Surkad TDT
Surkad TDT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Titik Dasar Teknik (TDT) dalam pendaftaran tanah didefinisikan
sebagai titik yang mempunyai koordinat yang diperoleh dari suatu
pengukuran dan perhitungan dalam suatu sistem tertentu yang berfungsi
sebagai titik ikat bagi keperluan penyiapan peta pendaftaran/peta dasar
pendaftaran serta untuk keperluan rekonstruksi batas bidang tanah (Pasal
1 butir 13 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997). Pengukuran
TDT dapat dilaksanakan dengan metode terestris atau metode lainnya,
sesuai dengan Pasal 7 PMNA/Ka.BPN Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997.
Kelompok II B 1
Survey Kadastral
BAB II
DASAR TEORI
II.1 Titik Dasar Teknik (TDT)
Pasal 1 butir 13 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
menyebutkan Titik Dasar Teknik (TDT) dalam pendaftaran tanah
didefinisikan sebagai titik yang mempunyai koordinat yang diperoleh dari
suatu pengukuran dan perhitungan dalam suatu sistem tertentu yang
berfungsi sebagai titik ikat bagi keperluan penyiapan peta
pendaftaran/peta dasar pendaftaran serta untuk keperluan rekonstruksi
batas bidang tanah.
Kelompok II B 1
Survey Kadastral
Ketelitian data yang diperoleh dari survey GPS secara umum akan
tergantung pada empat factor, yaitu ketelitian data yang digunakan,
geometri pengamatan, strategi pengamatan yang digunakan, dan strategi
pengolahan data yang ditetapkan (Abidim, Jones, & Kahar, 2016).
Kelompok II B 3
Survey Kadastral
BAB III
PEMBAHASAN
III.1 Pengukuran TDT
Pengukuran TDT dilaksanakan dengan menggunakan metode
pengamatan satelit atau metode lainnya (Pasal 7). TDT dipakai sebagai
pengikatan bidang tanah dan pengikatan bagi perapatan TDT dengan
ketelitian di bawahnya.
Kelompok II B 1
Survey Kadastral
Kelompok II B 2
Survey Kadastral
BAB IV
STUDI KASUS PEMETAAN TANAH ASET PEMERINTAH KOTA
PROBOLINGGO
a. Isi Peta
Peta ini menunjukkan lokasi, bentuk dan ukuran setiap persil tanah aset
milik pemerintah kota yang sudah dilengakapi dengan kode status persil.
Dalam peta kerja ditampilkan nama kelurahan, ditunjukkan batas RT/RW,
unsur transportasi dan drainase/sungai penting.
Kelompok II B 3
Survey Kadastral
Peta blok persil cetak berasal dari BPN Kota Probolinggo, citra satelit
terkini dari Google Earth, batas wilayah administrasi, transportasi,
drainase/sungai dari Peta Rawan Bencana Kota Probolinggo tahun 2011
(PRB 2011) yang dibuat oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kota Probolinggo. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan
Aset (DPPKA) Kota Probolinggo mengumpulkan peta persil dari BPN dan
menyediakan semua data tanah aset pemerintah kota dari database yang
sudah ada.
c. Cara dan Tatacara Pembuatan Peta Kerja
Persil tanah aset bebentuk geometri polygon format shapefile mengadopsi
sistem koordinat peta PRB 2011, yaitu UTM dengan elipsoid WGS 1984.
Peta blok persil BPN tingkat kelurahan di-scan, diikatkan dan direktifikasi,
demikian pula potongan citra dari GoogleEarth untuk lokasi blok persil
kelurahan ini diikatkan dan direktifikasi. Peta blok persil BPN sebagai
petunjuk pendijitan persil tanah aset yang didijit berdasarkan citra dari
GoogleEarth dan dilengkapi dengan atribut persil berdasarkan BPN dan
DPPKA.
Setiap persil tanah aset dihitung koordinat titik sentroidnya. Koordinat
titik sentroid persil tanah aset ini merupakan identitas lokasi spasial tanah
aset.
IV.2 Survei Partisipasi Aktif Tanah Aset
Survei tanah aset pemerintah kota Probolinggo dilakukan pada semua
persil tanah aset yang sudah disusun data dan dibuat peta sementaranya, yaitu
Peta Kerja. Keberadaan, status dan kondisi persil tanah aset pemerintah kota
terkini lebih banyak diketahui oleh aparat pemerintah kelurahan setempat dan
atau pengguna tanah aset daripada oleh staf/petugas DPPKA Kota Probolinggo
sendiri. Partisipasi aktif petugas DPPKA Kota Probolinggo dan pihak-pihak
yang berkepentingan dengan tanah aset pemerintah kota di kelurahan tempat
tanah aset berada sangat menentukan kelancaran survei, kebenaran dan
kelengkapan rincian informasi tanah aset.
Kelompok II B 4
Survey Kadastral
Kebenaran lokasi persil tanah aset dari peta kerja dilacak menggunakan
piranti perlacak alat GPS Pemetaan Sub-meter yang telah diatur pada radius
tertentu, misal 10 meter dari koordinat sentroid persil. Pengaturan radius
pelacakan disesuaikan dengan ukuran persil. Bila pelacakan lokasi persil
tanah aset dengan radius itu benar, maka dilanjutkan dengan pengukuran
batas persil.
Persil tanah aset yang telah teruji kebenaran lokasi dan diukur koordinat
titik-titik sudutnya dibuat sket situasi lapangan dan diamati serta dibahas
lebih lanjut mengenai asal-usul tanah aset, status kepemilikan, nomor
Kelompok II B 5
Survey Kadastral
Kelompok II B 6
Survey Kadastral
Kelompok II B 7
Survey Kadastral
Gambar IV-2 Peta tanah aset Pemerintah Kota Probolinggo Tahun 2012
di Kelurahan Kedung Galeng.
Aset tanah hanyalah salah satu aset suatu kota, masih ada aset-aset lainnya yang
umumnya juga menggunakan tanah sebagai dasar keberadaan aset tersebut.
Persyaratan utama data/informasi aset tanah adalah kepastian hukum, ketepatan
dan ketelitian lokasi, bentuk dan ukuran aset serta atribut lain-lainnya berkaitan
dengan tanah – setidaknya nilai aset. BPN memiliki data tentang lokasi, bentuk,
ukuran dan status tanah. Bagian pajak Kementrian Keuangan mempunyai data
dan cara lengkap tentang penilaian aset. Bila kedua data/informasi ini bisa
digabungkan dalam satu sistem terpadu maka ada harapan aset tanah bisa
Kelompok II B 8
Survey Kadastral
Kedua indikasi ini sekarang bisa dikaitkan dengan kompetensi dan perlu serta
harus dikembangkan terus-menerus – berkelanjutan agar DPPKA Kota
Probolinggo bisa mengelola aset pemerintah kota dengan sebaik-baiknya: efektif,
efisien, terkini, tepat waktu, dapat dipertangungjawabkan dan dapat
memaksimumkam fungsi guna maupun nilai aset tanah.
GPS dengan jenis dan ketelitian dalam pemetaan ini juga belum dimiliki.
Peralatan hardware dan piranti software banyak ada di pasaran dan mudah
diperoleh. Dengan demikian faktor penentu keberhasilan pengelolaan tanah aset
Kelompok II B 9
Survey Kadastral
Kelompok II B 10
Survey Kadastral
Kelompok II B 1
Survey Kadastral
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
TDT dilaksanakan berdasarkan kerapatan dan dibedakan atas orde
0, 1, 2, 3, 4 serta TDT Perapatan. Pemasangan TDT orde 0 dan orde 1
dilaksanakan oleh Bakosurtanal, sedangkan orde 2, 3, 4 serta Titik Dasar
Teknik Perapatan dilaksanakan oleh BPN. Tahapan kegiatan pemasangan
titik dasar teknik adalah sebagai berikut Inventarisasi, Perencanaan,
Survei Pendahuluan dan Monumentasi. Pengukuran koordinat dengan
menggunakan GNSS CORS RTK NTRIP ini juga lebih efisien dengan
ketelitian yang mencapai fraksi sentimeter dan waktu pengukuran juga
relatif cepat dibandingkan metode GPS statik. Oleh karena itu, aplikasi
GNSS CORS ini diharapkan bisa menjadi metode alternatif dalam
pemeliharaan TDT yang telah ada.
Kelompok II B 2
Survey Kadastral
DAFTAR PUSTAKA
Abidim, H. Z., Jones, A., & Kahar, J. (2016). Survei dengan GPS. Bandung: ITB
Press.
Kelompok II B 1