Sleman, 2018
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud.
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada
perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta
pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan,
antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia dan keluarga miskin.
Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan :1)
Upaya kesehatan, 2) Pembiayaan kesehatan 3) Sumberdaya manusia
kesehatan, 4) Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan, 5) Manajemen
dan informasi kesehatan, dan 6) Pemberdayaan masyarakat. Upaya tersebut
dilakukan dengan memperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi
penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK), serta globalisasi dan demokrasi dengan semangat
kemitraan dan kerjasama lintas sektoral.
Sejak pelaksanaan desentralisasi sampai saat ini Kabupaten Sleman
sebagai salah satu Kabupaten di DIY, telah banyak memberikan kontribusi
terhadap pencapaian derajat kesehatan masyarakat. Salah satu indikator
pencapaiannya adalah hasil perhitungan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) pada tahun 2015 dengan nilai 80,74 meningkat dibanding tahun 2014
(80,73). Kesehatan sebagai komponen IPM pada tahun 2015 sama dengan
tahun 2014 sebesar 0,84.
Kabupaten Sleman melalui Dinas Kesehatan dalam melaksanakan
kebijakan bidang kesehatan sesuai dengan Sistem Kesehatan Daerah (SKD)
yang dituangkan dalam Keputusan Bupati Sleman No 114/Kep.KDH/A/2007
telah mempunyai blue print yang jelas. Ada 5 hal yang menjadi fokus
pengembangan kesehatan di Kabupaten Sleman, yaitu : a) Perubahan
paradigma kesehatan, b) Penataan organisasi, c) Pengembangan Sumber
Daya Kesehatan, d) Pembiayaan kesehatan dan e) Sarana dan prasarana
C. Manfaat
Dengan disusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Sleman diharapkan
dapat digunakan oleh pimpinan administrasi kesehatan dan unit-unit lain
yang memerlukannya. Penggunaan terutama dalam rangka tinjauan/revisi
tahunan kondisi kesehatan masyarakat di Kabupaten Sleman dan sebagai
alat evaluasi program tahunan yang telah dilaksanakan, untuk menyusun
rencana tahunan kesehatan tahun berikutnya.
Manfaat lain adalah memberikan umpan balik/gambaran kegiatan
yang telah dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan, Puskesmas, RSUD dan
Rumah Sakit Swasta yang ada di Kabupaten Sleman.
A. Visi
Reformasi di bidang kesehatan telah menetapkan Visi Pembangunan
Kesehatan Kabupaten Sleman “Terwujudnya Masyarakat Sleman Sehat
yang Mandiri, Berdaya Saing dan Berkeadilan”. Perwujudan masyarakat
yang maju dan tercukupi kebutuhan lahiriah dan batiniahnya ditandai dengan
meningkatnya kualitas hidup dan kehidupan masyarakat. Pencapaian kondisi
sejahtera dalam arti masyarakat yang keadaan ekonomi, pendidikan dan
kesehatan serta spiritualnya baik adalah dengan upaya peningkatan
kreatifitas untuk mencapai keunggulan/prestasi sehingga dapat bertahan dan
bersaing dalam berbagai bidang kehidupan, disamping upaya untuk
mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender dengan peningkatan akses
dan partisipasi perempuan dalam pembangunan.
Visi yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah
masyarakat Kabupaten Sleman hidup dalam lingkungan yang sehat dengan
perilaku hidup bersih dan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Lingkungan yang diharapkan
adalah lingkungan yang kondusif untuk terwujudnya keadaan sehat yaitu
lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih yang cukup,
sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat,
perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya
kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong dengan memelihara
nilai-nilai budaya.
Perilaku masyarakat yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya
penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berpartisipasi aktif
dalam gerakan kesehatan masyarakat. Kemampuan masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, diharapkan tercapai
B. Misi
Untuk dapat mewujudkan Visi “Terwujudnya Masyarakat Sleman Sehat
yang Mandiri, Berdaya Saing dan Berkeadilan”, ditetapkan lima misi
pembangunan kesehatan sebagai berikut.
1. Meningkatkan kinerja Dinas Kesehatan dan UPTnya melalui peningkatan
kualitas sistem manajemen mutu dalam memberikan pelayanan prima
bagi masyarakat.
2. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi semua
lapisan masyarakat dan meningkatkan kemandirian puskesmas dalam
mengelola pelayanan kesehatan
3. Penanggulangan kemiskinan dengan menjamin pelayanan kesehatan
untuk masyarakat miskin dan mengembangkan sistem pembiayaan
kesehatan masyarakat
4. Memantapkan pengelolaan prasarana dan sarana kesehatan termasuk
sistem informasi kesehatan
5. Meningkatkan pemberdayaan dan peran serta masyarakat di bidang
kesehatan
C. Strategi
Strategi yang dipergunakan dalam rangka menyelenggarakan misi tersebut
untuk mencapai Sleman Sehat adalah sebagai berikut :
1. Strategi mewujudkan misi 1
Dalam upaya mewujudkan misi 1, yaitu Meningkatkan kinerja
Dinas Kesehatan dan UPTnya melalui peningkatan kualitas sistem
manajemen mutu dalam memberikan pelayanan prima bagi masyarakat,
strategi pembangunan yang ditempuh adalah:
a. Meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui peningkatkan
kapasitas sumberdaya Dinas Kesehatan dengan penerapan good
governance.
Tabel 1.
Capaian Indikator Tahun 2011 2017
TARGET
INDIKATOR 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TH 2017
MORTALITAS:
1. Angka kematian Bayi per-1000 Kelahiran Hidup 5,2 5.04 4,57 4,65 3,61 3,11 3,6 4,33
2. Angka Kematian Balita per-1000 Kelahiran hidup 0,3 0.36 0,35 3,19 0,21 3,46 4 < 1,8
3. Angka Kematian Ibu Melahirkan per-100.000 Kelahiran
Hidup 122 87,61 63,27 83,30 28,30 56,59 43 62,79
4. Angka Harapan Hidup Waktu Lahir 75,76 76.08 76,10 76,13 76,13 74,57 74,56 74,48
MORBIDITAS:
5. Angka Kesakitan Malaria per-1.000 penduduk 0,001 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
6. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA+ 81,6 87,6 87,86 87,75 88 87,27 85,01 85
7. Prevalensi HIV (persentase Kasus Terhadap
penduduk Beresiko) 0,001 0.04 0,04 0,06 0,06 0,045 0,009 < 0,5
8. Angka “Acute Flaccid Paralysis” (AFP) Pada
Anak Usia <15 Tahun per 100.000 Anak. 2,78 3,68 4,61 4,97 3,95 1,71 5,42 ≥3
9. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue
(DBD) per- 100.000 Penduduk. 16,5 23,46 69,47 50,60 48,90 82,70 40,2 52
STATUS GIZI
10. Persentase Balita dengan Gizi Buruk 0,51 0,45 0,37 0,44 0,40 0,46 0,06 0,44
11. Persentase Kecamatan Bebas Rawan Gizi 88,25 -
KEADAAN LINGKUNGAN:
12. Persentase Rumah Sehat 83,05 83,06 85,47 86,79 89,68 87,27 89,44
13. Persentase Tempat-tempat Umum Sehat 81 82,76 89,5 91,11 77,46 78,62 62,91 94
PELAYANAN KESEHATAN
SUMBERDAYA KESEHATAN
29. Rasio Dokter per-100.000 Penduduk 125 21,33 38,98 87 73,35 46,8 49,77 40
30. Rasio Dokter spesialis per-100.000
penduduk 10,27 22,22 42,1 51 44 56,72 68,21 6
31. Rasio Dokter keluarga 1.000 penduduk 0,08 0.08 5,85 0,06 30 2
32. Rasio dokter gigi per-100.000 penduduk 4.80 6,3 8,024 12 11 18,44 17,97 11
33. Rasio Apoteker per-100.000 penduduk 0.79 16 86,37 7,15 7 16,49 21,63 10
34. Rasio Bidan per-100.000 penduduk 71,95 37,31 82,84 40,74 38 109,59 148,18 100
35. Rasio Perawat per-100.000 penduduk 79,90 84 210,41 222,81 207 243,45 297,50 117,5
36. Rasio Ahli gizi per-100.000 penduduk 3,45 7 12,37 12,98 12 12,88 13,07 22
37. Rasio Ahli Sanitasi per-100.000 penduduk 5,75 4 6,6 7,34 7 8,28 40
38. Rasio Ahli Kesehatan Masyarakat per-
100.000 penduduk 1,60 4 3,78 6,00 4 5,74 40
39. Persentase penduduk yang menjadi peserta
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan 54,55 70 72,01 77,33 73,5 84,48 80
40. Rata-rata persentase anggaran kesehatan
dalam APBD Kabupaten/Kota 16 10,37 10,49 8,05 7,30 14,26 15
41. Alokasi anggaran kesehatan pemerintah
per-kapita per tahun (ribuan rupiah) 75.000 156.228 197.219 179,622 190,365 381.296,05
MANAJEMEN KESEHATAN
42. Persentase Kabupaten/Kota yang
Mempunyai Dokumen Sistem Kesehatan. 100 100 100 100
43. Persentase Kabupaten/kota yang
memiliki”contingency Plan” untuk masalah
kesehatan akibat Bencana 100 100 100 100
44. Persentase Kabupaten/Kota yang membuat
profil kesehatan 100 100 100 100 100
45. Persentase provinsi yang melaksanakan
surkesda - 100
46. Persentase provinsi yang mempunyai
“provincial health account” - 100
A. Gambaran Umum
Kabupaten Sleman terletak diantara 107o 15’ 03’’ dan 100° 29’ 30’’
lintang selatan. Wilayah Kabupaten Sleman berketinggian antara 100–
2500m dari permukaan laut. Jarak terjauh utara–selatan ± 32 km, timur–
barat ±35 km. Luas wilayah Kabupaten Sleman seluas 18 % dari luas
wilayah DIY atau seluas 57.482.000 ha. Dari luas wilayah tersebut pada
tahun 2013 termanfaatkan untuk tanah sawah seluas 24.774,000 ha
(43,10%), tanah tegalan seluas 3.924,000 ha (6,83%), tanah pekarangan
seluas 18.561,000 ha (32,29%), hutan seluas 530,000 ha (0,09%), tanah
tandus dan semak 1.263,000 (2,20%) dan lain-lain seluas 8.430,000 ha
(14,67%).
Kabupaten Sleman terdiri dari 17 kecamatan, 86 desa, 1212 dusun,
dengan jumlah 2.890 RW dan 6.961 RT. Jumlah penduduk pada
pertengahan tahun 2017 sebesar 1.062.861 jiwa, terdiri laki-laki 531.741
jiwa dan perempuan 531.120 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk 1.849
jiwa/km2, rasio jenis kelamin laki-laki per wanita sebesar 100,12%, rasio
beban tanggungan kelompok produktif per kelompok tidak produktif 46%
artinya setiap 100 orang produktif menanggung sebanyak 46 orang tidak
produktif, dan rata-rata jumlah jiwa per KK (family size) 3 jiwa/KK.
Grafik 1. Distribusi Penduduk Menurut Kecamatan Di Kabupaten
Sleman Tahun 2017
B. Demografi
Kecamatan yang paling banyak penduduknya adalah Depok (122.045
jiwa) atau 11,48 % dari jumlah penduduk Kabupaten Sleman, kemudian
Kecamatan Ngaglik, Kecamatan Gamping, Kecamatan Mlati, Kecamatan
Kalasan, Kecamatan Godean, dan Kecamatan Sleman. Sedangkan
kecamatan dengan jumlah penduduk terendah adalah Kecamatan
Cangkringan sebanyak 31.023 jiwa, kemudian Kecamatan Minggir sebanyak
32.825 jiwa, dan Kecamatan Moyudan sebanyak 33.582 jiwa.
Adapun jumlah penduduk per Puskesmas di Kabupaten Sleman tahun
2017 adalah sebagai berikut:
90.000 84.735
80.000 69.731
70.000
56.909
60.000 50.831 51.577
51.213 54.417 50.857
45.963 44.746
50.000 40.722 42.409 37.537
35.384 35.659 38.453 35.263 37.192
40.000 34.409 34.863 35.065 31.849
30.104
30.000 24.862 24.303
20.000
10.000
-
Moyudan
Seyegan
Berbah
Prambanan
Kalasan
Minggir
Turi
Godean I
Godean II
Gamping I
Gamping II
Mlati I
Mlati II
Depok I
Depok II
Depok III
Ngemplak I
Ngemplak II
Ngaglik I
Ngaglik II
Tempel I
Tempel II
Pakem
Sleman
Cangkringan
Dengan melihat grafik 2 maka jumlah penduduk tertinggi terletak di
Puskesmas Kalasan, kemudian Puskesmas Sleman selanjutnya Puskesmas
Berbah. Sedangkan jumlah penduduk terendah berada di wilayah
Puskesmas Tempel II dan Ngemplak I.
Tabel 2. Jumlah Penduduk, Jumlah KK, Rata-rata Jiwa/KK dan Kepadatan
Penduduk Tahun 2000 - 2017
102
100
100 9 8 ,6 9 8,7 9 8,8
9 8 ,298 ,5
98 97 9 7,1 9 7 ,1 9 6,9
91 ,0 5 96 ,5 9 6 ,4 9 6 ,3 96 ,1
9 5 ,695 ,8 9 5,7 9 5 ,6
%
96 94 ,4
94 9 2 ,8 9 2,89 2,4
9 1,9
92
9 0,0 8
90
88
86
84 ir
n ri n I II I II Ii IIi I II III h n n I II I II n Il IIl n
a gg ag n g g ta k k a a as ka k kli a u m ag
d ae n
ae in n ta o o k b n l al likg e
p e T e
u
y in e
ye d p i
p
l
M
l p
e p o
p
r
e a
b
al
a p p
ga
ag
m
e
lS m
p ak n
ir
o d M e e B m g m P
o
M
M S G o
G am m
a
D D D m
ar
K e
g
m
e N N
e
T e
T
kg
G G g n
a
P N N C
K1 K4
102
grafik :5 Pencapaian per Puskesmas tahun 201 100
100 98,6 98,7 98,8
98,298,5
98 97 97,1 97,1 96,9
91,05 96,5 96,4 96,3 96,1
95,695,8 95,7 95,6
%
96 94,4
94 92,8 92,892,4
91,9
92
90,08
90
88
86
84 ir
n irg n I II I II I II I I II I I I II Il II
a ag n n g g ita it k Ik I h
a n
a nas ka Ik ikl ki
n
a e l u
n
agm
e
d g ae in o o k b n l e T
u n
i e
ye d
ae p
n
i l
p M lM p
a
e p
o r
e a la p lp ga lg
a m
e
p p nka
ir
y p b a m a lS m
o M S o d
o m
a m D eD e B m K e m gN g e
T
m
e
P
kg
M G G a D ar g e N T n
G G g a
Dari grafik pencapaian K1 per Puskesmas
P N N sudah mencapai 100% C
70
57.17
60
50
40
30 23.01
20
9.64
10 6.38
0.34 0.36 2.91
0
0
IUD MOP MOW IMPLAN KONDOM SUNTIK PIL OBAT
VAGINA
3. Gizi Masyarakat
Program perbaikan gizi masyarakat meliputi penanggulangan
Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat
Kekurangan Kurang Yodium (GAKY), kurang Vitamin A (KVA), dan
kekurangan zat gizi mikro lainnya dan Pemberdayaan Masyarakat untuk
Pencapaian Keluarga Sadar Gizi. Upaya penanggulangan KEP diawali
dengan kegiatan pemantauan status gizi untuk mengetahui status gizi
balita di Kabupaten Sleman. Hasil kegiatan Pemantauan Status Gizi
(PSG) tahun 2017 dengan standar BB/Umur dengan hasil sebagai
berikut:
Grafik 16. Sebaran Prevalensi Balita Gizi Buruk dan Kurang Menurut
Puskesmas di Kabupaten Sleman Tahun 2017
Grafik 29. Capaian PHBS Rumah Tangga Per Indikator Tahun 2017
c. Kemandirian Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), yang dikelola dan diselenggarakan
dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan. Perkembangan posyandu di Kabupaten
Sleman mengalami peningkatan, dari 1.212 dusun terbentuk 1.529
Posyandu Balita pada tahun 2017.
Tingkat perkembangan Posyandu dapat dilihat dari 4 strata yaitu
pratama, madya, purnama dan mandiri. Sedangkan tingkat keaktifannya
dilihat dari strata purnama dan mandiri. Di Kabupaten Sleman Posyandu
yang aktif sebanyak 1.197 Posyandu (78.9%) turun dibandingkan dengan
tahun 2016 yakni 1.292 (84,55%). Namun secara jumlah, jumlah
2
2
1,8
1,6
1,4
1,2 1 1 1
1
0,8
0,6
0,4
0,2 0 0 0 0 0 0
0
Th Th Th Th Th Th Th Th Th Th
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
80
80
68
64
70
60
48
50
40 33
30 21
20
7 12 10
10 2 5 3 3 1 2
6
1 0 0 0 2 0
0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2017 2017
kasus meninggal
60
40
20
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
campak 116 110 104 104 108 107 101 92.8 91.7 98.7 97 97.3
HB 0-7 hr 99 99 99.6 100 100 111 108 94 92.4 97 98 98.6
Sumber: Laporan Puskesmas 2017
101
100 99.29 100 100 100
100
99
98 96.91
96.59 98.33
97 96 96.1
96 95 95.14
94.9
95
94 94.72
93
92
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
85,56
90
80 78,97
70
51,54 64,61
60 52,37
45,97 48,33 56,03
50 39 55,76
31,89 35,07 48,33
40
30 35,7
20
10
0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
100
83,1 83,1 85,47 86,7989,68 87,2789,44
90 80,7 83
74,2 77,4
80 74,2
70
60 52
58,81
50
40
30
20
10
0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
East 52 58,81 74,2 74,2 77,4 80,7 83 83,1 83,1 85,47 86,79 89,68 87,27 89,44
92 91,76
90,06 89,84
90 89,78
90,43
%
87,6 90,21
88
87,73
86
84
82
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
East 87,6 90,4 90,2 93,8 90,1 89,8 94,3 87,7 95 95,1 95 95,3 89,8 91,8
c. Sanitasi Permukiman
Pada tahun 2016 telah dilakukan pemeriksaan/pembinaan jamban
sebanyak 78.299 dari jamban yang ada 260.703 (30,03%). Dari jumlah
tersebut yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 74.557 (95,22%),
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) diperiksa sebanyak 85.729
unit (36,64%) dari jumlah keseluruhan 233.989 dari yang diperiksa
SPAL memenuhi syarat sebanyak 75.273 (87.80%). Tempat sampah
adanya 255.508 diperiksa sebanyak 97,038 buah (37,98%) dan
memenuhi syarat kesehatan sebanyak 85.728 (88.34%).
Jumlah jamban tahun 2016 terdapat 260.703 buah dan 83.160
(95.22%) jamban memenuhi syarat, terdiri dari leher angsa 260.324
(99,84%), jamban komunal 379 (0,14%), dan cemplung 676 (0.25%).
Jumlah KK yang mengakses jamban sehat sebesar 99,5%.
100 89,52
94,2 86,32 82,76
90 80,67 91,11
80 77,46 78,62
70 81
60 71,29 62,91
50
40
30
20
10
0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
East 94,2 71,29 80,67 86,32 81 82,76 89,52 91,11 77,46 78,62 62,91
Sumber: Laporan Puskesmas 2017
100
82,31 82,76 83
90 79,9 79,9
75,1
80 75,15 74,54
70 62,14
61,19
60
50
40
30
20
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
East 75,1 79,9 79,9 82,31 82,76 83 75,15 61,19 62,14 74,54
Dari target 400 sertifikat pada tahun 2016, terealisir sebanyak 329
(82,25%). Hal ini karena sebagian pengusaha yang diharapkan
melakukan perpanjangan (registrasi ulang) pada tahun ini, tidak
melakukan registrasi ulang.
3,1
4
3
1,23
2
2,55
1
0
20042005200620072008200920102011201220132014201520162017
Tahun
Nomor Pembinaan
Porsi Masa Pembinaan Masa
REGISTRASI
Tunggu Keberangkatan
Penentuan Istitha’ah:
Risiko 1.Memenuhi Syarat.
Kesehatan: Status Laik Terbang:
2.Memenuhi Syarat dengan
1.Risti 1.Laik Terbang
Pendampingan
2.Non Risti 2.Tidak Laik Terbang
3.Tidak Memenuhi Syarat
untuk Sementara
4.Tidak Memenuhi Syarat.
SISKOHAT KESEHATAN/SURVEILANS
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)
A. Pemeriksaan Kesehatan I
Pemeriksaan Kesehatan I juga sering disebut dengan pemeriksaan
kesehatan masa tunggu. Pemeriksaan tahap pertama untuk
mengetahui jamaah haji dalam katergori Resiko Tinggi atau Tidak
Resiko untuk melakukan Ibadah haji. Tujuan pemeriksaan pertama
adalah setelah diketahui status kesehatan jamaah kemudian
dilakukan pembinaan sehingga jamaah yang Risti bisa menjadi tidak
risti, dan yang tidak risti dipertahankan sampai berangkat tetap sehat
sehingga bisa berangkat haji.
Pemeriksaan Kesehatan Haji pertama dilaksanakan bulan Februari
sampai dengan Mei 2018. Pemeriksaan dilakukan di Puskesmas
dengan Instrumen pemeriksaan mengacu pada Petunjuk Teknis
Pemenkes nomor 15 tahun 2016
B. Pemeriksaan Kesehatan II
Pemeriksaan haji tahap kedua juga disebut pememriksaan kesehatan
Haji tahap Keberangkatan. Syarat melakukan pemeriksaan haji tahap
kedua adalah sudah melakukan pemeriksaan tahap satu dan
membawa surat pengantar dari Kemenag.
Hasil dari pemeriksaan kedua menentukan kriteria Istithaah :
1. Memenuhi syarat istithaah kesehatan haji
2. Memenuhi syarat istithaah kesehatan haji dengan pendampingan
Tidak memenuhi syarat istithaah kesehatan haji sementara
3. Tidak memenuhi syarat istithaah kesehatan haji
BAB V
DATA SARANA DAN TENAGA KESEHATAN DI KABUPATEN SLEMAN
A. Sarana Kesehatan
Grafik 53. Jumlah Sarana di Kabupaten Sleman Tahun 2012 S/D 2017
2. Tenaga Medis
Jumlah tenaga medis di 25 puskesmas tahun 2017 sebanyak 121
orang, terdiri dari 1 orang dokter spesialis anak, dokter umum 88 orang,
dan 31 orang dokter gigi, 1 orang dokter gigi spesialis. Jumlah tenaga
medis di rumah sakit sebanyak 2.132 yang tersebar di rumah sakit dan
klinik yang terdiri dari 1165 orang dokter umum, 724 orang dokter
spesialis, dokter gigi 158 orang dan dokter gigi spesialis 85 orang. Data
selengkapnya terdapat pada lampiran.
Adapun rasio ketenagaan di Kabupaten Sleman terhadap jumlah
penduduk (per 100.000) ditunjukkan pada tabel 11. Dari tabel diketahui
bahwa beberapa jenis ketenagaan telah memenuhi standar sebagaimana
ditetapkan dalam Indikator Indonesia Sehat, yaitu dokter spesialis, dokter
umum, dokter gigi, dokter keluarga, bidan, perawat, Apoteker, dan Ahli
Gizi, Nutrisionis dan Dietesien). Adapun yang belum memenuhi standar
yaitu ahli sanitasi dan ahli kesehatan masyarakat.
Tabel 11. Rasio Ketenagaan Terhadap Jumlah Penduduk Kabupaten
Sleman
Tahun 2017
Jenis Rasio
No Jumlah Standar Keterangan
Ketenagaan (/ 100.000)
1 Dokter spesialis 725 68,21 6 Terpenuhi
2 Dokter umum 529 49,8 40 Terpenuhi
3 Dokter gigi 277 26,1 11 Terpenuhi
4 Dokter keluarga 67 7 2 Terpenuhi
5 Apoteker 280 21,63 10 Terpenuhi
6 Bidan 787 148,18 100 Terpenuhi
7 Perawat 3485 297,5 117,5 Terpenuhi
8 Ahli gizi 139 13,07 22 Terpenuhi
9 Ahli sanitasi 88 8,28 40 Belum
terpenuhi
10 Ahli kesehatan 61 5,74 40 Belum
masyarakat terpenuhi
Sumber : Dinas Kesehatan Sleman tahun 2017