenangan dalam beraktivitas; dan gejala somatik seperti
tidak bersemangat, kehilangan nafsu makan, gangguan pola tidur, dan
kelelahan (Tsu, 2009).

2.2.3 Penyebab Depresi


Ada beberapa teori yang menjadi penyebab depresi, yaitu :

2.2.3.1 Teori Biologi


Teori biologi memeriksa hubungan antara penuaan, depresi,
dan perubahan pada otak, sistem syaraf, sistem neuroendokrin.
Banyak teori yang ditujukan pada peran dari neurotransmiter,
dengan menekankan pada serotinin, dopamin, asetilkolin,
norepinefrin sebagai faktor yang berkontribusi. Hubungan
sistem neuroendokrin dengan terjadinya depresi adalah, ketika
peningkatan level kortisol plasma, perubahan sekresi hormon
pertumbuhan, perubahan hormon tiroid dalam berespon,
peningkatan aktivitas hipotalamus, pituitari, dan ginjal.
Kesimpulan dari para peneliti tentang hubungan ini masih
belum jelas. Meskipun begitu, tidak ada bantahan terhadap
bukti- bukti bahwa “gangguan depresi yang lebih berat terlebih
lagi terjadi karena dipengaruhi oleh perubahan psikobiologi.”

2.2.3.2 Teori Psikologis


Teori psikoanalitik ini memberi kesan bahwa depresi berkaitan
dengan adanya permasalahan pada pengalaman masa kecil
yang belum terselesaikan (Pastorino & Portillo, 2006). Dan
teori ini dinilai sebagai reaksi pada suatu kehilangan (Smith, et

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
9

al, 2003). Teori ini masih memakai teori yang dikemukakan


oleh Freud pada tahun 1917 bahwa inti dari depresi adalah
kemarahan yang berbalik pada diri sendiri, membenci diri dan
menyalahkan diri sendiri (Frisch & Frisch, 1998). Pengalaman
masa kecil yang tidak bahagia, di mana seorang anak
kehilangan kasih sayang dari orang tua atau orang yang
semestinya mencintainya baik karena kegagalan peran orang
tua dalam mendidik dan memelihara anaknya ataupun karena
kehilangan sosok orang tua (Santrock, 2005). Anak itu akan
merasa kecewa, dicampakkan, diabaikan dan kehilangan karena
tidak ada tempat bergantung dan persetujuan dalam
memutuskan hal- hal yang terjadi dalam kehidupan anak
tersebut (Santrock). Dia akan marah, namun anak tidak dapat
mengeluarkan amarahnya secara terbuka pada orang yang
seharusnya menyayangi mereka (biasanya ibu, orang tua) yang
menimbulkan konflik pada dirinya sendiri. Akhirnya rasa
marah itu berbalik pada dirinya menjadikan dia marah, benci
dan menyalahkan diri sendiri dan berakhir pada depresi (Smith,
et al, 2003). Ketika dia memasuki masa remaja dan dewasa dan
mulai membentuk hubungan baru dengan orang lain, perasaan
diabaikan dan dicampakkan akan muncul ketika mengalami
kehilangan dan depresi akan muncul lagi (Pastorino & Portillo,
2006).

Hal ini dapat dialami lansia juga. Blazer (2002)


mengidentifikasi faktor- faktor yang berpotensi menyebabkan
depresi pada lansia, yaitu ageisme, kehilangan peran sosial,
status ekonomi sosial yang rendah, pernah mengalami depresi
sebelumnya, termasuk trauma masa kecil dan kemiskinan,
stresor sosial, termasuk stres dalam menjalani kehidupan,
jaringan sosial yang tidak adekuat, misalnya sudah janda/ duda,
punya sedikit teman, dan punya sedikit kerabat dan keluarga,

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
10

berkurangnya interaksi sosial, intergrasi sosial yang buruk,


seperti lingkungan yang tidak stabil, ketidakbebasan dalam
menganut suatu keyakinan dan kombinasi dari faktor- faktor di
atas.

Teori lain mengenai psikologis terkait kebiasaan adalah teori


learned helplessness yang dikemukakan oleh Martin Seligman.
Teori ini menerangkan ketidakberdayaan seseorang ketika
mengalami stres yang berkepanjangan di mana dia tidak bisa
lagi mengontrol keadaan tersebut. Pada situasi ini individu
merasa pasrah (menyerah) dan depresi (Santrock). Pada
penelitian yang dilakukan oleh Nolen dan Hoeksema pada
tahun 1995 dan 2000 dalam Santrock tahun 2005 bahwa koping
yang dimiliki oleh pada sebagian individu yang depresi karena
keadaan di atas dengan merenungkan depresi yang dialami.
Individu tersebut hanya berfokus tentang perasaan depresi itu
tanpa memikirkan jalan keluar untuk keluar dari keadaan
depresi tersebut (Santrock). Hal ini akan menjadikan mereka
tetap berada dalam situasi depresi.

2.2.3.3 Teori Triase Kognitif


Teori triase kognitif merupakan jalan untuk menjelaskan
depresi secara umum, dan depresi pada lanjut usia secara
khusus. Triase kognitif yang menjadi patokan untuk menilai
diri seseorang adalah, dari gambaran dirinya, lingkungan atau
pengalaman hidup mereka, dan masa depan mereka (Miller,
2004). Jika salah satu dari tiga hal ini bernilai negatif, maka
bisa menjadi indikator terjadinya depresi. Orang yang depresi
memiliki cara berfikir negatif dan salah, dan mereka tidak
menyadarinya (Pastorino &Portillo, 2006). Misalnya, ketika
mengalami peristiwa yang sulit mereka merasa mereka tidak
berharga ataupun mereka memandang masa depan mereka

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
11

tidak punya harapan. Orang yang depresi ini percaya bahwa


mereka tidak sanggup untuk mencegah situasi negatif yang
mereka alami dan mengubahnya (Smith, et al, 2003). Hal ini
akan menyebabkan mereka terus berada dalam keadaan depresi
yang lebih parah lagi.

2.2.4 Faktor- Faktor yang Meningkatkan Depresi


Faktor- faktor yang bisa memperparah depresi seperti kehilangan pada
berbagai macam segi kehidupan, misalnya seperti kehilangan pekerjaan,
jabatan, status kesehatan, keuangan yang memburuk, kehilangan orang
yang dicintai, istri/ suami, anak, sanak saudara, kerabat, teman kerja
akibat kematian atau pindah ke tempat lain, lalu menurunnya kapasitas
fisik ataupun psikososial, perubahan neurotransmiter dan reseptor di
otak, peningkatan insiden penyakit fisik dan penggunaan medikasi
secara bersamaan, meningkatnya insiden kerusakan kognitif, termasuk
demensia dan delirium (Ahmed & Takeshita, 1997). Perubahan-
perubahan ini umumnya dapat dirasakan oleh para lansia yang dirawat di
panti sosial (Deshotels, 2004).

Faktor lain yang bisa meningkatkan depresi adalah ketidakmampuan


(cacat). Ketidakmampuan ini didefinisikan menurut WHO tahun 1980
dalam Williamson, et all tahun 2000 adalah suatu keterbatasan atau
kekurangan, akibat dari suatu kerusakan untuk melakukan kegiatan yang
biasa dan normal dilakukan oleh indvidu misalnya makan, jalan dan lain-
lain. Dari penelitian cross sectional ditemukan keterkaitan antara
ketidakmampuan dengan depresi (Williamson). Bisa saja
ketidakmampuan meningkatkan depresi, maupun sebaliknya.
Ketidakmampuan (cacat) merupakan salah satu fakta, gejala awal yang
menjadi dasar terjadinya depresi, walaupun harus memerlukan
investigasi lebih lanjut untuk menjelaskan keberadaan depresi
(Williamson). Sebaliknya, depresi juga bisa memperberat
ketidakmampuan. Namun harus mencakup gejala depresi berupa

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
12

hilangnya nafsu makan, adanya gangguan tidur, kelelahan yang


menjurus ke arah gangguan fungsional fisik dan ketidakmampuan
(Williamson).

2.2.5 Dampak Depresi


Dampak depresi dikemukakan oleh Bagulho, 2002; von Ammon
Cavanaugh et al., 2001 dalam Zauszniewski & Wykle, 2006 berupa
risiko timbulnya penyakit fisik, bertambah parahnya penyakit fisik,
penyembuhan yang lama setelah operasi atau menderita penyakit,
kerusakan kognitif, bertambahnya angka bunuh diri ataupun penyakit
yang mematikan.

2.2.6 Geriatric Depression Scale


Pentingnya mendeteksi depresi semakin disadari apalagi depresi yang
terjadi pada lansia sulit diketahui. Untuk itu, alat pendeteksi depresi
dibuat untuk memudahkan profesional kesehatan mendeteksi gejala
depresi. Namanya instrumen pendeteksi ini adalah Geriatric Depression
Scale (GDS). Alat skrining ini terdiri dari 30 pertanyaan untuk GDS
panjang dan 15 pertanyaan untuk GDS pendek, yang akan dijawab oleh
klien. Para klien hanya menjawab dengan jawaban Ya atau Tidak pada
setiap pertanyaan yang diajukan. GDS ini dibuat oleh Yesavage J A dan
teman- teman pada tahun 1982 dalam bentuk GDS panjang. Dan pada
tahun 1986 direvisi lagi oleh Yesavage J A menjadi GDS pendek. Selain
GDS, alat pendeteksi lain yang telah terstandardisasi adalah Center for
Epidemiologic Studies Depression Scale - Revised (CES-D-R). Selain
GDS dan CES-D-R, masih ada instrumen skrining lain seperti Hamilton
Rating Scale for Depression, Zung Self-Rating Depression Scale,
Montgomery-Asberg Depression Rating Scale (Holroyd dan Clayton,
2002). GDS juga bisa digunakan untuk mengkaji tingkat depresi lansia
yang berada di institusi. Hal ini sudah diuji oleh Parmelee et al, 1989
pada lansia di panti dan kompleks rumah khusus lansia yang berjumlah

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
13

806 bahwa nilai pada tiap pernyataan yang jumlahnya 30, semuanya
valid dan reliabel.

Geriatric Depression Scale dapat digunakan pada lansia dengan


gangguan kognitif. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Lopez, Quan & Carvajal tahun 2010 bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan bagi penderita gangguan kognitif ataupun
tidak dalam penggunaan GDS ini. Pada penelitian Cornett tahun 2009,
GDS dipakai untuk membedakan tingkat kerusakan kognitif pada lansia
mulai dari lansia dengan tanpa gangguan kognitif, lansia dengan
perubahan kognitif sedang, demensia tipe alzheimer, dan demensia
vaskular. Walaupun hasilnya menyatakan bahwa GDS baik yang terdiri
dari 30 pertanyaan maupun 15 pertanyaan secara umum tidak dapat
membedakan jenis demensia, namun peneliti ini menggunakan GDS
pada responden lansia dengan berbagai tingkat demensia. Hal ini
membuktikan bahwa GDS dapat digunakan untuk lansia tanpa gangguan
kognitif dan dengan gangguan kognitif.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Adam,et al tahun 2004, mereka


mengelompokkan setiap pernyataan di GDS menjadi lima klasifikasi
besar. Klasifikasinya yaitu perasaan depresi (dysporia), cemas,
gangguan kognitif/ memori, agitasi (gejolak emosi), dan tiga serangkai
(dimensi) menarik diri, apatis dan semangat (MAS). Klasifikasi dysporia
punya subklasifikasi lagi yang dikelompokkan ke dalam putus asa.
Pengelompokkan ini dibuat agar pengukuran lebih akurat dan jelas. Hal
ini memudahkan para peneliti dalam menggali gejala mana yang lebih
dominan (Adam,et al 2004) sehingga bisa memilih pengobatan yang
sesuai dengan gejala yang ada.

Pernyataan yang termasuk ke dalam klasifikasi dysporia adalah


pernyataan nomor 1, 3, 4, 7, 9, 15, 16, 23, dan 25. Klasifikasi dysporia
secara umum menggambarkan perasaan sedih, tertekan (depresi), putus

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
14

asa, dan kosong. Sedangkan subklasifikasi dysporia yaitu putus asa ada
pada pernyataan nomor 5, 10, 17, dan 22. Secara umum, klasifikasi ini
menggambarkan keputusasaan, ketidakberdayaan, dan perasaan tidak
berharga. Ide untuk bunuh diri merupakan tujuan akhir setelah menjalani
hidup yang tidak bergairah dan tidak bersemangat dari orang depresi
dengan keputusasaan dan ketidakberdayaan (Adam, et al, 2004).
Sehingga orang depresi yang berusaha untuk bunuh diri memiliki gejala-
gejala yang dominan pada klasifikasi ini. Lalu pernyataan nomor 8, 13,
dan 18 termasuk ke dalam klasifikasi cemas. Selanjutnya yang termasuk
klasifikasi gangguan kognitif/ memori adalah nomor 6, 14, 26, 29, dan
30. Lalu klasifikasi yang termasuk dalam gejala agitasi yaitu nomor 11,
24, dan 27. Dan yang termasuk klasifikasi terakhir yaitu MAS adalah
nomor 2, 12, 19,20,21, dan 28. Di dalam MAS ini secara umum
digambarkan pengalaman dan perilaku yang dipengaruhi oleh umur,
kelemahan fisik dan masalah kesehatan.

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep


Pada bab ini akan menjelaskan kerangka konsep dan definisi operasional
yang dapat memberikan arah pada pelaksanaan penelitian. Dalam penelitian
ini akan digambarkan distribusi proporsi variabel- variabel penelitian secara
sederhana. Variabel- variabel tersebut berupa karakteristik lansia seperti
jenis kelamin, umur, status pernikahan, agama, tingkat pendidikan, lama
lansia tinggal di panti , alasan masuk ke panti, keluhan penyakit saat ini dan
tingkat depresi yang dialami lansia. Tingkat depresi yang akan diteliti pada
lansia diukur dengan menggunakan skala ukur yang disebut dengan
Geriatric Deperession Scale (GDS).

Berdasarkan tinjauan teori yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka, maka
kerangka konsep dari penelitian ini dapat digambarkan secara skematis pada
skema di bawah ini :
Skema 3.1
Kerangka Konsep Penelitian

Karakteristik pada
lansia di panti:
 jenis kelamin Tingkat depresi
 umur pada lansia :
 status pernikahan  normal
 agama  ringan
 tingkat pendidikan  berat
 lama tinggal di
panti
 alasan masuk ke
panti
 keluhan medis
saat ini

15 Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
16

3.2 Definisi Operasional


Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara ukur Alat Hasil Skala ukur
operasional ukur ukur
Karakteristik lansia
a. Jenis Identitas diri Pernyataan Kuisi- 1. Laki- Nominal
kelamin responden responden oner laki
baik itu pria tentang jenis 2. Perem-
atapun wanita kelamin puan
dalam
kuesioner
b. Umur Rentang umur Pernyataan Kuesi- Dihitung Interval
responden umur oner dalam
1. elderly (60 responden rentang
– 74 tahun) dalam tahun :
2. old (75 – 90 kuisioner 1. elderly
tahun) 2. old
3. very old (> 3. very old
90 tahun)
c. Status Identitas diri Pernyataan Kuesi- 1. Janda/ Nominal
pernikahan responden responden oner duda
baik itu tentang status 2. Menikah
menikah, pernikahan 3. Belum
belum dalam menikah
menikah, kuesioner
janda/duda,
bercerai

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
17

d. Agama Agama dan Pernyataan Kuisi- 1. Islam Nominal


kepercayaan responden oner 2. Kristen
yang dianut tentang agama katolik
oleh yang dianut 3. Kristen
responden dalam protestan
kuisioner 4. Hindu
5. Budha
6. Lainnya
e. Tingkat Pendidikan Pernyataan Kuisi- 1. Tidak Ordinal
pendidik- formal responden oner Sekolah
an terakhir yang tentang 2. SD
diselesaikan pendidikan 3. SMP
responden formal dalam 4. SMA/
kuesioner SMK
5. Diploma
6. Pergu-
ruan
Tinggi
f. Lama Waktu dari Pernyataan Kuesi- 1. kurang Interval
tinggal di lansia pertama responden oner dari 1
panti kali masuk ke tentang tahun
panti sampai berapa lama 2. 1 - 5
saat melaku- tinggal di tahun
kan penelitian panti 3. lebih dari
Alasan lansia 5 tahun
g. Alasan masuk ke Pernyataan Kuesi- 1. Penertib- Nominal
masuk ke dalam panti responden oner an satpol
panti tentang alasan PP
masuk ke 2. Keingin-
dalam panti an sendiri
3. Dikirim
oleh

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
18

tokoh
masyara-
kat
4. Anjuran
keluarga
5. Tidak ada
keluarga
6. Tidak
punya
tempat
tinggal
7. Lainnya
h. Keluhan Penyakit yang Pernyataan Kuesi- 1. Arthritis Nominal
saat ini diderita responden oner 2. Hiperten-
responden tentang si
saat penelitian penyakit yang 3. Konstipa-
berlangsung diderita saat si
penelitian 4. DM
berlangsung 5. Paru-
paru
6. Penyakit
kulit
7. Insomnia
8. Post
stroke
9. Lainnya

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
19

Variabel
Tingkat Tingkat Kuesioner Kuisi- 1. Normal Interval
Depresi depresi yang GDS yang oner 2. Ringan
digolongkan ditanyakan dengan 3. Berat
dalam kriteria kepada 30
normal (0 – lansia. GDS perta-
9), ringan (10 ini terdiri dari nyaan
– 19), dan 30 petanyaan dengan
berat (20 – dengan pilihan
30) yang jawaban ya jawab-
dialami oleh atau tidak. an ya
lansia yang Menghitung atau
berusia 60 jumlah tidak.
tahun ke atas. jawaban yang Masing
ada pada -masing
kuesioner perta-
GDS nyaan
terdiri
dari
poin
0-1
Gejala Klasifikasi Responden Insru- 1. Dyspo- Nominal
depresi pada lima gejala lansia men ria
GDS depresi yang menjawab GDS 2. MAS
ada pada pertanyaan (mena-
instrument yang ada rik diri,
GDS, yaitu pada apatis
dysporia, instrument dan
cemas, GDS sema-
gangguan ngat)
kognitif/ 3. Gang-
memori, guan

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
20

agitasi, dan kognitif/


tiga dimensi memori
menarik diri, 4. Agitasi
apatis dan 5. Cemas
semangat
(MAS)

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif sederhana yang bertujuan
untuk menggambarkan variabel yang diteliti. Pada penelitian ini yang ingin
diketahui oleh peneliti gambaran karakteristik lansia. Adapun variabel-
variabel karakteristik yang diteliti yaitu jenis kelamin, umur, status
pernikahan, tingkat pendidikan, agama, lama tinggal di panti, alasan masuk
ke panti, dan keluhan medis saat ini. Selain itu peneliti juga meneliti tentang
tingkat depresi pada lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Wredha yang
berada di daerah Jakarta Timur.

4.2 Populasi dan Sampel


Sampel penelitian untuk menentukan jumlah sampel responden adalah
dengan menggunakan metode random sampling, di mana tidak ada ketentuan
khusus yang diberlakukan pada lansia di panti yang akan menjadi responden.
Semua lansia memiliki kesempatan yang sama untuk menjasi responden pada
penelitian ini.

Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal di panti Cipayung
dan panti Ciracas, Jakarta Timur. Jumlah lansia yang tinggal di panti
Cipayung ada 101 orang. Sedangkan lansia yang tinggal di panti Ciracas saat
ini ada 125 orang. Jadi jumlah populasi lansia sebanyak 226 orang (Dinsos,
2012).

21 Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
22

Karena populasinya diketahui, cara menentukan sampel dari populasi adalah


dengan rumus di bawah ini :

n= N.Zα2P.q
d2 . (N-1) + Zα2P.q
Keterangan:
n = jumlah sampel
P = estimator proporsi populasi
q = I-p
Zα2 =
harga kurva normal yang tergantung pada alpha
N = jumlah unit populasi
Perhitungan Sampel
n= 226.(1,96) 2 (0,5).(0,5)
(0,05)2 (226-1) + (1.96) 2 (0,5)2

n = 142,52 responden
n = 143 responden

Dari hasil perhitungan di atas, diperoleh sampel yang diteliti sebanyak 143
orang. Untuk mengantisipasi kesalahan dalam pengambilan sampel maka
jumlah sampel ditambah 10%. Jadi jumlah sampel total ada 157 orang.

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di kota Jakarta Timur, tepatnya di panti sosial tresna
wredha Cipayung dan Ciracas. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, panti
ini tepat untuk dijadikan tempat penelitian karena memenuhi syarat dan
kriteria sampel yang diberikan. Proses penelitian ini dilakukan pada 26 Maret
2012.

4.4 Etika Penelitian


Etika dalam penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk menjamin hak-hak
lansia sebagai responden. Pada penelitian ini kuesioner terdiri dari dua

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
23

bagian. Kuesioner ini akan ditanyakan oleh peneliti langsung kepada lansia
dengan cara tanya jawab (wawancara). Sebelum melakukan penelitian,
peneliti melakukan BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya) dulu kepada
calon resonden. Pada tahap ini, peneliti menjelaskan identitas diri, berkenalan
dengan calon responden, tujuan datang ke panti, bagaimana cara mengambil
data, lama proses wawancara, dan menanyakan kesediaan calon responden.
Jika lansia setuju, baru dilakukan wawancara.

Lansia bebas untuk memilih ikut serta atau tidak dalam suatu penelitian,
tanpa ada paksaan dari peneliti. Lansia yang tidak bersedia menjawab
pertanyaan dari kuesioner penelitian karena berbagai macam alasan ataupun
tidak ada alasan merupakan hak mereka. Peneliti tidak punya hak ataupun
wewenang untuk memaksa lansia tersebut untuk ikut serta (menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh peneliti) dalam penelitian ini.

Lansia berhak untuk menentukan waktu, cara/alat dan kebebasan untuk


memberikan informasi kepada peneliti. Jika lansia mengajukan beberapa
syarat ataupun kondisi dalam menentukan tempat, waktu, cara, dan alat yang
digunakan dalam mengisi kuesioner maka peneliti harus menyetujui selama
tidak bertentangan dengan hukum dan agama apapun. Lansia yang menjadi
responden dapat memberikan informasi yang dia mau dengan bebas baik
semuanya maupun sebagian saja dari informasi yang diperlukan oleh peneliti
untuk kepentingan penelitian.

Peneliti melindungi lansia sebagai responden dari rasa tidak nyaman baik
terhadap isi kuesioner yang diajukan oleh peneliti. Lansia yang tidak mau
melanjutkan pengisian kuesioner akibat pertanyaan penelitian yang tidak
dapat diterima (tidak mengerti, marah, tersinggung, dan tidak berminat) tidak
dipaksa untuk mengisi kuesioner sampai selesai. Peneliti juga melindungi
lansia dari ketidaknyamanan terkait kondisi kesehatan pada lansia. jika
kondisi lansia tidak memungkinkan (tidur setelah minum obat, waktu

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
24

istirahat siang, waktu makan, waktu beribadah dan lain- lain) maka lansia
tidak dipaksa untuk mengikuti wawancara dengan peneliti.
Peneliti menjamin kerahasiaan semua informasi yang diberikan responden
seperti identitas lansia dan hasil GDS yang diperoleh dari lansia serta hanya
menggunakan data tersebut untuk kepentingan penelitian. Selain itu, lansia
yang ingin untuk disamarkan identitasnya juga dibolehkan dalam penelitian.
Untuk hal ini, nama lansia akan ditulis menjadi inisial saja sehingga identitas
lansia tersebut tidak diketahui orang lain dengan jelas.

Setiap lansia akan mendapat selembar kertas yang disebut Informed consent.
Ini diberikan kepada lansia sebagai lembar persetujuan antara peneliti dengan
lansia sebagai responden. Lansia yang setuju melakukan wawancara dengan
peneliti menandatangani informed consent yang telah disediakan. Bukti
bahwa lansia menyetujui untuk melakukan wawancara penelitian bisa dengan
tanda tangan ataupun sidik jari ( cap jempol ).

4.5 Alat Pengumpulan Data


Pengumpulan data pada penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan
alat ukur penelitian kuesioner dan skala GDS (Geriatric Depression Scale).
Kuesioner yang digunakan dalam proses penelitian ini terdiri dari dua bagian.
Bagian pertama berisi pertanyaan yang berkaitan dengan data demografi
responden (usia, jenis kelamin, agama, status pernikahan, tingkat pendidikan,
dan penyakit yang diderita saat ini). Bagian kedua kuesioner penelitian
merupakan daftar pertanyaan GDS panjang sebagai data sumber dalam
mendeteksi tingkat depresi yang terjadi pada lansia.

4.6 Metode Pengumpulan Data


Peneliti mengajukan permohonan izin kepada Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia untuk mendapatkan surat keterangan pelaksanaan
penelitian di panti sosial tresna wredha Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur.
Lalu peneliti mengajukan surat keterangan dari fakultas FIK UI ke Dinas
Sosial DKI Jakata untuk mengeluarkan surat izin melakukan penelitian di

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
25

panti sosial tresna wredha Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur. Setelah
disetujui oleh Dinas Sosial DKI Jakarta, peneliti meminta persetujuan kepada
kepala panti sosial tresna wredha Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur.
Selanjutnya, peneliti memberikan penjelasan kepada kepala panti sosial
tresna wredha Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur untuk melakukan
pengumpulan data. Peneliti menjelaskan hak-hak responden termasuk hak
untuk menolak mengisi kuesioner sebelum pengisian kuesioner dilaksanakan.
Selanjutnya peneliti menjelaskan isi dari lembar informed consent kepada
responden (lansia). Apabila responden telah memahami dan menyetujui,
peneliti meminta tanda tangan responden sebagai tanda persetujuan ikut serta
menjadi responden dalam penelitian. Peneliti memberikan penjelasan tentang
cara pengisian kuisioner kepada responden. Peneliti memulai proses
pengumpulan data dan dilanjutkan dengan wawancara.

4.7 Pengolahan dan Analisis Data

4.7.1 Pengolahan Data


Peneliti melakukan pengolahan data penelitian ini dengan beberapa
langkah. Data yang telah didapat lalu diproses melalui tahap editing.
Editing dilakukan pada kuesioner untuk diperiksa secara teliti oleh
peneliti tentang adanya kesalahan penulisan atau pertanyaan yang
belum diisi. Jika ada data yang kurang atau kosong, maka data itu
belum bisa dijadikan data yang siap untuk diolah dan dianalisis. Jika
peneliti masih bisa mengambil data itu lagi kepada lansia yang menjadi
responden di panti sehingga datanya lengkap, maka data tersebut bisa
digunakan untuk selanjutnya dicoding. Data dicoding sesuai dengan
kode yang telah ada di definisi operasional sehingga data tersebut jelas
dan tidak bercampur satu sama lain. Data yang sudah dilakukan coding
mempermudah peneliti dalam melakukan analisa data dan mempercepat
pemasukan data penelitian. Selanjutnya dilakukan kegiatan pengolahan
data dengan menggunakan program komputer. Setelah melalui proses
editing (pengecekan kelengkapan data) dan coding (pengubahan data

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
26

yang berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka) , data hasil editing
dimasukkan ke komputer dengan program windows Statistic Program
for Social Sciences (SPSS) 16,0. Setelah data hasil penelitian yang
sudah melalui proses editing, coding dan telah dimasukkan ke komputer
(processing), maka peneliti harus mengecek kembali kelengkapan data
yang sudah dimasukkan ke dalam komputer.

4.7.2 Analisis Data


Analisa univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik
masing-masing variabel yang diteliti. Analisis univariat dalam
penelitian ini menggambarkan frekuensi dari seluruh variabel yang
diteliti yaitu karakteristik responden (usia, jenis kelamin, agama, status
pernikahan, tingkat pendidikan, keluhan medis saat ini dan lamanya
tinggal di panti) dan variabel lainnya berupa tingkat depresi pada lansia
berdasarkan hasil ukur GDS.
Cara perhitungan dilakukan dengan rumus:
𝐹
Presentase: 𝑁 x 100%
Keterangan:
F = Frekuensi
N = Jumlah sampel

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
27

4.8 Jadwal Kegiatan Penelitian

Tabel 4.1 Jadwal kegiatan penelitian


Kegiatan Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
Proposal
penelitian
Sidang proposal
Alat/Instrumen
pengumpul data
Pengecekan
validasi
instrument
Pengumpulan
data
di lapangan
Analisa data
Pembuatan draft
laporan
Hasil laporan
sementara
Penyempurnaan
isi laporan
Penggandaan
laporan

4.9 Sarana Penelitian


Sarana penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah instrument penelitian
(kuisioner), alat tulis, komputer, kalkulator, buku referensi, sarana internet, dan
sarana lainnya.

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
BAB 5
HASIL PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif sederhana untuk mengetahui


gambaran tingkat depresi yang dialami para lansia di panti wilayah Jakarta Timur.
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan pengajuan proposal
penelitian. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran rencana penelitian
secara terperinci. Proses pembuatan dan perbaikan proposal berlangsung dari
bulan Oktober sampai Desember 2011.

5.1 Pelaksanaan Penelitian


Setelah proposal disetujui, peneliti mempersiapkan diri turun ke lapangan
untuk mengambil data. Peneliti harus membuat surat izin penelitian dari
fakultas terlebih dahulu untuk diajukan ke Dinas Sosial DKI Jakarta. Surat
izin penelitian dari fakultas diproses selama satu minggu oleh Dinas Sosial
DKI Jakarta. Lalu Dinas sosial DKI Jakarta mengeluarkan surat izin
penelitian. Surat izin dari Dinas Sosial ini diberikan kepada pihak panti
beserta lampiran proposal penelitian peneliti. Setelah memberikan berkas-
berkas tersebut kepada pihak panti, secara resmi mahasiswa dapat melakukan
penelitian di panti yaitu PSTW Budi Mulia 01 Cipayung dan PSTW Budi
Mulia 03 Ciracas.

Sebelum melakukan penelitian yang sebenarnya, peneliti melakukan uji


validasi terhadap alat penelitian yang digunakan yaitu Geriatric Depression
Scale (GDS). Uji validasi dilakukan pada 30 lansia di panti Budi Mulia 03
Ciracas. Hasil uji validitas menyatakan alfa cronbach (α) = 0,819. Hasil ini
menyatakan bahwa penelitian menggunakan GDS layak dilakukan karena
cocok dan valid digunakan untuk menilai tingkat depresi pada lansia di panti.

Penelitian berlangsung 8 hari dengan jumlah 143 responden lansia. Pihak


panti sangat menerima kehadiran peneliti dan memberikan penjelasan terkait
lingkungan panti. Pada setiap panti lansia tinggal di wisma yang dipisah

28 Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
29

antara laki- laki dan perempuan. Jumlah lansia yang bersedia menjadi
responden memenuhi jumlah sampel yang diharapkan. Peneliti melakukan
penelitian dengan metode wawancara kepada lansia. Penelitian dilakukan di
waktu senggang lansia seperti pagi hari menjelang siang. Kontrak waktu
dalam melakukan wawancara hanya 15 menit. Sehingga para lansia terbuka
menerima dan terhindar dari ketidaknyamanan atas kehadiran peneliti.

Peneliti melakukan pengolahan data dengan menggunakan software khusus


untuk penelitian yaitu SPSS 16,0. Peneliti mulai memasukkan data ke dalam
SPSS 16,0 , lalu melakukan pengkodean data. Selanjutnya, data tersebut
diperiksa untuk menghindari kekurangan, kesalahan dan kecacatan data.
Setelah data benar- benar lengkap dan benar, data kemudian dianalisis.
Semua hasil analisis data ditampilkan dalam bentuk tabel. Berikut ini adalah
hasil analisis data dari penelitian yang telah dilakukan. Hasil ini akan
mengggambarkan karakteristik lansia dan tingkat depresi yang dialami para
lansia di PSTW Budi Mulia 01 dan 03 wilayah Jakarta Timur tahun 2012.

Panti sosial tresna wredha Budi Mulia 01 yang berada di Cipayung dan Budi
Mulia 03 Ciracas merupakan panti khusus untuk lansia yang dikelola oleh
pemerintah DKI Jakarta. PSTW Budi Mulia terdiri dari 101 orang lansia.
Panti ini terletak di wilayah Cipayung yang dekat dengan panti sosial Budhi
Darma dan panti balita Tunas Bangsa. Panti Budi Mulia 01 Cipayung
mengalami proses rehabilitasi tahun 2011. Penataan bangunan dan
lingkungan diperbaharui. Ada enam buah wisma di Cipayung. Empat wisma
untuk lansia perempuan dan dua wisma untuk lansia laki- laki.

Tidak jauh berbeda dengan panti Budi Mulia 01 Cipayung, panti Budi Mulia
03 Ciracas merupakan kelolaan pemerintah kota Jakarta. Panti ini terdiri dari
tiga buah bangunan besar. Tiap bangunan terdiri dari dua tingkat. Satu dari
tiga bangunan ini dihuni oleh para lansia laki- laki. Sedangkan sisanya dihuni
oleh para lansia perempuan. Saat ini dipanti ada 125 orang lansia.

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
30

Pada penelitian ini, jumlah lansia yang menjadi responden ada 143 orang.
Secara umum, penelitian ini menggambarkan beberapa karakteristik lansia
yang tinggal di panti. Karakteristik tersebut adalah persebaran jenis kelamin,
umur, tingkat pendidikan, alasan masuk ke panti, lama tinggal di panti dan
keluhan medis yang dirasakan saat ini.

5.2 Karakteristik Responden

5.2.1 Jenis kelamin, umur, status pernikahan, agama lansia di panti

Tabel 5.1 Distribusi Karakterisitk Responden Berdasarkan Jenis


Kelamin, umur, status pernikahan, dan agama di Panti Sosial Tresna
Wredha Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur, April 2012 (n=143)

Karakteristik Jumlah Presentase


Jenis kelamin
Laki- laki 62 43,4
Perempuan 81 56,6
Umur
Elderly 94 65,7
Old 41 28,7
Very old 8 5,6
Status pernikahan
Janda/ duda 107 74,8
Menikah 23 16,1
Belum/ tidak menikah 13 9,1
Agama
Islam 129 90,2
Kristen katolik 6 4,2
Kristen protestan 6 4,2
Hindu 0 0,0
Budha 0 0,0
Lainnya 2 1,4

Distribusi perbandingan antara lanisa laki- laki dan perempuan di


panti sosial menunjukkan bahwa jumlah lansia perempuan lebih
banyak daripada laki- laki, namun perbedaannya tidak terlalu besar.
Data perbandingan laki- laki dan perempuan dari hasil survei sosial
dan ekonomi nasional tahun 2009 menyatakan di Indonesia terdapat

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
31

8,8 juta lansia laki-laki sedangkan lansia perempuan berjumlah 10,4


juta pada tahun 2009 (Kompas, 2012). Hal ini menunjukkan bahwa
lansia perempuan secara umum di tingkat nasional memiliki usia
harapan hidup lebih besar daripada laki- laki. Hal ini juga sama
dengan keadaan Panti Sosial Tresna Wredha 01 dan 03 Jakarta
Timur.

Dari segi umur, terdapat klasifikasi batasan umur lansia menurut


WHO yaitu elderly (60-74 tahun ), old (75- 90 tahun) dan very old
(lebih dari 90 tahun). Berikut adalah distribusi persebaran umur
lansia menurut klasifikasi umur di atas. Pada tabel sebelumnya,
lansia paling banyak berada di dalam klasifikasi elderly. Namun
lansia yang berumur antara 75 sampai 90 tahun hampir mencapai
setengah dari elderly. Bahkan ada lansia di panti yang sudah
mencapai tahap very old yaitu lebih dari 90 tahun. Ini berarti, secara
umum usia hidup lansia cukup tinggi. Namun, mean umur lansia di
panti sekitar 72,3 tahun, dengan umur terendah 60 tahun serta umur
tertinggi 99 tahun. Modus umur sama dengan median yaitu 60 tahun.
Semakin tua, keadaan fisik dan fungsional lansia akan menurun. Hal
ini akan menambah risiko depresi ketika terpapar oleh penyebab dan
faktor risiko depresi lainnya.

Sebagian besar lansia di panti baik laki- laki dan perempuan sudah
janda atau duda. Mereka sudah tidak punya pasangan hidupnya lagi
baik berpisah karena perceraian maupun kematian pasangan.
Menjadi sendiri lagi setelah bercerai atau kematian pasangan di usia
senja akan berdampak besar pada psikologis lansia karena
kehilangan dukungan baik emosional, penghargaan, informasi dan
instrumental. Hal ini juga diperberat jika tidak ada dukungan
keluarga maupun status ekonomi yang menengah ke bawah.
Kompleksitas dari situasi di atas membuat lansia menjadi tidak
berdaya Hal ini menjadi salah satu faktor pendorong mereka untuk

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
32

tinggal di panti dengan banyak lansia lain. Hidup di panti dengan


keadaan seperti ini bisa memicu depresi pada lansia di akhir
kehidupannya.

Pada segi agama, mayoritas lansia (90.2 %) beragama Islam. Selain


Islam, terdapat sebagian kecil lansia yang menganut agama Kristen
(katolik dan protestan) dan agama lainnya. Hal ini menunjukkan
bahwa orang Indonesia mayoritas merupakan pemeluk agama Islam.
Dari data tersebut, juga dapat diketahui bahwa semua lansia yang
menjadi responden penelitian masing- masing memiliki keyakinan
(agama). Pihak panti pun menyediakan berbagai fasilitas keagamaan
seperti pengajian rutin untuk muslim dan penyediaan transportasi ke
gereja bagi penganut Kristen. Hal ini ditujukan agar lansia bisa
mengisi waktunya dengan beribadah dan menambah kematangan
spiritual. Sehingga bisa menambah penerimaan pada perubahan-
perubahan diri dan mencegah depresi.

Karakteristik selanjutnya adalah lama lansia yang tinggal di panti.


Dari data, digambarkan bahwa lansia tinggal di panti sampai mulai
dari hitungan hari sampai lebih dari lima tahun. Dari informasi yang
disampaikan oleh pihak panti, banyak lansia yang hidup belasan
tahun akhirnya meninggal di panti. Ada juga lansia yang hanya
bertahan beberapa hari di panti karena dipindahkan ke panti lain atau
karena sakit parah sehingga harus dirawat di pelayanan kesehatan.
Panti sosial ini menampung kebanyakan lansia yang terlantar dan
tidak punya tempat tinggal.

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
33

5.2.2 Tingkat pendidikan, lama di panti, alasan masuk, dan keluhan


medis lansia di panti

Tabel 5.2 Distribusi Karakterisitk Responden Berdasarkan Tingkat


Pendidikan, Lama di Panti, Alasan Masuk, dan Keluhan Medis
Lansia di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta
Timur, April 2012 (n=143)

Karakteristik Jumlah Presentase


Tingkat pendidikan
Tidak sekolah 53 37,1
SD 51 35,7
SMP 18 12,6
SMA/ SMK 16 11,2
Diploma 3 2,1
Perguruan Tinggi (PT) 2 1,4
Lama di panti
< 1 tahun 44 30,8
1 – 5 tahun 51 35,7
> 5 tahun 48 33,6
Alasan masuk
Penertiban satpol PP 34 23,8
Keinginan sendiri 34 23,8
Dikirim oleh tokoh masyarakat 31 21,7
Anjuran keluarga 22 15,4
Tidak ada keluarga 13 9,1
Tidak punya tempat tinggal 7 4,9
Lainnya 2 1,3
Keluhan medis
Arhtritis 66 46,2
Hipertensi 42 29,4
Konstipasi 16 11,2
DM 11 7,7
Paru- paru 10 7,0
Penyakit kulit 8 5,6
Insomnia 8 5,6
Post stroke 5 3,5
Lainnya 23 14

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata- rata tingkat


pendidikan lansia adalah tidak sekolah. Pendidikan bisa
mempengaruhi seseorang dalam menerima informasi, kemampuan
mendengar, gaya hidup, perilaku, dan kemampuan menyelesaikan

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
34

masalah. Pada tabel di atas, sebagian besar lansia tidak mengenyam


pendidikan baik laki- laki maupun perempuan. Lansia yang tinggal
dipanti sebagian besar berpendikan rendah. Dengan pendidikan
rendah, kemampuan lansia mendengar, menerima dan memahami
informasi, gaya hidup (kebiasaan), serta cara menyelesaikan
masalah terkait kesehatan juga rendah. Masalah kesehatan kerap
terjadi pada masa lansia. Lansia yang tidak tahu dan paham terhadap
perubahan tersebut akan kesulitan beradaptasi dan hal ini bisa
menjadi stresor yang memicu depresi pada lansia.

Karakteristik selanjutnya adalah lama lansia yang tinggal di panti.


Dari data, digambarkan bahwa lansia tinggal di panti sampai mulai
dari hitungan hari sampai lebih dari lima tahun. Dari informasi yang
disampaikan oleh pihak panti, banyak lansia yang hidup belasan
tahun akhirnya meninggal di panti. Ada juga lansia yang hanya
bertahan beberapa hari di panti karena dipindahkan ke panti lain atau
karena sakit parah sehingga harus dirawat di pelayanan kesehatan.
Panti sosial ini menampung kebanyakan lansia yang terlantar dan
tidak punya tempat tinggal.

Pada tabel, ada beberapa alasan lansia tinggal di panti. Lansia yang
ditangkap dari penertiban satpol PP dan yang memilih untuk tinggal
di panti atas kemauan sendiri yang paling banyak jumlahnya. Selain
itu, ada juga lansia yang diantar oleh tokoh masyarakat setempat juga
banyak. Beberapa alasan lain lansia masuk panti karena anjuran oleh
keluarganya, tidak punya tempat tinggal, tidak ada keluarga serta
dikirim dari rumah sakit karena tidak mampu membayar biaya
perawatan. Dari semua alasan bisa dibedakan antara lansia bahwa
yang masuk karena lansia dengan bukan keinginan sendiri lebih
banyak daripada lansia dengan keinginan mereka sendiri. Sesuatu
yang sebenarnya tidak diinginkan ternyata terjadi pada lansia

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
35

tersebut akan menambah beban psikologis yang bisa memicu depresi


bagi lansia.

Berdasarkan tabel tersebut, hampir setengah dari seluruh lansia di


panti memiliki keluhan arthritis dan hipertensi. Kedua penyakit ini
merupakan penyakit kronik yang memang sering diderita oleh usia
lansia. Sebagian besar lansia juga memiliki penyakit yang lebih dari
satu. Hal ini terjadi akibat kemunduran- kemunduran fisik yang
dialami oleh setiap orang yang memasuki usia lansia. Penyakit yang
bersifat kronik dan bersifat nyeri sangat berpotensi menjadi stresor.
Begitu juga dengan ketidakmampuan fisik yang menimbulkan
ketergantungan pada orang lain dan menjadi tidak berdaya. Hal ini
lebih memperbesar risiko depresi pada lansia.

5.3 Tingkat depresi lansia


Dalam penelitian ini, alat ukur yang digunakan untuk mengetahui tingkat
depresi lansia adalah Geriatric Depression Scale (GDS). GDS ini
dikembangkan oleh Yessevage pada tahun 1982. Pada GDS terdapat 30
pernyataaan dengan kemungkinan jawaban “ya “ dan “tidak.” Hasil positif
akan diberi nilai satu untuk setiap pertanyaan dan hasil negatif bernilai nol.
Tidak semua pernyataan dengan jawaban “ya” hasilnya positif. Tergantung
pada bentuk pernyataannya. Hasil perhitungan GDS dibagi menjadi tiga
kategori yaitu normal (hasilnya penjumlahan 0-9), depresi ringan (10-19) dan
depresi berat (20-30).

Lansia yang dikatakan menderita depresi ringan (minor) ketika hanya


memiliki gejala- gejala depresi yang lebih sedikit dari pada penderita depresi
berat (mayor) dalam dua minggu terakhir. Sedangkan lansia yang masuk ke
dalam kategori depresi berat adalah jika mereka memiliki semua tanda dan
gejala yang telah ditetapkan sebagai manifestasi klinis depresi berat sesuai
dengan kriteria DSM-IV.

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
36

Dari hasil observasi ketika mengunjungi dan praktik di panti, peneliti


mengamati situasi dan kegiatan para lansia secara umum di sana. Petugas
panti mengatakan bahwa terdapat kegiatan rutin seperti senam pagi,
pengajian, dan acara seni setiap minggunya. Namun beberapa di antara lansia
tersebut tidak mengikuti kegiatan panti. Tidak ada paksaan bagi lansia yang
tidak mau mengikuti kegiatan tersebut. Lansia yang aktif ( bisa mobilisasi dan
memenuhi kebutuhan dasar secara mandiri) biasanya hanya duduk- duduk di
serambi, tidur- tiduran, dan mondar- mandir dari tempat tidur ke luar lalu ke
dalam ruangan lagi. Tidak ada kegiatan bermakna yang mereka kerjakan.
Selain itu, ada beberapa lansia yang pasif (mengalami gangguan mobilisasi)
dan hanya melakukan kegiatan di atas tempat tidur. Petugas panti membantu
para lansia untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, seperti mengantarkan
makanan ke tempat tidur dan memandikan mereka. Secara umum, lingkungan
panti bersih dan tertata rapi. Namun, di sekitar ruangan lansia dengan
gangguan mobilisasi, tercium bau yang kurang sedap. Hal ini bisa
menyebabkan ketidaknyamanan para lansia untuk tetap berada di ruangan itu.

5.3.1 Tingkat depresi pada lansia di panti

Tabel 5.3 Distribusi Tingkat Depresi Responden di Panti Sosial


Tresna Wredha Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur, April 2012
(n=143)

Tingkat depresi Jumlah Persentase


Normal 85 59,4
Ringan 37 25,9
Berat 21 14,7

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah lansia di panti yang


mengalami depresi cukup mencengangkan. Angka ini
memperlihatkan angka kejadian depresi pada lansia di panti cukup
tinggi, yaitu hampir setengah lansia penghuni panti depresi.
Gambaran tingkat depresi dibagi atas dua yaitu depresi ringan
(minor) dan depresi berat (mayor).

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
37

Tabel 5.4 Distribusi Gejala Depresi Responden pada GDS di Panti


Sosial Tresna Wredha Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur, April
2012 (n=143)

Gejala depresi Jumlah Persentase


Dysporia 119 83,2
MAS (menarik diri, apatis, dan 101 7
semangat)
Gangguan kognitif/ memori 89 62,2
Agitasi 80 55,9
Cemas 78 54,5

5.3.2 Tingkat depresi lansia berdasarkan jenis kelamin, umur, dan


lama di panti

Tabel 5.5 Distribusi Tingkat Depresi Responden Berdasarkan Jenis


Kelamin, Umur, dan Lama di Panti Sosial Tresna Wredha Budi
Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur, April 2012 (n=143)

Karakteristik Tingkat depresi


Normal Ringan Berat Total
(%) % % %
Jenis kelamin
Laki- laki 32 18 12 62
(51.6) (29.0) (19.4) (100.0)
Perempuan 53 19 9 81
(65.4) (23.5) (11.1) (100.0)
Umur
Elderly 56 26 12 94
(59.6) (27.7) (12.8) (100.0)
Old 26 8 7 41
(63.4) (19.5) (17.1) (100.0)
Very old 3 3 2 8
(37.5) (37.5) (25,0) (100.0)
Lama di panti
< 1 tahun 24 10 10 44
(54.5) (22.7) (22.7) (100.0)
1-5 tahun 32 14 5 51
(62.7) (27.5) (9.8) (100.0)
> 5 tahun 29 13 21 48
(60.4) (27.1) (14.7) (100.0)

Berdasarkan tabel tersebut, ternyata lansia laki- laki lebih banyak


menderita depresi daripada lansia perempuan. Hal ini bertolak

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
38

belakang dengan pendapat umum yang menyatakan bahwa


perempuan biasanya lebih banyak berisiko untuk depresi daripada
laki- laki. Hasil ini menunjukkan bahwa lansia yang berada di
institusi tidak sepenuhnya bisa menjalani hidupnya dengan nyaman.
Apalagi lansia laki- laki yang sebagian besar masuk dan tinggal di
panti karena ditertibkan oleh satpol PP. hidup di bawah keterikatan
aturan- aturan panti membuat mereka menjadi lebih tertekan. Hal ini
bisa memicu depresi.

Dari segi umur, paling banyak tingkat depresi terjadi pada umur
elderly. Rata- rata umur lansia di panti juga berkisar antara 60- 74
tahun. Usia ini adalah usia awal dari lansia di mana lansia secara
umum mulai mengalami kemunduran dari berbagai segi, yaitu fisik,
psikologis, ekonomi, dan sosial. Masa ini merupakan masa awal
lansia beradaptasi dengan berbagai perubahan tersebut.

Selanjutnya gambaran tingkat depresi bila dilihat dari lamanya lansia


tinggal di panti. Lansia yang tinggal di panti baik masih dalam
hitungan hari maupun belasan tahun rata- rata persebaran tingkat
depresinya sama. Namun perlu diperhatikan bahwa pada awal lansia
di panti, yaitu kurang dari 5 tahun, lebih banyak lansia yang
mengalami depresi. Hal ini terjadi disebabkan oleh proses adaptasi
pada tempat, lingkungan sosial, dan gaya hidup yang baru di panti.
Tidak selamanya lansia yang terjamin tempat tinggal dan makannya
bisa nyaman di lingkungan dan teman yang baru. Dan depresi juga
melonjak naik pada lansia yang sudah lama tinggal di panti (lebih
dari 5 tahun). Hal ini bisa terjadi ketika lansia itu jenuh dengan
keadaannya sendiri serta situasi di sekelilingnya yang sama (tidak
ada kegiatan yang berbeda secara signifikan) dari hari ke hari. Hal
ini bisa menimbulkan kebosanan dan perasaan hampa yang memicu
terjadinya depresi.

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
39

5.3.3 Tingkat depresi lansia berdasarkan alasan masuk dan keluhan


medis lansia di panti

Tabel 5.6 Distribusi Tingkat Depresi Responden Berdasarkan


Keluhan Medis di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Mulia 01 dan 03
Jakarta Timur, April 2012 (n=143)
Karakteristik Tingkat depresi
Normal Ringan Berat Total
(%) (%) (%) (%)
Alasan masuk
Penertiban satpol PP 17 9 8 34
(50.0) (26.5) (23.5) (100.0)
Keinginan sendiri 27 7 0 34
(79.4) (20.6) (0.0) (100.0)
Dikirim oleh tokoh 18 11 2 31
masyarakat
(58.1) (35.5) (6.5) (100.0)
Anjuran keluarga 9 7 6 22
(40.9) (31.8) (27.3) (100.0)
Tidak ada keluarga 9 2 2 13
(69.2) (15.4) (15.4) (100.0)
Tidak punya tempat tinggal 3 1 3 7
(42.9) (14.3) (42.9) (100.0)
Lainnya 2 0 0 2
(100.0) (0.0) (0.0) (100.0)
Keluhan medis saat ini
Arthritis 38 19 9 66
(56.7) (28.8) (13.6) (100.0)
Hipertensi 26 12 4 42
(61.9) (28.6) (9.5) (100.0)
Konstipasi 10 4 2 16
(62.5) (25.0) (12.5) (100.0)
Paru- paru 6 2 2 10
(60.0) 20.0) (20.0) (100.0)
DM 6 3 2 11
(54.5) (27.3) (18.2) (100.0)
Post Stroke 3 1 1 5
(60,0) (20.0) (20.0) (100.0)
Penyakit kulit 5 3 0 8
(62.5) (37.5) (0.0) (100.0)
Insomnia 6 2 0 8
(75.0) (25.0) (0.0) (100.0)
Lainnya 21 10 7 38
(59.4) (25.9) (14.7) (100.0)

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
40

Pada tabel di atas, terdapat berbagi macam alasan lansia tinggal di


panti. Rata- rata lansia depresi karena masuk ke panti bukan karena
keinginannya sendiri. Dari data di atas terlihat bahwa lansia yang
masuk ke panti atas anjuran keluarga, dikirim oleh tokoh masyarakat
serta tertangkap saat penertiban satpol PP. Rasa tertekan dan
terkekang ini akan menimbulkan dampak pada psikologis mereka.
Depresi bisa muncul jika masalah psikologis ini tetap dialami lansia.

Berdasarkan tabel di atas, terdapat berbagai keluhan medis yang


dimiliki oleh lansia. Pada tabel terlihat bahwa banyak lansia
mengeluh arthtritis. Secara umum, memang lansia mengalami
kemunduran dari segi fisik sehingga banyak timbul keluhan- keluhan
seperti keluhan medis di atas. Hal ini bisa memicu terjadinya depresi
pada lansia yang belum menemukan koping terhadap kemunduran
tersebut. Ditambah lagi lansia dengan penyakit medis lebih dari satu
akan lebih berpotensi menderita depresi dibandingkan hanya
memiliki satu penyakit saja. Keluhan- keluhan lain dari tabel di atas
adalah tuli, osteoporosis, katarak, gastritis, halusinasi, epilepsi, dan
penyakit ginjal.

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
BAB 6
PEMBAHASAN

Bab pembahasan ini akan menguraikan hasil penelitian terkait gambaran


karakteristik berupa jenis kelamin, umur, lama tinggal di panti, alasan masuk
panti, dan keluhan medis saat ini. Selain itu, dibahas juga gambaran tingkat
depresi pada lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Mulia 01 dan
03 Jakarta Timur. Untuk interpretasi dan diskusi mengenai penelitian ini, peneliti
akan membandingkan hasil penelitian saat ini dengan penelitian sebelumnya yang
masih relevan. Selain itu, peneliti juga menguraikan implikasi hasil penelitian
kepada pihak Panti Sosial Tresna Wredha Budi mulia 01 dan 03 wilayah Jakarta
Timur, lalu pada bagian ilmu keperawatan gerontik, dan bagi penelitian
selanjutnya.

6.1 Tingkat Depresi pada Lansia di Panti Sosial Tresna Wredha


Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah lansia di panti yang mengalami
depresi cukup mencengangkan. Perbandingan antara lansia yang depresi
dengan yang tidak depresi yaitu 40.6 % lansia menderita depresi dan 59.4 %
lansia tidak depresi. Angka ini memperlihatkan angka kejadian depresi pada
lansia di panti cukup tinggi, yaitu hampir setengah lansia penghuni panti
depresi. Gambaran tingkat depresi dibagi atas dua yaitu depresi minor dan
depresi mayor. Pada tabel hasil penelitian, depresi mayor rendah daripada
depresi minor. Ini juga sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Smoliner, et al tahun 2009 bahwa sebanyak 34,7 % menderita depresi minor
dan 21,3 % menderita depresi mayor. Walaupun begitu, tidak tertutup
kemungkinan bahwa depresi minor akan berkembang menjadi depresi mayor
jika keadaan ini tidak segera ditangani.

Dari hasil penelitian, peneliti mengelompokkan tiap item pada GDS menjadi
lima klasifikasi besar, yaitu perasaan depresi (dysporia), cemas, gangguan
kognitif/ memori, agitasi, dan tiga serangkai menarik diri, apatis, dan
semangat (MAS). Dari hasil penelitian, klasifikasi GDS paling tinggi terdapat

41 Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
42

pada kelompok dysporia, yaitu 83,2 % dari seluruh lansia. Hal ini
menunjukkan bahwa perasaan sedih, kosong, putus asa, tidak berharga dan
tidak berdaya (Adam, 2004) mendominasi pada para lansia di panti. Hal ini
sejalan dengan teori psikologis penyebab depresi yang ditemukan oleh
Selligman tahun 1974 bahwa seseorang menjadi tidak berdaya ketika
mengalami stres yang berkepanjangan di mana dia tidak bisa lagi mengontrol
keadaan tersebut. Gejala ini juga terlihat berdasarkan observasi peneliti selama
di panti. Banyak lansia aktif (lansia yang bisa bergerak dan melakukan
pemenuhan kebutuhan sehari- hari secara mandiri) yang tidak mengikuti
kegiatan panti. Tidak ada kegiatan bermakna yang mereka lakukan. Ditambah
lagi beberapa lansia hidup dengan ketidakberdayaan akibat penyakit,
kelumpuhan, kelemahan, dan hubungan sosial antar lansia yang kurang
harmonis. Berbagai masalah yang terjadi, namun lansia tersebut tidak berdaya
untuk mengubah ataupun memperbaikinya sehingga masalah itu pun terus
menerus ada dan menyebabkan timbulnya depresi.

Persebaran lansia jika dilihat dari distribusi frekuensi berdasarkan jenis


kelamin, ternyata depresi lebih banyak dialami oleh laki- laki daripada
perempuan. Terdapat perbedaan pendapat dengan Brenda W. J. H. P tahun
2006 yang mengatakan bahwa perempuan dua kali lebih banyak menderita
gangguan depresi mayor daripada laki- laki. Hal ini terjadi karena lansia
perempuan sering terpapar faktor- faktor yang menimbulkan depresi. Sama
seperti penelitian yang dilakukan oleh penelitian Cache County, yang meneliti
pada populasi homogen (sama status ekonomi dan budayanya) dan angka
depresi lebih rendah pada lansia laki- laki daripada lansia perempuan. Hal ini
bertentangan dengan penelitian di Amerika oleh David et al pada tahun 2009
mengungkapkan bahwa tidak ada perbedaan gender yang signifikan pada
lansia yang depresi. Ini bisa terjadi akibat pengaruh jumlah responden
(mencakup wilayah USA), Keberagaman budaya, mengikutsertakan lansia
normal, dengan gangguan kognitif dan demensia serta berbagai status
sosialekonomi. Panti merupakan lingkungan dengan populasi yang homogen
yaitu tempat khusus lansia, namun sebelumnya mereka berasal dari berbagai

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
43

latar belakang. Para lansia yang tinggal di panti berasal dari suku yang
beragam, berbagai alasan masuk ke panti, tingkat pendidikan yang berbeda,
status pernikahan dan latar belakang keluarga yang berbeda. Jadi, sangat besar
kemungkinan terjadi perbedaan hasil penelitian pada masing- masing tempat
yang tidak lepas dari keberagaman budaya dan latar belakang respondennya.

Lansia laki- laki yang depresi di panti lebih banyak daripada lansia perempuan
walaupun proporsi perempuan lebih banyak daripada laki- laki. Pada
umumnya depresi pada lansia laki- laki sama dengan lansia perempuan,
namun seringkali depresi pada laki- laki lebih sulit diketahui karena sejumlah
lansia laki- laki yang tidak mencari atau menerima bantuan dan karena itu
depresi pada mereka tetap tidak terdiagnosis dan tidak diobati (Jensen, 2010).
Situasi ini bisa berbeda dengan di panti. Di lingkungan panti, mendeteksi
depresi pada lansia laki- laki maupun perempuan bisa jauh lebih mudah. Hal
ini bisa dilakukan dengan observasi secara langsung pada kegiatan sehari- hari
lansia tersebut. Hasil observasi ini bisa digali lagi dengan pemeriksaan khusus
depresi dan pemeriksaan penunjang lainnya sampai lansia itu benar- benar
terbukti depresi.

Dari penelitian Nurrahmawati, et al pada tahun 2003 mangatakan bahwa


koping pada lansia perempuan lebih baik daripada lansia laki- laki dalam
menghadapi masalah. Lansia perempuan sering menggunakan koping emotion
focused (misalnya dengan berkata pada diri sendiri bahwa masalah yang
terjadi adalah salah orang lain, cemas terhadap masalah yang terjadi,
menyalahkan diri sendiri karena mendapatkan masalah, menangis) dan
seeking support (misalnya mencari seseorang profesional untuk membantu
menyelesaikan masalah, berdoa, berserah diri kepada Allah SWT). Lansia
perempuan lebih mampu mengeluarkan emosi dan perasaannya sehingga
beban dan tekanan psikologi yang ada bisa berkurang. Sedangkan lansia laki-
laki lebih banyak menggunakan strategi avoidance (misalnya makan lebih
banyak dari biasa, merokok, lebih menarik diri) ( Yeh, 2009). Strategi ini bisa
mengalihkan masalah, namun tidak bisa menyelesaikan dan menghilangkan

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
44

masalah tersebut. Hal ini menandakan lansia perempuan lebih baik dalam
merespon masalah daripada lansia laki- laki. Sehingga ketika lansia
perempuan mengalami depresi, mereka bisa menggunakan kopingnya untuk
mencari bantuan agar bisa sembuh dari depresi. Sedangkan lansia laki- laki
lebih memilih menghindar dari meminta tolong kepada orang lain sehingga
depresi yang dialami ditanggung sendiri dan tidak terobati.

Selanjutnya lansia yang lebih tinggal lama di panti, tingkat depresinya paling
tinggi daripada yang kurang dari lima tahun. Hal ini bisa disebabkan oleh
kebosanan dalam menjalani kehidupan di dalam panti. Meskipun berbagai
kegiatan tersedia di panti, namun para lansia diberi kebebasan dalam memilih
untuk ikut atau tidak di dalam kegiatan tersebut. Berdasarkan observasi,
banyak lansia yang tidak mengikuti kegiatan panti. Berkurangnya aktivitas
lansia bisa disebabkan oleh kurang motivasi, tidak ada aktivitas yang
menyenangkan dan ketidakmampuan (Hallaj, El Geneidy, Mitwally, dan
Ibrahim, 2010). Selain itu, hubungan yang kurang harmonis antar penghuni
panti mengakibatkan lansia malas untuk berpartisipasi ( bersosialisasi dengan
lansia lain) dalam suatu kegiatan. Tom and Alisoun tahun 2009 juga memiliki
pendapat yang sama bahwa kurangnya hubungan interpersonal antara lansia
dan tidak adanya kegiatan yang berarti atau disukai dipanti memperparah
kondisi depresi.

Kondisi lain yang menjadi alasan lansia laki- laki lebih banyak menderita
depresi dibanding lansia perempuan adalah terlihat dari alasan lansia tersebut
masuk ke panti. Sebagian besar lansia laki- laki masuk ke dalam panti karena
penertiban oleh satpol PP. Sedangkan lansia perempuan yang masuk ke panti
dengan alasan paling banyak adalah kemauan mereka sendiri. Dari
kebanyakan lansia laki- laki ternyata masuk ke panti bukan karena keinginan
sendiri. Seseorang yang tidak memiliki motivasi, cenderung untuk tidak
melakukan sesuatu di luar keinginannya. Handoko tahun 1993 dalam
Bayhakki, 2002 menyatakan bahwa motivasi merupakan suatu faktor dalam
diri individu yang menimbulkan, mengarahkan, dan mengatur perilakunya.

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
45

Lansia yang tidak punya motivasi untuk tinggal dan melakukan kegiatan di
panti, menghabiskan waktunya dengan tidak bersemangat. Kurangnya
aktivitas ini, mendorong perasaan kosong, kebosanan, dan kehampaan yang
dapat berujung pada depresi. Sesuai dengan penelitian oleh Dianingtyas dan
Sarah tahun 2008, salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya angka
depresi di panti adalah waktu kosong lansia yang banyak. Pada masa lansia,
kematian pasangan kerap terjadi. Kematian pasangan juga merupakan salah
satu faktor risiko terjadinya depresi di panti di mana jumlah lansia yang hidup
menjanda/ duda 74,8%. Berarti sebagian besar lansia di panti merasakan
kehilangan baik kolega, teman (karena sudah berada di lingkungan internal
panti) dan keluarga bagi yang masih punya keluarga. Keluarga yang
seharusnya merawat dan menjadi social support yang paling dekat dengan
mereka ternyata sudah tidak ada. Kehilangan dukungan dari keluarga,
pasangan (suami/ istri), teman, kolega merupakan salah satu faktor risiko yang
meningkatkan depresi (Miller, 2004).

Dari karakteristik umur, angka terbanyak menderita depresi adalah pada umur
elderly ( 60 – 74 tahun). Pada masa ini, banyak terjadi perubahan baik dari
segi fisik, psikologis, ekonomi, sosial dan spiritual yang mempengaruhi
kualitas hidup lansia. Lansia mulai menghadapi berbagai perubahan yang
tidak bisa dihindari, progresif, dan tidak bisa diubah (Miller, 2004). Salah satu
dampak negatif pada psikologis lansia tersebut adalah depresi. Sesuai dengan
teori perkembangan Errikson 1963 dalam Miller 2004 bahwa tugas
perkembangan pada tahap lansia adalah mampu mencapai ego yang
terintegritas versus keputusasaan. Di mana ego yang terintegrasi maksudnya
adalah bisa menerima semua yang telah dilalui dalam hidupnya sebagai
sesuatu yang harus terjadi. Sedangkan keputusasaan akan menjadi pemicu
depresi bagi lansia, apalagi ditambah dengan kumulatif faktor- faktor depresi
lainnya. Blazer tahun 2003, menemukan bahwa lansia yang berumur lebih dari
85 tahun lebih sering mengalami depresi daripada usia 65 sampai 75 tahun.
Pada penelitian ini, proporsi lansia dengan umur 60 – 74 tahun adalah yang
paling banyak. Namun, jika dilihat dari proporsi tiap- tiap kategori umur,

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
46

kategori very old (lebih dari 95 tahun) memiliki presentasi depresi tertinggi.
Sepanjang masa ini, perubahan dan kemunduran yang dialami lansia lebih
progresif dan semakin parah. Jika tidak menggunakan koping yang baik, maka
akan berdampak pada ketidakpuasan pada kehidupan dan terancam depresi.

Depresi pada lansia sangat dipengaruhi oleh penurunan status kesehatan.


Banyak penelitian yang membuktikan bahwa masalah kesehatan pada lansia
bisa menimbulkan depresi (Miller, 2004). Penyakit fisik bisa mengakibatkan
menurunnya kemampuan fungsional seseorang, menghambat seseorang untuk
bisa melakukan kegiatan yang menyenangkan dan keterbatasan ini mendorong
terjadinya depresi (Kathryn, 2009). Pada penelitian, lansia yang menderita
arthtris dan hipertensi punya proporsi terbanyak di antara penyakit- penyakit
lainnya. Arthtritis merupakan penyakit kronik dengan gejala nyeri. Nyeri
kronik merupakan salah satu yang menyebabkan depresi (Miller, 2004).
Penyakit fisik yang bisa menyebabkan gejala depresi adalah penyakit
metabolik, endokrin, neurologi, kanker, jantung, paru- paru, pembuluh darah,
dan anemia (Stanley et al, 2005). Arthritis dan penyakit jantung berhubungan
gangguan fungsional tubuh. Dan gangguan fungsional tubuh merupakan
kontributor utama depresi mayor pada individu yang menderita penyakit
kronis (Dunlop, et al, 2004). Hal ini bisa dipahami bahwa tingginya angka
depresi sejalan dengan banyaknya gangguan fisik yang dimiliki oleh para
lansia di panti. Apalagi keluhan medis yang dimiliki lansia yang lebih dari
satu mencapai 40,9 % atau hampir setengah dari jumlah lansia.

6.2 Keterbatasan Penelitian


Penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan-keterbatas. Namun
diharapkan tidak mempengaruhi tujuan utama dari penelitian. Keterbatasan
tersebut meliputi:
6.2.1 Instrumen penelitian yang merupakan buatan luar negeri dan harus
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Peneliti merasa kesulitan dalam
menerjemahkan setiap kalimat pada item pernyataan GDS yang bisa

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
47

dipahami oleh lansia. Sehingga pada saat penelitian, wawancara dengan


responden membutuhkan waktu lebih lama dari estimasi.
6.2.2 Instrumen penelitian. Instrument penelitian hanya mengandung gejala-
gejala depresi mayor dan minor pada lansia pada saat itu sehingga
peneliti tidak bisa melihat penyebab depresi pada lansia.
6.2.3 Peneliti hanya berfokus untuk mengidentifikasi lansia dengan depresi
mayor dan minor saja sehingga kemungkinan lansia yang menderita
depresi tetapi dengan jenis yang lain tidak diketahui.

6.3 Implikasi Keperawatan


6.3.1 Bidang Pelayanan Keperawatan
Pelayanan keperawatan pada pelayanan gerontik perlu ditingkatkan.
Hasil penelitian terkait tingkat depresi di lingkungan panti dapat
dijadikan sebagai salah satu data untuk meningkatkan pelayanan para
profesional kesehatan khususnya perawat agar lebih peka terhadap
kondisi para lansia di panti. Tingginya kasus depresi di panti
menandakan banyaknya pekerjaan rumah yang harus dibereskan dalam
mengidentifikasi adanya gejala depresi, menngidentifikasi faktor risiko
apa yang berperan pada kejadian depresi di panti, dan solusi apa yang
relevan dan mungkin dilakukan di panti untuk mengurangi angka depresi
dengan dana dan fasilitas yang ada. Hal ini tentu saja membutuhkan kerja
sama berbagai pihak terkait.

6.3.2 Bidang Pendidikan Keperawatan


Penelitian ini hanya menampilkan gambaran depersi dan beberapa
karakteristik lansia di panti. Hasil penelitian ini bisa data awal bagi
perawat khususnya di bidang komunitas untuk melakukan penelitian
selanjutnya. Masih banyak hal yang bisa diteliti dan dikaji lebih dalam
lagi terkait depresi seperti hubungan korelasi bivariat maupun multivariat
dari faktor- faktor penyebab depresi dan cara meminimalisirnya serta
terapi yang efektif untuk para lansia di panti dengan depresi.

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
Terdapat beberapa karakteristik lansia yang diteliti yaitu jenis kelamin,
umur, status pernikahan, agama, tingkat pendidikan, lama tinggal di panti,
alasan masuk ke panti dan keluhan medis saat ini. Tingkat depresi di panti
Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur cukup tinggi mencapai 40,6 %, terdiri
dari lansia dengan depresi ringan 25,9% (37 orang) dan yang depresi berat
ada 14,7% (21 orang). Lansia laki- laki (48,4 % atau 30 orang) menderita
depresi. Dengan sebaran umur penderita depresi terbanyak pada umur very
old ( 62,5% atau 5 orang ) dan pada lansia yang memiliki masalah
kesehatan fisik (atrthritis sebanyak 28 orang). Kejadian depresi juga paling
banyak terjadi pada lansia yang tinggal lebih dari lima tahun di panti (21,8
% atau 34 orang). Serta alasan masuk lansia ke panti pada lansia depresi
yang mendominasi adalah karena terjaring oleh satpol PP (50 % atau 17
orang).

7.2 Saran
Bagi lansia yang tinggal di panti diharapkan senantiasa berpikiran positif
dan berusaha beradaptasi dengan segala perubahan yang terjadi. Lansia
juga diharapakan mengikuti setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh
pihak panti sesuai dengan kemampuan dari masing- masing lansia dan
menjalin hubungan baik dengan lansia penghuni panti lainnya serta pihak
panti sehingga situasi yang harmonis di panti bisa menambah rasa
kebersamaan dan mendukung satu sama lain. Lalu bagi perawat di panti
diharapkan melakukan dokumentasi dan evaluasi secara menyeluruh
tentang depresi dan faktor- faktor penyebab yang mempengaruhi kejadian
depresi di panti sehingga mengetahui berapa orang yang menderita depresi
dan faktor penyebab yang mempengaruhi depresi di panti. Selain itu,
perawat juga diharapkan selalu mengontrol, memfasilitasi, motivasi, dan
memberikan umpan balik kepada penderita depresi untuk meningkatkan

48 Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
49

status kesehatan mereka baik dari segi fisik maupun psikososial. Dan
kepada Dinas Sosial DKI yang membawahi panti sosial tresna wredha
diharapkan data ini menjadi bahan pertimbangan untuk menambah fasilitas
berupa tambahan perawat, khususnya perawat jiwa maupun caregiver di
panti sehingga bisa melaksanakan intervensi dan pemantauan secara
berkala terkait depresi pada lansia. Selain itu, pihak terkait diharapkan
memberikan bekal ilmu dan keterampilan dengan pelatihan- pelatihan
penanganan depresi pada lansia kepada para petugas panti sehingga semua
petugas di panti memiliki kemampuan untuk memberikan terapi ataupun
pelayanan kesehatan terkait depresi kepada lansia. Selanjutnya kepada
pihak pengurus panti, diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada
lansia bukan hanya dalam bentuk fisik namun juga pelayanan psikososial
dengan meningkatkan perhatian pada lansia , mengidentifikasi hal-hal
yang mereka rasakan dan reinforcement positif yang dapat membuat
mereka merasa masih berarti bagi orang lain. Lalu bagi peneliti
selanjutnya, penelitian ini bisa dikembangkan lagi dengan mencari
hubungan depresi lansia dengan penyebabnya serta dengan faktor- faktor
yang meningkatkan depresi di lingkungan panti sehingga bisa melakukan
penatalaksanaan untuk menyembuhkan depresi yang efektif dan efisien
bagi lansia di panti sosial tresna wredha.

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
DAFTAR REFERENSI

Alexopoulos, George.(2005). Depression in the elderly. The Lancet, 365, 1961-70.

Annete, G.L. (2006). Gerontologic nursing. St.Louis: Mosby

Bayhakki. (2002). Pengaruh intensitas kunjungan keluarga terhadap peningkatan


motivasi melakukan aktifitas harian pada lansia yang tinggal di sasana
tresna werdha yayasan karya bhakti ria pembangunan JakartaTimur. UI-
Skripsi. Diunduh pada 27 Juni 2012 dari
http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/green/detail2.jsp?id=20276866&lokasi=lo
kal

Blazer, Dan. (2003). Depression in late life: review and commentary. The
Journals of Gerontology, 58, 3.

Bonder, Bette., Bello-Haas, Vanina Dal & Wagner, M. B. (2009). Functional


performance in older adults. 3th Ed. Philadelphia : F.A. Davis Company

Boyle, L. L., & Lyness, J. M. (2008). Psychiatric diagnosis and the DSM-IV-TR.
New York: Springer Publishing Company

Ebersole, P., Hess, P., Touhy, T., & Jett, K. (2005). Gerontological nursing &
health aging. 2th.ed. St. Louis, Missiouri: Mosby, Inc

Frisch, N.C., & Frisch L. E. (1998). Psychiatric mental health nursing. New York:
Delmar Publisher

Hallaj, F. A., ElGeneidy, M. M., Mitwally, H. H., & Ibrahim, H. S.( 2010).
Activity patterns of residents in homes for the elderly in Alexandria, Egypt.
Eastern Mediterranean Health Journal 16 (11): 1183-8.

Hastono, Sutanto Priyo., & Sabri, Luknis (2010). Statistik Kesehatan. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.

Hsu, Ya-Chuan.(2009). A cultural psychosocial model for depression in elder care


institutions: the roles of socially supportive activity and selftranscendence
(Dissertation, The University of Arizona, 2009). Dissertation Abstract
International.(UMI No. 3352632)

50 Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
51

Jensen, H. Voldby., Munk, Karen P. M., & Svend, A. (2010). Gendering late-life
depression? The coping process in a group of elderly men. Nordic
Psychology. 62 (2) : 55-80.

Kurlowicz, Lenore H., & Harvath, T. A. (2008). Depression. New York: Springer
Publishing Company.

Lopez, M N., Nancy M. Q., & Perla M. C. (2010). A psychometric study of the
geriatric depression scale. Clinton Ave: Hogrefe Publishing

Loughlin, Agnes.( 2004) .Depression and Social Support: Effective Treatments


for Homebound Elderly Adults. Journal of Gerontological Nursing. 30 (5) :
11-5.

Manthorpe, Jill & Iliffe, Steve. ( 2005). Depression and later life. London : Jessica
Kingsley Publishers

Miller, C.A. (2004). Nursing for wellness in older adults: theory and practice.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkin

Mugiono, Program Pelayanan Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budhi


Dharma, Bekasi. Diakses Jum’at, 6 Januari 2012
http://rehsos.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=408

Nolen-Hoeksema, Susan.(2004). Abnormal Psychology, 3 th Ed. New York:


McGraw-Hill Companies

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2003). Konsep & penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika

Parmelee, Patricia A., Lawton, M. Powell, Katz, Ira R.. (1989). Psychometric
properties of the Geriatric Depression Scale among the institutionalized
aged. Psychological Assessment: A Journal of Consulting and Clinical
Psychology1, 4, 331-338.

Pastorino, E & Portillo, S.D. (2006). What is psychology. Ontario: Thomson


Wadsworth

Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Fundamental nursing: consept, process, and
practice. 6th.ed. St.Louis: Mosby Year Book

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
52

Reker, G.T.(1997). Personal meaning, optimism, and choice: existential predictors


of depression in community and institutional elderly.

Riley, K.P. (2009) In: Functional performance in older adults 3rd Ed. Philadelphia
: F.A. Davis Company

Santrock, J. W. (2005). Psychology. New York: McGraw-Hill

Smith, E. E, et al. (2003). Introduction to psychology. Belmont : Thomson


Learning

Smoliner, Christine,et al. (2008) Malnutrition and depression in the


institutionalised elderly. The British Journal of Nutrition, 02 (11) 1663-7.

Stanley, M., & Beare, P.G. (2002). Buku ajar keperawatan gerontik. 2 th.ed Alih
bahasa Nety Juniarti, S.Kp dan Sari Kurnianingsih, S.Kp. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta

Steffens , D. C., et al. (2009). Prevalence of depression among older Americans:


the Aging, Demographics and Memory Study. International Psychogeriatric
Association. 21:5, 879–888.

Tina Hebert Deshotels, T.H (2005). Engaging a debate: an exploration of


depression, engagement, stress and gender in the nursing home. A
Dissertation submitted to the Department of Sociology. Arizona. ProQuest
Information and Learning Company

Tower, Roni Beth; Kasl, Stanislav V.( 1996). Gender, marital closeness, and
depressive symptoms in elderly couples. The Journals of Gerontology. 51
(3): P115.

Varcarolis, Elizabeth M, Carson, Verna Benner & Shoemaker, Nancy Christine.


(206). Foundations of psychiatric mental health nursing: a clinical approach,
5st Ed. Philadelphia: Elsivier

Williamson, G. M., Shaffer, D. R., and Parmelee, P. A . (2000). Physical illness


and depression in older adults: a handbook of theory, research, and practice.
Hingham : Kluwer Academic Publishers

Zauszniewski, Jaclene A; Wykle, May L.( 2006). Depression in older adults. New
York: Springer Publishing Company

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
53

Worel, S & Kotlyar, M.(2005). Late life depression: depression in the elderly.

Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
PENJELASAN PENELITIAN

Judul Penelitian:
Gambaran Tingkat Depresi ada Lanjut Usia (Lansia) di Panti Sosial Tresna Wredha Budi
Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur

Peneliti bernama Kartika Sari (0806334016) merupakan mahasiswa dari Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia, bermaksud melakukan penelitian di panti sosial
tresna werdha di wilayah Jakarta Timur. Penelitian ini merupakan bagian dari persyaratan
untuk Program Pendidikan Sarjana di Universitas Indonesia Depok. Saya dibimbing oleh
Ns. Dwi Nurviyandari.,SKep.,M.N dari Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia di
Depok, Jawa Barat.

Penelitian ini bermaksud menganalisis data yang didapatkan dari lansia mengenai tingkat
depresi berdasarkan Geriatric Depression Scale. Secara langsung lansia akan dilakukan
observasi dan wawancara menggunakan format/pedoman yang telah ada.

Hasil penelitian ini akan dimanfaatkan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
bagi lansia di masa yang akan datang. Peneliti akan menghormati keputusan lansia
sebagai partisipan serta akan merahasiakan setiap jawaban dan identitas responden.
Semua data hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.
Melalui penjelasan ini peneliti sangat mengharapkan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi
dalam penelitian ini. Atas kesediaan dan partisipasi, peneliti ucapkan terimaksih.

Depok, 2012

Peneliti

Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.


SURAT PERNYATAAN
BERSEDIA BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN
Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:


Nama :
Umur :

Saya telah membaca surat permohonan dan mendapatkan penjelasan tentang penelitian
yang akan dilakukan oleh saudari Kartika Sari, mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia dengan judul “Gambaran Tingkat Depresi pada Lanjut Usia
(Lansia) di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur”.

Saya telah mengerti dan memahami tujuan dan manfaat dari penelitian yang akan
dilakukan. Saya mengerti dan yakin bahwa peneliti akan menghormati hak-hak saya dan
menjaga kerahasiaan semua data penelitian yang diperoleh dari saya. Saya sebagai lansia
yang tinggal di panti memutuskan untuk bersedia berpartisipasi menjadi responden dalam
penelitian ini dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Adapun bentuk kesediaan saya adalah:


1. Meluangkan waktu untuk wawancara
2. Memberikan informasi yang benar dan sejujurnya terhadap apa yang ditanyakan
peneliti melalui wawancara

Demikian surat pernyataan ini saya buat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Depok 2012
Mengetahui Yang membuat pernyataan

Peneliti Nama & Tanda Tangan

Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.


Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
LEMBAR KUESIONER

I. Profil Responden
Nama Lansia : No.ID Responden
(diisi oleh peneliti)
Panti/ Wisma :
Tanggal Pemeriksaan : 2012

Petunjuk Pengisian : Beri tanda (X) pada jawaban pilihan

1. Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan

2. Usia : ( ) 45 – 59 tahun ( ) 75-90 tahun


( ) 60 – 74 tahun ( ) diatas 90 tahun

3. Status Perkawinan : ( ) Menikah


( ) Tidak menikah/ belum menikah
( ) Janda/ duda

4. Agama : ( ) Islam ( ) Katolik ( ) Protestan


( ) Hindu ( ) Budha

5. Pendidikan Terakhir : ( ) Tidak Sekolah ( ) SD ( ) SMP


( ) SMA ( ) Diploma ( ) PT

6. Keluhan Utama : ( ) Nyeri Sendi ( ) Mudah kesemutan


(boleh lebih dari satu) ( ) Sesak ( ) Pusing
( ) Tidak nafsu makan ( ) Sulit buang air besar
( ) Sulit menelan dan mengunyah
( ) lainnya…………...

7. Lama di Panti : ( ) <1 tahun ( ) 1- 5 tahun


( ) > 5 tahun

8. Alasan masuk :( ) Tidak ada keluarga


( ) Anjuran atau saran keluarga
( ) Keinginan sendiri
( ) Penertiban Satpol PP
( ) Tidak punya tempat tinggal
( ) Dikirim oleh tokoh masyarakat
( ) Lainnya…..

Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.


II. Kuesioner Geriatric Depression Scale

Beri tanda silang ( √ ) di Kolom yang telah diberikan Ya Tidak


1. Apakah anda puas dengan kehidupan anda?
2. Apakah anda mengurangi banyak aktivitas dan hobi anda?
3. Apakah anda merasa kehidupan anda terasa hampa?
4. Apakah anda senantiasa bosan?
5. Apakah anda memiliki harapan pada masa depan?
6. Apakah anda terganggu dengan pikiran yang tidak dapat
diungkapkan/ keluarkan?
7. Apakah anda bersemangat setiap waktu?
8. Apakah anda takut tentang sesuatu yang buruk yang akan
menimpa anda?
9. Apakah anda merasa bahagia pada sebagian besar waktu
anda?
10. Apakah anda merasa tidak berdaya?
11. Apakah anda merasa resah dan gelisah?
12. Apakah anda lebih memilih di dalam rumah daripada
berjalan-jalan ke luar dan melakukan sesuatu yang baru?
13. Apakah anda seringkali khawatir akan masa depan anda?
14. Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan
daya ingat anda dibandingkan kebanyakan orang?
15. Apakah anda berfikir bahwa luar biasa anda diberikan
kehidupan sampai sekarang?
16. Apakah anda merasa murung dan sedih?
17.Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda
saat kini?
18. Apakah anda mengkhawatirkan masa lalu (kejadian-
kejadian masa lalu) anda?
19. Apakah anda merasakan bahwa kehidupan ini sangat
menyenangkan / menarik?

Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.


20. Apakah anda memiliki kesulitan atau merasa berat untuk
memulai hal yang baru?
21. Apakah anda memiliki energi maksimal (penuh
semangat)?
22. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada
harapan?
23. Apakah anda berfikir bahwa orang lain lebih baik
keadaannya daripada anda?
24. Apakah anda seringkali kesal pada hal- hal sepele?
25. Apakah anda seringkali merasa ingin menangis?
26. Apakah anda memiliki kesulitan dalam berkonsentrasi?
27. Apakah anda senang bangun di pagi hari?
28. Apakah anda lebih memilih untuk menghindari
perkumpulan sosial?
29. Apakah anda mudah untuk membuat keputusan?
30. Apakah pikiran anda jernih seperti biasanya?
Beri tanda ceklist (√) antara jawaban ya atau tidak pada tiap pertanyaan.

Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.

Anda mungkin juga menyukai