Anda di halaman 1dari 3

LEMBAR KEGIATAN SISWA

KETAHANAN PANGAN

Judul: Ketahanan Pangan di Indonesia

A. Pendahuluan
Ketahanan pangan adalah kemampuan untuk mencukupi pangan dan keterjaminan tiap
individu untuk memperoleh pangan. Pangan merupakan kebutuhan primer bagi manusia.
Pangan dibutuhan manusia untuk menunjang kehidupannya, karena didalam pangan terdapat
gizi yang diperlukan manusia sebagai sumber tenaga. Ketersediaan pangan berhubungan
dengan suplay pangan melalui produksi, distribusi dan pertukaran.
B. Bahan/Alat/Sumber
1. Bahan:
- Artikel
2. Sumber:
- Buku Geografi Siswa Kelas XI
- Artikel (https://www.wartaekonomi.co.id/read186912/fao-ketahanan-pangan-
indonesia-terancam.html)
C. Rincian Kegiatan
1. Guru membentuk kelompok kecil didalam kelas
2. Guru menyediakan artikel yang terlampir
3. Bacalah artikel yang telah disediakan
4. Cermati tiap-tiap paragraf dari artikel yang terlampir
5. Berdiskusilah dengan kelompok mengenai artikel Ketahanan Pangan Indonesia
Terancam (terlampir)
6. Presentasikan hasil diskusi secara berkelompok dan bergantian
D. Pertanyaan
1. Identifikasi permasalahan yang menghambat ketahanan pangan Indonesia menurut artikel
yang telah disediakan!
2. Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian
sebagai petani, tetapi mengapa Indonesia masih mengimpor beras untuk memenuhi
kebutuhan masyarakatnya, berdasarkan artikel yang telah disediakan?
3. Menurut kelompok anda, bagaimana upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan
Indonesia?

Lampiran

Cermati artikel berita berikut!

FAO: Ketahanan Pangan Indonesia Terancam


Warta Ekonomi.co.id, Jakarta - Adanya kerusakan tanah yang terjadi pada
area yang luas dan penggunaan pestisida yang tidak bijak mengancam ketahanan pangan
nasional. Hal itu dikatakan Senior Expatriate Tech-Cooperation Aspac FAO, Ratno
Soetjiptadie, dalam diskusi tebatas bertema "Produktivitas Padi versus Importasi Beras,
Ada Apa?" yang diselenggarakan oleh Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) di kantor
Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, Senin (09/7/2018).
Dia memperkirakan, sekitar 69% tanah Indonesia dikategorikan rusak parah
lantaran penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan. Menurutnya, ketahanan
pangan (food securities) selama 2015-2080 Indonesia sangat rentan terhadap perubahan
iklim. Banjir, kekeringan, dan serangan hama, selalu dijadikan kambing hitam gagal
pangan. "Kita belum punya perencanaan. Kalau butuhnya 1 juta ton, mestinya produksi
1,5 juta ton sehingga ada stok 0,5 juta ton. Kita belum sampai ke sana," ujarnya. Selain
itu, katanya, rendahnya sentuhan teknologi oleh petani, lantaran minimnya ilmu
pengetahuan. Petani tidak dapat mengukur Ph tanah atau obat-obatan apa saja yang tidak
boleh digunakan. Petani juga tidak bisa memilih benih unggul. Bahkan, lanjutnya, ada
petani di Krawang memberikan pupuk pada tanaman padi hingga 1 ton. Petani
beranggapan bahwa diberi input 1 kg akan ada kenaikan produksi. "Akibatnya, biaya
produksi beras di Indonesia cukup tinggi dan salah satu kontribusinya dari pembelian
pupuk," terangnya.
Ratno mengatakan, biaya produksi beras Indonesia sebesar Rp5.900 per
kilogram (kg), Vietnam Rp2.300 per kg, Australia Rp1.800 per kg, dan Amerika Serikat
Rp900 per kg. "Ditakutkan, jka tidak terobosan, Indonesia akan tetap impor beras.
Sementara sekitar 40 juta petani padi di Indonesia itu menghidupi penduduk 240 juta
jiwa. Itu riskan," ujar Ratno. Dia menambahkan, apabila petani merugi maka akan
beralih profesi. Jika demikian, siapa yang akan menanam padi? "Untuk itu, perlu ada
program perbaikan tanah secepatnya atau soil amendment programme (program
pembugaran tanah) dengan memperbaiki sifat biologi tanah," tuturnya. "Selama ini kita
hanya memperhatikan sifat fisika dan kimia sementara aspek biologi tidak pernah
dipikirkan. Nenek moyang kita zaman dulu tidak ada pupuk, tapi bisa menanam dan
panen. Pada saat intesif mennggunakan pupuk, produksi malah turun atau terjadi gagal
panen," tukasnya.
Produktivitas Pangan Menurun
Ketua Kompartemen Tanaman Pangan Asosiasi Perbenihan Indonesia
(Asbenindo), Yuana Leksana, mengungkapkan, produktivitas jagung yang meningkat,
terutama adanya kontribusi penggunaan teknologi hibrida. Adapun produktivitas adalah
parameter atau refleksi dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemudian berlanjut
mendorong keterlibatan sektor swasta dalam industri benih. "Keterlibatan industri benih
berdampak positif pada rangkaian proses yang sistematis mulai dari kebutuhan pasar,
penelitian, produksi benih, pemasaran, hingga pendampingan konsumen," tambahnya.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian (Kementan), dalam tiga tahun belakangan,
produksi padi terus meningkat, namun dari sisi produktivitas menurun. Sementara
produksi jagung naik dikarenakan luas panen meningkat, sedangkan tingkat
produktivitasnya turun. Produktivitas padi tahun 2015 sebesar 5,34 ton per hektare,
tahun 2016 turun menjadi 5,24 ton per hektare, dan tahun 2017 hanya mencapai 5,16 ton
per hektare.

Nama Kelompok 11
1. Siska Dyah Fatmawati
2. Ukhti Humaidah

Anda mungkin juga menyukai