Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

GASTROENTERITIS Disertai Dengan DEHIDRASI


RINGAN-SEDANG

Laporan Kasus ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dalam


Mengikuti Kepanitraan Kinik Senior di SMF Ilmu Kesehatan Anak
RUMAH SAKIT UMUM BANGKATAN KOTA BINJAI

Pembimbing:
dr. Indra Mustawa, M.Ked, Sp.A

Oleh :
Rizqi Liantin Ningrum
16360108

KKS SMF ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT UMUM BANGKATAN KOTA BINJAI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah Subhanahu

WaTa'ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia Nya sehingga saya bias

menyelesaikan tugas paper ini guna memenuhi persyaratan kepaniteraan klinik

senior bagian Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Umum Bangkatan Kota

Binjai dengan judul “GASTROENTERITIS Disertai Dengan DEHIDRASI

RINGAN-SEDANG”. Shalawat serta salam kami panjatkan kehadirat Nabi

Muhammad Shalallahu A'laihi Wassalam yang telah membawa kita ke zaman

yang penuh ilmu pengetahuan.

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada

dokter pembimbing KKS dibagian Ilmu Kesehatan Anak yaitu dr. Indra Mustawa,

M.Ked,Sp.A. Saya menyadari bahwa dalam penyusunan masih terdapat banyak

kekurangan baik dalam cara penulisan maupun penyajian materi. Oleh karena itu,

saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sehingga

bermanfaat bagi penyusunan laporan kasus selanjutnya. Semoga laporan kasus ini

bermanfaat bagi pembaca dan terutama bagi penyusun.

Binjai, Januari 2018

Penyusun

2
BAB I

LAPORAN KASUS

STATUS PASIEN

• Identitas Pasien

Nama : Zoya Selvia Wijaya

Umur : 3 Tahun

JenisKelamin : Perempuan

Tanggal Masuk : 09 Januari 2018

No. RM : 16.75.12

Orang Tua

Nama : Rahma Yana

Umur : 36 Tahun

Pekerjaan : IRT

Agama : Islam

Alamat : Jl. Salak Lk. V, Limbu Sundai, Binjai

Hubungan dengan pasien : Ibu Kandung

• Anamnesis

 Keluhan Utama :

Buang Air Besar (BAB) cair

 Riwayat Penyakit Sekarang :

Seorang anak perempuan berusia 3 tahun dibawa oleh ibunya ke

IGD RS Bangkatan Binjai dengan keluhan BAB cair yang dirasakan sejak

3
2 hari ini, frekuensi 7x/hari, jumlah kira-kira ± ¼ gelas aqua tiap BAB,

konsistensi air lebih banyak dari pada ampas, BAB berwarna kekuningan,

lendir dan darah (-). Muntah (+) sejak 2 hari ini, dengan frekuensi 4x/hari,

jumlah ± ½ gelas aqua, berisi apa yang dimakan dan diminum. BAK

dalam batas normal. Ibu pasien mengatakan bahwa anakknya tidak napsu

makan, sering minum namun sedikit-sedikit. Os juga terlihat lemas tapi

gelisah, demam (-), batuk (-), dan pilek (-).

 Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya dan dirawat

di RS bangkatan sekitar 4 bulan yang lalu.

 Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak Ada

 Riwayat Kehamilan Ibu

Kunjungan ANC teratur dengan bidan, ibu tidak mengkonsumsi

obat-obatan selama masa kehamilan, ibu tidak pernah sakit selama masa

kehamilan, penyulit kehamilan KPD.

 Riwayat Kelahiran

Lahir (06-11-2014) secara sectio caesar ditolong oleh bdokter

spesialis kandungan, cukup bulan, langsung menangis, tidak ada cacat

kongenital, BBL 3100 gram , PBL 38 cm.

 Riwayat Makanan

 ASI sampai sekarang

 Makanan pendamping ASI diberikan sejak usia 6 bulan

4
 Riwayat Tumbuh Kembang

 Bisa mengangkat kepala usia 3 bulan

 Bisa telungkup usia 4 bulan

 Bisa duduk usia 6 bulan

 Berdiri sendiri usia 11 bulan

 Berjalan usia 1 tahun 1 bulan

 Belajar berbicara usia 1 tahun 2 bulan

 Riwayat Imunisasi yang di lakukan

 BCG

 Hepatitis B

 DPT

 Polio

 Campak

 Riwayat Alergi

Alergi obat (-), alergi makanan - susu sapi (-), alergi cuaca-debu (-)

• Pemeriksaan Fisik
 Sensorium : Compos mentis

 Tanda vital

Tekanan Darah : Tidak dilakukan pemeriksaan

Suhu : 36,40C

Nadi : 130 x/menit

Pernapasan : 32 x/menit

 Status Generalis

Kepala : Normocephali

5
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), mata

cekung (+/+), air mata (<,<)

Hidung : Pernapasan cuping hidung (-/-), septum deviasi

(-), sekret (-/-)

Mulut : Mukosa bibir kering (+), sianosis (-), lidah kotor(-)

Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)

Paru-paru

Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris

Palpasi : Vokal Fremitus kanan=kiri

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen

Inspeksi : Permukaan datar

Auskultasi : Peristaltik usus (+) meningkat > 10x permenit

Palpasi : Soepel, nyeri tekan (+) seluruh lapang perut

Perkusi : Hipertympani

Ekstremitas

Atas : Akral dingin (-/-), oedem (-/-), sianosis (-/-)

Bawah : Akral dingin (-/-), oedem (-/-), sianosis (-/-)

Turgor : Kembali lambat (≤ 2 detik)

• Pemeriksaan Anjuran

Darah Lengkap, Elektrolit, Feses rutin

6
• Resume

Seorang anak perempuan usia 3 tahun, keluhan BAB cair yang sejak 2 hari ini,

frekuensi 7x/hari, jumlah ± ¼ gelas aqua tiap BAB, konsistensi air > ampas,

BAB berwarna kekuningan, lendir dan darah (-). Muntah (+) sejak 2 hari ini,

frekuensi 4x/hari, jumlah ± ½ gelas aqua, berisi apa yang dimakan dan

diminum. BAK dalam batas normal. Os tidak napsu makan, sering minum

namun sedikit-sedikit. Os juga terlihat lemas tapi gelisah.

Pada Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 09 Januari 2018

Pemeriksaan Hasil Normal


Hemoglobin 11,3 gr/dl 12 - 16 gr/dl
Leukosit 10.100 /mm3 4.000 – 11.000/mm3
Trombosit 297.000 /mm3 150.000 – 450.000/mm3
Eritrosit 4.09 jt/mm3 4 - 5.5 jt/mm3
Hematokrit 35.1 % 40-50 %
LED 11 mm/jam 0-20

• Diagnosis Banding

1. Gastroenteritis + Dehidrasi Ringan-Sedang

2. Diare Akut ec. Virus + Dehidrasi Ringan-Sedang

3. Dyspepsia + Dehidrasi Ringan-Sedang

• Diagnosa

Gastroenteritis + Dehidrasi Ringan-Sedang

• Penatalaksanaan

1. IVFD RL 150 gtt/i mikro (4jam), 30gtt/i mikro

2. Inj Ondansetron 1 mg/8 jam

3. L-Bio 2x1 sachet

4. L-zinc 2x1 CO

5. Diet M2 tanpa sayur, beri pisang barangan, susu ganti soya/non lactosa

7
• Follow up pasien rawat inap

Hari/tanggal Follow up Pemeriksaan Terapi


penunjang
Selasa BAB cair (+) 7x / hari Darah tepi : • IVFD RL 14 gtt/i makro
09/01/2018 kekuningan air > ampas, • Inj Ondansetron 1 mg/8
BAK (+)N, Muntah 4x / Hb : 11,3 gr/dl jam
hari, lemas (+), anoreksia Leukosit : 10.100 /mm3
• L-Bio 2x1 sachet
(+). Trombosit : 297.000 /mm3
BB: 10 kg Eritrosit : 4,09 jt/mm3 • L-Zinc 2x1 CO
Temp : 36,20C Hematokrit: 35,1 % • Diet M2 tanpa sayur
HR : 120 x/ menit LED : 11 mm/jam
RR : 26 x/ menit
Rabu BAB cair frek 2x air = Tidak dilakukan • IVFD RL 12 gtt/i makro
10/01/2018 ampas, Mual (+), Muntah pemeriksaan • Inj Ondansetron 1 mg/8
(-), BAK (+)N. jam
BB : 9 kg
• L-Bio 2x1 sachet
Temp : 36,0 0C
HR: 98 x/ menit • L-Zinc 2x1 CO
x
RR : 24 / menit • Diet M2 tanpa sayur

Kamis BAB cair frek 1x air = Tidak dilakukan • IVFD RL 12 gtt/i makro
11/01/2018 ampas, Mual (+), Muntah pemeriksaan • Inj Ondansetron 1 mg/8
(-), BAK (+)N. jam
BB : 9 kg
• L-Bio 2x1 sachet
Temp : 36,50C
HR: 100 x/ menit • L-Zinc 2x1 CO
RR : 20 x/ menit • Diet M2 tanpa sayur

Jum’at Pasien PBJ Tidak dilakukan • L-Bio 2x1 sachet


12/01/2018 pemeriksaan • L-Zinc 2x1 CO
• Domperidon 3x½ CO

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Gastroenteritis adalah adanya inflamasi pada membran mukosa
saluran pencernaan dan ditandai dengan diare dan muntah (Chow et
al., 2010).

2.2. Epidemiologi
Gastroenteritis akut merupakan salah satu penyakit yang sangat
sering ditemui. Penyakit ini lebih sering mengenai anak-anak.
Di Indonesia pada tahun 2010 diare dan gastroenteritis oleh
penyebab infeksi tertentu masih menduduki peringkat pertama
penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di Indonesia yaitu sebanyak
96.278 kasus dengan angka kematian (Case Fatality Rate/CFR) sebesar
1,92% (kemenkes RI, 2012).

2.3. Etiologi
Penyakit gastroenteritis dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu:
1. Faktor Infeksi:
 Virus: Rotavirus, Enterik adenovirus, Astrovirus, Human
Calcivirus, virus lain (torovorus, coronavirus, picobirnavirus).
 Bakteri: Infeksi bakteri menyebabkan 10%-20% kasus
gastroenteritis. Bakteri yang paling sering menjadi penyebab
gastroenteritis adalah Salmonella species,Campylobacter species,
Shigella species and Yersina species (chow et al., 2010).
 Parasit dan protozoa: Giardia lamblia adalah infeksi protozoa yang
paling sering menyebabkan gastroenteritis. Protozoa yang lain
mencakup Cryptosporidium dan Entamoeba hystolitica.

9
2. Faktor Makanan
 Malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
d. Malabsorbsi vitamin dan mineral (Noerasid dan Asnil, 1988)
 Keracunan makanan
Makanan yang beracun (mengandung toksin bakteri), ada dua bakteri
yang sering menyebabkan keracunan makanan yang disebabkan
adanya toksin yaitu: Staphylococcus dan Bacillus cereus.

2.4. Patofisiologi

2.5 Gejala Klinis

Manifestasi klinis penyakit gastroenteritis bervariasi.


Berdasarkan salah satu hasil penelitian yang dilakukan adalah
mual(93%), muntah(81%) atau diare(89%), nyeri abdomen(76%) dan
demam(68%) adalah gejala yang paling sering dilaporkan oleh

10
kebanyakan pasien. Tanda-tanda dehidrasi sedang sampai berat, seperti
membran mukosa yang kering, penurunan turgor kulit, atau perubahan
status mental, terdapat pada <10 % pada hasil pemeriksaan. Gejala
pernafasan, yang mencakup radang tenggorokan, batuk, dan rinorea,
dilaporkan sekitar 10% (Bresee et al., 2012).

2.6 Penegakan Diagnosa

2.6.1. Anamnesa
Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan khas
yaitu mual, muntah, nyeri abdomen, demam dan tinja yang sering, bisa
air, malabsorbtif, atau berdarah tergantung bakteri yang menyebabkan
(Simadibrata K et al., 2009).
Curiga terjadinya gastroenteritis apabila terjadi perubahan tiba-
tiba konsistensi tinja menjadi lebih berair, dan/atau muntah yang
terjadi tiba-tiba.
Pada anak biasanya diare berlangsung selama 5-7 hari dan
kebanyakan berhenti dalam 2 minggu. Muntah biasanya berlangsung
selama 1-2 hari, dan kebanyakan berhenti dalam 3 hari.
2.6.2. Pemeriksaan fisik
Kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik
sangat berguna dalam menentukan keparahan penyakit. Status volume
dinilai dengan menilai perubahan pada tekanan darah dan nadi,
temperatur tubuh dan tanda toksisitas. Pemeriksaan abdomen yang
seksama juga merupakan hal yang penting dilakukan (Simadibrata K et
al., 2009).
2.6.3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan tinja yang dilakukan adalah pemeriksaan makroskopik
dan
mikroskopik, biakan kuman, tes resistensi terhadap berbagai
antibiotika, pH dan kadar gula, jika diduga ada intoleransi laktosa.
b. Pemeriksaan darah

11
Pemeriksaan darah yang dilakukan mencakup pemeriksaan darah
lengkap,
pemeriksaan elektrolit, pH dan cadangan alkali, pemeriksaan kadar
ureum.

2.7 Komplikasi
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat)
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia/ dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, takikardia
4. Hipoglikemi
5. Kejang, yang biasanya disebabkan oleh hipogloikemik, hiponatremi,
hipernatremia.
6. Malnutrisi energi protein (muntah dan mual bila lama/ kronik)

2.8 Penatalaksanaan
Menurut Supartini (2004), penatalaksanaan medis pada pasien
diare meliputi: pemberian cairan, dan pemberian obat-obatan.
1. Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dan memperhatikan derajat dehidrasinya
dan keadaan umum.
a. Cairan Peroral
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang di berikan
peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCL dan
glukosa untuk diare akut.
b. Cairan Parenteral
Pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) di berikan tergantung
berat / ringan dehidrasi, yang di perhitungkan dengan kehilangan
cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
2. Obat- obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui tinja
dengan / muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa /
karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras, dsb).

12
 Zinc: 10mg untuk usia <6 bulan, 20mg untuk usi >6 bulan, selama
10 hari.
 Antibiotic tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas. Bila
penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25 – 50 mg/kg BB/hari.
Antibiotic juga diberikan bila terdapat penyakit seperti OMA,
faringitis, bronchitis/bronkopeneumonia.

2.10 Definisi Dehidrasi


Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada
tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak dari pada
pemasukan (misalnya minum). Gangguan kehilangan cairan tubuh ini
disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh.

2.10.1 Derajat Dehidrasi


Derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :

 Kehilangan BB
1. Dehidrasi ringan ; menurun BB 0 - 5%
2. Dehidrasi sedang : menurun BB 5 - 10%
3. Dehidrasi berat : menurun BB > 10%
PENILAIAN A B C
Lihat
Keadaan Umum Baik, sadar *Gelisah, rewel *Lesu,lunglai,
tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air Mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa Haus Minum Biasa, Tidak *Haus ingin minum *Malas minum
haus banyak atau tidak bias
minum
Periksa Turgor Kembali cepat *Kembali lambat *Kembali sangat

13
Kulit lambat
Derajat Dehidrasi TANPA DEHIDRASI DEHIDRASI
DEHIDRASI RINGAN SEDANG BERAT
Bila ada 1 tanda* + Bila ada 1 tanda* +
1 atau lebih tanda 1 atau lebih tanda
lain lain
Terapi Rencana Terapi A Rencana terapi B Rencana C

2.10.2 Tatalaksana

a. Mencegah terjadinya dehidrasi


Mencegah terjadinya dehidasi dapat dilakukan mulai dari rumah
dengan memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang
dianjurkan seperti air tajin , kuah sayur, air sup. Bila tidak mungkin
memberikan cairan rumah tangga yang dianjukan , berikan air matang.
Macam Cairan yang dapat digunakan akan tergantung pada :
 Kebiasaan setempat dalam mengobati diare
 Tersedianya cairan sari makanan yang cocok
 Jangkauan pelayanan Kesehatan
 Tersedianya oralit
b. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera
dibawa ke petugas atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan
yang cepat dan tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat,
penderita harus segera diberikan cairan intravena dengan ringer laktat
sebelum dilanjutkan terapi oral
c. Memberi makanan
Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Berikan cairan termasuk oralit dan makanan
sesuai yang dianjurkan. Anak yang masih mimun ASI harus lebih sering
diberi ASI. Anak yang minum susu formula diberikan lebih sering dari

14
biasanya. Anak Usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapat
makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna sedikit
sedikit tetapi sering Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra
diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.

d. Mengobati masalah lain


Apabila diketemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain,
maka diberikan pengobatan sesuai indikasi, dengan tetap mengutamakan
rehidrasi. Tidak ada Obat yang aman dan efektif untuk menghentikan
diare.

Tentukan Derajat Dehidrasi


RENCANA TERAPI A
UNTUK MENGOBATI DIARE DIRUMAH
PENDERITA DIARE TANPA DEHIDRASI
GUNAKAN CARA INI UNTUK MENGAJARI IBU :
 Teruskan mengobati anak diare dirumah
 Berikan terapi awal bila terkena diare lagi
Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah
dehidrasi
Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan, seperti larutan
oralit, makanan yang cair (seperti sup, air tajin ) dan kalau tidak ada air
matang. Gunakan larutan oralit untuk anak seperti dijelaskan dalam kotak
dibawah (catatan jika anak berusia kurang dari 6 bulan dan belum makan
makanan padat lebih baik diberi oralit dan air matang dari pada makanan
yang cair ). Berikan larutan ini sebanyak anak mau, berikan jumlah larutan
oralit seperti dibawah. Teruskan pemberian larutan ini hingga diare
berhenti
Beri anak makan untuk mencegah kurang gizi
Teruskan ASI , Bila anak tidak mendapat ASI berikan susu yang
biasa diberikan, untuk anak kurang dari 6 bulan dan belum mendapat
makanan padat , dapat diberikan susu,
Bila anak 6 bulan atau lebih atau telah mendapat makanan padat:

15
o Berikan bubur bila mungkin dicampur dengan kacanf-kacangan,
sayur, daging atau ikan , tambahkan 1 atau 2 sendok teh minyak
sayur tiap porsi
o Berikan sari buah segar atau pisang halus untuk menanbahkan
kalium
o Berikan makanan yang segar masak dan haluskan atau tumbuk
makanan dengan baik
o Bujuk anak untuk makan , berikan makanan sedikitnya 6 kali
sehari
o Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan
diberikan porsi makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu
Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam
3 hari atau menderita sebagai berikut :
 Buang Air besar cair lebih sering
 Muntah berulang-ulang
 Rasa haus yang nyata
 Makan atau Minum sedikit
 Demam
 Tinja berdarah

Usia Jumlah Oralit yang diberikan Jumlah Oralit yang di sediakan


tiap BAB (ml) di rumah ((ml/hari)
<1 50 – 100 400 (2 bungkus)
1–4 100-200 600-800 (3-4 bungkus)
> 5 200-300 800- 1.000 (4-5 bungkus)
Dewasa 300-400 1.200- 2600

Tunjukan kepada ibu cara mencampur oralit


 Berikan sesendok teh tiap 1-2 menit untuk usia < 2 tahun
 Berikanlah beberapa gelas untuk anak yang lebih tua
 Bila anak muntah tunggulah 20 menit. Kemudian berikan caiaran lain
untuk mendapatkankan tambahan oralit.

16
Komposisi Formula WHO (200 ml)
Na Klorida (garam ) : 0,7 g
Glukosa :4g
Atau
Sukrosa (gula biasa) :8g
Trisodium sitrat dihidrat :0,5 g
K Klorida : 0,3 g

RENCANA TERAPI B
UNTUK TERAPI DEHIDRASI RINGAN/SEDANG

JUMLAH ORALIT YANG DIBERIKAN DALAM 3 JAM PERTAMA

ORALIT yang diberikan dihitung dengan mengalikan berat badan


penderita ( kg ) dengan 75 ml

Bila berat badan anak tidak diketahui dan atau untuk memudahkan di lapangan
berikan oralit sesuai tabel dibawah ini
Umur Umur < 1 Tahun 1 – 4 Tahun > 5 Tahun Dewasa
Jumlah oralit 300 ml 600 ml 1200 ml 2400 ml
Bila anak menginginkan lebih banyak oralit berikanlah
Bujuk ibu untuk meneruskan ASI
Setelah 3-4 jam nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian kemudian
Untuk bayi dibawah 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100 200 ml air
pilih rencana terapi a , b atau c untuk melanjutkan terapi
masak selama masa ini
 Bila tidak ada dehidrasi , ganti ke rencana terapi A, Bila dehidras telah hilang
anak biasanya kemudian mengantuk dan tidur
 Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/ sedang ulang Rencana terap B ,
tetapi tawarkan makanan susu dan sari buah seperti rencana terapi A
 Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat ganti dengan rencana terapi C
Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana terapi B
 Tunjukkan jumlah orait yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di rumah
 Berikan oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti dijelaskan dalam
rencana terapi A
 Tunjukkan cara melarutkan oralit
 Jelaskan 3 cara dalam rencana terapi A untuk mengobati anak dirumah

17
 Memberikan oralit atau cairanlain hingga diare berhenti
 Memberi makan anak sebagaimana biasanya
 Membawa anak ke petugas kesehatan.

RENCANA TERAPI C
UNTUK DEHIDRASI BERAT

Mulai diberikan cairan IV bila penderita bisa minum segera berikan oralit.
Sewaktu cairan IV di mulai beri 100 ml/kgBB

Umur Pemberian 30 Pemberian 70 ml / kgBB


ml/kgBB (jam )
(jam)
< 1 tahun 1 jam 5 jam

1 tahun ½ jam 2 ½ jam

Di ulangi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba


 Nilai lagi penderita 1-2 jam bila nadi belum teraba percepat tetesan intravena
 Berikan oralit 5ml/kgBB. Kemudian nilai kembali. Dan pilih rencana terapi
yang sesuai.
Tatalaksana Nutrisi Pada Diare
Perlu bimbingan ibu-ibu untuk tentang cara pemberian makanan yang baik
pada anak, mengajari pentingnya meneruskan pemberian makanan penuh selama
diare dan membantu usaha mereka untuk mengikuti anjuran ini. Empat kunci
utama tatalaksana gizi diare yang benar:
 Menilai status gizi
 Memberi makanan yang tepat pada saat episode diare
 Memberi makanan yang tepat pada waktu penyembuhan dengan tindak
lanjutnya.
 Komunikasi yang efektif tentang anjuran diet kepada ibu.
Pemberian ASI selama diare tidak boleh di kurangi atau di hentikan tetapi
diperbolehkan sesering atau selama anak menginginkannya. ASI harus di
berikan untuk menambah larutan oralit. Susu sapi atau formula yang biasa di
terima bila timbul dehidrasi maka pemberian susu harus di hentikan selama

18
rehidrasi untuk 4-6 jam dan kemudian dilanjutkan lagi. Makanan lunak bila
anak berumur 4 bulan atau lebih sudah bisa menerima makanan lunak,
makanan ini harus di teruskan. Bayi umur 6 bulan atau lebih harus mulai di
berikan makanan lunak bila belum pernah di beri. Bila timbul dehidrasi
makanan ini harus di hentikan 4 – 6 jam untuk rehidrasi untuk kemudian di
lanjutkan lagi. Paling tidak separuh makanan diet harus berasal dari makanan
porsi kecil tetapi sering (6 kali atau lebih) dan mereka harus di bujuk untuk
makan.
Banyak literatur yang menyebutkan bahwa probiotik memberikan
kebaikan dalam penanganan diare akut pada bayi. Probiotik dengan pemberian
dua kali sehari selama 5 hari dipercaya terbukti memberikan kebaikan dalam
mengurangi frekuensi, serta durasi penyakit diare. Probiotik dipercaya dapat
mengurangi lama waktu kesakitan, dengan meningkatkan respon imun,
memperbaiki mukosa usus, sebagai substansi penting dalam antimikroba dan
menyeimbangan jumlah mikroba diusus. Angka penguranga dari frekuensi
defekasi secara drastis dalam <3 hari terdapat pada kelompok yang
memeperoleh probiotik dengan kelompok kontrol. Konsistensi faeces yang
lebih padat dan durasi yang lebih pendek pada kelompok probiotik. Rata-rata
lama durasi diare juga mengalami hasil yang signifikan pada kelompok
probiotik.
2.10.3 Pencegahan

Air minum yang bersih dari sumber air yang terjaga kebersihannya dan
dimasak. Pengelolaan makanan yang dimasak dengan baik, untuk
menghindari kontaminasi. Cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar,
sebelum makan dan sebelum menyiapkan makanan. Buang cepat tinja dengan
cara memasukannya kedalam jamban atau menguburkan. Berikan hanya ASI
selama 4-6 bulan pertama, teruskan pemberian ASI paling sedikit 1 tahun
pertama. Berikan makanan sapihan yang bersih dan bergizi mulai usia 4-6
bulan. Anak usia > 9 bulan yang tidak menderita campak untuk imunisasi
campak.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman, Kliagman: Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Vol2 Jakarta

2000

2. Depatemen Kesehatan. Diare Pada Anak . Kamis, 31 desember. 2006.

www.depkes.go.id

3. Ganna, Herry. Melinda, Heda. Ilmu Kesehatan Anak Pedoman Diagnosis

dan Terapi. Edisi 3. Bandung : 2005

4. Putra, Sanjaya. Suraatmaja, Sudaryat. Dkk. Effect of probiotics

supplementation on acute diarrhea in infants: a randomized double blind

clinical trial. Paediatrica Indonesiana, Vol. 47, No. 4, July 2007

5. Churgay CA, Aftab Z (2012). Gastroenteritis in children : part I. Diagnosis.

Am Fam Physician, 85(11):1059-1062.

6. Churgay CA, Aftab Z (2012). Gastroenteritis in children : part II. Prevention

and Management. Am Fam Physician, 85(11):1066-1070

20

Anda mungkin juga menyukai