Setiap bidang studi di SD memiliki kekhasan dari hakikat, objek
kajian, tujuan bidang studi, tujuan pembelajaran bidang studi,
struktur materi, komptensi dan nilai yang dikembangkan, pada forum diskusi ini berikan analisis dari Bapak dan Ibu tentang apa yang dimaksud dengan kekhasan bidang studi dan bagaimana implementasinya dalam pembelajaran di SD! Jawab : Pembelajaran yang efektif didesain oleh guru dengan memperhatikan kekhasan bidang studi, materi dan siswa. Kekhasan tentang bagaimana seharusnya guru mendidik atau memfasilitasi pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik bidang studi disebut pedagogi khas bidang studi. Dalam pembelajaran, kekhasan pedagogi bidang studi dilihat dari perencanaan pembelajaran yang telah disusun oleh guru meliputi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), media pembelajaran, bahan ajar dan alat evaluasi. Analisis kekhasan bidang studi beserta implimasinya sbb : Matematika dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, penuh dengan ketidakpastian dan bersifat kompetitif. Pembelajaran Matematika sekolah dasar hendaknya dirancang sebagai berikut: a. Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral Pendekatan spiral dalam pembelajaran matematika merupakan pendekatan di mana pembelajaran konsep atau suatu topik matematika selalu mengaitkan atau menghubungkan dengan topik sebelumnya atau dengan kata lain topik sebelumnya dapat menjadi prasyarat untuk dapat memahami dan mempelajari suatu topik matematika. Contoh: Konsep penjumlahan sebagai prasayarat untuk mengajarkan konsep perkalian. b. Pembelajaran matematika dilakukan secara bertahap Materi pelajaran matematika diajarkan secara bertahap yaitu dimulai dari konsep-konsep yang sederhana, menuju konsep yang lebih sulit. Selain itu pembelajaran matematika dimulai dari yang konkret, semi konkret, semi abstrak dan akhirnya kepada konsep abstrak. Contoh: menjelaskan materi unsur-unsur pembentuk bangun ruang balok diawali dengan benda-benda yang berbentuk balok seperti ruang kelas (konkret), lalu menggunakan gambar benda berbentuk balok (semi konkret), dilanjutkan dengan gambar bangun balok (semi abstrak), dan akhirnya kepada konsep abstraknya dari bangun balok yang dapat dibayangkan oleh siswa. c. Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif Materi matematika disampaikan kepada siswa tidak dimulai dari hal-hal yang bersifat umum seperti definisi atau rumus. Tetapi dapat pula dimulai dari hal- hal yang bersifat khusus seperti mulai dengan contoh-contoh. Contoh: pengenalan konsep bangun ruang tabung (silinder) tidak diawali dengan definisi tetapi dari contoh-contoh bangun tersebut, mengenal namanya dan menentukan sifat-sifat bangun ruang tabung sehingga didapatkan pemahaman konsep bangun ruang tabung tersebut. d. Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi Kebenaran matematika merupakan kebenaran yang konsisten artinya tidak ada pertentangan antara kebenaran yang satu dengan kebenaran lainnya. Contoh: Jika menurut kebenaran secara umum, bahwa setiap bilangan ganjil sembarang dijumlahkan dengan bilangan ganjil sembarang maka akan selalu menghasilkan bilangan genap, maka tidak ada bilangan ganjil yang dijumlahkan dengan bilangan ganjil yang menghasilkan bilangan yang tidak genap, sebagai contoh 1 + 3 = 4. e. Pembelajaran matematika hendaknya bermakna Pembelajaran matematika secara bermakna merupakan cara mengajarkan materi matematika yang mengutamakan pengertian daripada hapalan. Dalam belajar bermakna, aturan-aturan, sifat-sifat, dan dalil-dalil tidak diberikan dalam bentuk jadi, tetapi ditemukan sendiri oleh siswa melalui contoh-contoh secara induktif. f. Pembelajaran matematika menerapkan pendekatan matematika realistik Objek kajian matematika yang abstrak berupa simbol dan notasi memerlukan pembelajaran yang dapat menjembatani penyampaian objek matematika yang abstrak tersebut menjadi lebih konkret. Hal ini sejalan dengan tahap berpikir siswa sekolah dasar yakni tahap operasional konkret. Realistis diartikan bahwa dalam pembelajaran, guru perlu memanipulasi objek matematika yang abstrak menjadi lebih realistis sehingga siswa mampu membayangkan objek matematika tersebut. g. Pembelajaran matematika menerapkan metode penemuan terbimbing Mengkondisikan siswa untuk menemukan kembali rumus, konsep, atau prinsip dalam matematika melalui bimbingan guru agar siswa terbiasa melakukan penyelidikan dan menemukan sesuatu. Dalam praktiknya, guru dapat menerapkan teknik scaffolding yaitu teknik bimbingan yang semakin lama semakin dikurangi intensitasnya sampai siswa dapat bekerja secara mandiri. h. Pembelajaran matematika berbasis masalah Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika, yang mencakup masalah tertutup dan terbuka. Pemecahan masalah terkait masalah dan metode penyelesaiannya yang tidak rutin. Dalam menemukan penyelesaian masalah, siswa harus memberdayakan pengetahuannya dan melalui proses ini mereka akan sering mengembangkan pemahaman baru. Siswa akan mempunyai kesempatan untuk merumuskan, berpikir keras, dan memecahkan masalah rumit yang memerlukan usaha besar. Mereka akan didorong untuk merefleksikan pemikiran mereka. Pemecahan masalah merupakan sebuah bagian integral dari seluruh pembelajaran matematika. Beberapa keterampilan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah diantaranya adalah: 1) Memahami soal, yaitu memahami dan mengidentifikasi apa yang diberikan, ditanyakan, diminta dicari, atau dibuktikan 2) Memilih pendekatan atau strategi pemecahan: misalkan menggambarkan masalah ke dalam bentuk diagram, memilih dan menggunakan pengetahuan aljabar yang diketahui, serta konsep yang relevan untuk membentuk model atau kalimat matematika 3) Menyelesaikan model, yaitu melakukan operasi hitung secara benar 4) Menafsirkan solusi, yaitu memperkirakan dan memeriksa kebenaran jawaban. i. Pembelajaran matematika menerapkan pendekatan kontekstual Pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan masalah yang kontekstual (contextual problem). Dengan mengajukan masalah-masalah matematika yang kontekstual yaitu masalah matematika yang nyata, dekat dengan kehidupan siswa sehingga siswa mampu membayangkan dan memahami masalah matematika tersebut, selanjutnya siswa secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep-konsep matematika. j. Pembelajaran matematika menggunakan hubungan-hubungan (koneksi) Begitu banyak individu yang mempersepsikan matematika sebagai kumpulan fakta-fakta dan prosedur yang terisolasi. Melalui kurikuler dan pengalaman setiap hari, siswa akan mengenal dan menggunakan hubungan-hubungan antara ide-ide matematika, terutama hubungan antara Bilangan, Geometri dan Statistika yang merupakan bidang kajian Matematika di Sekolah Dasar. Hubungan yang demikian membangun pemahaman konsep matematika secara komprehensif. Sebagai tambahan, siswa juga mengenal dan menerapkan matematika dalam konteks di luar matematika. Siswa memerlukan pengalaman penerapan konsep-konsep dan representasi matematika untuk menggambarkan dan memprediksi kejadian di hampir semua disiplin ilmu. Bahasa Indonesia merupakan media penerima dan penyampai (penghela) mata pelajaran lainnya. Bahasa Indonesia merupakan sarana untuk mengungkapkan segala sesuatu yang ada dalam diri seseorang, baik berbentuk perasaan, pikiran, gagasan, dan keinginan yang dimilikinya (sebagai alat ekspresi diri) serta untuk menyatakan dan memperkenalkan keberadaan diri seseorang kepada orang lain dalam berbagai tempat dan situasi. Pembelajaran bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 menerapkan pendekatan berbasis teks. Pendekatan ini bertujuan agar siswa mampu memproduksi dan menggunakan teks sesuai dengan tujuan dan fungsi sosialnya. Dalam pembelajaran bahasa berbasis teks, teks dipandang sebagai satuan bahasa yang bermakna secara kontekstual. Prinsip pembelajaran bahasa berbasis teks terdiri dari: (1) bahasa dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata-kata atau kaidah-kaidah kebahasaan, (2) penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan untuk mengungkapkan makna, (3) bahasa bersifat fungsional, yaitu penggunaan bahasa yang yang tidak pernah dapat dilepaskan dari konteks karena dalam bentuk bahasa yang digunakan itu tercermin ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunanya dan (4) bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir manusia. Pembelajaran bahasa Indonesia yang berbasis teks terdiri dari langkah- langkah sebagai berikut: a. Membangun konteks Tahap ini dimulai dengan memperkenalkan konteks sosial dari teks yang dipelajari melalui presentasi konteks (gambar, benda nyata, field-trip, kunjungan, atau wawancara), mengeksplorasi ciri-ciri dari konteks budaya umum dari teks yang dipelajari, mempelajari tujuan dari teks tersebut (diskusi, survey), dan mengamati konteks dan situasi yang digunakan dengan membandingkan penggunaan teks antara dua kebudayaan berbeda, antara teman dekat, teman kerja, atau orang asing. b. Pemodelan Pada tahap ini, siswa mengamati pola dan ciri-ciri dari teks yang diajarkan. Siswa dilatih untuk memahami struktur dan ciri-ciri kebahasaan teks. c. Menyusun teks secara bersama Pada tahap ini, siswa mulai memahami keseluruhan teks. Guru secara perlahan mulai mengarahkan siswa agar mandiri sehingga siswa menguasai model teks yang diajarkan.Kegiatan yang dapat dilakukan di dalam kelas antara lain mendiskusikan jenis teks, melengkapi teks rumpang, membuat kerangka teks, melakukan penilaian sendiri atau penilaian antar teman sebaya, dan bermain teka-teki. d. Menyusun teks secara mandiri Pada tahap ini, siswa mulai mandiri dalam mengerjakan teks dan peran guru hanya mengamati siswa untuk penilaian. Kegiatan yang dapat dilakukan dalam tahapan ini antara lain (1) untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan, siswa merespon teks lisan, menggaris bawahi teks, menjawab pertanyaan, dan lain-lain, (2) untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan dan berbicara, siswa bermain peran, melakukan dialog berpasangan atau berkelompok, (3) untuk meningkatkan kemampuan berbicara, siswa melakukan presentasi di depan kelas, (4) untuk meningkatkan kemampuan membaca, siswa merespon teks tertulis, menggarisbawahi teks, menjawab pertanyaan, dan lain-lain, (5) untuk meningkatkan kemampuan menulis, siswa membuat draft dan menulis teks secara keseluruhan. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sering disebut juga Sains yang dalam bahasa Inggris disebut Science merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis tersusun secara teratur, berlaku secara umum, berupa kumpulan hasil observasi dan eksperimen. Tidak hanya sebagai kumpulan benda atau makhluk hidup, tetapi tentang cara kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang mempelajari tentang kehidupan manusia dalam berbagai dimensi ruang dan waktu serta berbagai aktivitas kehidupannya. Mata pelajaran IPS bertujuan untuk menghasilkan warganegara yang religius, jujur, demokratis, kreatif, kritis, senang membaca, memiliki kemampuan belajar, rasa ingin tahu, peduli dengan lingkungan sosial dan fisik, berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan sosial dan budaya, serta berkomunikasi secara produktif. PPKn merupakan mata yang menjadi wahana edukatif dalam mengembangkan siswa menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, semangat Bhinneka Tunggal Ika dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia. Seni Budaya dan Prakarya (SBdP) merupakan aktivitas belajar yang menampilkan karya seni estetis, artistik, dan kreatif yang berakar pada norma, nilai, perilaku, dan produk seni budaya bangsa. Mata pelajaran ini bertujuan mengembangkan kemampuan siswa untuk memahami seni dalam konteks ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni serta berperan dalam perkembangan sejarah peradaban dan kebudayaan, baik dalam tingkat lokal, nasional, regional, maupun global. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. PJOK memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Pendekatan pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru untuk diterapkan di kelas antara lain pendekatan saintifik, konstruktivisme, berbasis proyek, berbasis masalah, berbasis penemuan, kontekstual, kooperatif, dan kuantum. Pendekatan secara operasional diturunkan menjadi model-model pembelajaran yang memiliki langkah spesifik (sintaks) yang telah dikaji oleh penemunya. Pendekatan kontekstual menurunkan model pembelajaran REACT, pendekatan kooperatif menurunkan pendekatan Jigsaw, TGT, STAD, TAI, TI, NHT, dll., pendekatan kuantum menurunkan model TANDUR dan AMBAK. Implementasi kekhasan bidang studi dalam pembelajaran di SD :