Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“Manusia dan Agama”

Untuk memenuhi tugas matakuliah Program Studi Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu : Drs. M Najib., M.Eng., M.sc

Di Susun Oleh Kelompok :

1. Danang Reffriyan Asta


2. M Rizky Agustian

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA
AL-KHAIRIYAH
2018
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga
tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan yang gelap
menuju jalan yang terang benderang yaitu Ad-Dinul Islam wal Iman.
Makalah kami kali ini berjudul Manusia dan agama. Makalah ini membahas tentang
ruang lingkup manusia terhadap agama. Kami menyadari bahwa makalah kami ini jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Untuk itu, kami sampaikan banyak terima kasih.

Cilegon, September 2018

Kelompok
Daftar isi

Kata Pengantar................................................................................................................................ i
Daftar Isi ................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
1. Latar Belakang.......................................................................................................1
2. Perumusan Masalah............................................................................................... 1
3. Tujuan Penulis........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................2
A. Manusia....................................................................................................................2
1. Pengertian Manusia dalaam Alqur’an..............................................................2
2. Tujuan Penciptaan Manusia..............................................................................2
3. Fungsi dan Kedudukan Manusia.....................................................................2-3
B. Hakikat Manusia......................................................................................................3
1. Hakekat Manusia menurut Alqur’an...............................................................3-4
2. Hakekat Manusia (Menurut Islam - Mohammad Sholihuddin, M.HI).............4
C. Agama..............................................................................................4
1. Pengertian Agama.........................................................................................4-5
2. Syarat- Syarat Agama......................................................................................5
3, Fungsi Agama...................................................................................................5
D. Karakteristik Agama..................................................................................................5-6
E. Hubungan Agama Dengan Manusia Dalaam Kehidupan............................................6-7

BAB III PENUTUP.......................................................................................................7


1. Kesimpulan..........................................................................................................7
2. Saran ……………………………………………………………………………7
Daftar Pustaka.....................................................................................................................7
MANUSIA DAN AGAMA

BAB I.
PENDAHULUAN
I.LATAR BELAKANG
Agama memberikan penjelasan bahwa manusia ialah mahluk yang memiliki potensi untuk
berahlak baik (takwa) atau buruk (fujur) potensi fujur akan senantiasa eksis dalam diri manusia
karena terkait dengan aspek instink, naluriah, atau hawa nafsu, seperti naluri makan/minum,
seks, berkuasa dan rasa aman. Apabila potensi takwa seseorang lemah, karena tidak
terkembangkan (melalui pendidikan), maka prilaku manusia dalam hidupnya tidak akan berbeda
dengan hewan karena didominasi oleh potensi fujurnya yang bersifat instinktif atau implusif
(seperti berzina, membunuh, mencuri, minum-minuman keras, atau menggunakan narkoba dan
main judi).Agar hawa nafsu itu terkendalikan (dalaam arti pemenuhannya sesuai dengan ajaran
agama), maka potensi takwa itu harus dikembangkan, yaitu melalui pendidikan agama dari sejak
usia dini. Apabila nilai-nilai agama telah terinternalisasi dalam diri seseorang maka dia akan
mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia yangg bertakwa, yang salah satu
karakteristiknya ialah mampu mengendalikan diri (self control) dari pemuasan hawa nafsu yang
tidak sesuai dengan ajaran agama.

II. RUMUSAN MASALAH


Untuk mengkaji masalah yang terdapat dalam makalah “Manusia dan Agama” ini, kelompok
kami akan membuat beberapa rumusan masalah yang akan dibahas:
1. Pengertian manusia ?
2. Hakekat manusia ?
3. Pengertian agama ?
4. Karateristik agama ?
5. Hubungan agama dengan manusia dalaam kehidupan ?

III. TUJUAN PENULISAN


1.Mahasiswa mampu memahami tentang hakekat agama
2. Untuk mengetahui hakekat agama yang sebenarnya
3. Untuk mengetahui unsure unsur agama yang sebenarnya
4. Mahasiswa mampu mengerti perbedaan agama islam dengan agama yang lain
5. Dengan membuat makalah ini mahasiswa mampu mempresentasikan
Bab II
PEMBAHASAN
A. MANUSIA
1. Pengertian Manusia dalam Alqur’an
Quraish Shihab mengutip dari Alexis Carrel dalaam “Man the Unknown”, bahwa banyak
kesukaran yang dihadapi untuk mengetahui hakikat manusia, karena keterbatasan-keterbatasan
manusia sendiri.
Istilah kunci yangg digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk pada pengertian manusia
menggunakan kata-kata basyar, al-insan, dan ann-nas.
Kata basyar disebut dalaam Al-Qur’an 27 kali. Kata basyar menunjuk pada pengertian manusia
sebagai makhluk biologis (QS Ali ‘Imran [3]:47) tegasnya memberi pengertian kepada sifat
biologis manusia, seperti makan, minum, hubungan seksual dan lain-lain.
Kata al-insan dituturkan sampai 65 kali dalamAl-Qur’an yang dapat dikelompokkan dalaam tiga
kategori. Pertama al-insan dihubungkan dengan khalifah sebagai penanggung amanah (QS Al-
Ahzab [3]:72), kedua al-insan dihubungankan dengan predisposisi negatif dalaam diri manusia
misalnya sifat keluh kesah, kikir (QS Al-Ma’arij [70]:19-21) dan ketiga al-insan dihubungkan
dengan proses penciptaannya yangg terdiri dari unsur materi dan nonmateri (QS Al-Hijr [15]:28-
29). Semua konteks al-insan ini menunjuk pada sifat-sifat manusia psikologis dan spiritual.
Kata an-nas yang disebut sebanyak 240 dalaam Al-Qur’an mengacu kepada manusia sebagai
makhluk sosial dengan karateristik tertentu misalnya mereka mengaku beriman padahal
sebenarnya tidak (QS Al-Baqarah [2]:8)[1][1]
Dari uraian ketiga makna untukk manusia tersebut, dapat disimpulkan bahwa manusia ialah
mahkluk biologis,psikologis dan sosial. Ketiganya harus dikembangkan dan diperhatikan hak
maupun kewajibannya secara seimbang dan selalu berada dalaam hukum-hukum yangg berlaku
(sunnatullah).

2. Tujuan Penciptaan Manusia


Kata “Abdi” berasal dariii kata bahasa Arab yang artinya memperhambakan diri, ibadah
(mengabdi/memperhambakan diri). Manusia diciptakan oleh Allah agar ia beribadah kepada-
Nya. Pengertian ibadah di sini tidak sesempit pengertian ibadah yangg dianut oleh masyarakat
pada umumnya, yakni kalimat syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji tetapi seluas pengertian
yang dikandung oleh kata memperhambakan dirinya sebagai hamba Allah. Berbuat sesuai
dengan kehendak dan kesukaann (ridha) Nya dan menjauhi apa yangg menjadi larangan-
Nya.[3][3]

3. Fungsi dan Kedudukan Manusia


Sebagai orang yang beriman kepada Allah, segala pernyataan yang keluar dari mulut tentunya
dapat tersingkap dengan jelas dan lugas lewat kitab suci Al-Qur’an sebagai satu kitab yang
abadi. Dia menjelaskan bahwa Allah menjadikan manusia itu agar ia menjadi khalifah
(pemimpin) di atas bumi ini dan kedudukan ini sudah tampak jelas pada diri Adam (QS Al-
An’am [6]:165 dan QS Al-Baqarah [2]:30) di sisi Allah menganugerahkan kepada manusia
segala yang ada dibumi, semula itu untuk kepentingan manusia (ia menciptakan untukmu seluruh
apa yang ada dibumi ini. QS Al-Baqarah [2]:29). Maka sebagai tanggung jawab kekhalifahan
dan tugas utama umat manusia sebagai makhluk Allah, ia harus selalu menghambakan
dirinyakepada Allah Swt.
Untuk mempertahankan posisi manusia tersebut, Tuhan menjadikan alam ini lebih rendah
martabatnya dari pada manusia. Oleh karena itu, manusia diarahkan Tuhan agar tidak tunduk
kepada alam, gejala alam (QS Al-Jatsiah [45]:13) melainkan hanya tunduk kepada-Nya saja
sebagai hamba Allah (QS Al-Dzarait [51]:56). Manusia harus menaklukanya, dengan kata lain
manusia harus membebaskan dirinya dari mensakralkan atau menuhankan alam.
Jadi dari uraian tersebut diatas bisa ditarik kesimpulan secara singkat bahwa manusia hakikatnya
ialah makhluk biologis, psikolsogi dan sosial yang memiliki dua predikat statusnya dihadapan
Allah sebagai Hamba Allah (QS Al-Dzarait [51]:56) dan fungsinya didunia
sebagai khalifah Allah (QS Al-Baqarah [2]:30); al-An’am [6]:165), mengantur alam dan
mengelolanya untuk mencapai kesejahteraan kehidupan manusia itu sendiri dalam masyarakat
dengan tetap tunduk dan patuh kepada sunnatullah.

B. HAKEKAT MANUSIA
Hakekat manusia ialah sebagai berikut :
1. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya.
2. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan
sosial.yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yangg positif mampu mengatur dan
mengontrol dirinya serta mampu menentukan nasibnya.
3. Makhluk yang dalaam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai
(tuntas) selama hidupnya.
4. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalaam usaha untukk mewujudkan
dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati
5. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan
potensi yang tak terbatas
6. Makhluk Tuhan yangg berarti ia ialah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
7. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak
bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalaam lingkungan
sosial.
8. Makhluk yang berfikir. Berfikir ialah bertanya, bertanya berarti mencari jawaban, mencari
jawaban berarti mencari kebenaran.[4][4]

1. Hakikat Manusia Menurut Al-Qur’an


Al-Qur’an memandang manusia sebagaimana fitrahnya yang suci dan mulia, bukan sebagai
manusia yangg kotor dan penuh dosa. Peristiwa yangg menimpa Nabi Adam sebagai cikal bakal
manusia, yang melakukan dosa dengan melanggar larangan Tuhan, mengakibatkan Adam dan
istrinya diturunkan dariii surga, tidak bisa dijadikan argumen bahwa manusia pada hakikatnya
ialah pembawa dosa turunan. Al-Quran justru memuliakan manusia sebagai makhluk surgawi
yang sedang dalam perjalanan menuju suatu kehidupan spiritual yang suci dan abadi di negeri
akhirat, meski dia harus melewati rintangan dan cobaan dengan beban dosa saat melakukan
kesalahan di dalam hidupnya di dunia ini. Bahkan manusia diisyaratkan sebagai makhluk
spiritual yang sifat aslinya ialah berpembawaan baik (positif, haniif).
Karena itu, kualitas, hakikat, fitrah, kesejatian manusia ialah baik, benar, dan indah. Tidak ada
makhluk di dunia ini yang memiliki kualitas dan kesejatian semulia itu . Sungguhpun demikian,
harus diakui bahwa kualitas dan hakikat baik benar dan indah itu selalu mengisyaratkan dilema-
dilema dalaam proses pencapaiannya. Artinya, hal tersebut mengisyaratkan sebuah proses
perjuangan yang amat berat untukk bisa menyandang predikat seagung itu. Sebab didalam hidup
manusia selalu dihadapkan pada dua tantangan moral yang saling mengalahkan satu sama lain.
Karena itu, kualitas sebaliknya yaitu buruk, salah, dan jelek selalu menjadi batu sandungan bagi
manusia untukk meraih prestasi sebagai manusia berkualitas mutaqqin di atas.
Gambaran al-Qur’an tentang kualitas dan hakikat manusia di atas megingatkan kita pada
teorisuperego yang dikemukakan oleh sigmund Freud, seorang ahli psikoanalisa kenamaan yang
pendapatnya banyak dijadikan rujukan tatkala orang berbicara tentang kualitas jiwa manusia.
Menurut Freud, superego selalu mendampingi ego. Jika ego yangg mempunyai berbagai tenaga
pendorong yang sangat kuat dan vital (libido bitalis), sehingga penyaluran dorongan ego (nafsu
lawwamah/nafsu buruk) tidak mudah menempuh jalan melalui superego (nafsu
muthmainnah/nafsu baik). Karena superego (nafsu muthmainnah) berfungsi sebagai badan
sensor atau pengendali ego manusia.Sebaliknya, superego pun sewaktu-waktu bisa memberikan
justifikasi terhadap ego manakala instink, intuisi, dan intelegensi –ditambah dengan petunjuk
wahyu bagi orang beragama– bekerja secara matang dan integral. Artinya superego bisa
memberikan pembenaran pada ego manakala ego bekerja ke arah yangg positif. Ego yang liar
dan tak terkendali ialah ego yang negatif, ego yang merusak kualitas dan hakikat manusia itu
sendiri.
2. Hakekat Manusia (Menurut Islam - Mohammad Sholihuddin, M.HI)
Manusia terdiri dari sekumpulan organ tubuh, zat kimia, dan unsur biologis yang semuanya itu
terdiri dari zat dan materi Secara Spiritual manusia ialah roh atau jiwa. Secara Dualisme manusia
terdiri dari dua subtansi, yaitu jasmani dann ruhani (Jasad dan roh). Potensi dasar manusia
menurut jasmani ialah kemampuan untukk bergerak dalaam ruang yangg bagaimanapun, di
darat, laut maupun udara. Dan jika dari Ruhani, manusia mempunyai akal dan hati untuk
berfikir(kognitif), rasa(affektif), dan perilaku(psikomotorik). Manusia diciptakan dengan untuk
mempunyai kecerdasan.[5][5]
C. AGAMA
1. Pengertian Agama
Kata agama dalam bahasa Indonesia berarti sama dengan “din” dalam bahasa Arab dan
Semit, atau dalam bahasa Inggris “religion”. Dari arti bahasa (etimologi) agama berasal dari
bahasa Sansekerta yang berarti tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun temurun. Sedangkan
kata “din” menyandang arti antara lain menguasai, memudahkan, patuh, utang, balasan atau
kebiasaan.
Secara istilah (terminologi) agama, seperti ditulis oleh Anshari bahwa walaupun agama, din,
religion, masing-masing mempunyai arti etimologi sendiri-sendiri, mempunyai riwayat dan
sejarahnya sendiri-sendiri, namun dalaam pengertian teknis terminologis ketiga istilah tersebut
mempunyai makna yang sama, yaitu:
a. Agama, din, religion ialah satu sistem credo (tata keimanan atau tata keyakinan) atas adanya
Yang Maha Mutlak diluar diri manusia;
b. Agama juga ialah sistem ritus (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya Maha
Mutlak tersebut.
c. Di samping merupakan satu sistema credo dan satu sistema ritus, agama juga ialah satu sistem
norma (tata kaidah atau tata aturan) yang mengatur hubungan manusia sesama manusia dan
hubungan manusia dengan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata
peribadatan termaktub diatas.
Menurut Durkheim, agama ialah sistem kepercayaan dan praktik yangg dipersatukan
yang berkaitan dengan hal-hal yangg kudus. Bagi Spencer, agama ialah kepercayaan terhadap
sesuatu yangg Maha Mutlak. Sementara Dewey, menyatakan bahwa agama ialah pencarian
manusia terhadap cita-cita umum dan abadi meskipun dihadapkan pada tantangan yangg dapatt
mengancam jiwanya; agama ialah pengenalan manusia terhadap kekuatan gaib yangg hebat.
Dengan demikian, mengikuti pendapatt Smith, tidak berlebihan jika kita katakan bahwa
hingga saat ini belum ada definisi agama yang benar dan dapat diterima secara universal.[6][6]

2. Syarat-Syarat Agama
a. Percaya dengan adanya Tuhan
b. Mempunyai kitab suci sebagai pandangan hidup umat-umatnya
c. Mempunyai tempat suci
d. Mempunyai Nabi atau orang suci sebagai panutan
e. Mempunyai hari raya keagamaan

3. Unsur-Unsur Agama
Menurut Leight, Keller dan Calhoun, agama terdiri dari beberapa unsur pokok:
1. Kepercayaan agama, yakni suatu prinsip yang dianggap benar tanpa ada keraguan lagi
2. Simbol agama, yakni identitas agama yang dianut umatnya.
3. Praktik keagamaan, yakni hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan-Nya, dan hubungan
horizontal atau hubungan antar umat beragama sesuai dengan ajaran agam.
4. Pengalaman keagamaan, yakni berbagai bentuk pengalaman keagamaan yang dialami oleh
penganut-penganut secara pribadi.
5. Umat beragama, yakni penganut masing-masing agama

4. Fungsi Agama
· Sumber pedoman hidup bagi individu maupun kelompok
· Mengatur tata cara hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia.
· Merupakan tuntutan tentang prinsip benar atau salah
· Pedoman mengungkapkan rasa kebersamaan
· Pedoman perasaan keyakinan
· Pedoman keberadaan
· Pengungkapan estetika (keindahan)
· Pedoman rekreasi dan hiburan
· Memberikan identitas kepada manusia sebagai umat dari suatu agama.

D. KARATERISTIK AGAMA
Karakteristik agama dalam kehidupan manusia seperti halnya bangunan yang sempurna. Seperti
dalam salah satu sabda nabi Muhammmad,bahwa beliau ialah penyempurna bangunan agama
tauhid yang telah dibawa oleh para nabi dan rosul sebelum kedatangan beliau.
Layaknya sebuah bangunan agamapun harus memiliki rangka yang kokoh, tegas, dan jelas.
Rangka yang baik ialah rangka yang menguatkan bangunan yang akan dibangun diatasnya.
Memiliki ukuran yang simetris satu sama lainnya. Komposisi bahan yang tepat karena berperan
sebagai penopang. Oleh sebab itu, kerangka harus memiliki luas yang cukup atau memiliki
perbandingan yang sesuai dengan bangunannnya. Itulah sebaik-baiknya agama dengan demikian
agama pada dasarnya berperan sebagai pedoman kehidupan manusia, untuk menjalani
kehidupannya dibumi. Manusia akan kehilangan pedoman atau pegangan dalaam menjalani
kehidupan di dunia bila tidak berpedoman pada agama. Dewasa ini agama mengalami beralih
dan berpedoman kepada akal logikanya. Padahal akal dan logika manusia memiliki keterbatasan
yaitu keterbatasan melihat masa depan. Sedangkan agama telah disusun sedemikian rupa oleh
sang pencipta agar menjadi pedoman sepanjang hayat manusia. Akibat dari skularisme ini
menimbulkan gaya hidup baru bagi kaum muslim yakni gaya hidup hedomisme dan pragmatis.
Adapun karakteristik agama pada umumnya ialah sebagai berikut:
1. Agama ialah suatu sistem tauhid atau sistem ketuhanan(keyakinan) terhadap eksistensi suatu
yang absolut(mutlak), diluar diri manusia yang merupakan pangkal pertama dari segala sesuatu
termasuk dunia dengan segala isinya.
2. Agama merupakan sistem ritual atau peribadatan(penyembahan) dari manusia kepada suatu yang
absolut.
3. Agama adalah suatu sistem nilai atau norma (kaidah) yangg menjadi pola hubungan manusiawi
antara sesama manusia dan pola hubungan dengan ciptaan lainnya dari yang absolut.

E. HUBUNGAN AGAMA DENGAN MANUSIA DALAAM KEHIDUPAN

Agama dan kehidupan beragama merupakan unsur yang tak terpisahkan dari kehidupan dan
sistem budaya umat manusia. Sejak awal manusia berbudaya, agama dan kehidupan beragama
tersebut telah menggejala dalam kehidupan, bahkan memberikan corak dan bentuk dari semua
perilaku budayanya. Agama dan perilaku keagamaan tumbuh dan berkembang dari adanya rasa
ketergantungan manusia terhadap kekuatan goib yang mereka rasakan sebagai sumber kehidupan
mereka. Mereka harus berkomunikasi untuk memohon bantuan dan pertolongan kepada kekuatan
gaib tersebut, agar mendapatkan kehidupan yang aman, selamat dan sejahtera. Tetapi “apa” dan
“siapa” kekuatan gaib yang mereka rasakan sebagai sumber kehidupan tersebut, dan bagaimana
cara berkomunikasi dan memohon perlindungan dan bantuan tersebut, mereka tidak tahu.
Mereka hanya merasakan adanya kebutuhan akan bantuan dan perlindunganya. Itulah awal rasa
agama, yang merupakan desakan dari dalaam diri mereka, yang mendorong timbulnya perilaku
keagamaan. Dengan demikian rasa agama dan perilaku keagamaan (agama dan kehidupan
beragama) merupakan pembawaan dari kehidupan manusia, atau dengan istilah lain merupakan
“fitrah” manusia.

1. Perkembangan Agama Dan Kehidupan Budaya Manusia

Pada tahap awalnya nampak bahwa agama mendominasi kehidupan budaya masyarakat,
kemudian dengan adanya perkembangan akal dan budidaya manusia, maka mulai nampak gejala
terjadinya proses pergeseran dominasi agama tersebut, yang pada giliran selanjutnya
tersingkirkan dalam kehidupan budaya suatu masyarakat. Namun demikan dengan tersingkirnya
dominasi agama itu, maka pertumbuhan dan perkembangan sistem budaya dan peradaban
manusia nampak menjadi kehilangan arah dan tujuannya yang pasti, sehingga mereka
memerlukan lagi terhadap agama, bukan sebagai yang mendomianasi, tetapi sebagai petunjuk
dan pengarah kehidupan mereka.
Perkembangan agama dan kehidupan budaya umat manusia dalaam proses sejarah yang panjang
tersebut dapat dilihat secara selintas pada pertumbuhan dan perkembangan manusia secara
individual. Pada tahap awalnya kehidupan manusia diliputi oleh ketidak-tahuan dan ketidak-
berdayaan, sehingga sifat ketergantungan pada orang tua (yang memelihara) sangat menonjol.
Setelah akal fikiran dan kemampuan budidayanya tumbuh dan berkembang, maka sifat
ketergantungan itu semakin berkurang, dan setelah menginajak dewasa sifat kemandiriannya
inilah manusia memerlukan adanya pedoman hidup, karena tanpa pedoman/tujuan yang pasti,
maka kemandirian akan menimbulkan kekacauan dan malapetaka dalam kehidupan manusia.
Kemudian pada masa tua, dimana kemampuan akal fikiran dan budidaya manusia sudah mulai
berkurang, maka manusia memerlukan kembali tempat bergantung yang pasti sebagai tempat
kembali.
Kalau di hubungkan dengan hukum perkembangan, ketiga tahap perkembangan jiwa atau
masyarakat/budaya manusia itu ialah pada tahap awal (masa kanak-kanak) disebut dengan
tahap teologik, fiktif; masa remaja (masa tumbuh dan berkembangnya pemikiran abstrak) sebagai
tahap metafisik atau abstrak; dan masa dewasa sebagai tahap positifatau riil. Sedangkan masa tua
sebagai kelanjutan perkembangan lebih lanjut dari tahap positif atau riil tersebut.

IV. PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami paparkan tentang hukum syar’i, semoga bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan pada kami pada khususnya. Dan tentunya makalah ini tidak lepas
dari kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif sangat kami butuhkan, guna
memperbaiki makalah selanjutnya.

V.KESIMPULAN

Manusia hakikatnya ialah makhluk biologis, psikolsogi dan sosial yangg memiliki dua predikat
statusnya dihadapan Allah sebagai Hamba Allah dan fungsinya didunia sebagai khalifahAllah),
mengantur alam dan mengelolanya untuk mencapai kesejahteraan kehidupan manusia itu sendiri
dalam masyarakat dengan tetap tunduk dan patuh kepada sunnatullah. Rasa agama dan perilaku
keagamaan (agama dan kehidupan beragama) merupakan pembawaan dariii kehidupan manusia,
atau dengan istilah lain merupakan “fitrah” manusia.

VI. SARAN
Pendidikan adalah salah satu tujuan pokok manusia karena itu sebagai calon pendidik marilah
kita mengamalkan tujuan pendidikan islam secara ikhlas baik lewat pendidikan formalKita
sebagai manusia hendaknya berpegang teguh pada nilai-nilai keagamaan sehingga kita bias
mendapat dan mencapai keridhaan Allah SWT.

VII.DAFTAR PUSTAKA
Fathoni Ahmad Miftah Drs., M.Ag, Pengantar Studi Islam, 2001, Semarang, Gunung Jati.
Supadie Didiek Ahmad,dkk. Pengantar Studi Islam, 2011 , Jakarta, Rajawali Pers.
http://almanhaj.or.id/content/3191/slash/0/karakteristik-agama-islam/Muhaiman dkk,
Muhaiman Dimensi-Dimensi Studi Islam, 1994, Surabaya,Karya Abditama
Syukur Amin Prof. Dr. H. M., MA, Pengantar Studi Islam, 2010, Semarang, Pustaka Nuun

Anda mungkin juga menyukai