Disusun Oleh :
Johan
406148116
Pembimbing :
1.2 Anamnesis
Alloanamnesis dilakukan kepada orangtua pasien pada Sabtu, 30 April 2016 pukul
08.00 wib
Pasien datang ke IGD RSUD Kudus pkl 19.00 wib (29/4/2016) dengan keluhan
demam yang terus menerus meningkat sejak 8 hari SMRS. Demam meningkat
terutama saat malam hari atau sedang tidur. Demam hanya turun sementara ketika
diberikan obat penurun panas dari puskesmas. Keluhan demam juga disertai
lemas,kembung, mual, muntah 2x isi cairan, warna kuning tanpa ampas. Pasien sudah
8 hari tidak dapat BAB, dan BAK tidak ada keluhan. Semenjak pasien sakit, pasien
menjadi sulit untuk makan karena terasa mual. Sejak 3 hari SMRS, pasien sering tidur
mengigau. Tidak disertai batuk, pilek, sesak, menggigil, keringat malam hari, sakit
tenggorokan, nyeri pada telinga, panas pada sendi, nyeri dan bengkak, pucat.
Perkembangan
Pertumbuhan gigi I : 5 bulan (Normal: 5-9 bulan)
Gangguan perkembangan mental : Tidak ada
Psikomotor
Tengkurap : Umur 3 bulan (Normal: 3-4 bulan)
Duduk : Umur 8 bulan (Normal: 6-9 bulan)
Berdiri : Umur 10 bulan (Normal: 9-12 bulan)
Bicara : Umur 11 bulan (Normal: 9-12 bulan)
Berjalan : Umur 12 bulan (Normal: 13 bulan)
Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai dengan
anak seusianya.
1.2.10 Riwayat Makan dan Minum
1.4 Resume
Telah diperiksa pasien anak laki-laki usia 9 tahun 5 bulan dengan keluhan demam
yang terus menerus meningkat sejak 8 hari SMRS. Demam meningkat terutama saat malam
hari atau sedang tidur. Demam hanya turun sementara ketika diberikan obat penurun panas
dari puskesmas .Keluhan demam juga disertai lemas, kembung, mual, muntah 2x isi cairan,
warna kuning tanpa ampas. Pasien sudah 8 hari tidak dapat BAB, dan BAK tidak ada
keluhan.Nafsu makan juga berkurang dan nyeri perut. Tidak disertai batuk, pilek, sesak,
menggigil, keringat malam hari, sakit tenggorokan, nyeri pada telinga, panas pada sendi,
nyeri dan bengkak, pucat. Semenjak pasien sakit, pasien menjadi sulit untuk makan karena
terasa mual. Sejak 3 hari SMRS, pasien sering tidur mengigau
Pasien pertama kali dirawat di RS ketika usia TK dengan keluhan yang sama. Tidak
ada riwayat alergi, ISPA, asma dan TB paru. Tidak terdapat riwayat kejang demam. Tidak
terdapat riwayat keluhan yang sama pada keluarga pasien.
Telah dilakukan pemeriksaan tanda vital dengan hasil : Nadi 107 x/menit, regular, isi
cukup, Pernafasan: 20 x /menit, Suhu aksila 38,2 C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
lidah kotor dengan pinggir hiperemis. Pada perkusi abdomen didapatkan timpani pada semua
kuadran dan pekak di bagian tengah.Pada palpasi abdomen teraba skibala di bagian tengah
abdomen.
1.5 Pemeriksaan Penunjang
1.5.1 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 29 Mei 2016 pkl 22.07 wib
1.6 Diagnosis
1.6.1 Diagnosis Kerja
Demam tifoid
1.8 Prognosis
ad Vitam : bonam
ad Fungtionam : bonam
ad Sanationam : dubia ad bonam
FOLLOW UP
Tanggal 29/04/2016 30/04/2016 31/04/2016
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tifoid
Infeksi sistemik oleh bakteri Salmonella sp. Sebagian besar kasus terjadi pada anak berusia >
5 tahun tetapi gejala dan tanda klinisnya masih sangat luas sehingga sukar didiagnosis.
2.1.2. Etiologi
Sekitar 95% kasus demam tifoid di Indonesia disebabkan oleh S. typhi, sementara sisanya
disebabkan oleh S.paratyphi.keduanya merupakan bakteri gram-negatif. Masa inkubasi
sekitar 10-14 hari.
2.1.3. Patogenesis
Bakteri awalnya masuk bersama makanan hingga mencapai epitel usus halus(ileum) dan
menyebabkan inflamasi lokal, fagositosis, serta pelepasan endotoksin di lamina propria.
Bakteri kemudian menembus dinding usus hingga mencapai jaringan limfoid ileum yang
disebut plak Peyeri. Dari tempat tersebut, bakteri dapat masuk ke aliran limfe mesenterika
hingga ke aliran darah (bakteremia I) bertahan hidup dan mencapai jaringan
retikuloendotelial (hepar, limpa, sumsum tulang) untuk bermultiplikasi memproduksi
enterotoksin yang meningkatkan kadar cAMP di dalam kripta usus yang menyebabkan
keluarnya elektrolit dan air ke lumen intestinal. Selanjutnya, bakteri kembali beredar ke
sirkulasi sistemik (bakteremia II) dan menginvasi organ lain, baik intra- maupun
ekstraintestinal.
2.1.6. Diagnosis
Diagnosis demam tifoid ditegakan apabila ditemukan gejala klinis tifoid yang didukung
dengan minimal salah satu pemeriksaan penunjang berikut:
Uji diagnostik lainnya yang lebih sensitif dan spesifik, seperti serologi IgM,
immunoblotting (Typhi-dot), DNA probe,, serta pemeriksaan PCR
Biakan Salmonella typhi
Peritonitis dan perdarahan saluran cerna: suhu menurun, nyeri abdomen, muntah,
nyeri tekan pada palapasi, bising usus menurun atau menghilang, defans muscular,
dan pekak hati menghilang
Perforasi intestinal
Ensefalopati tifoid (toxic typhoid)
Hepatitis tifosa
2.1.9. Tatalaksana
Suportif:
o Demam tifoid ringan dapat dirawat di rumah
o Tirah baring
o Isolasi memadai
o Kebutuhan cairan dan kalori cukup
o Diet makanan tidak berserat dan mudah dicerna, setelah demam reda dapat
segera diberi makanan yang lebih padat dengan kalori cukup
Medikamenosa:
o Antibiotik
Lini I:
Kloramfenikol 100mg/KgBB/hari PO/IV, dibagi dalam 4 dosis, selama
10-14 hari. Tidak diberikan apabila leukosit < 2000/uL
Amoksisilin 100mg/KgBB/hari PO/IV selama 10 hari
Kotrimoksazol 6-8mg/KgBB/hari selama 10 hari
Lini II:
Seftriakson 80mg/KgBB/hari IV/IM, sekali sehari, salama 5 hari
Sefiksim 10mg/KgBB/hari PO, dibagi dalam 2 dosis, selama 10 hari
o Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan penurunan kesadaran:
Deksametason 1-3mg/KgBB/hari IV, dibagi 3 dosis.
o Pertimbangkan transfusi darah pada kasus perdarahan saluran cerna