Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

TIFOID PADA ANAK

Disusun Oleh :

Johan

406148116

Pembimbing :

dr. Abdul Hakam, Msi. Med., Sp. A

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. LOEKMONO HADI KUDUS
PERIODE 28 MARET 2016 - 4 JUNI 2016
BAB 1
LAPORAN KASUS

1.1 Identitas Pasien


 Nama : An. M.N.S
 Umur : 9 Tahun 2 bulan
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Alamat : Temulus 03/06, Mejobo - Kudus
 Agama : Islam
 Suku bangsa : Jawa
 Dirawat di : Bougenville 2
 Tanggal masuk : 29 April 2016
 Tanggal pemeriksaan : 30 April 2016
 No. RM : 733 xxx

1.2 Anamnesis
Alloanamnesis dilakukan kepada orangtua pasien pada Sabtu, 30 April 2016 pukul
08.00 wib

1.2.1 Keluhan Utama


Demam

1.2.2 Keluhan Tambahan


Lemas, kembung, mual, muntah, tidak dapat BAB, nyeri perut

1.2.3 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RSUD Kudus pkl 19.00 wib (29/4/2016) dengan keluhan
demam yang terus menerus meningkat sejak 8 hari SMRS. Demam meningkat
terutama saat malam hari atau sedang tidur. Demam hanya turun sementara ketika
diberikan obat penurun panas dari puskesmas. Keluhan demam juga disertai
lemas,kembung, mual, muntah 2x isi cairan, warna kuning tanpa ampas. Pasien sudah
8 hari tidak dapat BAB, dan BAK tidak ada keluhan. Semenjak pasien sakit, pasien
menjadi sulit untuk makan karena terasa mual. Sejak 3 hari SMRS, pasien sering tidur
mengigau. Tidak disertai batuk, pilek, sesak, menggigil, keringat malam hari, sakit
tenggorokan, nyeri pada telinga, panas pada sendi, nyeri dan bengkak, pucat.

1.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien pertama kali dirawat di RS ketika usia TK dengan keluhan yang sama. Tidak
ada riwayat alergi, ISPA, asma dan TB paru.

1.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa dan TB paru.

1.2.6 Riwayat Pengobatan


Pasien sebelumnya sudah diberikan sirup parasetamol tetapi demam tidak turun.

1.2.7 Riwayat Prenatal


Ibu pasien memeriksakan diri setiap bulan ke Posyandu dan tidak pernah mengalami
sakit serius selama masa kehamilan.

1.2.8 Riwayat Kelahiran


Anak laki laki lahir G2P1A0 , lahir secara spontan per vaginam langsung menangis
dibantu oleh bidan dengan :
 Usia kehamilan : 38 minggu
 Berat badan : 3000 gram
 Panjang badan : 50 cm
 Lingkar kepala : tidak diketahui
 Lingkar dada : tidak diketahui
 Tanpa cacat bawaan

1.2.9 Riwayat Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak


Pertumbuhan
Berat badan : 28 kg
Tinggi badan : 137 cm
IMT : 14,97 kg/m2

Perkembangan
Pertumbuhan gigi I : 5 bulan (Normal: 5-9 bulan)
Gangguan perkembangan mental : Tidak ada
Psikomotor
Tengkurap : Umur 3 bulan (Normal: 3-4 bulan)
Duduk : Umur 8 bulan (Normal: 6-9 bulan)
Berdiri : Umur 10 bulan (Normal: 9-12 bulan)
Bicara : Umur 11 bulan (Normal: 9-12 bulan)
Berjalan : Umur 12 bulan (Normal: 13 bulan)

Interpretasi Kurva CDC


BB – Usia : 25-50 persentil
TB – Usia : 50-75 persentil
IMT – Usia : 10-25 persentil

Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai dengan
anak seusianya.
1.2.10 Riwayat Makan dan Minum

Pasien selain mengkomsumsi makan-makanan yang dimasak sehari-hari oleh ibunya


dirumah disertai minum air putih, pasien juga mengkonsumsi jajanan di depan
sekolah. Nafsu makan dan minum sekarang berkurang semenjak 8 hari ini.

1.2.11 Riwayat Imunisasi


Riwayat imunisasi diakui ibu pasien lengkap sesuai jadwal di posyandu.

1.2.12 Riwayat Sosial dan Ekonomi


Pasien merupakan anak kedua. Ibunya bekerja sebagai ibu rumah tangga, dan ayahnya
bekerja sebagai karyawan. Pasien berasal dari keluarga dengan kesan ekonomi cukup,
dengan biaya perawatan ditanggung BPJS.

1.3 Pemeriksaan Fisik


Dilakukan pada Sabtu, 29 April 2016 pukul 08.00 wib, didampingi oleh orang tua
pasien.
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Compos Mentis, GCS 15
Tanda vital :
 Nadi : 107 x/menit, regular, isi cukup
 Pernafasan : 20 x/menit
 SpO2 : 98 %
 Suhu : 38,2oC (aksila)

Pemeriksaan Sistematis Hasil Pemeriksaan


Kepala
 Bentuk dan ukuran Normosefali
 Rambut Warna hitam, distribusi merata, tidak mudah
dicabut
Leher Kaku kuduk (-)
Mata Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik,
mata tidak cekung, pupil isokor dengan
diameter 3 mm/3mm, reflex cahaya langsung
dan tidak langsung +/+
Telinga Serumen -/-, Sekret -/-
Hidung Sekret -/-, napas cuping hidung (-), mukosa
hidung berwarna merah muda
Mulut
 Bibir Bibir tidak kering, sianosis (-)
 Lidah Kotor dengan tepi hiperemis
 Tonsil T1/T1, tidak hiperemis, kripta tidak melebar,
detritus (-)
 Faring Tidak hiperemis
Leher Tidak teraba pembesaran KGB
Thorax
 Inspeksi Bentuk normal, simetris saat inspirasi dan
ekspirasi,retraksi suprasternal (-), retraksi
interkostal (-), retraksi epigastrium (-) ictus
cordis tidak terlihat
 Palpasi Gerakan napas teraba simetris saat inspirasi
dan ekspirasi, ictus cordis teraba di sela iga
IV linea midklavikularis sinistra
 Perkusi Sonor pada lapangan paru
Batas-batas jantung :
Batas atas : ICS III linea parastrenalis sinistra
Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS V linea midklavikula sinistra
 Auskultasi
o Bunyinapas Bunyi nafas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
o Bunyijantung Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen
o Inspeksi Tampak sedikit cembung (membuncit)
o Auskultasi Bising usus (+) 5 x/menit
o Palpasi Supel, skibala (+), hepar tidak membesar,
lien tidak teraba, nyeri tekan (+), defans
muscular (-)
o Perkusi timpani pada semua kuadran dan pekak pada
bagian tengah abdomen
Anggota gerak Akral hangat, capillary refill time < 2 detik,
edema(-), sianosis(-)
Kulit Turgor baik, kulit tidak kering, sianosis (-),
warna kulit kuning langsat

1.4 Resume

Telah diperiksa pasien anak laki-laki usia 9 tahun 5 bulan dengan keluhan demam
yang terus menerus meningkat sejak 8 hari SMRS. Demam meningkat terutama saat malam
hari atau sedang tidur. Demam hanya turun sementara ketika diberikan obat penurun panas
dari puskesmas .Keluhan demam juga disertai lemas, kembung, mual, muntah 2x isi cairan,
warna kuning tanpa ampas. Pasien sudah 8 hari tidak dapat BAB, dan BAK tidak ada
keluhan.Nafsu makan juga berkurang dan nyeri perut. Tidak disertai batuk, pilek, sesak,
menggigil, keringat malam hari, sakit tenggorokan, nyeri pada telinga, panas pada sendi,
nyeri dan bengkak, pucat. Semenjak pasien sakit, pasien menjadi sulit untuk makan karena
terasa mual. Sejak 3 hari SMRS, pasien sering tidur mengigau
Pasien pertama kali dirawat di RS ketika usia TK dengan keluhan yang sama. Tidak
ada riwayat alergi, ISPA, asma dan TB paru. Tidak terdapat riwayat kejang demam. Tidak
terdapat riwayat keluhan yang sama pada keluarga pasien.
Telah dilakukan pemeriksaan tanda vital dengan hasil : Nadi 107 x/menit, regular, isi
cukup, Pernafasan: 20 x /menit, Suhu aksila 38,2 C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
lidah kotor dengan pinggir hiperemis. Pada perkusi abdomen didapatkan timpani pada semua
kuadran dan pekak di bagian tengah.Pada palpasi abdomen teraba skibala di bagian tengah
abdomen.
1.5 Pemeriksaan Penunjang
1.5.1 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 29 Mei 2016 pkl 22.07 wib

Hasil Nilai Rujukan


Hemoglobin 12.9 g/dL 11,5-15,5 g/dL
Eritrosit 5.32 jt/ul 3,9-5,9 jt/ul
Hematokrit 37.7 % 34-40 %
Trombosit 202 103/ul 150-400 103/ul
Leukosit 15.0 103 /ul 4.5-14.5 103 /ul
Netrofil 65.3 % 50-70 %
Limfosit 46.2% 25-40 %
Monosit 6.5 % 2-8 %
Eosinofil 0.0 % 2-4 %
Basofil 0,4 % 0-1 %
MCH 28.2 pg 27,0-31,0 pg
MCHC 34.2 g/dL 33,0-37,0 g/dL
MCV 79.1 fL 79,0-99,0fL
S.typhi O (+) 1/320 Negatif
S.typhi H (+) 1/320 Negatif

1.6 Diagnosis
1.6.1 Diagnosis Kerja
Demam tifoid

1.6.2 Diagnosis Banding


o Demam tifoid
o Malaria
o ISK
o TBC
1.7 Penatalaksanaan
1.7.1 Penatalaksanaan Farmakologis
 IV RL 16 tpm
 Ceftriaxone IV 2 x 500 mg
 Paracetamol syr 3 x ½ tab (prn demam)
 Ranitidin 2 x 1/2 ampul

1.7.2 Penatalaksanaan non Farmakologis


 Tirah baring, dengan kebutuhan cairan dan kalori yang adekuat
 Diet makanan lunak (mudah dicerna) dan tidak berserat
 Setelah demam turun, dapat diberikan makanan yang lebih padat dengan
kalori terpenuhi sesuai kebutuhan

1.8 Prognosis
 ad Vitam : bonam
 ad Fungtionam : bonam
 ad Sanationam : dubia ad bonam

FOLLOW UP
Tanggal 29/04/2016 30/04/2016 31/04/2016

S: Demam (+), Demam (-), Demam (-),


makan dan Makan dan makan dan
minum sedikit, minum sedikit, minum baik.
BAB (+) 1x BAB (-),flatus (+) BAB (-), flatus
kali,sedikit, keras (+)

O: KU Baik Baik Baik

Kesadaran Compos mentis Compos mentis Compos mentis


GCS 15 15 15
Nadi 107 105 104
Suhu 37,8 (aksila) 37,2 (aksila) 37,0 (aksila)
RR 18 16 18
Mata CA -/- , SI -/- CA -/- , SI -/- CA -/- , SI -/-
Lidah Lidah kotor (+) Lidah kotor (+) Lidah kotor (-)
Cor Bunyi jantung S1- Bunyi jantung S1- Bunyi jantung S1-
S2 tunggal, S2 tunggal, S2 tunggal,
reguler, murmur reguler, murmur reguler, murmur
(-), gallop (-) (-), gallop (-) (-), gallop (-)
Pulmonal sdV +/+, ronkhi - sdV +/+, ronkhi - sdV +/+, ronkhi -
/-, wheezing -/- /-, wheezing -/- /-, wheezing -/-
Abdomen Flat, BU (+) Flat, BU (+) Flat, BU (+)
normal, NT (+), normal, NT (-), normal, NT (-),
skibala (+) skibala masih + skibala masih +
Kulit Turgor baik. Turgor baik. Turgor baik.
Ekstremitas Akral hangat, Akral hangat, Akral hangat,
Oedema-/- Oedema-/- Oedema-/-

A: Tifoid Tifoid Tifoid

P:  IVFD RL 16  IVFD RL 16  IVFD RL 16


tpm tpm tpm
 Ceftriakson  Ceftriakson  Ceftriakson
2x500 mg IV 2x500 mg IV 2x500 mg IV
 Paracetamol  Paracetamol  Paracetamol
syr 3x1/2 tab syr 3x1/2 tab syr 3x1/2 tab
 Ranitidin 2 x (prn demam) (prn demam)
1/2 ampul iv
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tifoid

2.1.1. Definisi dan Epidemiologi

Infeksi sistemik oleh bakteri Salmonella sp. Sebagian besar kasus terjadi pada anak berusia >
5 tahun tetapi gejala dan tanda klinisnya masih sangat luas sehingga sukar didiagnosis.

2.1.2. Etiologi

Sekitar 95% kasus demam tifoid di Indonesia disebabkan oleh S. typhi, sementara sisanya
disebabkan oleh S.paratyphi.keduanya merupakan bakteri gram-negatif. Masa inkubasi
sekitar 10-14 hari.

2.1.3. Patogenesis

Bakteri awalnya masuk bersama makanan hingga mencapai epitel usus halus(ileum) dan
menyebabkan inflamasi lokal, fagositosis, serta pelepasan endotoksin di lamina propria.
Bakteri kemudian menembus dinding usus hingga mencapai jaringan limfoid ileum yang
disebut plak Peyeri. Dari tempat tersebut, bakteri dapat masuk ke aliran limfe mesenterika
hingga ke aliran darah (bakteremia I) bertahan hidup dan mencapai jaringan
retikuloendotelial (hepar, limpa, sumsum tulang) untuk bermultiplikasi memproduksi
enterotoksin yang meningkatkan kadar cAMP di dalam kripta usus yang menyebabkan
keluarnya elektrolit dan air ke lumen intestinal. Selanjutnya, bakteri kembali beredar ke
sirkulasi sistemik (bakteremia II) dan menginvasi organ lain, baik intra- maupun
ekstraintestinal.

2.1.4. Tanda dan Gejala

 Masa inkubasi (10-14 hari): asimptomastis


 Fase invasi. Demam ringan, naik secara bertahap, terkadang suhu malam lebih tinggi
dibanding pagi hari. Gejala lainnya ialah nyeri kepala, rasa tidak nyaman pada saluran
cerna, mual, muntah, sakit perut, batuk, lemas, konstipasi.
 Diakhir minggu pertama, demam telah mencapai suhu tertinggi dan konstan tinggi
selama minggu kedua. Tanda lainnya ialah bradikardi relatif, pulsasi dikrotik,
hepatomegali, splenomegali, lidah tifoid (dibagian tengah kotor dengan tepi
hiperemis), serta diare dan konstipasi.
 Stadium evolusi. Demam mulai turun perlahan, tetapi dalam waktu yang cukup lama.
Dapat terjadi komplikasi perforasi usus. Pada sebagian kasus, bakteri masih ada
dalam jumlah minimal (menjasi karier kronis)

2.1.5. Pemeriksaan penunjang

 Laboratorium hematologi rutin: anemia(umumnya karena supresi sumsum tulang,


defisiensi Fe, atau perdarahan usus), leukopenia namun jarang <3000/ul, an-
eosinofilia, limfositosis relatif, atau trombositopenia (pada kasus berat)
 LED meningkat
 Enzim transaminasie meningkat
 Serologi:
o Antibodi IgM S. typhi
o Widal kenaikan titer S.typhi titer O 1:200 atau kenaikan 4x titer fase akut ke
fase konvalesens
 Pemeriksaan biakan Salmonela:
o Biakan darah terutama pada minggu 1-2 dari perjalanan penyakit
o Biakan sumsum tulang masih posited sampai minggu ke-4
 Pemeriksaan radiologi:
o Rontgen toraks apabila diduga terjadi komplikasi pneumonia
o Rontgen abdomen bila dicurigasi terjadi kompensasi intraintestinal
(peritonitis, perforasi usus, atau perdarahan saluran cerna)
o Pada perforasi usus tampak:
 Distribusi udara tak merata
 Airfluid level
 Bayangan radiolusen di daerah hepar
 Udara bebas pada abdomen

2.1.6. Diagnosis

Diagnosis demam tifoid ditegakan apabila ditemukan gejala klinis tifoid yang didukung
dengan minimal salah satu pemeriksaan penunjang berikut:

 Uji diagnostik lainnya yang lebih sensitif dan spesifik, seperti serologi IgM,
immunoblotting (Typhi-dot), DNA probe,, serta pemeriksaan PCR
 Biakan Salmonella typhi

2.1.7. Diagnosis banding

Influenza, gastroenteritis, bronchitis dan bronkopneumonia,.Pada demam tifoid yang berat


maka sepsis, leukemia, linmfoma, dan penyakit Hodgin dapat dipikirkan.
2.1.8. Komplikasi

 Peritonitis dan perdarahan saluran cerna: suhu menurun, nyeri abdomen, muntah,
nyeri tekan pada palapasi, bising usus menurun atau menghilang, defans muscular,
dan pekak hati menghilang
 Perforasi intestinal
 Ensefalopati tifoid (toxic typhoid)
 Hepatitis tifosa

2.1.9. Tatalaksana

 Suportif:
o Demam tifoid ringan dapat dirawat di rumah
o Tirah baring
o Isolasi memadai
o Kebutuhan cairan dan kalori cukup
o Diet makanan tidak berserat dan mudah dicerna, setelah demam reda dapat
segera diberi makanan yang lebih padat dengan kalori cukup

 Medikamenosa:
o Antibiotik
 Lini I:
 Kloramfenikol 100mg/KgBB/hari PO/IV, dibagi dalam 4 dosis, selama
10-14 hari. Tidak diberikan apabila leukosit < 2000/uL
 Amoksisilin 100mg/KgBB/hari PO/IV selama 10 hari
 Kotrimoksazol 6-8mg/KgBB/hari selama 10 hari
 Lini II:
 Seftriakson 80mg/KgBB/hari IV/IM, sekali sehari, salama 5 hari
 Sefiksim 10mg/KgBB/hari PO, dibagi dalam 2 dosis, selama 10 hari
o Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan penurunan kesadaran:
Deksametason 1-3mg/KgBB/hari IV, dibagi 3 dosis.
o Pertimbangkan transfusi darah pada kasus perdarahan saluran cerna

 Tindakan bedah diperlukan bila terjadi perforasi usus


Daftar Pustaka

1. Pudjiadi AH, Hegar B, Hardayastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, penyunting.


Pedoman pelayanan medis Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta: Badan
Penerbit IDAI; 2011.
2. Cleary TG. Salmonella. Dalam: Kliegman RM, Stanton BM, Geme J, Schor N,
penyunting. Nelson’s textbook of pediatrics. Edisi ke-19. Philadelphia: Elsevier
Saunders; 2011.
3. Sunarmo SPS, Herry G, Sri RSH, Hindra IS, penyunting. Buku ajar infeksi dan
pediatri tropis. Jakarta: Badan penerbit IDAI; 2012.

Anda mungkin juga menyukai