Anda di halaman 1dari 3

PERMINTAAN PEMERIKSAAN PATOLOGI ANATOMI

1. Sampel : P1A (Pankreas Tikus )

Bahan : Penelitian

Fiksasi : Formalin 10%

Lokasi : Pankreas

Diagnosa Klinik : Diabetes Mellitus tipe 2

Keterangan Klinik : Tikus diabetes mellitus yang diberi terapi glibenklamid

Kelainan yang diharapkan :

a. Perbaikan rerata jumlah sel penyusun pulau langerhans (sel α, β, dan δ) mendekati
jumlah rerata sel penyusun pankreas pada kelompok tikus normal
b. Bentuk sel yang regular (bulat atau polihedral), nukleus bulat-lonjong, batas antar sel
jelas, tidak mengalami hipertrofi maupun nekrosis
c. Diameter pulau langerhans 0,1-0,2 mm

2. Sampel : P2D (Pankreas Tikus )

Bahan : Penelitian

Fiksasi : Formalin 10%

Lokasi : Pankreas

Diagnosa Klinik : Diabetes Mellitus tipe 2

Keterangan Klinik : Tikus diabetes mellitus tanpa terapi

Kelainan yang diharapkan :

a. Rerata jumlah sel penyusun pulau langerhans (sel α, β, dan δ) lebih rendah dibandingkan
jumlah rerata sel penyusun pankreas pada kelompok tikus normal
b. Bentuk sel yang irregular, nukleus mengalami fragmentasi, batas antar sel tidak jelas,
mengalami hipertrofi atau nekrosis
c. Diameter pulau langerhans < 0,1 mm

3. Sampel : P3C (Pankreas Tikus )

Bahan : Penelitian

Fiksasi : Formalin 10%

Lokasi : Pankreas
Diagnosa Klinik : Diabetes Mellitus tipe 2

Keterangan Klinik : Tikus diabetes mellitus yang diberi terapi fraksi etanol
ekstrak buah pare

Kelainan yang diharapkan :

a. Perbaikan rerata jumlah sel penyusun pulau langerhans (sel α, β, dan δ) mendekati
jumlah rerata sel penyusun pankreas pada kelompok tikus normal
b. Bentuk sel yang regular (bulat atau polihedral), nukleus bulat-lonjong, batas antar sel
jelas, tidak mengalami hipertrofi maupun nekrosis
c. Diameter pulau langerhans 0,1-0,2 mm

4. Sampel : P4C (Pankreas Tikus )

Bahan : Penelitian

Fiksasi : Formalin 10%

Lokasi : Pankreas

Diagnosa Klinik : Diabetes Mellitus tipe 2

Keterangan Klinik : Tikus diabetes mellitus yang diberi terapi fraksi etil asetat
ekstrak buah pare

Kelainan yang diharapkan :

a. Perbaikan rerata jumlah sel penyusun pulau langerhans (sel α, β, dan δ) mendekati
jumlah rerata sel penyusun pankreas pada kelompok tikus normal
b. Bentuk sel yang regular (bulat atau polihedral), nukleus bulat-lonjong, batas antar sel
jelas, tidak mengalami hipertrofi maupun nekrosis
c. Diameter pulau langerhans 0,1-0,2 mm

5. Sampel : P5A (Pankreas Tikus )

Bahan : Penelitian

Fiksasi : Formalin 10%

Lokasi : Pankreas

Diagnosa Klinik : Diabetes Mellitus tipe 2

Keterangan Klinik : Tikus diabetes mellitus yang diberi terapi fraksi n-heksan
ekstrak buah pare

Kelainan yang diharapkan :


a. Perbaikan rerata jumlah sel penyusun pulau langerhans (sel α, β, dan δ) mendekati
jumlah rerata sel penyusun pankreas pada kelompok tikus normal
b. Bentuk sel yang regular (bulat atau polihedral), nukleus bulat-lonjong, batas antar sel
jelas, tidak mengalami hipertrofi maupun nekrosis
c. Diameter pulau langerhans 0,1-0,2 mm

6. Sampel : N (Pankreas Tikus )

Bahan : Penelitian

Fiksasi : Formalin 10%

Lokasi : Pankreas

Diagnosa Klinik : Diabetes Mellitus tipe 2

Keterangan Klinik : Tikus normal tanpa kelainan

Kelainan yang diharapkan :

d. Rerata jumlah sel penyusun sel langerhans ±200 sel (sel β>60%)
e. Bentuk sel yang regular (bulat atau polihedral), nukleus bulat-lonjong, batas antar sel
jelas, tidak mengalami hipertrofi maupun nekrosis
f. Diameter pulau langerhans 0,1-0,2 mm

Anda mungkin juga menyukai