Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Luka bakar merupakan cedera yang terjadi akibat pajanan terhadap panas,
bahan kimia, radiasi, atau listrik. Pemindahan energy dari sumber panas ke tubuh
manusia menyebabkan urutan kejadian fisiologis sehingga pada kasus yang paling
berat menyebabkan destruksi jaringan irevesibel. Rentang keparahan luka bakar
mulai dari kehilangan minor segmen kecil lapisan terluar kulit sampai cedera
kompleks yang melibatkan semua system tubuh.
Cedera luka bakar terutama pada luka bakar yang dalam dan luas masih
merupakan penyebab utama kematian. Oleh sebab itu penderita luka bakar
memerlukan perawatan secara khusus, karena ada kondisi luka yang terbuka
memungkinkan untuk terjadiya infeksi. Berdasarkan kondisi trsebut, dimana
dalam hal ini peran perawat sangat penting dalam memberikan asuhan
keperawatn yang komperehensif. Selain itu, diperlukan kerja sama dengan tim
medis lainnya seperti dokter, fisioterapi, ahli gizi, dan bahkan psikiater.

1.2 Tujuan Umum

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan luka bakar ?

1.2.2 Apa saja etiologi dari luka bakar ?

1.2.3 Apa saja klasifikasi dari luka bakar ?

1.2.4 Apa saja penatalaksanaan luka bakar ?

1.2.5 Bagaimana asuhan keperawatan luka bakar ?

1.3 Tujuan Khusus

1.3.1 Untuk mengetahui, memahami apa itu yang dimaksud dari luka bakar.

1.3.2 Untuk mengetahui, memahami ada beberapa luka bakar


1.3.3 Untuk mengetahui, memahami tentang klasifikasi luka bakar.

1.3.4 Untuk mengetahui, memahami tentang pengaplikasian luka bakar.

1.3.5 Untuk mengetahui, memahami asuhan keperawatan pada luka bakar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Luka Bakar

Luka bakar merupakan cedera yang terjadi akibat pajanan terhadap panas,
bahan kimia, radiasi, atau listrik. Pemindahan energy dari sumber panas ke tubuh
manusia menyebabkan urutan kejadian fisiologis sehingga pada kasus yang
paling berat menyebabkan destruksi jaringan irevesibel. Rentang keparahan luka
bakar mulai dari kehilangan minor segmen kecil lapisan terluar kulit sampai
cedera kompleks yang melibatkan semua system tubuh. Terapi bervariasi dari
aplikasi sederhana agens antiseptic topical di klinik rawat jalan hingga
pendekatan tim antardisplin, multisystem, dan invasive di lingkungan aseptic
pusat penanganan luka bakar.

2.2 Etiologi

1. Luka Bakar Ternal


Agen pancandra dapat berupa air, api, atuokontak dengan objek panas, luka
bakar api berhungan dengan asap/cedera inhalasi (cedera terbakar, kontak dan
kobaran api).
2. Luka Bakar Listrik
Cedera listrik yang disebabkan oleh aliran lisrik dirumah merupakan insiden
tertinggi pada anak-anak yang masih kecil, yang sering memasukkan benda
konduktif kedalam colokan listrik dengan menggigit atau menghisap kabel
yang tersambung.
3. Luka Bakar Kimia
Terjadi dari life/kandungan agen pencedera, serta konsentrasi dan suhu agen.
4. Luka Bakar Radiasi
Luka bakar bila terpapar pada bahan radioaktif dosis tinggi.

2.3 Paofisiologi Luka Bakar

Kulit adalah organ terbesar dari tubuh. Meskipun tidak aktif secara metabolic,
tetapi kulit melayani beberapa fungsi penting bagi kelangsungan hidup dimana
dapat terganggu akibat suatu cedera luka bakar. Suatu cedera luka bakar akan
menganggu fungsi kulit, seperti berikut ini :

1. Gangguan proteksi terhadap invasi kuman.


2. Gangguan sensasi yang memberikn informasi tentang kondisi lingkungan.
3. Gangguan sebagai fungsi termogulasi dan keseimbangan air
Jenis umum sebagai besar luka besar adalah luka bakar akibat panas. Jaringan
lunak akan mengalami cedera bila terkena suhu di atas 115ºF (46ºC). Luasnya
kerusakan bergantung pada suhu permukaan dan lama kontak. Sebagai contoh,
pada kasus luka bakar tersiram air panas pada orang dewasa, kontak selama 1
detik dengan air yang panas dari shower dengan suhu 68,9ºC dapat menimbulkan
luka bakar yang merusak epidermis dan dermis sehingga terjadi cedera derajt-
tiga (full-thickness injury). Sebagai manifestasi dari cedera luka bakar panas,
kulit akan melakukan pelepasan zat vasoaktif yang menyebabkan pembentukan
oksigen reaktif yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler. Hal ini
menyebabkan kehilangan cairan serta viskositas plasma meningkat dengan
menghasilkan suatu formasi mikrotrombus.
Cedera luka bakar dapat menyebabkan keadaan hipermetabolik
dimanifestasikan dengan adanya demam, peningkatan laju metabolisme,
peningkatan vntilasi, peningkatan curah jantung, peningkatan glikoneogenesis,
serta meningkatkan katabolisme otot veseral dan rangka. Pasien membutuhkan
dukungan komprehensif, yang berlanjut sampai penutupan luka selesai.

2.4 Klasifikasi Luka Bakar

2.4.1 Kedalaman Luka Bakar


Respon lokal tehadap luka bakar tergantung pada dalamnya kerusakan
kulit. Adapun klasifikasinya sebagai berikut :

1. Luka bakar derajat suhu

Epidermis mengalami kerusakan atau cedera dan sebagian dermis turut cedera.
Luka tersebut bisa terasa nyeri, tampak merah dan kering seperti luka bakar
matahari atau mengalami lepuh/bullae.

2. Luka bakar derajat dua

Meliputi destruksi epidermis serta lapisan atas dermis dan cedera pada bagian
dermis yang lebih dalam. Luka bakar tersebut terasa nyeri, tampak merah dan
mengalami eksudai cairan. Pemutihan jaringan yang terbakar diikuti oleh
pengisihan kembali kapiler; folikel rambut masih utuh.

3. Luka bakar derajat tiga

Meliputi destruksi total epidermis serta dermis dan pada sebagian kasus,
jaringan yang berada di bawahnya. Warna luka bakar sangat bervariasi mulai
dari warna putih hingga merah, cokelat atau hitam. Daerah yang terbakar tidak
terasa nyeri karena serabu-serabut sarafnya hancur. Luka bakar tersebut
tampak seperti bahan kulit. Folikel rambut dan kelenjar keringat turut hancur.

Karakteristik luka bakar :

1. Luka bakar superfisial


- Kedalaman : terbatas di epidermis, terdapat eritema, tetapi tidak segera
timbul lepuh.
- Sensasi : nyeri.
- Waktu penyembuhan : penyembuhan terjadi secara spontan dalam 3-4
hari.
- Bekas luka : tidak menimbulkan jaringan parut. Biasanya tidak timbul
komplikasi.
2. Luka bakar partial-thickness
- Kedalaman : meluas ke epidermis dan kedalam lapisan dermis, lapisan
dermis, serta menimbulkan bula dalam beberapa menit.
- Sensasi : sangat nyeri
- Waktu penyembuhan : 7-20 hari
- Bekas luka : luka bakar ini biasanya sembuh tanpa meninggalkan jaringan
perut. Komplikasi jarang terjadi, walaupun mungkin timbul infeksi
sekunder pada luka.
3. Luka bakar partial-thickness dalam
- Kedalaman : meluas ke seluruh drmis. Namun, daera disekitarnya
biasanya mengalami luka bakar derajat kedua superfisial yang nyeri.
- Sensasi : nyeri dengan tekanan persial
- Waktu penyembuhan : penyembuhan beberapa minhhu. Memerlikan
tindakan debridement untuk mebuang jaringan yang mati. Biasanya
diperlukan tandur kulit.
- Bekas luka : folikel rambut mungkin utuh dan akan tumbuh kembali. Pada
luka bakar ini selalu terjadi pembentukan jaringan perut.
4. Luka bakar full-thickness
- Kedalaman : maluas ke epidermis, dermis, dan jaringan subkutis. Kapiler
untuk vena mungkin hangus dan aliran darah ke daerah tersebut
berkurang,
- Waktu penyembuhan : luka bakar jenis ini mungkin memerlukan waktu
berbulan-bulan untuk sembuh dan diperlukan pemberian secara bedah dan
penanduran.
- Bekas luka : luka bakar derajat ketiga membentuk jaringan parut dan
jaringan tampak seperti kulit keras. Resiko tingggi untuk terjadi kontraktur

2.4.2 Keparahan Luka Bakar

a). Luka bakar minor

Cedera ketebalan persial dengan LPTT lebih kecil dari 15% pada orang
dewasa atau LPTT 10% pada anak-anak cedera ketebalan penuh LPTT kuran
2% yang tidak disertai komplikasi.

b). Luka bakar sedang tak terkomplikasi


Ketebalan persial dengan LPTT dari 15% sampai 25% pada orang dewasa
atau LPTT dari 10 % sampai 20% pada ana-anak atau cedera ketebalan penuh
dengan LPTT kurang dari 10 % tanpa disertai komplikasi.

c). Cedera luka bakar mayor

Cedera ketebalan persial dengan LPTT lebih dari 25% pada orang dewasa
atau lebih dari 20 % pada anak-anak. Cedera ketebalann penuh dengan LPTT
10% atau lebih besar.

2.4..3 Luas luka bakar

Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan
nama rule of fine atau rule of wallace yaitu:

a. Kepala dan leher : 9%

b. Lengan masing-masing 9 % : 18%

c. Badan depan 18 %, badan belakang 18 % : 36%

d. Tungkai masing-masing 18% : 36%

e. Genetalia/perineum : 1%

Total : 100%

2.4.4 Berat Ringan Luka Bakar

Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor


antara lain :

a. Presentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh


b. Kedalaman luka bakar

c. Anatomi lokasi luka bakar

d. Umur klien

e. Riwayat pengobatan yang lalu

f. Trauma yang menyertai atau bersamaan

American college of surgeon membagi dalam:

1) Parah – critical:

a) Tingkat II :30%

b) Tingkat III : 10% atau lebih

c) Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.

d) Dengan adanya komplikasi pernafasan, jantung, fractura, soft tissue yang


luas.

2) Sedang – moderate:

a) Tingkat II : 15 – 30%

b) Tingkat III : 1 – 10%

3) Ringan – minor

a) Tingkat II : kurang 15%

b) Tingkat III : kurang 1%

2.5 Manifestasi Klinis Dan Temuan Diagnostik Luka Bakar

a. Cedera Inhalasi
Cedera inhalasi biasanya timbul dalam 24 jam sampai 48 jam pasca luka
bakar. Jika luka bakar disebabkan oleh nyala api atau korban terbakar pada
tempat yang terkurung atau kedua-keduanya, maka diperhatikan tanda-tanda
sebagai berikut :
1. Keracunan karbon monoksida
Karakteristik tanda fisik tidak ada warna kulit merah bertanda cheery hamper
tidak pernah terlihat pada pasien luka bakar. Manifestasi susunan syaraf pusat
dari sakit kepala sampai koma hingga kematian.
2. Distress pernafasan
Penurunan oksigenasi arterial akibat rendahnya perfusi jaringan dan syok.
Penyebab distress adalah edema laring atau spasme dan akumulasi lender.
Adapun tanda-tanda distress pernafasan yaitu sera, ngiler dan ketikmampuan
mengalami sekresi.
3. Cedera pulmonal
Inhalasi produk-produk terbakar tidak sempurna mengakibatkan pneumonitis
kimiawi. Pohon pulmonal menjadi teriritasi dan edematosa pada 24 jam
pertama. Edema pulmonal terjadi sampai 7 hari setelah cedera. Pasien
irasional atau tidak sadar tergantung tingkat hipoksia. Tanda-tanda cedera
pulmonal adaklah pernafasan cepat dan sulit, krakles, stidor dan batuk pendek.
b. Manifestasi hematologi
Hematokrit meningkat sekunder kebocoran kapiler dan kehilangan volume
plasma di sirkulasi. Meenurunnya sel darah putih dan tromnosit serta
meningkatnya leukosit.
c. Elektrolit
Menurunnya kalium dan meningkatnya natrium, klorida serta BUN
d. Ginjal
Terjadi peningkatan haluaran urin dan mioglobinuria
Respon renalis ; GFR menurun, urine menurun, GGA. Volume intravascular
menurun, cairan plasma ke ginjal menurun. Pada ginjal meningkat haluaran
urine dan terjadi mioglobinuria
Respon kardiovaskular
1. Perpindahan cairan IV dan EV karena kebocoran kapiler dan edema
2. Volume darah menurun, COP menurun, TD menurun
3. System saraf simpatis melepskan kakolamin, resisten perifer vasokonstriksi,
nadi meningkat
e. Sepsis
Sespsis sejak terjadi pada klien luka bakar luas dengan ketebalan penuh, hal
itu disebabkan oleh bakteri yang menyerang luka masuk ke dalam airan darah,
gejalanya :
1. Suhu tubuh bervariasi
2. Nadi (140-170 ×/menit), sinus takikardi
3. Penurunan TD
4. Paralitik ileus
5. Pendarahan jelas dan luka
f. Burn Shock : syok hipovolemik
g. Metabolik
Terjadi hipermetabolik serta kehilangan berat badan.
Aktivasi GI menurun karena efek hipovolemik endokrin
Terjadi peningkatan energi dan kenaikan kebutuhn nutrisi, hipermetabolisme,
meningkat aliran glukosa dan pengeluaran banyak protein dan lemak adalah
ciri-ciri respon terhadap trauma dan infeksi.

2.6 Pemeriksaan Penunjang

a. Hitung darah lengkap


- Hemtatokrit meningkat karena hamokonsentrasi
- Penurunan hematokrit karena kerusakan endothelium
b. Peningkatan sel darah putih, Karen kehilangan sel pada sisi luka dan respon
peradangan
c. Analisa gas darah
Penurunan PO2 / peninglkatan PCO2 pada retensi CO asidosis dapat terjadi
penurunan fungsi ginjal dan kehilangan mekanisme kompensasi
d. Karboksihemoglobin
e. > 75%, indikasi keracunan CO (karbonmonoksida)
f. Elektrolit serum
Peningktan kalium di awali karena cedera jaringan kerusakan eritrosit dan
penurunan fungsi ginjal
g. Peningkatan BUN
h. Peningkatan Natrium
i. Peningkatan Klorida
j. Mioglobinuria

2.7 Penatalaksanaan Luka Bakar


Tujuan / prinsip perawatan luka bakar di rumah sakit

1. Mengurangi nyeri
2. Mencegah infeksimencegah komplikasi
3. Pemenuhan kebutuhan nutrisi adekuat
4. Mencegah sepsis / mengurangi kecacatan
5. Meningkatkan kemandirian klien

2.7.1 Penatalaksanaan luka bakar dibagi menjadi 3 fase :


1. Fase Resusitasi
a. Memerlukan penanganan yang cepat dan tepat sesuai kondisi
b. Pemberian terapi cairan yang sesuai dengan kebutuhan dan pemantauan
ketat penatalaksanaan fase resusitasi

Perawatan di tempat kejadian

Prioritas pertama adalah menghentikan proses kebakaran dan


mencegah mencedera diri sendiri. Sebgai berikut prosedur emergensi
tambahan :

- Mematikan api
- Mendinginkan luka bakar
- Melepaskan benda penghalang
- Menutup luka bakar
- Mengirigasi luka bakar

Perawatan di unit gawat darurat

Prioritas pertama di UGD tetap ABC. Untuk cedera paru ringan, udara
pernafasan dilembabkan dan pasien didorong batuk sehingga secret bias
dikeluarkan dengan penghisapan. Untuk situasi parah pengeluaran secret
dengan penghisapan bronkus dan pemberian preparat bronkodilator serta
mukolitik. Jika edema jalan nafas, intubasi endotrakeal mungkin indikasi.
Continouos positive airway pressure dan ventilasi mekanis mungkin perlu
untuk oksigenasi adekuat.

Kanula intra vena pada perifer atau dimulai aliran sentral. Untuk LPTT
di atas 20%-30% harus dipasang kateter pengukuran haluaran urine. NGT
untuk resiko ileus paralitik dengan LPTT lebih 25%. Untuk cedera inhalasi
atau keracunan monoksida diberikan oksigen 100% dilembabkan.

Tanggung jawab keperawatan termasuk pemantauan terhadap cedera


inhalasi, pemantauan resusitasi cairan, pengkakajian luka bakar, pemantauan
tanda-tanda vitasl, pengumpulan riwayat kesehatan yanag akurat dan tindakan
kedaruratan.

Perawatan Di Unit Perawatan Kritis

Resusitasi cairan adalah intervensi primer pada fase ini. Tujuan dari
fase perawatan ini adalah untuk :

a. Memperbaiki deficit cairan, elektrolit dan protein


b. Memggantikan haluaran urine pada dewasa 30 sampai 70 ml/jam
c. Formula untuk penggantian cairan secara umum dilakukan penggabtian
kehilangan kristaloid (RL : mendekati komposisi cairan ekstravaskuler,
molekulnya besar dapat mengembangkan volume plasma yang
bersirkulasi) dan koloid. Setelah 24 jam pertama penggantian kehilangan
air evaporative dengan dekstrosa / air (5DW) 5% untuk pertahankan
natrium 140 mEq / L
2. Fase Akut
a. Mulai ada diuresis
b. Terjadinya perpindahan cairan dari intestisial dan diteruskan melalui
daerah luka bakar
c. Biasanya dilakukan skin graft untuk luas dan dalam
3. Fase Rehabilitasi
Pada fase ini peranan fisioterapist sangat besar.

2.7.2 Perawatan Pada Luka Bakar


Penatalaksanaan penyembuhan luka bakar memerlukan :
1. Hidroterapi setiap hari dan teknik dengan debridmen.
2. Mempertahankan nutrisi yang adekuat.
3. Mencegah hipotermia.
4. Mengendalikan nyeri.
5. Mempertahankan mobilitas sendi.
6. Patuh terhadap prosedur-prosedur pengendalian infeksi.
7. Pengkajian dan pemantauan yang tajam terhadap luka. Semua daerah yang
terbakar harus dibersihkan sekali atau 2× dengan deterjen cair anti microbial
seperti klorheksidin dan debridemen awal dimulai. Setelah dilakukan
hidroterapi harian luka bakar dengan agen anti microbial topikal.

2.7.3 Pertolongan Pertama Luka Bakar

Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya
dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan
pasokan oksigen pada api yang menyala

a. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek torniket,
karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi oedem

b. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau
meyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas
menit. Proses koagulasi protein sel dijaringan yang terpajan suhu tinggi
berlangsung terus setelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas.
Proses ini dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan
mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama sehingga kerusakan lebih
diangkat dan diperkecil.

c. Akan tetapi cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih luas
karena bahaya terjadinya hipotermi. Es tidak seharusnya diberikan langsung
pada luka bakar apapun.

d. Evaluasi awal

e. Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka
akibat trauma yang lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing Circulation)
yang diikuti dengan pendekatan khusus pada komponen spesifik luka bakar
pada survey sekuder
Saat menilai ‘airway’ perhatikan apakah terdapat luka bakar inhalasi.
Biasannya ditemukan sputum karbonat, rambut atau bulu hidung yang gosong.
Luka bakar pada wajah, oedem oropharyngeal, perubahan suara, prubahan status
mental. Bila benar terdapat luka bakar inhalasi lakukan intubasi endotracheal,
kemudian beri oksigen melalui mask face atau endotracheal tube. Luka bakar
biasannya berhubungan dengan luka lain, biasanya dari luka tumpul akibat
kecelakaan tumpul akibat kecelakaan sepeda motor. Evaluasi pada luka bakar
harus dikoordinasi dengan evaluasi pada luka-luka yang lain. Meskipun
perdarahan dan trauma intrakavitas merupakan prioritas utama dibandingkan luka
bakar, perlu dipikirkan untuk meningkatkan jumlah cairan pengganti.

Anamnesis secara singkat dan cepat harus dilakukan pertama kali untuk
menentukan mekanisme daan waktu terjadinya trauma. Untuk membantu
mengevaluasi derajat luka bakar karena trauma akibat air mendidih biasanya
hanya mengenal sebagian lapisan kulit (partial thickness), sementara luka karena
api bisa mengenai seluruh lapisan kulit (full thickness).

2.8 Kebutuhan Cairan Dan Nutrisi Pada Luka Bakar

2.8.1 Kebutuhan Cairan

Berikut pedoman dan rumus untuk pengganti cairan luka bakar :

a. Rumus Konsensus
Larutan Ringer Laktat (atau saline lainnya) : 2-4 ml ×kg BB × % luas luka
bakar. Separuh diberikan dalam 8 jam pertama ; sisanya diberikan dalam 16
jam berikutnya.
b. Rumus Evans
 Koloid : 1 ml × kg BB × % luas luka bakar
 Elektrolit (salin) : 1 ml × kg BB × % luas luka bakar
 Glukosa (5% dalam air) : 2000 ml untuk kehilangan insensible
Hari 1 (resusitasi) : separuh diberikan dalam 8 jam pertama ; separuh
sisanya dalam 16 jam berikutnya
Hari 2 (maintenance) : separuh dari cairan elektrolit dan koloid yang
diberikan pada hari sebelumnya ; seluruh pengganti cairan insensible
Maksimum 10.000 ml selama 24 jam. Luka bakar derajat dua dan tiga
yang melebihi 50% luas permukaan tubuh dihitung berdesarkan 50%
luas permukaan tubuh.
c. Rumus Brooke Army
 Koloid : 0,5 ml × kg BB × % luka bakar
 Elektrolit (larutan ringer laktat) : 1,5 ml ×kg BB × % luas luka bakar
 Glukosa 5% dalam air : 2000 ml untuk kehilangan insensible
Hari 1 (resusitasi) : separuh diberikan dalam 8 jam pertama; separuh
sisanya dalam 16 jam berikutnya.
Hari 2 (maintenance) : separuh dari cairan koloid yang diberikan pada
hari sebelumnya; seluruh pengganti cairan insensible.
Luka bakar derajad dua dan tiga yang melebihi 50% luas permukaan
tubuh dihitung berdasarkan 50% luas permukaan tubuh.
d. Rumus Parkland/Baxter
Larutan RL : 4 ml × kg BB × % luas luka bakar
Hari 1 (resusitasi) : separuh diberikan dalam 8 jam pertama; separuh 16 jam
berikutnya.
Hari 2 (maintenance) : bervariasi. Ditambah koloid
e. Larutan salin hipertonik
Larutan pekat natrium hipertonik klorida (NaCl) dan laktat dengan konsentrasi
250-300 mEq natrium per liter yang diberikan pada kecepatan yang cukup
untuk mempertahankan volume keluaran urin yang diinginkan. Jangan
meningkatkan kecepatan infus selama 8 jam pertama pasca luka bakar. Kadar
natrium serum harus dipantau dengan ketat, tujuan : meningkatkan kadar
natium serum dan osmolalitas mengurangi edema dan mencegah komplikasi
paru.
1. Formula Baxter
a. 24 jam I (% × BB × 4 CC RL)
½ untuk 8 jam I, ½untuk 16 jam berikutnya
b. 24 jam II (hanya cairan tanpa elektrolit)
Urine output 50 cc, 100 cc/jam, 1 cc – 1,5 cc. kg BB/jam
2. Formula Brone
a. 24 jam I (% × BB × 1,5 cc RL) + 2000 cc glukosa 5%
(% × BB × ½ cc plasma)
b. ½ untuk jam I, ½ untuk 16 jam berikutnya
Urine output 30 cc/jam atau 50 cc/jam
2.8.2 Kebutuhan Nutrisi

Penilain nutrisi yang dugunakan dalam menilai status nutrisi penderita luka bakr
meliputi antropometri. Pada saat penderita masuk ke rumah sakit, sangat penting
untuk menilai status gizi penderita. Bila terjadi kesalahan penilaian dan pemberian
nutrisi maka dapat terjadi refeeding syndrome. Skrining resiko nutrisi saat awal
masuk beberapa pertanyaan dilanjutkan dengan skrining lanjutan seperti tampak pada
lampiran.

Resiko nutrisi berkaitan tidak hanya dengan status nutrisi sebelumnya, namun juga
dengan factor-faktor yang berkaitan dengan kemampuan pasien untuk menerima dan
menggunakan zat gizi selama perawatan beratnya luka bakar, usia, dan komplikasi
seperti luka inhalasi dan disfungsi organ.

1. Kebutuhan karbohidrat
Komposisi karbohidrat adalah 50-60% dari otal kalori. Pemberian glukosa
secara parenteral tidak melibihi 5-7 mg/kg/menit. Bila glukosa diberikan
berlebihan dpata menyebakan ontoleransi glukosa, peningktan produksi
karbondioksida, peningkatan sintesis lemak, dan terjadinya infiltrasi lemak di
hepar.
2. Kebutuhan protein
Jumlah protein yang diperlukandipengaruhi oleh bebrapa hal, antara lain
derajat kerusakan jaringan yang ekskresi nitrogen memulai urin dan eksudat
luka, kemampuan hati untuk mensitesis protein, dan kecukupan terapi nutrisi.
Pada penderita luka bakar, kebutuhan akan protein meningkatkan akibat
proteilisis dan untuk perbaikan jaringan. Pemberian protein yang
direkomendasikan adalah 23-25% dari total kalori dengan perbandingan kalori
berbanding nitrogen sebesar 80:1 atau 2,5-4 g protein/kg. pendapat lain
membagi kebutuhan protein menurut usia yaitu 2-3 g/kg/hari untuk usia 0-2
tahun, 1,5-2 g/kg/hari untuk usia 2-13 tahun, dan 1,5 g/kg/hari untuk usia 13-
18 tahun.
3. Kebutuhan lemak
Kebutuhan lemak adalah 15-25 g/kg/hari dengan komposisi 20% atau kurang
dari total kalori.
4. Kebutuhan mikronutrein
Pemberian tembaga, selenium, dan seng telah terbukti aman dan berguna pada
luka bakar dalam menurunkan resiko infeksi, penyebuhan luka yang lebih
cepat, dan lama perawatan di ruang intensif yang lebih pendek. Pemberian
mikronutrein yang direomendasikan seperti berikut :
- Vitamin A (total) beta-carotene : 10.000 IU/hari
- Vitamin C : minimal 30 mg/hari
66 mg/kg/jam selama resusitasi
5-10 ×RDA setelahnya
- Vitamin B, asam folat : 2-3 × RDA
- Vitamin E : minimal 100 mg/hari
- Mineral : tembaga 2,5-3,1 mg/hari,
selenium 315-380 mg/hari, dan
seng 26,2-31,4 mg/hari
5. Imunonutrisi
Imunonutrisi saat ini telah diberikan untuk luka bakar, seperti glutamin dan
argainin. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian glutamin dapat
menurunkan kerusakan oksidatif, mengurangi proteolysis dan mempercepat
penyembuhan luka, dengan dosis 0,35-0,57 g/kg/hari selama 7-14 hari.
Arginine merupakan precursor poliamin untuk sintesis insulin, glucagon, dan
hormon pertumbuhan. Suplementasi L-arginin melalui enteral (200-400
g/kg/hari) pada penderita luka bakar terbukti mengurangi kadar nitrit oksida,
meningkatkan aliran darah ke jaringan, meningkatkan metabolisme dan
transport oksigen.

2.9 Posisi Pada Luka Bakar

No Lokasi Luka Bakar Kecenderungan Kontraktur Posisi/splint


1. Leher bagian depan Fleksi leher Jangan gunakan bantal,
matras setengah, pakai
neck collar
2. Aksili Aduksi Abduksi 120º dan
eksorotasi ringan
3. Siku bagian anterior Fleksi Bebat ekstensi siku pada
5-10º
4. Pergelangan tangan Ekstensi pergelangan tangan Posisi pergelangan
dorsal tangan netral
5. Pergelangan tangan volar Fleksi pergelangan tangan Check up splint untu
pergelangan
6. Dorsum manus Claw hand Bebat tangan dengan
posisi sendi 70-90º
7. Volar manus Kontraktur telapak tangan, tangan Bebat ekstensi telapak
berbentuk mangkuk tangan, sendi
hiperektensi ringan
8. Lutut Fleksi lutut Ekstensi, cegah eksternal
rotasi
9. Kaki Foot drop Posisi pergelangan kaki
90º

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

3.1 Pengkajian

1. Identitas Pasien

Resiko luka bakar setiap umur lebih dari 2 tahun dan diatas 60 tahun memiliki
angka kematian lebih tinggi, pada umur 2 tahun lebih rentan terhadap infeksi.

Riwayat kesehatan sekarang :


1. Sumber kecelakaan
2. Sumber panas atau penyebaba berbahaya
3. Gambaran yang mendalam bagaiman saat luka bakar terjadi
4. Faktor yang mungkin berkaitan dengan alkohol, obat-obatan
5. Keadaan fisik terkait luka bakar
6. Peristiwa yang terjadi saat luka masuk Rumah sakit
7. Beberapa akibat lain yang memeperbaat luka bakar

Riwayat kesehatan dahulu

Penting untuk menentukan apakah pasien , mempunyai penyakit yang


merubah kemampuan untuk memenuhi keseimbangan cairan dan daya pertahanan
terhadap infeksi (seperti DM gagal jantung, sirosis hepatis, ganguan pernafasan).

3.2 Pemeriksaan fisik dan psikososial

1. Aktifitas/istirahat

Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang
sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.

2. Sirkulasi

Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok): penurunan
nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan
kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri)
disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).

3. Integritas ego

Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan Tanda: ansietas,


menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.

4. Eliminasi
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otat dalam; diuresis
(setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan
bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20%
sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.

5. Makanan/cairan

Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.

6. Neurosensori

Gejala: area batas; kesemutar

Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD)
pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan
retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik
(syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).

7. Nyeri/kenyamanan

Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif
untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan
sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat
kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.

8. Pernafasan

Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi)

Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan
sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin
terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor / mengii
(obstruksi naik dengan laringospasme, edema laringeal); bunyi nafas: gemericik
(edema paru); stridor (edema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).

9. Keamanan
Tanda: Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari
disetujui dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Daerah kulit tidak
terbakar mungkin dingin / lembab, pucat, dengan pengisian kapiler meningkat pada
saat penurunan curah hujan pulih dengan kehilangan cairan / status syok.

Cedera api: Diperoleh area yang mengandung campuran dalam sehubunagn dengan
variasi panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung
dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior; edema lingkar mulut dan atau
lingkar nasal.

Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin coklat
kekuningan dengan tekstur kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn
parut tebal. Lebih dari 72 jam setelah

Cedera listrik: rusak kutaneus eksternal Biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis.
Penarikan luka beragam, dapat memuat luka masuk / eksplosif, luka. luka bakar dari
gerakan aliran pada tubuh proksimal tertutup dan luka bakar termal dengan pakaian
terbakar Adanya fraktur / dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot
tetanik dengan syok listrik)

3.3 Pemeriksaan Diagnostik

1. LED: mengkaji hemokonsentrasi.

2. Elektrolit serum pemantauan ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini


penting untuk dibaca kali ini. Perlu ditingkatkan dalam 24 jam karena
peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.

3. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal,
khususnya pada cedera inhalasi asap.

4. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.


5. Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan
kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.

6. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.

7. Koagulasi memberikan faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada


luka bakar pasif

8. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap

3.4 Diagnosis Keperawatan

1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan keracunan karbon


monoksida, inhalasi asap dan obstruksi saluran nafas atas.

2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak


adekuat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan
sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi.
3) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan melalui rute abnormal; status hypermetabolik.
4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera panas.
5) Resiko perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan luka bakar
sirkumferensial.
3.5 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Rencana Kperawatan


Tujuan dan Intervensi Rasionalisasi
kriteria hasil
Gangguan Dalam waktu - Kaji faktor - Pemeriksaan untuk
pertukaran 1×24 jam penyebab mengkaji pertukaran
gas gangguan gangguan gas yang adekuat dan
berhubungan pertukaran gas pertukaran gas bersihan saluran nafas
- Monitor tanda-
dengan teratasi merupakan aktivitas
Kriteria hasil : tanda vital sign
keracunan keperawatan yang
- Beri oksigen 4
Pasien tidak
karbon esensial. Frekuensi,
l/menit dengan
sesak
monoksida, kualitas, dan
metode kanul atau
RR dalam
inhalasi asap dalamnya respirasi
sungkup non-
rentang normal
dan obstruksi harus dicatat
rebreathing
(12-20 ×/menit) - Perubahan TTV akan
saluran nafas - Istirahatkan pasien
memberikan dampak
atas dengan posisi semi
pada resiko asidosis
fowler
- Ukur intake output yang bertamba berat
- Kolaborasi berikan
dan berindikasi pada
bikarbonat
intervensi selanjutnya
- Pantau data
- Terapi pemeliharaan
laboratorium
untuk kebutuhan
analisa gas darah
asupan oksigenasi
- Akan meningkatkan
ekspansi paru normal
- Penurunan curah
jantung,
mengakibatkan
gangguan perfusi
ginjal
- Untuk menghilangkan
sumber klorida
- Untuk meningkatkan
pH sistemik sampai
ke batas aman

Diagnosa Rencana Kperawatan


Tujuan dan Intervensi Rasionalisasi
kriteria hasil
Resiko tinggi Dalam wakru - Kaji nyeri dengan - Untuk mengetahui
infeksi 1×24 jam pasien pendekatan sejauh mana
berhubungan bebas dari PQRST intervensi yang
- Jelaskan dan bantu
dengan infeksi. diperlukan dan
pasien dengan
Pertahanan Kriteria hasil sebagai evaluasi
tindakan pereda
primer tidak Tidak ada keberhasilan
nyeri
adekuat; demam, intervensi manajemen
nonfarmaakologi
kerusakan pembentukan nyeri
dan noninvasive - Pendekatan dengan
perlinduingan jaringan
- Manajemen
menggunakan
kulit; granulasi baik.
keperawatan nyeri :
relaksasi dan
jaringan
atur posisi
nonfarmakologi
traumatik.
fisiologis,
lainnya telah
Pertahanan
istirahatkan klien,
menunjukkan
sekunder
ajarkan teknik
keefektifan dalam
tidak
relaksasi
mengurangi nyeri
adekuat;
pernapasan dalam, - Membantuk untuk
penurunan
ajarkan teknik menurunkan respon
Hb,
distraksi peradangan dan
penekanan - Kolaborasi dengan
meningkatkan
respons dokter pemberian
kesembuhan,
inflamasi. analgetik
meningkatkan suplai
darah pada jaringan
yang mengalami
peradangan,
meningkatkan asupan
02 sehingga akan
menurunkan nyeri
sekunder dari
peradangan, dan
menurunkan stimulus
internal dengan
mekanisme
peningkatan produksi
endorphin dan
enkefalin
- Analgetik akan
memblok lintasan
nyeri sehingga nyeri
berkurang

Diagnosa Rencana Kperawatan


Tujuan dan Intervensi Rasionalisasi
kriteria hasil
Resiko tinggi Pasien dapat - Monitoring - Memberikan
kekurangan mendemostrasika tanda vital, CVP. pedoman untuk
volume cairan n status cairan Perhatikan penggantian cairan
berhubungan dengan baik. kapiler dan dan mengkaji respon
dengan Kriteria hasil : kekuatan nadi kardiovaskuler.
- Penggantian cairan
kehilangan Tidak ada perifer.
- Monitoring dititrasi untuk
cairan melalui manifestasi
pengeluaran meyakinkan rata-2
rute abnormal; dehidrasi,
urine dan berat pengeluaran urine
status elektrolit serum
jenisnya. 30-50 cc/jam pada
hypermetabolik dalam batas
. normal, haluaran Observasi warna orang dewasa. Urine
urine di atas 30 urine dan berwarna merah
ml/jam. hemates sesuai pada kerusakan otot
indikasi. masif karena
- Pantau berat
adanyadarah dan
badan setiap hari
keluarnya
- Pantau hasil
mioglobin.
pemeriksaan
- Untuk mengevaluasi
laboratorium
status retensi cairan
(hemoglobin,
atau dieresis
hematokrit, - Untuk
glukosa, kalium mengidentifikasi
serum, protein ketidakseimbangan
serum, natrium cairan dan elektrolit
serum, fosfor
dan magnesium)

Diagnosa Rencana Kperawatan


Tujuan dan Intervensi Rasionalisasi
kriteria hasil
Kerusakan Pasien - Bersihkan luka dan - Untuk menurunkan
integritas menunjukkan kulit sekitarnya resiko infeksi
- Untuk
kulit tanda-tanda dengan seksama
mempertahankan
berhubungan penyembuhan dan angkat debris
penyembuhan luka
dengan luka jaringan yang
- Untuk menghindari
cedera panas Kriteria hasil : mengalami
kerusakan jaringan
Luka sembuh devitalisasi
yang sedang
- Jaga pasien untuk
tanpa tanda-
berepitelisasi dan
tidak menggaruk
tanda kerusakan
bergranulasi
atau inflamasi dan ngorek luka - Untuk memenuhi
- Pertaankan
kebutuhan protein dan
perawatan luka
kalori yang meningkat
- Diet tinggi kalori
- Untuk mematikan dan
dan protein
pengenalan dan terapi
- Pantau tanda dan
yang tepat
gejala pada luka

Diagnosa Rencana Kperawatan


Tujuan dan Intervensi Rasionalisasi
kriteria hasil
Resiko Pasien Pantau tanda dan gejala Untuk memstikan perfusi
perubahan mempertahanka kompresi sirkulasi yang sirkulasi yang adekuat
perfusi jaringan n sirkulasi yang berhubungan dengan Untuk mengetahui adanya
berhubungan optimal ke edema penurunan perfusi diatal
dengan luka daerah distal Kaji denyut nadi yang Untuk mencegah penurunan
bakar pada ekstermitas melemah dengan Doppler sirkulasi ekstermitas
sirkumferensial yang terbakar dan pengisian kapiler Untuk mencegah penurunan
. Kriteria hasil : yang memanjang sirkulasi ke ekstermitas
Perfusi distal Tinggikan ekstermitas
yang adekuat lebih tinggi dari jantung
pada ekstermitas Hindari balutan retriksi
yang terbakar pada ekstermitas yang
dapat cedera
dipertahankan
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kasus luka bakar merupakan suatu cedera berat yang memerlukan penanganan
dan penatalaksanaan yang sangat komplek dengan biaya yang cukup tinggi serta
angka morbiditas dan mortalitas karena beberapa faktor penderita, factor pelayanan
petugas, factor fasilitas pelayanan dan faktor cideranya. Untuk penanganan luka
bakar perlu perlu diketahui fase luka bakar, penyebab luka bakar, derajat kedalaman
luka bakar, luas luka bakar. Pada penanganan luka bakar seperti penanganan trauma
yang lain ditangani secara teliti dan sistematik. Penatalaksanaan sejak awal harus
sebaik – baiknya karena pertolongan pertama kali sangat menentukan perjalanan
penyakit ini.

4.2 Saran

Adapun saran kepada para pembaca, diharapkan dapat memahaminya dan


mengetahui tentang luka bakar khususnya pada luka bakar dengan traumra inhalasi
dan dapat memahami tindakan, khususnya dalam tindakan sebagai seorang perawat
profesinal.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai