File PDF
File PDF
SKRIPSI
KARTIKA SARI
0806334016
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Keperawatan
KARTIKA SARI
0806334016
NPM : 0806334016
Tanda Tangan :
ii
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
iii
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
KATA PENGANTAR/ UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah, kekuatan, kesabaran, kelancaran dalam menyelesaikan skripsi
ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan jurusan Ilmu keperawatan Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, skripsi ini jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dewi Irawaty, MA, PhD, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia;
2. Ibu Dwi Nurviyandari, S. Kep, MN selaku dosen pembimbing skipsi saya
yang selalu sabar dan tidak pernah bosan memberikan bimbingan,
masukan, dan motivasi;
3. Ibu Etty Rekawati S.Kp., MKM selaku dosen penguji yang telah
memberikan banyak masukan dan saran untuk menyempurnakan skripsi
ini;
4. Ibu Kuntarti S.Kp., M.Biomed selaku koordinator Mata Ajar Tugas Akhir;
5. Pihak Dinas Sosial DKI Jakarta yang telah memberikan izin dan
kemudahan penulis untuk melakukan penelitian di PSTW Jakarta Timur
6. Pihak petugas, karyawan, opa- opa dan oma- oma di PSTW 01 dan 03
Jakarta Timur yang menerima dengan tangan terbuka dan memberi
kemudahan kepada penulis dalam proses pengambilan data penelitian di
panti;
7. Ayahanda Zulkifli, ibunda Nurhaida, dan kakanda Vemila Apri Yoza serta
keluarga tercinta yang telah memberikan kasih sayang, pengorbanan,
dukungan material dan moral yang tak terhingga nilainya;
8. Ibunda Nurmi, kakanda Ario Dian Pratama dan kakanda Ricky Dian
Saputra yang senantiasa mendoakan dan memberi semangat kepada
penulis;
iv
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan pelayanan kesehatan.
Penulis
NPM : 0806334016
Gambaran Tingkat Depresi Pada Lanjut Usia (Lansia) Di Panti Sosial Tresna
Wredha Budi Mulia 01 Dan 03 Jakarta Timur
beserta perangkat yang ada. Dengan Hak bebas Royalti Nonekslusif ini
Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan meuplikasikan tugas akhir
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Depok
Yang menyatakan
(Kartika Sari)
vi
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
ABSTRAK
Depresi adalah penyakit yang seringkali tidak terdeteksi namun secara nyata
menurunkan kualitas hidup lansia. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan
tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Mulia 01 dan 03
Jakarta Timur. Desain penelitian ini adalah deskriptif sederhana dengan
menggunakan teknik random sampling pada 143 responden lansia. Instrumen
penelitian yang digunakan adalah Geriatric Depression Scale (GDS). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa 40,6 % lansia menderita depresi, terdiri dari lansia
dengan depresi ringan 25,9% dan yang depresi berat ada 14,7%. Hasil penelitian
menyarankan agar pihak panti memberikan bekal ilmu dan pelatihan kepada para
petugas di panti untuk menangani lansia depresi.
kata kunci : depresi mayor, lansia, panti sosial tresna wredha, Geriatric
Depression Scale
1. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 4
1.4.1 Tujuan Umum....................................................................... 4
1.4.2 Tujuan Khusus ...................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 4
1.4.1 Manfaat Praktis ................................................................... 4
1.4.2 Manfaat Teoritis .................................................................. 5
1.4.3 Manfaat Metodologi .. .......................................................... 5
ix Universitas Indonesia
6 PEMBAHASAN ................................................................................ 41
6.1 Tingkat Depresi pada Lansia di Panti Sosial Tresna Wredha ......... 41
6.2 Keterbatasan Penelitian ................................................................ 46
6.3 Implikasi Keperawatan ................................................................. 47
x Universitas Indonesia
xi Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
2
Depresi merupakan salah satu penyakit yang banyak terjadi di kalangan lansia.
Umumnya angka depresi terjadi dua kali lebih tinggi di kalangan lansia
daripada orang dewasa (Alexopoulus, Bruce Hull, Sirey & Kakuma, 1999).
Dari penelitian di Amerika dinyatakan bahwa kira- kira 10 % sampai 15 %
dari semua yang berusia lebih dari 65 tahun dan tinggal di komunitas
memperlihatkan gejala depresi. Sedangkan lansia yang berada di institusi
(panti) menunjukkan angka depresi ringan sampai sedang antara 50% sampai
75 % yang menyerang lansia dengan perawatan jangka panjang (Stanley, et al,
2006). Angka depresi lansia mencapai 56 % pada lansia di panti (Smoliner,et
al 2009). Untungnya, penyakit psikiatrik ini dapat diobati. Ketika seseorang
didiagnosis depresi, hampir 80% penderita dapat diobati sampai benar- benar
sehat (Stanley, et al, 2006).
Depresi pada lansia dikenal juga dengan sebutan late life depression. Depresi
yang sering dijumpai pada lansia adalah depresi mayor menurut kriteria
standar Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV)
(American Psychiatric Assosiation, 1994). Depresi mayor ini berupa
sekumpulan sindrom yang menggambarkan seseorang mempunyai gejala-
gejala depresi (Alexopoulos, 2005). Gejala depresi yang termasuk ke dalam
gejala afektif berupa jiwa yang tertekan, kesedihan, menangis; gejala kognitif
seperti berfikir mengenai ketidakberdayaan, keputusasaan, tidak berharga,
bunuh diri, kehilangan minat dan kesenangan dalam beraktivitas; dan gejala
somatik seperti tidak bersemangat, kehilangan nafsu makan, gangguan pola
tidur, dan kelelahan (Tsu, 2009).
Meskipun begitu, depresi ini sering salah diagnosis dan diabaikan (Stanley, et
al, 2006). Gejala depresi seringkali dihubungkan dengan masalah medis dalam
proses penuaan dan bukan sebagai tanda dari depresi itu sendiri (Depression
Guideline Panel, 1993 dalam Pendleton, 2008). Di samping itu, penyangkalan,
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
3
sikap lansia, isolasi sosial menjadikan gangguan depresi ini sulit terdeteksi
dan diobati (Stanley, et al, 2006). Lansia yang menderita depresi berada dalam
ancaman yang besar apabila tidak segera diketahui dan ditangani oleh tim
kesehatan yang profesional.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di salah satu panti sosial
tresna wredha di wilayah Jakarta bagian timur yaitu PSTW Budi Mulia 03
Ciracas, terdapat sebagian lansia yang depresi. Para lansia menderita depresi
lebih banyak pada mereka yang imobilsasi atau memiliki penyakit kronis.
Lansia yang imobilisasi, sepanjang hari hanya tidur- tiduran di atas tempat
tidur. Begitu juga dengan lansia yang punya penyakit kronis seperti arhtritis.
Mereka tidak bisa bergaul dengan lansia lainnya karena keterbatasan atau
penyakit yang mereka miliki. Dengan keadaan yang demikian, tanda- tanda
depresi seringkali terlihat. Begitu banyak lansia yang teridentifikasi memiliki
tanda dan gejala depresi namun mereka tidak diberikan tindakan medis atau
keperawatan apapun untuk menyembuhkan mereka.
Dampak depresi pada lansia sangatlah buruk. Depresi yang tidak diobati
menyebabkan peningkatan penggunaan fasilitas kesehatan dan medis,
memberi pengaruh negatif pada kualitas hidup, dan meningkatkan kematian
(Smoliner, et al, 2009). Meskipun terdapat bukti bahwa depresi merupakan
masalah terutama pada lansia yang dilembagakan (panti), hanya sedikit
perhatian diberikan kepada fakta ini (J Teresi, R Abrams, D Holmes, 2001
dalam Smoliner, et al, 2009). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian kepada para lansia yang tinggal di panti daerah Jakarta
Timur untuk mengetahui gambaran depresi para lansia tersebut.
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
4
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
5
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pelayanan yang disediakan di Panti Sosial Tresna Wredha cukup banyak. Ada
pelayanan fisik misalnya pengasramaan, makanan, pakaian; pelayanan
keagamaan seperti bimbingan rohani, tuntunan beribadah; pelayanan sosial
contohnya bimbingan individu/kelompok; pelayanan keterampilan (kegiatan
penyaluran hobi dan pengisian waktu luang); pelayanan psikologis
(konsultasi, terapi kelompok ); pelayanan kesehatan (pemeriksaan kesehatan
rutin, pemberian obat-obat ringan); pelayanan pendampingan (mendampingi
kegiatan sehari-hari, mendampingi kegiatan di luar panti); dan rekreasi:
darmawisata, mendengarkan musik; serta pelayanan pemakaman atau
pengurusan jenazah (Dinsos, 2008). Melalui pelayanan tersebut, diharapkan
lansia bisa menikmati kehidupan mereka dengan bahagia dan damai.
Keluarga lansia dapat berkunjung setiap hari ke panti. Petugas panti akan
mengizinkan keluarga untuk bertemu dengan lansia selama tidak mengganggu
kegiatan lansia di panti tersebut. Setiap kunjungan baik keluarga ataupun tidak
akan didokumentasikan di buku kunjungan yang disediakan oleh pihak panti.
6 Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
7
2.2 Depresi
2.2.1 Definisi Depresi
Institut Kesehatan Nasional Amerika pada Consensus Development
Panel yang dilakukan tahun 1992, mendefinisikan depresi sebagai
sekumpulan sindrom yang dimanifestasikan pada perubahan afektif,
kognitif dan somatik (Zauszniewski & Wykle, 2006). Menurut Stuart &
Laraia, 2005 depresi adalah perpanjangan kesedihan dan duka yang
abnormal. Depresi adalah gangguan suasana hati atau mood (Miller,
2004). Depresi merupakan perubahan fungsi psikososial yang sering
terjadi pada lansia. Para gerontologis telah mengembangkan teori untuk
menjelaskan fenomena depresi pada lansia, mereka menemukan
terminologi terbaru untuk depresi ini yakni depresi akhir kehidupan (late
life depression) (Miller, 2004). Jadi depresi merupakan gangguan
suasana hati yang berkepanjangan yang mengakibatkan perubahan baik
pada kognitif, afektif maupun somatik pada individu.
Depresi yang sering dijumpai pada lansia adalah depresi mayor menurut
kriteria standar Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
(DSM-IV) (American Psychiatric Assosiation, 1994). Ketika lansia
menunjukkan salah satu atau dua dari dua gejala inti (mood yang
tertekan dan kehilangan minat terhadap suatu hal atau kesenangan)
bersama dengan empat atau lebih gejala-gejala depresi selama minimal
dua minggu, maka diagnosa depresi mayor pada lansia dapat ditegakkan
(Miller, 2004).
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
8
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
9
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
10
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
11
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
12
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
13
806 bahwa nilai pada tiap pernyataan yang jumlahnya 30, semuanya
valid dan reliabel.
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
14
asa, dan kosong. Sedangkan subklasifikasi dysporia yaitu putus asa ada
pada pernyataan nomor 5, 10, 17, dan 22. Secara umum, klasifikasi ini
menggambarkan keputusasaan, ketidakberdayaan, dan perasaan tidak
berharga. Ide untuk bunuh diri merupakan tujuan akhir setelah menjalani
hidup yang tidak bergairah dan tidak bersemangat dari orang depresi
dengan keputusasaan dan ketidakberdayaan (Adam, et al, 2004).
Sehingga orang depresi yang berusaha untuk bunuh diri memiliki gejala-
gejala yang dominan pada klasifikasi ini. Lalu pernyataan nomor 8, 13,
dan 18 termasuk ke dalam klasifikasi cemas. Selanjutnya yang termasuk
klasifikasi gangguan kognitif/ memori adalah nomor 6, 14, 26, 29, dan
30. Lalu klasifikasi yang termasuk dalam gejala agitasi yaitu nomor 11,
24, dan 27. Dan yang termasuk klasifikasi terakhir yaitu MAS adalah
nomor 2, 12, 19,20,21, dan 28. Di dalam MAS ini secara umum
digambarkan pengalaman dan perilaku yang dipengaruhi oleh umur,
kelemahan fisik dan masalah kesehatan.
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
Berdasarkan tinjauan teori yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka, maka
kerangka konsep dari penelitian ini dapat digambarkan secara skematis pada
skema di bawah ini :
Skema 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Karakteristik pada
lansia di panti:
jenis kelamin Tingkat depresi
umur pada lansia :
status pernikahan normal
agama ringan
tingkat pendidikan berat
lama tinggal di
panti
alasan masuk ke
panti
keluhan medis
saat ini
15 Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
16
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
17
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
18
tokoh
masyara-
kat
4. Anjuran
keluarga
5. Tidak ada
keluarga
6. Tidak
punya
tempat
tinggal
7. Lainnya
h. Keluhan Penyakit yang Pernyataan Kuesi- 1. Arthritis Nominal
saat ini diderita responden oner 2. Hiperten-
responden tentang si
saat penelitian penyakit yang 3. Konstipa-
berlangsung diderita saat si
penelitian 4. DM
berlangsung 5. Paru-
paru
6. Penyakit
kulit
7. Insomnia
8. Post
stroke
9. Lainnya
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
19
Variabel
Tingkat Tingkat Kuesioner Kuisi- 1. Normal Interval
Depresi depresi yang GDS yang oner 2. Ringan
digolongkan ditanyakan dengan 3. Berat
dalam kriteria kepada 30
normal (0 – lansia. GDS perta-
9), ringan (10 ini terdiri dari nyaan
– 19), dan 30 petanyaan dengan
berat (20 – dengan pilihan
30) yang jawaban ya jawab-
dialami oleh atau tidak. an ya
lansia yang Menghitung atau
berusia 60 jumlah tidak.
tahun ke atas. jawaban yang Masing
ada pada -masing
kuesioner perta-
GDS nyaan
terdiri
dari
poin
0-1
Gejala Klasifikasi Responden Insru- 1. Dyspo- Nominal
depresi pada lima gejala lansia men ria
GDS depresi yang menjawab GDS 2. MAS
ada pada pertanyaan (mena-
instrument yang ada rik diri,
GDS, yaitu pada apatis
dysporia, instrument dan
cemas, GDS sema-
gangguan ngat)
kognitif/ 3. Gang-
memori, guan
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
20
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal di panti Cipayung
dan panti Ciracas, Jakarta Timur. Jumlah lansia yang tinggal di panti
Cipayung ada 101 orang. Sedangkan lansia yang tinggal di panti Ciracas saat
ini ada 125 orang. Jadi jumlah populasi lansia sebanyak 226 orang (Dinsos,
2012).
21 Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
22
n= N.Zα2P.q
d2 . (N-1) + Zα2P.q
Keterangan:
n = jumlah sampel
P = estimator proporsi populasi
q = I-p
Zα2 =
harga kurva normal yang tergantung pada alpha
N = jumlah unit populasi
Perhitungan Sampel
n= 226.(1,96) 2 (0,5).(0,5)
(0,05)2 (226-1) + (1.96) 2 (0,5)2
n = 142,52 responden
n = 143 responden
Dari hasil perhitungan di atas, diperoleh sampel yang diteliti sebanyak 143
orang. Untuk mengantisipasi kesalahan dalam pengambilan sampel maka
jumlah sampel ditambah 10%. Jadi jumlah sampel total ada 157 orang.
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
23
bagian. Kuesioner ini akan ditanyakan oleh peneliti langsung kepada lansia
dengan cara tanya jawab (wawancara). Sebelum melakukan penelitian,
peneliti melakukan BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya) dulu kepada
calon resonden. Pada tahap ini, peneliti menjelaskan identitas diri, berkenalan
dengan calon responden, tujuan datang ke panti, bagaimana cara mengambil
data, lama proses wawancara, dan menanyakan kesediaan calon responden.
Jika lansia setuju, baru dilakukan wawancara.
Lansia bebas untuk memilih ikut serta atau tidak dalam suatu penelitian,
tanpa ada paksaan dari peneliti. Lansia yang tidak bersedia menjawab
pertanyaan dari kuesioner penelitian karena berbagai macam alasan ataupun
tidak ada alasan merupakan hak mereka. Peneliti tidak punya hak ataupun
wewenang untuk memaksa lansia tersebut untuk ikut serta (menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh peneliti) dalam penelitian ini.
Peneliti melindungi lansia sebagai responden dari rasa tidak nyaman baik
terhadap isi kuesioner yang diajukan oleh peneliti. Lansia yang tidak mau
melanjutkan pengisian kuesioner akibat pertanyaan penelitian yang tidak
dapat diterima (tidak mengerti, marah, tersinggung, dan tidak berminat) tidak
dipaksa untuk mengisi kuesioner sampai selesai. Peneliti juga melindungi
lansia dari ketidaknyamanan terkait kondisi kesehatan pada lansia. jika
kondisi lansia tidak memungkinkan (tidur setelah minum obat, waktu
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
24
istirahat siang, waktu makan, waktu beribadah dan lain- lain) maka lansia
tidak dipaksa untuk mengikuti wawancara dengan peneliti.
Peneliti menjamin kerahasiaan semua informasi yang diberikan responden
seperti identitas lansia dan hasil GDS yang diperoleh dari lansia serta hanya
menggunakan data tersebut untuk kepentingan penelitian. Selain itu, lansia
yang ingin untuk disamarkan identitasnya juga dibolehkan dalam penelitian.
Untuk hal ini, nama lansia akan ditulis menjadi inisial saja sehingga identitas
lansia tersebut tidak diketahui orang lain dengan jelas.
Setiap lansia akan mendapat selembar kertas yang disebut Informed consent.
Ini diberikan kepada lansia sebagai lembar persetujuan antara peneliti dengan
lansia sebagai responden. Lansia yang setuju melakukan wawancara dengan
peneliti menandatangani informed consent yang telah disediakan. Bukti
bahwa lansia menyetujui untuk melakukan wawancara penelitian bisa dengan
tanda tangan ataupun sidik jari ( cap jempol ).
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
25
panti sosial tresna wredha Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur. Setelah
disetujui oleh Dinas Sosial DKI Jakarta, peneliti meminta persetujuan kepada
kepala panti sosial tresna wredha Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur.
Selanjutnya, peneliti memberikan penjelasan kepada kepala panti sosial
tresna wredha Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur untuk melakukan
pengumpulan data. Peneliti menjelaskan hak-hak responden termasuk hak
untuk menolak mengisi kuesioner sebelum pengisian kuesioner dilaksanakan.
Selanjutnya peneliti menjelaskan isi dari lembar informed consent kepada
responden (lansia). Apabila responden telah memahami dan menyetujui,
peneliti meminta tanda tangan responden sebagai tanda persetujuan ikut serta
menjadi responden dalam penelitian. Peneliti memberikan penjelasan tentang
cara pengisian kuisioner kepada responden. Peneliti memulai proses
pengumpulan data dan dilanjutkan dengan wawancara.
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
26
yang berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka) , data hasil editing
dimasukkan ke komputer dengan program windows Statistic Program
for Social Sciences (SPSS) 16,0. Setelah data hasil penelitian yang
sudah melalui proses editing, coding dan telah dimasukkan ke komputer
(processing), maka peneliti harus mengecek kembali kelengkapan data
yang sudah dimasukkan ke dalam komputer.
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
27
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
BAB 5
HASIL PENELITIAN
28 Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
29
antara laki- laki dan perempuan. Jumlah lansia yang bersedia menjadi
responden memenuhi jumlah sampel yang diharapkan. Peneliti melakukan
penelitian dengan metode wawancara kepada lansia. Penelitian dilakukan di
waktu senggang lansia seperti pagi hari menjelang siang. Kontrak waktu
dalam melakukan wawancara hanya 15 menit. Sehingga para lansia terbuka
menerima dan terhindar dari ketidaknyamanan atas kehadiran peneliti.
Panti sosial tresna wredha Budi Mulia 01 yang berada di Cipayung dan Budi
Mulia 03 Ciracas merupakan panti khusus untuk lansia yang dikelola oleh
pemerintah DKI Jakarta. PSTW Budi Mulia terdiri dari 101 orang lansia.
Panti ini terletak di wilayah Cipayung yang dekat dengan panti sosial Budhi
Darma dan panti balita Tunas Bangsa. Panti Budi Mulia 01 Cipayung
mengalami proses rehabilitasi tahun 2011. Penataan bangunan dan
lingkungan diperbaharui. Ada enam buah wisma di Cipayung. Empat wisma
untuk lansia perempuan dan dua wisma untuk lansia laki- laki.
Tidak jauh berbeda dengan panti Budi Mulia 01 Cipayung, panti Budi Mulia
03 Ciracas merupakan kelolaan pemerintah kota Jakarta. Panti ini terdiri dari
tiga buah bangunan besar. Tiap bangunan terdiri dari dua tingkat. Satu dari
tiga bangunan ini dihuni oleh para lansia laki- laki. Sedangkan sisanya dihuni
oleh para lansia perempuan. Saat ini dipanti ada 125 orang lansia.
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
30
Pada penelitian ini, jumlah lansia yang menjadi responden ada 143 orang.
Secara umum, penelitian ini menggambarkan beberapa karakteristik lansia
yang tinggal di panti. Karakteristik tersebut adalah persebaran jenis kelamin,
umur, tingkat pendidikan, alasan masuk ke panti, lama tinggal di panti dan
keluhan medis yang dirasakan saat ini.
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
31
Sebagian besar lansia di panti baik laki- laki dan perempuan sudah
janda atau duda. Mereka sudah tidak punya pasangan hidupnya lagi
baik berpisah karena perceraian maupun kematian pasangan.
Menjadi sendiri lagi setelah bercerai atau kematian pasangan di usia
senja akan berdampak besar pada psikologis lansia karena
kehilangan dukungan baik emosional, penghargaan, informasi dan
instrumental. Hal ini juga diperberat jika tidak ada dukungan
keluarga maupun status ekonomi yang menengah ke bawah.
Kompleksitas dari situasi di atas membuat lansia menjadi tidak
berdaya Hal ini menjadi salah satu faktor pendorong mereka untuk
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
32
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
33
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
34
Pada tabel, ada beberapa alasan lansia tinggal di panti. Lansia yang
ditangkap dari penertiban satpol PP dan yang memilih untuk tinggal
di panti atas kemauan sendiri yang paling banyak jumlahnya. Selain
itu, ada juga lansia yang diantar oleh tokoh masyarakat setempat juga
banyak. Beberapa alasan lain lansia masuk panti karena anjuran oleh
keluarganya, tidak punya tempat tinggal, tidak ada keluarga serta
dikirim dari rumah sakit karena tidak mampu membayar biaya
perawatan. Dari semua alasan bisa dibedakan antara lansia bahwa
yang masuk karena lansia dengan bukan keinginan sendiri lebih
banyak daripada lansia dengan keinginan mereka sendiri. Sesuatu
yang sebenarnya tidak diinginkan ternyata terjadi pada lansia
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
35
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
36
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
37
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
38
Dari segi umur, paling banyak tingkat depresi terjadi pada umur
elderly. Rata- rata umur lansia di panti juga berkisar antara 60- 74
tahun. Usia ini adalah usia awal dari lansia di mana lansia secara
umum mulai mengalami kemunduran dari berbagai segi, yaitu fisik,
psikologis, ekonomi, dan sosial. Masa ini merupakan masa awal
lansia beradaptasi dengan berbagai perubahan tersebut.
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
39
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
40
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
BAB 6
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian, peneliti mengelompokkan tiap item pada GDS menjadi
lima klasifikasi besar, yaitu perasaan depresi (dysporia), cemas, gangguan
kognitif/ memori, agitasi, dan tiga serangkai menarik diri, apatis, dan
semangat (MAS). Dari hasil penelitian, klasifikasi GDS paling tinggi terdapat
41 Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
42
pada kelompok dysporia, yaitu 83,2 % dari seluruh lansia. Hal ini
menunjukkan bahwa perasaan sedih, kosong, putus asa, tidak berharga dan
tidak berdaya (Adam, 2004) mendominasi pada para lansia di panti. Hal ini
sejalan dengan teori psikologis penyebab depresi yang ditemukan oleh
Selligman tahun 1974 bahwa seseorang menjadi tidak berdaya ketika
mengalami stres yang berkepanjangan di mana dia tidak bisa lagi mengontrol
keadaan tersebut. Gejala ini juga terlihat berdasarkan observasi peneliti selama
di panti. Banyak lansia aktif (lansia yang bisa bergerak dan melakukan
pemenuhan kebutuhan sehari- hari secara mandiri) yang tidak mengikuti
kegiatan panti. Tidak ada kegiatan bermakna yang mereka lakukan. Ditambah
lagi beberapa lansia hidup dengan ketidakberdayaan akibat penyakit,
kelumpuhan, kelemahan, dan hubungan sosial antar lansia yang kurang
harmonis. Berbagai masalah yang terjadi, namun lansia tersebut tidak berdaya
untuk mengubah ataupun memperbaikinya sehingga masalah itu pun terus
menerus ada dan menyebabkan timbulnya depresi.
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
43
latar belakang. Para lansia yang tinggal di panti berasal dari suku yang
beragam, berbagai alasan masuk ke panti, tingkat pendidikan yang berbeda,
status pernikahan dan latar belakang keluarga yang berbeda. Jadi, sangat besar
kemungkinan terjadi perbedaan hasil penelitian pada masing- masing tempat
yang tidak lepas dari keberagaman budaya dan latar belakang respondennya.
Lansia laki- laki yang depresi di panti lebih banyak daripada lansia perempuan
walaupun proporsi perempuan lebih banyak daripada laki- laki. Pada
umumnya depresi pada lansia laki- laki sama dengan lansia perempuan,
namun seringkali depresi pada laki- laki lebih sulit diketahui karena sejumlah
lansia laki- laki yang tidak mencari atau menerima bantuan dan karena itu
depresi pada mereka tetap tidak terdiagnosis dan tidak diobati (Jensen, 2010).
Situasi ini bisa berbeda dengan di panti. Di lingkungan panti, mendeteksi
depresi pada lansia laki- laki maupun perempuan bisa jauh lebih mudah. Hal
ini bisa dilakukan dengan observasi secara langsung pada kegiatan sehari- hari
lansia tersebut. Hasil observasi ini bisa digali lagi dengan pemeriksaan khusus
depresi dan pemeriksaan penunjang lainnya sampai lansia itu benar- benar
terbukti depresi.
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
44
masalah tersebut. Hal ini menandakan lansia perempuan lebih baik dalam
merespon masalah daripada lansia laki- laki. Sehingga ketika lansia
perempuan mengalami depresi, mereka bisa menggunakan kopingnya untuk
mencari bantuan agar bisa sembuh dari depresi. Sedangkan lansia laki- laki
lebih memilih menghindar dari meminta tolong kepada orang lain sehingga
depresi yang dialami ditanggung sendiri dan tidak terobati.
Selanjutnya lansia yang lebih tinggal lama di panti, tingkat depresinya paling
tinggi daripada yang kurang dari lima tahun. Hal ini bisa disebabkan oleh
kebosanan dalam menjalani kehidupan di dalam panti. Meskipun berbagai
kegiatan tersedia di panti, namun para lansia diberi kebebasan dalam memilih
untuk ikut atau tidak di dalam kegiatan tersebut. Berdasarkan observasi,
banyak lansia yang tidak mengikuti kegiatan panti. Berkurangnya aktivitas
lansia bisa disebabkan oleh kurang motivasi, tidak ada aktivitas yang
menyenangkan dan ketidakmampuan (Hallaj, El Geneidy, Mitwally, dan
Ibrahim, 2010). Selain itu, hubungan yang kurang harmonis antar penghuni
panti mengakibatkan lansia malas untuk berpartisipasi ( bersosialisasi dengan
lansia lain) dalam suatu kegiatan. Tom and Alisoun tahun 2009 juga memiliki
pendapat yang sama bahwa kurangnya hubungan interpersonal antara lansia
dan tidak adanya kegiatan yang berarti atau disukai dipanti memperparah
kondisi depresi.
Kondisi lain yang menjadi alasan lansia laki- laki lebih banyak menderita
depresi dibanding lansia perempuan adalah terlihat dari alasan lansia tersebut
masuk ke panti. Sebagian besar lansia laki- laki masuk ke dalam panti karena
penertiban oleh satpol PP. Sedangkan lansia perempuan yang masuk ke panti
dengan alasan paling banyak adalah kemauan mereka sendiri. Dari
kebanyakan lansia laki- laki ternyata masuk ke panti bukan karena keinginan
sendiri. Seseorang yang tidak memiliki motivasi, cenderung untuk tidak
melakukan sesuatu di luar keinginannya. Handoko tahun 1993 dalam
Bayhakki, 2002 menyatakan bahwa motivasi merupakan suatu faktor dalam
diri individu yang menimbulkan, mengarahkan, dan mengatur perilakunya.
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
45
Lansia yang tidak punya motivasi untuk tinggal dan melakukan kegiatan di
panti, menghabiskan waktunya dengan tidak bersemangat. Kurangnya
aktivitas ini, mendorong perasaan kosong, kebosanan, dan kehampaan yang
dapat berujung pada depresi. Sesuai dengan penelitian oleh Dianingtyas dan
Sarah tahun 2008, salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya angka
depresi di panti adalah waktu kosong lansia yang banyak. Pada masa lansia,
kematian pasangan kerap terjadi. Kematian pasangan juga merupakan salah
satu faktor risiko terjadinya depresi di panti di mana jumlah lansia yang hidup
menjanda/ duda 74,8%. Berarti sebagian besar lansia di panti merasakan
kehilangan baik kolega, teman (karena sudah berada di lingkungan internal
panti) dan keluarga bagi yang masih punya keluarga. Keluarga yang
seharusnya merawat dan menjadi social support yang paling dekat dengan
mereka ternyata sudah tidak ada. Kehilangan dukungan dari keluarga,
pasangan (suami/ istri), teman, kolega merupakan salah satu faktor risiko yang
meningkatkan depresi (Miller, 2004).
Dari karakteristik umur, angka terbanyak menderita depresi adalah pada umur
elderly ( 60 – 74 tahun). Pada masa ini, banyak terjadi perubahan baik dari
segi fisik, psikologis, ekonomi, sosial dan spiritual yang mempengaruhi
kualitas hidup lansia. Lansia mulai menghadapi berbagai perubahan yang
tidak bisa dihindari, progresif, dan tidak bisa diubah (Miller, 2004). Salah satu
dampak negatif pada psikologis lansia tersebut adalah depresi. Sesuai dengan
teori perkembangan Errikson 1963 dalam Miller 2004 bahwa tugas
perkembangan pada tahap lansia adalah mampu mencapai ego yang
terintegritas versus keputusasaan. Di mana ego yang terintegrasi maksudnya
adalah bisa menerima semua yang telah dilalui dalam hidupnya sebagai
sesuatu yang harus terjadi. Sedangkan keputusasaan akan menjadi pemicu
depresi bagi lansia, apalagi ditambah dengan kumulatif faktor- faktor depresi
lainnya. Blazer tahun 2003, menemukan bahwa lansia yang berumur lebih dari
85 tahun lebih sering mengalami depresi daripada usia 65 sampai 75 tahun.
Pada penelitian ini, proporsi lansia dengan umur 60 – 74 tahun adalah yang
paling banyak. Namun, jika dilihat dari proporsi tiap- tiap kategori umur,
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
46
kategori very old (lebih dari 95 tahun) memiliki presentasi depresi tertinggi.
Sepanjang masa ini, perubahan dan kemunduran yang dialami lansia lebih
progresif dan semakin parah. Jika tidak menggunakan koping yang baik, maka
akan berdampak pada ketidakpuasan pada kehidupan dan terancam depresi.
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
47
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Terdapat beberapa karakteristik lansia yang diteliti yaitu jenis kelamin,
umur, status pernikahan, agama, tingkat pendidikan, lama tinggal di panti,
alasan masuk ke panti dan keluhan medis saat ini. Tingkat depresi di panti
Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur cukup tinggi mencapai 40,6 %, terdiri
dari lansia dengan depresi ringan 25,9% (37 orang) dan yang depresi berat
ada 14,7% (21 orang). Lansia laki- laki (48,4 % atau 30 orang) menderita
depresi. Dengan sebaran umur penderita depresi terbanyak pada umur very
old ( 62,5% atau 5 orang ) dan pada lansia yang memiliki masalah
kesehatan fisik (atrthritis sebanyak 28 orang). Kejadian depresi juga paling
banyak terjadi pada lansia yang tinggal lebih dari lima tahun di panti (21,8
% atau 34 orang). Serta alasan masuk lansia ke panti pada lansia depresi
yang mendominasi adalah karena terjaring oleh satpol PP (50 % atau 17
orang).
7.2 Saran
Bagi lansia yang tinggal di panti diharapkan senantiasa berpikiran positif
dan berusaha beradaptasi dengan segala perubahan yang terjadi. Lansia
juga diharapakan mengikuti setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh
pihak panti sesuai dengan kemampuan dari masing- masing lansia dan
menjalin hubungan baik dengan lansia penghuni panti lainnya serta pihak
panti sehingga situasi yang harmonis di panti bisa menambah rasa
kebersamaan dan mendukung satu sama lain. Lalu bagi perawat di panti
diharapkan melakukan dokumentasi dan evaluasi secara menyeluruh
tentang depresi dan faktor- faktor penyebab yang mempengaruhi kejadian
depresi di panti sehingga mengetahui berapa orang yang menderita depresi
dan faktor penyebab yang mempengaruhi depresi di panti. Selain itu,
perawat juga diharapkan selalu mengontrol, memfasilitasi, motivasi, dan
memberikan umpan balik kepada penderita depresi untuk meningkatkan
48 Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
49
status kesehatan mereka baik dari segi fisik maupun psikososial. Dan
kepada Dinas Sosial DKI yang membawahi panti sosial tresna wredha
diharapkan data ini menjadi bahan pertimbangan untuk menambah fasilitas
berupa tambahan perawat, khususnya perawat jiwa maupun caregiver di
panti sehingga bisa melaksanakan intervensi dan pemantauan secara
berkala terkait depresi pada lansia. Selain itu, pihak terkait diharapkan
memberikan bekal ilmu dan keterampilan dengan pelatihan- pelatihan
penanganan depresi pada lansia kepada para petugas panti sehingga semua
petugas di panti memiliki kemampuan untuk memberikan terapi ataupun
pelayanan kesehatan terkait depresi kepada lansia. Selanjutnya kepada
pihak pengurus panti, diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada
lansia bukan hanya dalam bentuk fisik namun juga pelayanan psikososial
dengan meningkatkan perhatian pada lansia , mengidentifikasi hal-hal
yang mereka rasakan dan reinforcement positif yang dapat membuat
mereka merasa masih berarti bagi orang lain. Lalu bagi peneliti
selanjutnya, penelitian ini bisa dikembangkan lagi dengan mencari
hubungan depresi lansia dengan penyebabnya serta dengan faktor- faktor
yang meningkatkan depresi di lingkungan panti sehingga bisa melakukan
penatalaksanaan untuk menyembuhkan depresi yang efektif dan efisien
bagi lansia di panti sosial tresna wredha.
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
DAFTAR REFERENSI
Blazer, Dan. (2003). Depression in late life: review and commentary. The
Journals of Gerontology, 58, 3.
Boyle, L. L., & Lyness, J. M. (2008). Psychiatric diagnosis and the DSM-IV-TR.
New York: Springer Publishing Company
Ebersole, P., Hess, P., Touhy, T., & Jett, K. (2005). Gerontological nursing &
health aging. 2th.ed. St. Louis, Missiouri: Mosby, Inc
Frisch, N.C., & Frisch L. E. (1998). Psychiatric mental health nursing. New York:
Delmar Publisher
Hallaj, F. A., ElGeneidy, M. M., Mitwally, H. H., & Ibrahim, H. S.( 2010).
Activity patterns of residents in homes for the elderly in Alexandria, Egypt.
Eastern Mediterranean Health Journal 16 (11): 1183-8.
Hastono, Sutanto Priyo., & Sabri, Luknis (2010). Statistik Kesehatan. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
50 Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
51
Jensen, H. Voldby., Munk, Karen P. M., & Svend, A. (2010). Gendering late-life
depression? The coping process in a group of elderly men. Nordic
Psychology. 62 (2) : 55-80.
Kurlowicz, Lenore H., & Harvath, T. A. (2008). Depression. New York: Springer
Publishing Company.
Lopez, M N., Nancy M. Q., & Perla M. C. (2010). A psychometric study of the
geriatric depression scale. Clinton Ave: Hogrefe Publishing
Manthorpe, Jill & Iliffe, Steve. ( 2005). Depression and later life. London : Jessica
Kingsley Publishers
Miller, C.A. (2004). Nursing for wellness in older adults: theory and practice.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkin
Parmelee, Patricia A., Lawton, M. Powell, Katz, Ira R.. (1989). Psychometric
properties of the Geriatric Depression Scale among the institutionalized
aged. Psychological Assessment: A Journal of Consulting and Clinical
Psychology1, 4, 331-338.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Fundamental nursing: consept, process, and
practice. 6th.ed. St.Louis: Mosby Year Book
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
52
Riley, K.P. (2009) In: Functional performance in older adults 3rd Ed. Philadelphia
: F.A. Davis Company
Stanley, M., & Beare, P.G. (2002). Buku ajar keperawatan gerontik. 2 th.ed Alih
bahasa Nety Juniarti, S.Kp dan Sari Kurnianingsih, S.Kp. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta
Tower, Roni Beth; Kasl, Stanislav V.( 1996). Gender, marital closeness, and
depressive symptoms in elderly couples. The Journals of Gerontology. 51
(3): P115.
Zauszniewski, Jaclene A; Wykle, May L.( 2006). Depression in older adults. New
York: Springer Publishing Company
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
53
Worel, S & Kotlyar, M.(2005). Late life depression: depression in the elderly.
Universitas Indonesia
Gambaran tingkat..., Kartika Sari, FIK UI, 2012.
PENJELASAN PENELITIAN
Judul Penelitian:
Gambaran Tingkat Depresi ada Lanjut Usia (Lansia) di Panti Sosial Tresna Wredha Budi
Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur
Peneliti bernama Kartika Sari (0806334016) merupakan mahasiswa dari Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia, bermaksud melakukan penelitian di panti sosial
tresna werdha di wilayah Jakarta Timur. Penelitian ini merupakan bagian dari persyaratan
untuk Program Pendidikan Sarjana di Universitas Indonesia Depok. Saya dibimbing oleh
Ns. Dwi Nurviyandari.,SKep.,M.N dari Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia di
Depok, Jawa Barat.
Penelitian ini bermaksud menganalisis data yang didapatkan dari lansia mengenai tingkat
depresi berdasarkan Geriatric Depression Scale. Secara langsung lansia akan dilakukan
observasi dan wawancara menggunakan format/pedoman yang telah ada.
Hasil penelitian ini akan dimanfaatkan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
bagi lansia di masa yang akan datang. Peneliti akan menghormati keputusan lansia
sebagai partisipan serta akan merahasiakan setiap jawaban dan identitas responden.
Semua data hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.
Melalui penjelasan ini peneliti sangat mengharapkan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi
dalam penelitian ini. Atas kesediaan dan partisipasi, peneliti ucapkan terimaksih.
Depok, 2012
Peneliti
Saya telah membaca surat permohonan dan mendapatkan penjelasan tentang penelitian
yang akan dilakukan oleh saudari Kartika Sari, mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia dengan judul “Gambaran Tingkat Depresi pada Lanjut Usia
(Lansia) di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur”.
Saya telah mengerti dan memahami tujuan dan manfaat dari penelitian yang akan
dilakukan. Saya mengerti dan yakin bahwa peneliti akan menghormati hak-hak saya dan
menjaga kerahasiaan semua data penelitian yang diperoleh dari saya. Saya sebagai lansia
yang tinggal di panti memutuskan untuk bersedia berpartisipasi menjadi responden dalam
penelitian ini dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun.
Demikian surat pernyataan ini saya buat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Depok 2012
Mengetahui Yang membuat pernyataan
I. Profil Responden
Nama Lansia : No.ID Responden
(diisi oleh peneliti)
Panti/ Wisma :
Tanggal Pemeriksaan : 2012