Anda di halaman 1dari 18

I.

PENDAHULUAN

Peta topografi merupakan salah satu jenis peta yang menampilkan informasi mengenai
ketinggian permukaan tanah menggunakan garis kontur yang membatasi bidang sesuai dengan
titik-titik ketinggiannya. Peta topografi secara konvensional diperoleh dengan melakukan survey
terestris dan dan fotogrametris di mana cara tersebut memerlukan biaya dan waktu yang lama.
Pada perkembangannya, kemudian teknologi LiDAR (Light Detection and Ranging) muncul dan
banyak digunakan.
LiDAR (Light Detection and Ranging) merupakan teknologi pemetaan yang termasuk jenis
sistem penginderaan jauh aktif karena sensor berupa laser memancarkan gelombang inframerah
tak tampak untuk mengukur jarak antara sensor dengan permukaan bumi. LiDAR dioperasikan
dengan menggunakan pesawat udara dalam hal ini disebut airborne LiDAR. Hasil perekaman data
LiDAR berupa point clouds yang mempresentasikan DSM (Digital Surface Model) dan DEM (Digital
Elevation Model). Pemanfaatan data DSM dan DEM yang diperoleh dari teknologi penginderaan
jauh aktif menggunakan LiDAR misalnya berguna untuk memprediksi banjir, pemantauan erosi,
longsor, gerakan tektonik, dan hal lain yang berkaitan dengan topografi. Selain itu, teknologi
LiDAR mampu untuk mengetahui luasan tutupan kanopi vegetasi dan bangunan.
Ketersediaan data topografi sangat penting, terutama setelah diterbitkan UU no. 4 tahun
2011 tentang Informasi Geospasial yang menyatakan bahwa perlu tersedianya peta rupa bumi
dengan skala 1:1000. Berdasarkan keputusan tersebut, teknologi LiDAR mampu dijadikan solusi
untuk penyediaan peta rupa bumi karena kemampuannya untuk menghasilkan data DSM dan
DEM yang menutupi kelemahan pemetaan topografi secara konvensional.
Pengolahan data LiDAR dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam aplikasi.
Salah satu aplikasi yang dapat digunakan yaitu aplikasi FUSION. Aplikasi tersebut menyediakan
tools (menu) yang digunakan untuk mengolah data LiDAR, IFSAR, dan terrain datasets yang mudah
dan ringan sehingga fleksibel dalam penggunaannya. Oleh karena itu, mempelajari bagaimana
metode dan cara kerja untuk memperoleh hasil interpretasi data LiDAR dengan menggunakan
memanfaatkan aplikasi FUSION penting untuk dilakukan.

1
II. TINJAUAN PUSTAKA

Teknologi Light Detection and Ranging (LiDAR) adalah teknik penginderaan jauh sistem
aktif yang melakukan pengukuran jarak antara sacnner laser dari sensor LIDAR terhadap
permukaan bumi. Hasil perekaman yang diperoleh berupa point clouds atau titik-titik yang
dipetakan dalam bentuk 3D (tiga dimensi) sehingga memiliki akurasi vertikal (Ismail, 2015).
LiDAR telah menjadi metode yang diterapkan untuk mengumpulkan data elevasi sangat
padat informasi dan akurat pada area lanskap, daerah perairan yang dangkal, dan pada lokasi
bangunan. Teknik penginderaan jauh aktif LiDAR mirip dengan RADAR akan tetapi pada LIDAR
menggunakan pulsa gelombang sinar laser dan bukan gelombang radio seperti pada RADAR.
Proses pengumpulan data LiDAR biasa dilakukan dengan menggunakan pesawat udara sehingga
dengan cepat dapat mengumpulkan data di daerah yang luas. Instrumen LiDAR memiliki
kemampuan yang cepat dalam mengukur permukaan bumi dengan area sampling lebih dari 150
kilohertz (yaitu, 150.000 pulsa per detik). Data yang dihasilkan adalah titik-titik yang padat yang
membentuk jaringan yang sangat akurat untuk mengukur titik elevasi georeferensi yang dalam
hal ini disebut point clouds yang dapat digunakan untuk merepresentasikan citra secara tiga
dimensi dari permukaan bumi dan fitur-fiturnya (Carter dkk., 2012).
Sensor sistem LiDAR beroperasi di wilayah inframerah dekat dari spektrum
elektromagnetik, namun beberapa sensor juga beroperasi di band hijau untuk menembus air dan
mendeteksi fitur bawah. Sistem LIDAR batimetri dapat digunakan di daerah dengan air yang relatif
jernih untuk mengukur ketinggian dasar laut. Biasanya, ketinggian LIDAR yang diturunkan
memiliki akurasi sekitar 6 sampai 12 inci (15 sampai 30 cm) dan perkembangan ketelitian
mencapai 4 sampai 8 inci (10 sampai 20 cm) untuk data yang lebih baru. Deskripsi akurasi
merupakan aspek penting dari LIDAR (Carter dkk., 2012).
Penggunaan LiDAR dengan wahana pesawat udara sering disebut airborne LiDAR
diajalankan dengan suatu sistem. Sistem LiDAR terdiri dari beberapa teknologi yang
diintegrasikan menjadi suatu unit yang kompleks seperti yang terlihat pada gambar 1. Teknologi-
teknologi dalam LIDAR tersebut adalah :

1. Global Positioning System (GPS).


2. Inertial Measurement Unit (IMU).
3. Laser Ranging System.

2
Gambaran proses pengambilan data oleh LiDAR menggunakan pesawat udara sebagai
berikut:

Gambar 1. Proses perolehan data LiDAR dengan wahana pesawat udara


Sumber : LiDAR for vegetation applications. plewis@geog.ucl.ac.uk. UCL.

Teknologi LiDAR dipilih karena memiliki kemampuan sebagai berikut: kemampuan


untuk mengumpulkan data resolusi tinggi di daerah yang relatif besar dalam waktu yang singkat
dengan menggunakan pesawat udara; efektivitas biaya bila dibandingkan dengan survei lapangan
topografi rinci dari resolusi vertikal yang sama dan luasnya areal; memudahkan pengumpulan
data di daerah terpencil dan tidak dapat diakses; kemampuan untuk mengumpulkan dan
mengolah data untuk lebih dari satu produk elevasi (permukaan bumi, kanopi pohon) dari satu
set data; dan kemampuan untuk mengintegrasikan dengan lapisan data lain, seperti orthoimagery
(Roger dkk. 2008)

3
III. METODE

1. Bahan dan alat yang diperlukan yaitu:


1. Komputer yang telah terinstal aplikasi FUSION Lastool

Gambar 2. Aplikasi FUSION

2. Citra penginderaan jauh dengan format TIF., IPEG.,


Citra yang akan diinterpretasi yaitu :
- 509000_6976000_1k_GND_BLD_NON.las (file Lidar daerah Boondall wetlands,
Brisbane, Australia, WGS 84, UTM 56J)
- Boondall_WV05_crop.tif (citra Worldview-2 pan-sharpened, komposit 753
daerah Boondall wetlands)
- Boondall_WV05_crop.tfw (file koordinat citra Worldview-2 pan-sharpened)

Gambar 3. Format citra yang dapat diolah dengan aplikasi Fusion Lastool

4
2. Langkah Kerja

1) Menampilkan citra digital


Mengaktifkan program FUSION selanjutnya menampilkan citra digital dengan format
*.bmp, *.jpg, *.tif, *.pcx, *.ppm dengan cara: Image > pilih citra > Open.
2) Pembacaan metadata point clouds Lidar
Cara untuk membaca metadata: Pada jendela FUSION > Tools > Miscellaneous utilities >
Examine LAS file header > Pilih data point clouds > Open.
3) Menampilkan data point clouds
Terdapat beberapa langkah dalam menampilkan point clouds, antara lain :
a. Buka data point clouds (format *.lda, *.las, *.laz): Raw data > pilih data > OK.
b. Klik box di samping tombol “Raw data” untuk mengaktifkan batas liputan data point
clouds.
c. Drag kursor mouse sehingga membentuk kotak atau persegi sampel data point clouds.
Tunggu beberapa saat hingga proses ekstraksi dan rendering data point clouds selesai.
d. Data point clouds ditampilkan pada layar display LDV. Secara default nilai yang muncul
merupakan representasi dari ketinggian obyek (height); legenda terdapat pada color
ramp di bagian kiri jendela LDV.
e. Klik kotak histogram di jendela LDV bagian kiri untuk mengetahui distribusi nilai data
point clouds.
4) Modifikasi tampilan permukaan data point clouds
Untuk melakukan perubahan tampilan data point clouds, cara yang dilakukan yaitu kembali
ke jendela FUSION > klik Sample options. Pada jendela sample options bagian “Color” klik
radio button “Color by intensity” > OK. Klik “Repeat last sample” (di panel sebelah kiri
jendela FUSION) untuk menampilkan perubahan.
5) Merubah simbol marker
Cara untuk melrubah simbol marker : Klik kanan pada layar display LDV > Marker > Pilih
Point + Tiny
6) Menampilkan data point clouds dengan PDQ
Cara untuk menampilkan data point clouds dengan PDQ yaitu : Klik kotak “Use PDQ” pada
panel sebelah kiri jendela FUSION. Kemudian klik menu “Repeat last sample”.
7) Membuat citra digital dari data point clouds
Terdapat beberapa langkah untuk membuat citra dari data point clouds, yaitu :

5
a. Pada jendela aplikasi FUSION > Tools > Miscellaneous utilities > Create an image using
Lidar point data > pilih data Lidar point clouds > Open
b. Pada jendela Image creator, klik browse pada Image file name untuk menentukan
direktori, nama, dan format citra digital hasil konversi data point clouds. Tentukan
Image option dan color ramp > Create image.
c. Pada penyimpananannya, dapat dilakukan pembuatan citra digital untuk informasi
intensity, elevation, dan height. Hasil penyimpanan selanjutnya dibandingkan
kenampakanya.

6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Data yang diinterpretasikan dengan menggunakan aplikasi FUSION pada praktikum yaitu
data citra digital LiDAR daerah Boondall wetlands, Brisbane, Australia. Data digital kemudian
ditampilkan dengan mengikuti cara pada langkah kerja dan ditampilkan pada jendela FUSION
sebagai berikut:

Gambar 4. Menampilkan citra digital

Data digital selalu disertai dengan metadata yaitu suatu lembar yang berisi informasi
tentang data digital yang ingin diinterpretasi. Pembacaan metadata diperlukan untuk mengetahui
deskripsi dan karakteristik data point clouds Lidar yang akan digunakan. Infromasi yang diperoleh
dari metadata misalnya jumlah point clouds (titik) yang terdapat pada citra yang dapat dilihat pada
bagian number of points yang pada metadata tersebut diketahui bahwa citra yang akan
diinterpretasi memiliki jumlah point clouds sebanyak 1.588.699 titik. Nilai yang penting untuk
diamati kemudian nilai return point. Nilai return points terdiri dari 1 hingga point 5. Nilai tersebut
menggambarkan urutan kembalinya gelombang dari permukaan objek ke sensor. Selanjutnya
terdapat nilai x, y, dan z yang menggambarkan dimensi citra secara 3 dimensi pada tiap titik (point
clouds). Hal tersebut merupakan keunggulan teknologi LiDAR karena dengan adanya nilai
ketinggian yang diperoleh maka citra LiDAR memiliki akurasi vertical yang baik. NIlai x, y, z
tersebut kemudian dapat diturunkan untuk memperoleh DSM (Digital Surface Model) dan DEM
(Digital Elevation Model).

7
Dengan mengikuti langkah kerja untuk maka ditampilkan metadata LiDAR sebagai
berikut:

Gambar 5. Membaca metadata

Langkah selanjutnya yaitu menampilkan data raw yang berfungsi untuk membatasi lokasi
yang nantinya dapat dijadikan sampel kenampakannya secara 3 dimensi pada lembar LDV.
Dengan mengikuti langkah kerja nomor 3, dapat dimunculkan raw data sebagai berikut:

8
Gambar 6. Tampilan raw data pada halaman FUSION

Setelah raw data berhasil dimunculkan, pengambilan lokasi yang ingin djadikan sampel
untuk ditampilkan pada lembar LDV dapat dilakukan. Cara yang dilakukan untuk mendapatkan
sampel yaitu dengan men-drag kursor pada lokasi yang diinginkan yang terdapat dalam kotak raw
data. Setelah sampel diambil, maka dalam beberapa detik area sampel yang dipilih dimunculkan
pada lembar LDV, sebagai berikut:

Gambar 7. Menampilkan point clouds dan histogram citra pada laman LDV

9
Terdapat beberapa informasi penting dalam tampilan lokasi sampel yang ditampilkan
pada LDV tersebut. Informasi pertama, bahwa lokasi sampel memuat 50.088 point clouds.
Informasi kedua yang sangat penting untuk diperhatikan yaitu tampilan citra secara tiga dimensi
yang secara default ditampilkan yaitu yang memuat informasi berdasarkan ketinggiana. Pada citra
yang ditampilkan tersebut, informasi menganai ketinggian dapat dilihat pada bagian histogram.
Warna merah menunjukkan titik yang paling tinggi pada citra yang ditampilkan, diikuti warna
lainnya dan warna biru tua adalah titik yang paling rendah. Warna hitam menunjukkan bahwa
lokasi tersebut berupa perairan yang mana energi dipantulak secara specular sehingga tampak
gelap pada citra. Nilai ketinggian yang terdapat pada citra dilihat dari histogram yaitu paling tinggi
warna merah dengan tinggi 21,27 m dan paling rendah serta mendominasi (terlihat pada
histogram) yaitu pada 0,21 m.

Selanjutnya, citra yang ditampilkan pada lembar LDV dapat dirubah tampilannya sesuai
dengan informasi yang diinginkan. Dengan mengikuti langkah kerja nomor 5, ditampilkan halaman
berikut:

Gambar 8. Mengubah tampilan point clouds pada citra (colored by height)

Pada menu color, terdapat banyak pilihan tampilan misalnya berdasarkan ketinggian
objek (colored by height), berdasarkan ketinggian lokasi (elevation), berdasarkan intensitas

10
kekuatan pantulan dari objek ke sensor (colored by intensity), dll. Berikut ini adalah tampilan citra
pada LDV ketika ingin melihat berdasarkan intensitasnya:

Gambar 9. Tampilan citra LDV colored by intensity

Pada gambar tersebut, warna merah menunjukkan objek yang memiliki intensitas
pantulan paling besar dan biru adalah dengan intensitas paling kecil. Berdasarkan intensitasnya,
maka dapat diketahui jenis objek apa yang teramati. Objek vegetasi cenderung memiliki intensitas
yang rendah karena sifatnya yang lembab dan menggerumbul. Objek dengan intensitas tinggi
misalnya atap rumah dan permukaan yang keras dan datar seperti jalan yang pada gambar
tersebut berwarna merah hingga kuning.

Tampilan point clouds selanjutnya dapat dirubah sesuai dengan keinginan. Dengan
mengikuti langkah 6, terbuka jendela sebagai berikut:

Gambar 10. Merubah tampilan point clouds

11
Pada bagian marker type dapat dipilih bentuk point (titik) yang diinginkan, misalnya
berbentuk segitiga (triangle) atau bola (ball), dll. Selanjutnya, pada menu marker size dapat
dipilih ukuran point clouds yang diinginkan. Setelah diklik OK, diperoleh hasil sebagai berikut:

Gambar 11. Tampilan LDV dengan marker type ball dan marker size miniscule

Pada gambar tersebut, terlihat bentuk point clouds berupa bola dengan ukuran kecil.
Menu tersebut hanya merubah tampilan sesuai dengan keinginan untuk mempermudah
interpretasi tanpa merubah informasi yang terdapat pada citra.

Menampilkan data dalam layar PDQ

Selain dapat ditampilkan pada lembar LDV, citra dapat ditampilkan pada lembar PDQ.
PDQ adalah layar display data yang memberikan visualisasi struktur data point clouds lebih jelas
dan cepat, terutama untuk data dengan volume besar. Fungsi visualisasi PDQ tidak selengkap LDV.
Pewarnaan data point clouds pada layar display PDQ mengikuti pilihan layer pada sampel options.
Jika menggunakan standard klasifikasi *.las pewarnaan sebagai berikut:

12
Gambar. Standar pewarnaan pada PDQ

Dengan mengikuti langkah kerja nomor 6 yaitu kembali ke layar FUSION dan centang bagian Use
PDQ sebagai berikut:

Gambar 12. Menampilkan pada layar PDQ

13
Setelah beberapa detik, muncul lembar PDQ sebagai berikut:

Gambar 13. Colored by height yang ditampilkan pada lembar PDQ

Pada gambar tersebut, dapat terlihat perbedaan ketinggian berdasarkan warna yang ditampilkan.

Membuat data citra digital dari data points clouds

Setelah interpretasi dilakukan, data kemudian dapat disimpan mengikuti langkah kerja nomor 7.
Dengan mengikuti langkah kerja nomor 7, terbuka kotak dialog image creator sebagai berikut:

14
Gambar 14. Pilihan penyimpanan citra

Image file name dipilih sesuai direktori penyimpanan yang diinginkan. Selanjutnya pada menu
image option, terdapat tiga macam pilihan apakah citra akan disimpan dengan pewarnaan sesuai
dengan intensitas, kemiringan, atau ketinggian. Kemudian klik create image dan setalh ditunggu
beberapa waktu hingga proses selesai. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari ketiga menu image
options diperoleh hasil sebagai berikut:

15
Gambar 15. Citra yang disimpan dengan image option color based elevation

Gambar 16. Citra yang disimpan dengan image option color based height

16
Gambar 17. Citra yang disimpan dengan image option color based intensity

Setelah dilakukan penyimpan dan diperoleh hasil demikian, diketahui bahwa untuk penyimpanan
berdasarkan elevasi dan ketinggian tidak dapat dibedakan, akan tetapi terlihat jelas
perbedaannya pada penyimpanan berdasarkan intensitas.

17
V. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh, penggunaan aplikasi FUSION untuk penginterpretasian dan
pengolahan citra LiDAR mudah digunakan. Tampilan citra pada LDV lebih mudah diamati karena
pola warna yang ditampilkan disertai dengan nilai yang ditampilkan pada kurva histogram.
2. Saran
Pemanfaatan data LiDAR dengan aplikasi FUSION menawarkan kemudahan dalam
penggunaannya, akan tetapi diharpkan agar informasi yang ditampilkan untuk tetap ditampilkan
secara lengkap sehingga tetap akurat tidak hanya dalam visualisasi tapi juga informasi yang
tersedia di dalamnya.

Daftar pustaka
Carter, J. dkk. 2012. Lidar 101: An Introduction to Lidar Technology, Data, and Applications.
National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Coastal Services Center
Ismail, Z. 2015. Accuracy Assessment of LIDAR-Derived Elevation Value Over Vegetated Terrain in
Tropical Region. Jurnal Teknologi vol. 73:5
Roger, A. dkk., 2008. Use of Light Detection and Ranging (LiDAR) to Obtain HighResolution
Elevation Data for Sussex County, Delaware . U.S. Geological Survey

18

Anda mungkin juga menyukai