Anda di halaman 1dari 47

PENCEMARAN AIR: KOMPONEN & INDIKATOR KIMIA DAN FISIKA

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI MATAKULIAH
Pencemaran Lingkungan
yang dibimbing oleh Dr. H. Sueb, M.Kes
(Email: sueb.fmipa@um.ac.id)
Disajikan pada Jumat, 7 September 2018

Oleh :
Affan Wudy Alifianto (160342606222)
Atiqoh Zuliyanah (160342606247)
Dinda Tri Yunisa (160342606229)
Fahdina Rufiandita (160342606215)
Nicholas Gerry A (160342606297)
Offering GHK

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI BIOLOGI
AGUSTUS 2018
PENCEMARAN AIR: KOMPONEN & INDIKATOR KIMIA DAN FISIKA

Affan W. Alifianto, Atiqoh Zuliyanah, Dinda T. Yunisa, Fahdina Rufiandita,


Nicholas Gerry A. Dr. H. Sueb, M.Kes
Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang
E-mail: nicholasgerry222@gmail.com

Abstrak

Pencemaran air adalah segala perubahan kualitas air yang membahayakan


manusia atau organisme hidup lainnya atau membuat air tidak cocok untuk
penggunaan yang diinginkan. Penyebab terjadinya pencemaran dapat berupa
masuknya mahluk hidup, zat kimia maupun organik, energi atau komponen lain
yang berpotensi bahaya ke dalam air sehingga tercampur atau terlarut di dalamnya
yang dapat membahayakan. Berdasarkan datangnya, pencemaran air dari sumber
tunggal atau point maupun dari sumber yang lebih besar dan tersebar atau
nonpoint. Pencemaran air dapat dideteksi dengan menggunakan indikator, baik
kimia, fisika maupun biologis. Oleh karena itu diperlukan pengkajian lebih lanjut
mengenai komponen-komponen pencemaran air beserta indikator pencemaran air
yang meliputi indikator fisik, indikator kimia, dan bioindikator. Metode yang
digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode kajian literatur dan
dijabarkan secara deskriptif. Hasil yang didapatkan adalah tentang pencemaran
air. Komponennya dapat berupa zat kimia, organisme, dan zat berbahaya lainnya
yang terdapat di dalam air. Indikator fisika dapat berupa kekeruhan, bau, warna,
dan suhu. Sedangkan indikator kimia dapat berupa kandungan nutrisi, logam
berat, oksigen terlarut, pH, sedangkan bioindikator menggunakan organisme.
Kata Kunci: Komponen Pencemaran Air, Indikator Fisika, Indikator Kimia,
Bioindikator

Abstract
Water pollution is the water quality in which involves humans or other
living creatures that makes the water unsuitable for the desired use. The causes of
water pollution can be in the form of living creatures, chemical or organic
substances, energy or other components which mixed or dissolved in the water
which can be dangerous. Based on the sources, water pollution can come from a
single source (point) also from a larger source and spread (nonpoint). Water
pollution can be detected using indicators. Therefore, it is necessary to review the
components of water pollution and indicators of water pollution that cover
physical indicators, chemical indicators, and bioindicators. The method used in
this paper is a literature review method and is described descriptively. The results
obtained are about water pollution. The components can be in the form of
chemicals, organisms, and other substances that are in the water. These indicators
can be turbidity, odor, color, and temperature. While chemical indicators can be in
the form of nutrients, heavy metals, dissolved oxygen, pH, and for bioindicators
are from organisms.
Keywords: Components of Water Pollution, Physic Indicator, Chemistry
Indicator, Bioindicator

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan.


Makhluk hidup di muka bumi ini tidak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air
merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada
kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat menjadi
malapetaka bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik kualitas
maupun kuantitasnya. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia,
baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk
kebersihan sanita si kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya
(Warlina, 2004). Di zaman sekarang, air menjadi masalah yang memerlukan
perhatian serius. Untuk mendapatkan air yang baik sesuai dengan standar
terntentu sudah cukup sulit untuk di dapatkan. Hal ini dikarenakan air sudah
banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari berbagai hasil kegiatan
manusia. Sehingga menyebabkan kualitas air menurun, begitupun dengan
kuantitasnya.

Krisis air juga terjadi di hampir semua wilayah P. Jawa dan sebagian
Sumatera, terutama kota-kota besar baik akibat pencemaran limbah cair industri,
rumah tangga ataupun pertanian. Selain merosotnya kualitas air akibat
pencemaran, krisis air juga terjadi dari berkurangnya ketersediaan air dan
terjadinya erosi akibat pembabatan hutan di hulu serta perubahan pemanfaatan
lahan di hulu dan hilir. Menyusutnya pasokan air pada beberapa sungai besar di
Kalimantan menjadi fenomena yang mengerikan, sungai-sungai tersebut
mengalami pendangkalan akibat inimnya air pada saat kemarau serta ditambah
erosi dan sedimentasi. Pencemaran air di banyak wilayah di Indonesia, seperti
beberapa contoh di atas, telah mengakibatkan terjadinya krisis air bersih.
Lemahnya pengawasan pemerintah serta keengganannya untuk melakukan
penegakan hukum secara benar menjadikan problem pencemaran air menjadi hal
yang kronis yang makin lama makin parah (Warlina, 2004). Oleh karena hal
tersebut, makalah ini dibuat dengan tujuan agar pembaca dapat lebih menyadari
tentang pencemaran air, komponen-komponen yang terkandung dalam air yang
tercemar, indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat pencemaran baik
secara kimia, fisik, maupun biologis.

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana komponen-komponen pencemaran air?

2) Bagaimana indikator kimia, fisik, dan bioindikator dapat mengukur


pencemaran air?
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui komponen-komponen pencemaran air.
2) Untuk menjelaskan indikator kimia, fisik, dan bioindikator dalam
mengukur tingkat pencemaran suatu air.

1.4 Manfaat
Untuk pembaca diharapkan dapat lebih menyadari tentang pencemaran air,
komponen-komponen yang mencemari air, dan indicator fisika dan kimianya,
sehingga dapat menangani masalah-masalah mengenai air di lingkungan dengan
baik.

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Sumber dan Faktor Penyebab Terjadinya Pencemaran Air


Menurut Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 1990 tentang Pengendalian
Pencemaran Air, mengemukakan bahwa pencemaran air adalah masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air
oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan air tidak berfungsi kembali sesuai dengan yang seharusnya. Ada
juga sumber yang mengatakan bahwa pencemaran air adalah perubahan kualitas
air yang merugikan manusia atau makhluk hidup lainnya sehingga membuat air
menjadi tidak sesuai dengan penggunaan yang diinginkan (Miller & Spoolman,
2010).
Berbagai bangsa di belahan dunia melalui Amerika Serikat mengakui
pentingnya meningkatkan akses air bersih, memastikan memadainya sanitasi dan
memotong sebagian proporsi pada tahun 2015 sebagai tujuan dari pembangunan
PBB. Namun, jika tujuan tercapai 10 milyar dari masyarakat dunia akan terhindar
dari kontaminasi air dan penyakit yang disebabkan oleh air yang tercemar (Miller,
2007).
Krisis air bersih akibat tercemarnya sumber air menjadikan kualitas dan
kuantitas serta ketersediaan air semakin langka. Pencemaran melalui pembuangan
limbah industri, rumah tangga maupun sisa produksi lain meskipun telah memiliki
surat izin tetap dibuang secara sembarangan. Pasalnya sungai yang menjadi
sumber kehidupan sebagian masyarakat dan sedari dulu telah digunakan sebagai
transportasi tercemar yang dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan
lingkungan dan masyarakat.
Sumber pencemaran air dibedakan menjadi 2 yaitu point source dan nonpoint
source. Point source mengeluarkan polutan di lokasai tertentu melalui pipa saluran
pembuangan, parit, atau saluran pembuangan ke badan permukaan air. Contohnya
yaitu pada pabrik pengolahan limbah, meskipun limbah yang ada didalamnya
sudah diolah terlebih dahulu namun hanya beberapa dari polutan tersebut yang
hilang. Selain pipa saluran pembuangan ada juga yang termasuk point source
seperti tambang bawah tanah dan tanker minyak.
Sedangkan nonpoint source merupakan daerah yang menyebar secara luas
bukan titik dari mana polutan memasuki badan air permukaan atau udara.
Contohnya meliputi limpasan bahan kimia dan sedimen dari lahan pertanian,
tempat pakan ternak, hutan bekas tebangan, jalan perkotaan, tempat parkir,
halaman rumput, dan lapangan golf (Miller dan Spoolman, 2010).
Dalam aliran yang mengalir, pemecahan limbah biodegradable oleh bakteri
menghabiskan oksigen terlarut dan menciptakan kurva oksigen. Hal ini
mengurangi atau menghilangkan populasi organisme dengan oksigen tinggi
sampai sungai dibersihkan dari limbah. Kurva lonjakan oksigen serupa dapat
diplot saat air panas dari pembangkit listrik dan industri dibuang ke aliran sungai,
karena air pemanasan menurunkan kadar oksigen terlarutnya.
Berdasarkan sumbernya, menurut Mudarisin (2004), jenis limbah cair yang
dapat mencemari air dapat dikelompokkkan ke dalam beberapa golongan yaitu :
1. Limbah Cair Domestik
Limbah cair yang berasal dari pemukiman, tempat komersial
(perkantoran, perdagangan, institusi) dan tempat rekreasi. Air limbah
domestik (berasal dari pemukiman) terutama terdiri atas tinja, air
kemih, dan buangan limbah cair (kamar mandi, dapur, cucian yang
kira-kira mengandung 99,9% air dan 0,01% padatan). Zaat padat yang
ada tersebut terbagi atas lebih kurang 70% zat organik (terutama
potein, karbohidrat, dan lemak) serta sisanya 30% berupa pasir, logam,
garam, dan air limbah.
2. Limbah Cair Industri
Limbah cair yang dikeluarkan oleh industri sebagai akibat daari proses
industri. Limbah cair ini dapat berasal dari air bekas pencuci, bahan
pelarut, ataupun air pendingin industri tersebut. Pada umumnya limbah
cair industri lebih sulit pengolahannya, hal ini disebabkan zat yang
terkandung dalamnya berupa bahan atau zat pelarut, mineral, logam
berat, zat organik, lemak, garam, zat warna, nitrogen, sulfida, amoniak
dan lain-lain yang bersifat toksik.
3. Limbah Pertanian
Limbah yang bersumber dari kegiatan pertanian seperti penggunaan
pestisida, herbisida, fungisida dan pupuk kimia yang berlebihan.
4. Infiltration/inflow
Limbah cair yang berasal dari perembesan air yang masuk ke dalam
dan luapan dari sistem pembuangan air kotor.
Masalah pencemaran air dapat timbul dari:
(1) Pengoprasian yang tidak tepa dan kinerja sistem pengobatan yang
buruk,
(2) Kondisi buruk yang disebabkan oleh 10% atau lebih zat padat, organik,
dan bahan lainnya yang tidak dapat dihilangkan melalui proses
perawatan standar, dan
(3) Bahan kimia spesifik yang beracun dalam konsentrasi rendah dan sulit
dikeluarkan seluruhnya. Tumpahan besar minyak dan bahan kimia
lainnya tidak sering terjadi, namun hasilnya seringkali menjadi
bencana saat terjadi. Beberapa jenis tumpahan yang lebih umum
seperti selokan di jalur minyak dan gas, dan tumpahan bensin dan
antibeku. Tumpahan yang lebih rendah ini juga menimbulkan ancaman
terhadap kualitas air (Vigil, 2003).
2.2 Indikator Pencemaran Air
Untuk mengetahui bahwa air mengalami pencemaran adalah adanya
perubahan pada air yang dapat diamati dengan berbagai macam seperti,
pengamatan secara fisis untuk mengetahui tingkat pencemaran berdasarkan
kejernihan air atau kekeruhan, perubahan suhu, warna dan rasa, pengamatan
secara kimiawi berdasarkan zat kimia yang terlarut, perubahan pH, pengamatan
secara biologis berdasarkan mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada
tidaknya bakteri phatogen. Indikator yang digunakan secara umum untuk
mengetahui pencemaran air yaitu :
1. pH atau konsentrasi ion hydrogen,
2. Oksigen terlarur(Dissolved Oxygen, DO),
3. Kebutuhan oksigen biokimia (Biochemiycal Oxygen Demand, BOD),
dan
4. Kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxygen Demand, DOD).
Air normal yang memenuhi syarat untuk kehidupan mempunyai pH sekitar
6,5-7,5. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH di
bawah pH normal maka air besifat asam namun bila pH di atas pH normal bersifat
basa. Air limbah dan bahan buangan industri akan mengubah pH air yang akhirnya
akan menggangu kehidupan biota akuatik. Sebagian besar biota akuatik sensitif
terhadap perubahan pH dan menyukai pH antara 7-8,5. Nilai pH berperan penting
dalam proses biokimiawi perairan, proses nitrifikasi. Proses ini akan berakhir pada
pH yang rendah (Warliana, 2007).
Indikator-indikator ini ditentukan berdasarkan unsur-unsur yang
mempengaruhi tingkat pencemaran sungai dan prinsip-prinsip pengendalian
pencemaran. Unsur-unsur yang digunakan untuk menganalisis yaitu :
1. Kondisi fisik sungai, merupakan unsur yang menjelaskan kondisi
lingkungan sungai saat ini dengan masalah yang dihadapi dan potensi
yang ada secara fisik.
Unsur ini meliputi tingkat pencemaran air.
2. Upaya pengendalian pencemaran air, merupakan unsur yang
menjelaskan usahausaha pengendalian pencemaran air yang telah
dilakukan pemerintah dan masyarakat, untuk mengurangi ingkat
pencemaran air.
3. Sikap dan perilaku masyarakat, merupakan unsur yang menjelaskan
sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam upaya pengendalian
pencemaran air, baik yang bersifat mendukung maupun menghambat
keberhasilan pengendalian pencemaran air.
4. Peran pemerintah dalam upaya pengendaian pencemaran air,
merupakan unsur yang menjelaskan sikap pemerintah pusat,
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten dan instansi terkait tentang
pengendalian pencemaran air, baik yang bersifat mendukung maupun
menghambat.
Masing-masing unsur memiliki indikator berdasarkan Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010 tentang Tata Laksana
Pengendalian Pencemaran Air. Indikator yang digunakan meliputi 17 indikator,
yaitu:
1. Kondisi fisik sungai
• Pencemaran perairan
2. Perlakuan pengendalian pencemaran air
• Pemantauan kualitas air
• Penetapan daya tampung beban pencemaran air
• Penetapan baku mutu air limbah
• Pembuatan IPAL
• Inventarisasi dan identifikasi sumber pencemaran air
3. Sikap dan perilaku masyarakat
• Pembuangan limbah industri
• Pembuangan limbah pemukiman
• Pembuangan limbah peternakan
• Kesadaran menaati peraturan yang berlaku
• Pengetahuan dalam pengelolaan limbah
4. Peran pemerintah
• Perizinan pembuangan air limbah ke sumber air
• Penyediaan informasi
• Penetapan kebijakan pengendalian pencemaran air
• Pembinaan dan pengawasan
• Koordinasi antar instansi yang berkepentingan dalam
pengendalian pencemaran air
2.3 Dampak dan Kerusakan Pencemaran Air
Pencemaran air memiliki dampak yang cukup luas, dampak dari pencemaran
air tentu merugikan bagi makhluk hidup karena air yang biasa digunakan dalam
keseharian kini talah tercemar. Keruskan yang ditimbulkan dengan adanya
pencemaran air tidak hanya dirasakan oleh manusia saja namun makhluk hidup
semua juga ikut merasakan akibatnya.
Salah satu kerusakan yang ditimbulkan akibat adanya pencemaran air yaitu
pencemaran pada air tanah. Menurut para ahli air pencemaran air tanah
merupakan ancaman yang serius bagi kesehatan manusia. Polutan seperti pupuk,
pestisida, bensin, dan pelarut organik dapat meresap ke air tanah dari berbagai
sumber. Orang yang membuang atau menumpahkan bensin, minyak, dan thinner
cat dan pelarut organik lainnya ke tanah juga mencemari air tanah. Pada skala
global, kita tidak tahu banyak tentang polusi air tanah karena beberapa negara
menggunakan biaya besar untuk mencari, melacak, dan menguji akuifer. Namun
hasil penelitian ilmiah di berbagai belahan dunia mengkhawatirkan. Air tanah
menyediakan sekitar 70% air minum China. Pada tahun 2006, pemerintah China
melaporkan bahwa akuifer di sekitar sembilan dari setiap sepuluh kota di China
tercemar atau dieksploitasi secara berlebihan, dan bisa memakan waktu ratusan
tahun untuk pulih (Miller dan Spoolman, 2010).

Pencemaran air laut merupakan masalah yang berkembang di wilayah pesisir


terutama lahan basah, muara, terumbu karang, dan rawa bakau. Wilayah trsebut
menanggung beban masukan polutan dan limbah ke laut.Menurut Program
Lingkungan U.N., kesehatan yang buruk dan kematian dini akibat polusi air di
pesisir merugikan dunia lebih dari $ 30.000 per menit.
Air berdampak sangat luas seperti meracuni air minum, meracuni makanan
hewan, menjadi penyebab ketidak seimbangan ekosisem sungai dan danau,
pengrusakan hutan akibat hujan asam, dan sebagainya. Pada badan air, sungai dan
danau, nitrogen dan fosfat dari kegiatan pertanian telah menybabkan pertumbuhan
tanaman air yang diluar kendali disebut sebagai eutrofikasi (eutrofication).
Ledakan pertumbuhan tersebut menyebabkan oksigen yang seharusnya digunakan
bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi berkurang. Sehingga air
tersebut mati, dekomposisinya menyedot lebih banyak oksigen akibatnya ikan
mati dan aktivitas bakteri menurun (Warliana, 2007).

PEMBAHASAN

3.1 Pencemaran Air


Polusi atau pencemaran air adalah perubahan kualitas air yang membahayakan
manusia atau organisme hidup lainnya atau membuat air tidak cocok untuk
penggunaan yang diinginkan. Dalam PP No. 20/1990 tentang Pengendalian
Pencemaran Air, pencemaran air didefinisikan sebagai : “pencemaran air adalah
masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain
ke dalam air oleh kegiaan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya
” (Pasal 1, angka 2). Definisi pencemaran air tersebut dapat diuraikan sesuai
makna pokoknya menjadi 3(tiga) aspek, yaitu aspek kejadian, aspek penyebab
atau pelaku dan aspek akibat (Setiawan, 2001).

Berdasarkan definisi pencemaran air, penyebab terjadinya pencemaran dapat


berupa masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air
sehingga menyebabkan kualitas air tercemar. Masukan tersebut sering disebut
dengan istilah unsur pencemar, yang pada prakteknya masukan tersebut berupa
buangan yang bersifat rutin, misalnya buangan limbah cair. Aspek pelaku atau
penyebab dapat yang disebabkan oleh alam, atau oleh manusia. Pencemaran yang
disebabkan oleh alam tidak dapat berimplikasi hukum, tetapi Pemerintah tetap
harus menanggulangi pencemaran tersebut. Sedangkan aspek akibat dapat dilihat
berdasarkan penurunan kualitas air sampai ke tingkat tertentu. Pengertian tingkat
tertentu dalam definisi tersebut adalah tingkat kualitas air yang menjadi batas
antara tingkat tak-cemar (tingkat kualitas air belum sampai batas) dan tingkat
cemar (kualitas air yang telah sampai ke batas atau melewati batas). Ada standar
baku mutu tertentu untuk peruntukan air (Achmadi, 2001).
3.2 Komponen Pencemaran Air
Menurut Miller & Spoolman (2010) polusi air dapat datang dari sumber
tunggal atau point maupun dari sumber yang lebih besar dan tersebar atau
nonpoint. Sumber tunggal atau point mengeluarkan polutan di lokasi tertentu
melalui pipa pembuangan, parit, atau saluran pembuangan ke badan air
permukaan secara langsung sedangkan sumber nonpoint adalah area yang luas dan
menyebar, bukan titik, dari mana polutan masuk ke dalam tubuh air melewati
permukaannya ataupun udara. Berikut adalah contoh sumber-sumber pencemaran
air:

Table 1. Polutan Air dan Sumbernya

Sumber: Miller & Spoolman, 2010:257

Zaman sekarang ini manusia telah mengenal banyak sekali jenis-jenis zat
kimia. Sebagian besar sisa zat kimia tersebut dibuang ke badan air atau air tanah.
Seperti pestisida yang digunakan dipertanian, industry atau rumah tangga, deterjen
yang digunakan di rumah tangga, atau PCBs yang biasa digunakan dalam alat-alat
elektronik. Secara umum jenis-jenis bahan buangan dapat dikategorikan sebagai
berikut:
1. Bahan Buangan Padat
Bahan buangan padat yang dimaksud adalah bahan yang berbentuk padat,
baik yang kasar (butiran besar) maupun yang halus butiran kecil. Apabila
bahan buangan padat larut di dalam air, maka kepekatan air atau berat jenis
cairan akan buruk dandisertai perubahan warna. Bahan buangan padat yang
berbentuk halus sebagianada yang larut dan sebagian lagi tidak dapat larut
akan terbentuk koloidal yang melayang dalamair (Irianto, 2015).
2. Bahan Buangan Organik

Bahan buangan organik pada umumnya berupa limbah yang dapat


membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme (Gunawan, 2000). Menurut
Proowse (1996) bahan buanganorganik akan dapat meningkatkan populasi
mikroorganisme di dalam air sehingga memungkinkan untuk ikut
berkembangnya bakteri patogen.
3. Bahan Buangan Anorganik
Bahan buangan anorganik pada umumnya berupa limbah yang tidak dapat
membusuk dan sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Menurut Irianto (2015)
menyatakan bahan buangan anorganik biasanya berasal dari industri yang
melibatkan penggunaan unsurunsur logam seperti Timbal (Pb) Arsen (Ar),
Kadmium (Cd), Air raksa (Hg), Krom (Cr), Nikel (Ni), Kalsium (Ca),
Magnesium (Mg), Kobalt (Co). Menurut Irianto (2015) kandungan ion
Kalsium (Ca) dan ionMagnesium (Mg) dalam air menyebabkan air bersifat
sadah dan akan menghambat proses degradasi. Kesadahan air yang tinggi
dapat merugikan karena dapat merusak peralatan yangterbuat dari besi.
(Irianto, 2015).
4. Bahan Buangan Olahan Bahan Makanan

Air lingkungan yang mengandung bahan buangan olahan bahan makanan


akan banyak mengandung mikroorganisme, termasuk di dalamnya bakteri
pathogen (Barnum, 2005). Bahanbuangan olahan bahan makanan
mengandung protein gugus Amin yang apabila di degradasi
olehmikroorganisme akan terurai menjadi senyawa yang mudah menguap dan
berbau busuk (Diaz, 2008).
5. Bahan Buangan Cairan Berminyak

Minyak tidak dapat larut di dalam air, melainkan akan mengapung di atas
permukaan air.Bahan buangan cairan berminyak yang dibuang ke air
lingkungan akan mengapung menutupipermukaan air (Martin, 2000). Menurut
Fardias (1993) ada 2 jenis penyusutan luas permukaan tergantung pada jenis
minyaknya dan waktu. Lapisan minyak dipermukaan akan menghalangi difusi
oksigen, menghalangi sinar matahari sehingga kandunganoksigen dalam air
jadi semakin menurun.
6. Bahan Buangan Zat Kimia

Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi yang dimaksud adalah
bahan pencemar air yang berupa sabun (deterjen, sampo dan bahan pembersih
lainnya), zat warnakimia dan bahan pemberantas hama (insektisida). Adanya
bahan buangan zat kimia yang berupasabun (deterjen, sampo dan bahan
pembersih lainnya) yang berlebihan di dalam air ditandaidengan timbulnya
buih-buih sabun pada permukaan air (Darmono, 2001).

C17H35COOH + Na(OH) C17H25COONa + H2O


Asam Stearat Basa Sabun
Deterjen dapat pula sebagai bahan pembersih seperti halnya sabun,akan
tetapi dibuat darisenyawa petrokimia. Bahan deterjen yang umum digunakan
adalah Dodecyl Benzen Sulfonat.Bahan buangan berupa sabun dan deterjen di
dalam air lingkungan dapat menaikkan pH lingkungan air (Irianto, 2015).
Gambar 1. Bahan buangan berupa sabun dan deterjen dapat
menaikkan pH lingkungan air

Salah satu contoh karakteristik air limbah domestik Rumah Sakit hasil olahan
dapat dilihat padatabel dibawah ini:

Tabel 2. Karakteristik Air Limbah hasil olahan Rumah Sakit.

Tingginya nilai parameter COD dan ammonia disertai Chlorida dan sulfat
menunjukkanpencemaran oleh bahan organik berupa protein dan deterjen. Adanya
unsur Chlorida menunjukkan telah dilakukan perlakuan kimia berupa klorinasi
untuk desinfektan yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme pathogen
(Lestari, dkk., 2008). Secara garis besarzat-zat yang terdapat didalam lirnbah cair
domestik dapat dikelompokan menjadi air (99,90%),bahan padat (0,9%),
sedangkan bahan organik yang berupa protein (65%), karbohidrat (25%),lemak
dan bahan organik butiran serta logam (Irianto, 2015). Limbah cairdomestik
mengandung zat penyebab warna dan kekeruhan, mengnadung bahan organik
yanglarut maupuntersuspensi. Adanya minyak, adanya logam berat, garam dan
senyawa senyawa asam atau basa,mengandung N dan P dalam kadar tinggi.
Senyawa mudah menguap seperti: H2S, NH3, HCL,SO2, bahan radioaktif,
mikroorganisme pathogen, memiliki suhu tinggi (Irianto, 2015).Limbah hasil dari
kegiatan dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

Gambar 2. Pencemaran limbah cair domestik

3.3 Indikator Fisik, Kimia, dan BioindikatorPencemaran Air

3.3.1 Molekul Air


Satuan terkecil air disebut molekul. Itu terbuat dari dua atom hidrogen dan
satu atom oksigen, menghasilkan istilah kimia yang akrab untuk air: H2O.
Susunan kimia dari air memberikan karakteristik khusus, seperti kerapatan dan
sifatnya kemampuan untuk melarutkan zat.
Kepadatan adalah ukuran berat volume tertentu zat. Misalnya, satu galon
air beratnya sekitar delapan pound. Suhu air membantu menentukan densitasnya.
Air dingin lebih padat, dan karena itu lebih berat, daripada air hangat. Ini
Hubungan bertanggung jawab untuk perubahan musiman dalam kualitas air di
Indonesia beberapa danau. Di musim gugur, air di permukaan danau mendingin
dan menjadi lebih padat daripada air di bawah, menyebabkan air permukaan
tenggelam. Air hangat yang lebih ringan di dasar danau merespon dengan naik ke
permukaan, menyebabkan terjungkirnya danau. Ini hasil terbalik dalam
pencampuran padatan tersuspensi, nutrisi, dan melarutkan gas di air danau.
Air kurang padat ketika ada sebagai padat daripada saat itu ada sebagai
cairan. Dengan demikian, satu galon es beratnya sedikit kurang dari satu galon air.
Air memiliki sifat yang tidak biasa ini karena molekul air Perluas saat mereka
membeku. Apakah Anda pernah menempatkan kendi air di freezer hanya untuk
membekukan air, memperluas, dan menghancurkan wadah? Sifat ini
menyebabkan es batu mengapung dalam gelas air dan gunung es mengapung di
lautan.
Cara hidrogen dan oksigen dipegang bersama untuk membentuk suatu
molekul air individu, dan cara setiap molekul terhubung ke yang berikutnya,
disebut ikatan kimia. Jenis bahan kimia ikatan yang ditunjukkan oleh air
memungkinkannya untuk melarutkan zat dengan mudah, menjadikannya pelarut
yang baik. Hampir semua padatan, cairan, dan gas ditempatkan dalam air akan
larut sampai batas tertentu. Bahkan tembaga dan timah yang solid akan larut
sedikit ketika ditempatkan di air atau ketika air mengalir di atas formasi batuan
atau tanah yang mengandung unsur-unsur ini.

Beberapa zat yang larut dalam air mengurangi kualitasnya dan beberapa
memperbaikinya. Misalnya, ketika timbal larut dalam air, itu mengurangi
kualitasnya. Ketika gas oksigen larut, umumnya meningkat kualitas air dan
manfaat organisme yang hidup di dalamnya.
Kami sering mengukur oksigen, suhu, dan pH terlarut ciri kualitas air
kami. Pengukuran ini memberi tahu kami jika air memiliki kualitas yang cukup
untuk tujuan penggunaannya. Kami juga mengukur zat lain untuk membantu
mencirikan air kita, termasuk zat organik, zat anorganik, zat padat, nutrisi, racun,
dan mikroorganisme.
3.3.2. Indikator Kimia
3.3.2.1 Oksigen dan Suhu Terlarut

Oksigen terlarut adalah gas oksigen terlarut dalam air. Pikirkan itu cara yang
sama Anda memikirkan gelembung gas terlarut dalam minuman ringan.
Gelembung gas dalam minuman ringan adalah gelembung karbon dioksida
disuntikkan ke dalam larutan selama proses karbonasi. Larut oksigen adalah gas
oksigen yang terperangkap di dalam air sebagai akibat dari air bercampur dengan
udara yang mengandung oksigen.
Berbagai jenis badan air mengandung jumlah yang berbeda oksigen
terlarut. Sungai yang mengalir deras biasanya mengandung lebih banyak oksigen
terlarut dari yang lambat bergerak karena bercampur dengan cepat dengan udara
yang mengandung oksigen sambil bergerak di atas batu, kayu, dan puing-puing di
sungai. Konsentrasi oksigen tertinggi ditemukan di air rawa membentang di mana
jumlah pencampuran terbesar terjadi. Sungai yang bergerak lambat memiliki lebih
sedikit oksigen karena mereka jangan mencampur dengan cepat dengan udara saat
mereka berliku-liku (Vigil, 2003).
Hampir semua badan air mengandung oksigen terlarut, terlepas dari
turbulensi mereka. Bahkan danau yang masih mengandung oksigen karena
oksigen dari atmosfer akan larut di permukaannya. Transfer dari oksigen dari
atmosfer ke permukaan danau, atau lainnya badan air, meningkat oleh aksi
pencampuran angin dan gelombang.
Oksigen terlarut adalah elemen penting dalam air karena ikan dan
kebanyakan organisme akuatik lainnya menggunakannya untuk respirasi.
Meskipun ikan tidak bernafas dengan cara yang sama seperti yang kita lakukan,
proses respirasi mereka melayani tujuan yang sama. Ikan mengambil air yang
mengandung terlarut oksigen melalui insang mereka dan mengedarkan oksigen
melalui mereka aliran darah untuk menyediakan energi. Sama seperti manusia
tidak bisa hidup tanpanya oksigen yang cukup di udara, ikan dan organisme air
lainnya tidak bisa hidup tanpa oksigen terlarut dalam air.
Kebanyakan ikan air dingin seperti ikan trout dan salmon lebih suka larut
oksigen berada di kisaran sekitar delapan hingga dua belas bagian oksigen per juta
bagian air, atau lebih. Jika jumlah terlarut oksigen turun jauh di bawah kisaran ini,
ikan akan, jika mungkin, bergerak ke perairan yang mengandung lebih banyak
oksigen, atau mereka akan menjadi stres atau binasa. Oksigen sangat penting
untuk ikan selama merekaperiode reproduksi.
Profesional kualitas air mengekspresikan konsentrasi zat yang ditemukan
di air dengan beberapa cara berbeda. Bagian per juta (ppm) dapat dipahami
dengan memikirkan wadah yang diisi
dengan satu juta kelereng dengan ukuran dan berat yang sama. A dilaporkan
konsentrasi sepuluh bagian per juta oksigen terlarut adalah setara dengan
menyatakan bahwa sepuluh dari satu juta kelereng adalah oksigen terlarut dan
sisanya adalah air.
Cara umum lainnya untuk menyatakan konsentrasi zat dalam air adalah
dengan menyatakan berat, atau massa, dari zat yang ditemukan dalam satu liter air.
Misalnya, jika beratnya padatan dalam satu liter air adalah seratus miligram, yang
Konsentrasi dilaporkan sebagai 100 miligram per liter (mg / L). Karena satu liter
air beratnya sekitar satu juta miligram, istilah mg / L dan bagian per juta pada
dasarnya setara. Dengan kata lain, melaporkan konsentrasi terlarut oksigen
sebagai sepuluh bagian per juta sama dengan melaporkan konsentrasi sebagai 10
mg / L.

Gambar 3. Grafik hubungan temperatur dengan oksigen terlarut


Sebagaimana dibahas dalam bab terakhir, jumlah oksigen terlarut dalam
badan air dipengaruhi oleh suhu. Oksigen lebih larut — artinya lebih mudah larut
— dingin daripada di dalam air hangat. Dapat dikatakan bahwa air dingin
memiliki sifat alami yang lebih besar afinitas untuk molekul oksigen daripada air
hangat. Hubungan ini antara suhu dan oksigen terlarut menyebabkan penurunan
oksigen terlarut sebagai suhu tubuh air tawar meningkat, seperti yang ditunjukkan
di bawah ini.
Misalnya, ketika badan air tawar adalah 10 ° C (50 ° F), maka kelarutan
oksigen terlarut adalah 11,3 mg / L. Jika suhu badan air meningkat hingga 15 ° C
(59 ° F), kelarutan berkurang menjadi 10,1 mg / L. Sebagian besar ikan air dingin
lebih suka air dengan suhu mulai dari sekitar 0 ° C hingga 15 ° C (32 ° C hingga
59 ° F). Suhu ini Kisaran umumnya menyediakan mereka dengan konsentrasi
yang cukup oksigen terlarut untuk proses kehidupan mereka liku (Vigil, 2003)
Ketika oksigen terlarut berada pada konsentrasi maksimumnya, atau
kelarutan, pada suhu tertentu, air jenuh oksigen. Perairan murni yang tidak
tercemar — seperti gunung yang tinggi sungai dan anak sungai — sembilan puluh
lima hingga seratus persen jenuh dengan oksigen terlarut. Ketika air menjadi
tercemar, khususnya dengan senyawa karbon dan nitrogen, mereka kehilangan
oksigen terlarut.

Selain mempengaruhi konsentrasi oksigen terlarut, suhu air juga


mempengaruhi tingkat kimia dan reaksi biologis, yang umumnya meningkat
dengan peningkatan suhu. Sebagai contoh, bakteri dan alga tumbuh lebih cepat
dalam air hangat daripada di air dingin. Peningkatan tingkat ini reaksi-yang
biasanya membutuhkan lebih banyak oksigen, terutama untuk Bakteri-
digabungkan dengan penurunan jumlah terlarut oksigen tersedia, dapat menekan
organisme akuatik ketika air menjadi terlalu hangat.
Karena air hangat bisa berbahaya bagi banyak spesies air organisme,
aktivitas yang meningkatkan suhu air umumnya tidak diinginkan. Saat ini, industri
yang menggunakan air dalam jumlah besar dapat menggunakan menara pendingin
untuk mendinginkan air yang dipanaskan proses produksi mereka. Air yang
didinginkan ini dapat dibuang ke perairan terdekat tanpa meningkatkan jalur air
suhu. Para rimbawan mulai mengubah penebangan mereka praktek dengan
meninggalkan pohon yang tumbuh di dekat sungai untuk menaungi air, jagalah
agar tetap dingin. Area yang tidak dipotong ini disebut zona penyangga karena
mereka menyangga, atau meminimalkan, efek polutan. Istilah polusi termal
digunakan untuk mendeskripsikan pelepasan itu menyebabkan pergeseran suhu air
yang tidak diinginkan liku (Vigil, 2003).
3.3.2.2 pH

pH adalah singkatan yang mewakili aktivitas atau konsentrasi ion hidrogen


dalam suatu larutan. Ini menggambarkan asam atau basa (Juga disebut basa)
kondisi cairan pada skala yang berkisar dari 0,0 hingga 14,0. Cairan memiliki pH
7,0, seperti distilasi air, bersifat netral — tidak asam atau basa. Cairan dengan pH
lebih rendah dari 7.0 bersifat asam. Zat-zat yang sangat asam disebut asam. Cairan
dengan pH lebih besar dari 7,0 adalah dasar. Sangat mendasar zat disebut basa. Di
bawah ini adalah beberapa solusi umum dan nilai pH perkiraannya.
Gambar 4. Indikator pH
Asam dan basa bisa berbahaya bagi manusia dan air lingkungan Hidup.
Mereka menyebabkan iritasi dan terbakar dan bisa sangat beracun bagi organisme
akuatik. Untungnya, asam dan basa memiliki kemampuan untuk menetralkan efek
satu sama lain. Contohnya, Anda dapat menetralkan asam dengan pH rendah
dengan menambahkan basis padanya bawa ke pH sekitar 7.0.
Banyak industri umumnya menggunakan asam dan basa di dalamnya
proses produksi. Air limbah yang dihasilkan dari ini proses bersifat asam atau basa
dan harus dinetralisir sebelumnya dibuang untuk mencegah polusi air. Contohnya,
sebuah perusahaan yang menggunakan asam dalam proses produksinya, seperti
sirkuit produsen papan, dapat menghasilkan air limbah yang bersifat asam dengan
pH sekitar 2,0. Industri ini biasanya akan memperlakukan air limbahnya dengan
menambahkan basis untuk menetralisir efek asam, memperoleh pH sekitar 7,0
sebelum pemakaian kembali ke dalam lingkungan hidup.
Sebagian besar sungai, danau, dan badan air alami lainnya memiliki pH
mulai dari sekitar 6,0 hingga 8,5. Jenis dan jumlah terlarut mineral, gas, dan
organisme akuatik dalam air menentukan pH air di alam. Kebanyakan organisme
akuatik tidak dapat hidup jika pH air menjadi jauh di luar kisaran alami ini liku
(Vigil, 2003).
3.3.2.3 Zat Organik
Zat organik adalah bahan yang terbuat dari karbon, seperti tumbuhan dan
binatang. Semua organisme hidup, dari pohon terbesar ke pohon serangga terkecil,
bersifat organik. Semua makanan yang kita makan dan semua bahan yang hidup
atau pernah hidup, seperti kayu yang tumbang, membusuk vegetasi, dan produk
minyak bumi, adalah zat organik. Paling bahan karbon organik terjadi secara
alami; yang lain disintesis di laboratorium.
Banyak limbah kota, pertanian, dan industri yang bertanggung jawab untuk
menyebabkan pencemaran air adalah organik. Contohnya, limbah manusia,
kotoran hewan, dan pengolahan makanan membuang semua terutama terdiri dari
bahan organik.
Profesional kualitas air telah mengembangkan tes khusus untuk mengukur
jumlah bahan organik dalam sampel air. Dua tes yang paling sering digunakan
adalah tes yang mengukur biokimia permintaan oksigen (BOD) dan permintaan
oksigen kimia (COD).
Tes BOD adalah prosedur laboratorium yang digunakan untuk mengukur
proses alami yang dikenal sebagai biodegradasi. Dalam biodegradasi, kecil
organisme yang ada secara alami di lingkungan — khususnya Bakteri-
menguraikan zat organik dengan menggunakan mereka sebagai makanan sumber.
Intinya, organisme kecil memakan zat organik. Misalnya, jika Anda menaruh kulit
pisang di kebun Anda dan meninggalkannya untuk waktu yang lama, akhirnya
akan hilang ke dalam tanah. Organisme hidup, yang disebut biota, di tanah kebun
Anda akan terdegradasi kulit pisang organik, maka istilah biodegradasi.
Untuk melakukan tes BOD, teknisi menempatkan sampel air di botol kecil
seukuran guci kaleng. Jumlah oksigen terlarut dalam sampel air diukur dan botol
ditempatkan di ruang hangat selama lima hari. Selama lima hari ini, bakteri yang
terjadi secara alami — atau bakteri “benih” ditambahkan ke dalam botol — mulai
memecah bahan organik dalam sampel. Ketika bakteri membusuk zat organik,
mereka menggunakan oksigen terlarut dalam botol untuk melakukan proses
kehidupan mereka, seperti respirasi, metabolisme, dan reproduksi. Teknisi
mengukur jumlah oksigen terlarut dalam sampel air lagi pada akhir periode lima
hari. Perbedaan antara jumlah oksigen pada awal dan akhir tes BOD disebut
permintaan oksigen atau permintaan oksigen biokimia. Itu tes mengukur jumlah
oksigen yang digunakan untuk biodegrade organik zat dalam botol, yang
merupakan ukuran tidak langsung dari jumlah tersebut bahan organik dalam
sampel air asli.
Karena tes dilakukan selama periode lima hari, seringkali disebut sebagai
tes oksigen biokimia lima hari (BOD5). Profesional kualitas air biasanya
menggunakan periode pengujian lima hari, sebagian, karena sejarah pengendalian
pencemaran air. Kapan ilmuwan dan insinyur mulai mempelajari polusi air,
mereka Diperkirakan akan memakan waktu lima hari bagi air untuk bepergian dari
gunung ke laut. Mereka beralasan bahwa periode waktu ini akan menjadi
memuaskan untuk melakukan tes permintaan oksigen mereka. Ini praktek
melakukan tes selama periode lima hari terus berlanjut hari ini (Vigil, 2003).
Tes COD juga mengukur jumlah bahan organik di sampel air dengan
mengukur kebutuhan oksigen. Di COD tes, bagaimanapun, bahan kimia
ditambahkan ke sampel-bukan bakteri- bertanggung jawab untuk merusak, atau
mengoksidasi, organik bahan.
Umumnya, tes BOD digunakan untuk saluran air limbah kota dan uji COD
digunakan untuk air limbah industri. Zat organik diukur sebagai BOD atau COD
adalah penting karena dapat mempengaruhi jumlah oksigen terlarut dalam aliran
dengan cara yang sama mempengaruhi oksigen terlarut dalam botol sampel.
Ketika organik zat memasuki aliran, mereka terurai. Bakteri di dalam streaming
menggunakan bahan organik untuk makanan dan oksigen terlarut di dalam air
untuk energi dan respirasi. Proses ini menghilangkan oksigen terlarut yang
dibutuhkan oleh ikan dan organisme air lainnya dari aliran. Seperti yang
disebutkan sebelumnya, masalah memiliki tingkat rendah oksigen terlarut
diperparah ketika air hangat, karena bakteri tumbuh lebih cepat dan dengan
demikian membutuhkan lebih banyak oksigen, tetapi kurang oksigen tersedia.
Ketika tidak dikelola dengan benar, bahan limbah organik dapat
membunuh ikan dan spesies akuatik lainnya. Misalnya, jika kotoran hewan berasal
tempat pemberian pakan ternak tidak dikelola dengan benar dan diperbolehkan
masuk jalur air, kotoran ternak akan mulai membusuk dan melepaskan oksigen
dari air. Tanpa oksigen, ikan dan banyak air lainnya organisme tidak akan bertahan
hidup.
3.3.2.4 Zat-zat anorganik

Zat anorganik termasuk batuan dan mineral; logam seperti emas, perak,
tembaga, timbal, seng, dan krom; dan padatan seperti pasir, lumpur, dan tanah liat.
Banyak sekali bentuk nitrogen dan fosfor yang digunakan untuk pupuk juga zat
anorganik.
Kalsium dan magnesium, dua dari banyak zat anorganik ditemukan dalam
batuan dan mineral, penting karena mereka bertanggung jawab untuk membuat
persediaan air keras pada perlengkapan pipa dan di boiler industri. Perairan
dengan konsentrasi tinggi kalsium dan magnesium disebut air keras. Anorganik
lainnya zat yang ditemukan dalam batuan dan mineral, seperti senyawa belerang,
penting karena dapat menyebabkan masalah rasa dan bau di air minum.
Manusia menggunakan logam untuk berbagai tujuan. Kami menggunakan
emas, perak, dan tembaga dalam perhiasan. Kami menggunakan perak untuk
fotografi. Kita menggunakan krom untuk membuat bumper mobil dan kulit
penyamakan. Kita punya menggunakan timbal dalam cat dan bahan bakar. Kami
biasanya menggunakan logam dalam produk mulai dari mobil ke komputer hingga
peralatan dapur. Karena kami menggunakan logam begitu banyak, mereka bisa
masuk ke air banyak jalur yang berbeda. Logam akan larut sedikit ketika
ditempatkan dalam air, atau ketika air mengalir di atas bebatuan dan mineral yang
mengandung logam. Logam-logam terlarut ini bisa menjadi racun bagi organisme
air jika konsentrasinya terlalu tinggi. Bahkan dalam konsentrasi rendah, paparan
jangka panjang terhadap logam bisa mempengaruhi kesehatan organisme akuatik
dan manusia. Sebagai contoh, bayi manusia yang terkena timbal memiliki
perkembangan otak yang abnormal. Sampai saat ini, kami menggunakan bensin
bertimbal, yang menyebabkan relatif konsentrasi timbal yang tinggi untuk
membangun di jalan raya kami. Selama badai hujan, timah ini dibersihkan dari
jalan oleh stormwater limpasan dan memasuki perairan terdekat. Karena banyak
logam dan bahan anorganik lainnya tidak begitu larut dalam air, mereka biasanya
ditemukan di bank atau bawahan badan air atau padatan tersuspensi di dalam air
(Vigil, 2003).
3.3.2.5 Padatan
Padatan yang ditemukan dalam air terdiri dari anorganik dan organik bahan,
seperti partikel tanah dan potongan-potongan kecil vegetasi, masing-masing.
Mereka adalah masalah kualitas air yang penting karena mereka menyebabkan
kekeruhan, yang dapat berbahaya bagi ikan karena mengurangi visibilitas. Juga,
padatan yang menyebabkan kekeruhan bisa bersifat abrasif insang. Padatan jatuh
ke dasar sungai dapat menutupi dan membahayakan organisme dasar, atau bentik,
organisme. Padatan yang berlebihan juga membuat sulit dan mahal untuk
mengolah air minum dan untuk mendisinfeksi air limbah.
Tes untuk total padatan tersuspensi (TSS) dan total padatan terlarut (TDS)
membantu menentukan jumlah dan jenis zat padat yang ditemukan dalam sampel
air. Seorang teknisi mengukur TSS dengan melewatkan sampel air melalui filter
bersih, seperti filter kopi. Padatan ditinggalkan di filter setelah air melewati itu
adalah ditangguhkan zat padat. Teknisi menimbang filter sebelum dan sesudah
lewat air untuk menentukan berat total padatan tersuspensi dalam contoh. Filter
dikeringkan sebelum penimbangan akhir sehingga kelembaban dalam filter tidak
termasuk dalam berat padatan. Teknisi mengumpulkan air yang melewati filter
dalam a wadah kaca. Beberapa padatan dalam sampel air sangat kecil sehingga
mereka lolos sepenuhnya melalui filter, tetapi ditangkap di dalamnya wadah kaca.
Teknisi menempatkan wadah kaca di atas burner dan mendidihkan air. Padatan
tersisa di bagian bawah wadah setelah air mendidih sangat kecil dan sulit untuk
melihat. Namun, bersihkan bagian bawah wadah dengan bersih handuk kertas
mengambil sedikit residu. Residu ini terdiri dari padatan terlarut dalam sampel.
Teknisi menimbang kaca kontainer sebelum dan sesudah tes untuk menentukan
berat TDS. Dengan menambahkan bersama TSS dan TDS, teknisi itu akan
mendapatkan semua padatan dalam sampel, disebut sebagai total padatan (TS).
Padatan yang ditemukan dalam sampel air dilaporkan dalam satuan konsentrasi.
Misalnya, jika satu liter air dilewatkan filter, dan padatan tersuspensi yang ditahan
pada filter menimbang empat ratus miligram, kemudian konsentrasi TSS
dilaporkan 400 mg / L. Jika padatan terlarut melewati filter, timbang seratus
miligram, lalu konsentrasi TDS di sampel dilaporkan sebagai 100 mg / L.
Konsentrasi TS dalam sampel adalah kombinasi dari dua nilai ini, atau 500 mg / L
(Vigil, 2003).
Ketika Anda membaca tentang konsentrasi bahan yang ditemukan air,
mungkin sulit untuk memahami jumlah yang terlibat. Untuk membantu
pemahaman Anda, cobalah berpikir tentang paket-paket kecil garam dan merica
yang ditemukan di beberapa restoran. Masingmasing paket ini mengandung
sekitar 500 miligram garam atau lada. Jika Anda dikosongkan salah satu paket
garam ini ke dalam satu liter air suling, konsentrasi garam dalam air akan menjadi
500 mg / L. Sekarang, misalkan Anda menambahkan satu paket lada 500 miligram
ke yang sama kontainer diisi dengan satu liter air suling. Anda akan melakukannya
memiliki 500 mg garam dan 500 mg lada dalam satu liter air. Garam akhirnya
akan larut dan menjadi padatan terlarut. Lada tidak akan larut, sehingga akan
menjadi tersuspensi zat padat. Analisis padatan dari satu liter air berpengalaman
Anda hasil pengukuran 500 mg / L TDS (garam), 500 mg / L TSS (lada) dan 1000
mg / L TS (garam ditambah lada) (Vigil, 2003).
3.3.2.6 Nutrisi
Nutrisi adalah unsur yang dibutuhkan semua organisme hidup untuk
pertumbuhan. Mereka adalah blok bangunan nutrisi bakteri, ikan, pohon, dan
manusia. Mereka adalah apa yang kita terbuat dari. Ketika petani mendaftar pupuk
ke ladang mereka, mereka menambahkan nutrisi untuk membantu mereka
tanaman tumbuh. Nutrisi datang dalam bentuk organik dan anorganik. Nutrisi
terpenting dalam kualitas air dan pencemaran air kontrol adalah karbon, nitrogen,
dan fosfor.

Karbon adalah salah satu unsur paling melimpah di bumi. Bisa ditemukan
di tumbuhan, hewan, tanah, dan udara yang kita hirup. Itu satu dari blok bangunan
utama dari semua makhluk hidup. Karena memang begitu penting, ini digunakan
oleh alam berulang kali. Ini didaur ulang.
Bakteri adalah pendaur ulang terbaik di alam. Mereka menghilangkan
karbon dari bahan organik melalui proses biodegradasi, lalu gunakan beberapa
karbon daur ulang untuk membentuk sel baru dan lepaskan beristirahat ke
atmosfer dalam bentuk gas karbon dioksida.
Hijau tanaman menggunakan karbon dalam gas karbon dioksida sebagai blok
bangunan untuk pertumbuhan mereka. Proses daur ulang karbon ini terjadi secara
alami di lingkungan dan sangat penting untuk kehidupan di bumi.
Namun, ketika terlalu banyak karbon dilepaskan ke saluran air kita dengan
cara yang tidak terkendali, seperti pemakaian kotamadya yang tidak terawat
limbah atau limbah industri, itu menyebabkan polusi air. Karbon dalam limbah
yang dibuang atau limbah industri adalah biodegradasi dan didaur ulang di dalam
air oleh bakteri yang terjadi secara alami. Selama biodegradasi, bakteri
menghilangkan oksigen terlarut dari air untuk energi dan respirasi. Karena bakteri
menggunakan oksigen selama biodegradasi, mereka meninggalkan sedikit untuk
ikan atau organisme air lainnya.
Ingat bahwa oksigen terlarut dari air diperlukan untuk respirasi oleh
organisme akuatik dengan cara yang sama kita membutuhkan oksigen dari udara.
Singkatnya, buangan karbon yang tidak terkendali ke lingkungan menghasilkan
penghilangan oksigen dari air, mengancam kesehatan ikan dan spesies akuatik
lainnya.
Salah satu cara kami mencegah zat yang mengandung karbon dari
mencemari perairan kita adalah dengan membangun kota dan industri instalasi
pengolahan air limbah. Pabrik-pabrik perawatan ini menghapus sebagian besar
dari bahan yang mengandung karbon dari air limbah sebelum dibuang.
Nitrogen juga merupakan unsur yang melimpah di lingkungan dan itu
adalah nutrisi penting untuk pertumbuhan tanaman dan hewan. Bakteri mendaur
ulang nitrogen melalui biodegradasi dengan cara yang sama mereka mendaur
ulang karbon. Mereka menggunakan bagian dari nitrogen untuk pertumbuhan sel
dan mengubah sisanya menjadi bentuk nitrogen yang kurang kompleks, seperti
amonia, gas nitrogen, dan bentuk nitrogen anorganik lainnya. Salah satu bentuk
nitrogen anorganik yang bertanggung jawab untuk masalah dalam air minum
disebut nitrat. Bayi yang minum air dengan terlalu banyak nitrat di dalamnya —
lebih dari 10 mg / L — mungkin terserang penyakit yang disebut
methemoglobinemia, atau penyakit "bayi biru".
Ketika nitrat masuk ke aliran darah bayi, itu mengurangi jumlah oksigen
yang dibawa oleh sel darah merah. Karena memang demikian tidak mendapatkan
cukup oksigen, bayi menjadi biru dan bisa mati. Orang dewasa tidak memiliki
masalah yang sama dengan nitrat dalam air minum mereka karena sistem
pernapasan mereka lebih berkembang.
Seperti karbon, buangan nitrogen yang tidak terkendali dalam bentuk
amonia atau nitrogen organik juga dapat menyebabkan polusi air karena
kehilangan oksigen dari air selama biodegradasi proses.
Nutrisi utama lainnya yang menjadi perhatian dalam perlindungan kualitas
air adalah fosfor. Tidak seperti karbon dan nitrogen, fosfor tidak selalu elemen
yang melimpah di lingkungan, namun itu perlu untuk pertumbuhan semua
makhluk hidup. Ketika fosfor tidak tersedia, organisme tidak akan tumbuh.
Misalnya, salah satu alasannya air gunung yang tinggi sangat jelas adalah bahwa
mereka kurang cukup fosfor untuk mendukung pertumbuhan banyak organisme
akuatik. Ketika tidak ada fosfor atau batas elemen lainnya pertumbuhan biologis,
itu disebut nutrisi yang membatasi.
Memiliki terlalu banyak organisme yang tumbuh di perairan kita umumnya
tidak diinginkan. Kelimpahan organisme akuatik seperti ganggang tumbuh di
badan air dapat menyebabkannya menjadi hijau dan keruh. Di Selain tidak sedap
dipandang, ganggang dapat menyebabkan pergeseran yang tidak diinginkan pH
dan oksigen terlarut dalam air.
Di perairan di mana fosfor adalah nutrisi yang membatasi, maka
pertumbuhan alga dan akuatik lainnya yang melimpah dan tidak diinginkan
organisme dapat dicegah dan dikendalikan dengan meminimalkan jumlah fosfor
tersedia. Untuk mencapai tujuan ini, sebagian masyarakat telah melarang atau
membatasi penggunaan deterjen yang dibuat fosfor untuk mengurangi jumlah
fosfor yang dibuang ke perairan mereka. Yang lain telah menambahkan proses
perawatan khusus ke pabrik pengolahan limbah mereka untuk menghilangkan
fosfor. Petani didorong untuk membatasi penggunaan pupuk untuk mencegah
jumlah kelebihan dari dibersihkan dari harta mereka dan masuk ke dalam aliran
area.
Ketika badan air kaya nutrisi, menyebabkan tertentu organisme seperti
ganggang tumbuh subur, itu adalah eutrofik. Kapan badan air mengandung sedikit
nutrisi atau memiliki konsentrasi yang sangat rendah nutrisi dan pertumbuhan
biologis kecil, itu adalah oligotropik. Kapan badan air berada di antara dua kondisi
trofik ekstrim ini disebut mesotropik. Kondisikondisi trofik ini bisa merupakan
keadaan alami dari badan air terkait dengan lokasinya di lanskap bumi. Perairan
yang jauh dari sumber nutrisi alami cenderung oligotropik dan badan air yang
dekat alam yang berlimpah sumber nutrisi, atau yang terkena polusi, dapat
menjadi eutrofik. Ketika aktivitas manusia menambahkan polutan dan nutrisi air,
kami berkontribusi terhadap eutrofikasi (Vigil, 2003).
3.3.2.7 Racun
Zat kimia yang paling merusak kualitas air adalah senyawa beracun.
Berbeda dengan nutrisi yang meningkat aktivitas biologis, zat beracun dapat
menyebabkan kematian dan deformasi organisme di dalam air.

Salah satu senyawa beracun yang paling umum digunakan adalah klorin.
Klor digunakan di seluruh dunia sebagai desinfektan untuk membunuh organisme
berbahaya dan untuk melindungi kesehatan manusia. Sayangnya, karakteristik
yang sama yang membuatnya menjadi desinfektan yang baik — kemampuannya
untuk membunuh dengan cepat dalam konsentrasi rendah - juga membuatnya
berbahaya bagi lingkungan Hidup.
Klor digunakan untuk membunuh organisme berbahaya seperti bakteri dan
virus di instalasi pengolahan limbah. Namun, itu juga bisa membunuh atau
membahayakan organisme yang diinginkan seperti ikan dan reptil ketika dirawat
air limbah, disebut efluen, dibuang kembali ke dalam lingkungan Hidup.
Toksisitas klorin dapat dihindari jika konsentrasinya klorin dijaga tetap rendah dan
jika efluen dilepaskan ke dalam tubuh air yang besar dan tercampur dengan baik.
Kadang-kadang perlu untuk menghilangkan klorin dari kimia efluen
sebelum pemakaian, untuk mencegah toksisitas. Ini Proses deklorinasinya sering
dilakukan dengan menyuntikkan belerang gas dioksida menjadi efluen. Gas sulfur
dioksida bereaksi dengan molekul klorin, mengubahnya menjadi klorida tidak
beracun molekul. Menggunakan metode tidak beracun lainnya untuk
mendesinfeksi air limbah, seperti melewatkan efluen melalui sinar ultraviolet atau
menambahkan ozon, juga dapat mencegah toksisitas klorin.
Klor juga digunakan dalam proses pulpa pemutihan untuk membuatnya
kertas putih. Selama proses pemutihan, molekul klorin gabungkan dengan molekul
organik dalam pulpa untuk membentuk berbahaya senyawa yang disebut organik
diklorinasi. Yang paling berbahaya dari ini senyawa organik terklorinasi adalah
dioksin. Anggota keluarga dioxin senyawa telah terbukti menyebabkan kanker
hewan laboratorium dalam konsentrasi yang sangat kecil. Contohnya, satu jenis
dioxin yang disebut 2,3,7,8 TCDD telah minum alkohol standar air 0,00000003
mg / L karena efeknya yang berbahaya konsentrasi rendah.
Amonia adalah senyawa beracun umum lainnya. Itu terbentuk dari
kerusakan bahan organik yang mengandung nitrogen. Saya t, ditemukan di seluruh
lingkungan dan di kota dan air limbah industri. Amonia bukanlah masalah yang
rendah konsentrasi (kurang dari 1,0 mg / L), tetapi menjadi beracun pada tingkat
tinggi konsentrasi, terutama di perairan yang hangat atau tinggi pH. Air dengan
kondisi-kondisi ini menyebabkan amonia paling banyak bentuk kimia beracun:
amonia tidak terionisasi.

Banyak zat organik lainnya juga beracun. Sebagai contoh, produk minyak
bumi seperti bensin, solar, bahan bakar minyak, dan minyak tanahsemua senyawa
organik beracun. Bahan kimia organik beracun lainnya termasuk pestisida dan
herbisida yang banyak digunakan seperti alachlor, aldicarb, atrazine, chlordane,
dan 2,4-D, dan pelarut organik dan pembersih industri seperti benzena dan TCE.

Senyawa beracun dapat menyebabkan kesehatan jangka pendek dan jangka


panjang efek. Jika efek kesehatan terjadi selama periode waktu yang singkat,
maka senyawa beracun menyebabkan toksisitas akut. Jika efek kesehatan terjadi
dalam jangka waktu yang lama, senyawa ini menyebabkan toksisitas kronis.
Tes laboratorium yang disebut bioassay dapat digunakan untuk
mengevaluasi toksisitas limbah perkotaan dan industri. Di bioassay, teknisi
menempatkan organisme kecil seperti minnows, alga, atau air kutu di berbagai
konsentrasi efluen. Mereka kemudian memantau kesehatan organisme untuk
menentukan dosis atau apa konsentrasi, jika ada, menyebabkan keracunan.
Toksisitas dapat diukur sebagai penurunan berat badan, reproduksi berkurang, atau
kematian.
3.3.2.8 Mikroorganisme
Organisme hidup terkecil di bumi disebut mikroskopis organisme atau
mikroorganisme. Ini termasuk bakteri, alga, dan virus. Meskipun banyak
microrganisms terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang, mereka
berlimpah di sebagian besar perairan alami. Satu galon air sungai mungkin
mengandung lebih dari satu juta bakteri dan lebih dari sepuluh ribu alga.
Bakteri adalah organisme bersel tunggal yang sederhana. Mereka sangat
kecil Anda tidak bisa melihatnya dengan mata manusia saja. Dengan
kemunculannya dari mikroskop, bagaimanapun, para ilmuwan menemukan bahwa
meskipun mereka kecil, mereka sangat penting untuk kehidupan di bumi.

Bakteri adalah lebah pekerja dan pendaur ulang dari dunia air. Mereka
terus-menerus memecah senyawa kompleks menjadi yang lebih sederhana dan
daur ulang mereka kembali ke lingkungan. Untuk Misalnya, mereka akan
memecah molekul gula yang kompleks menjadi karbon, oksigen, dan air. Bakteri
menggunakan beberapa komponen untuk energi dan pertumbuhan; mereka
melepaskan sisanya untuk digunakan oleh yang lain mikroorganisme. Kegiatan
daur ulang bakteri adalah mendasar terhadap kualitas air dan pengendalian
pencemaran air. Banyak bakteri yang mempengaruhi kualitas air menggunakan
karbon dari molekul organik sebagai sumber makanan mereka dan sebagai blok
bangunan untuk sel-sel baru. Banyak dari mereka juga menggunakan oksigen
untuk respirasi sama seperti manusia. Meskipun bakteri sangat penting untuk
mendaur ulang nutrisi di lingkungan, dan banyak dari mereka bermanfaat,
beberapa jenis bakteri bertanggung jawab untuk manusia penyakit Misalnya,
spesies bakteri tertentu bertanggung jawab, untuk kolera, tifus, disentri, dan
penyakit lainnya ditransmisikan dalam air.
Ganggang sepuluh hingga seratus kali lebih besar dari bakteri. Mereka
terbuat dari sel tunggal atau beberapa sel. Alga bersel tunggal umumnya terlalu
kecil untuk dilihat tanpa mikroskop, tetapi Anda dapat melihat alga bersel banyak
dengan mata manusia. Sederhana ganggang biru-hijau adalah contoh alga bersel
tunggal. Seekor rumput laut contoh alga bersel banyak.
Alga berbeda dari bakteri dalam kebutuhan energinya dan mekanisme
pertumbuhan. Kebanyakan ganggang adalah organisme fotosintetik, artinya
mereka menggunakan energi cahaya, seperti energi dari matahari, untuk
pertumbuhan. Karena alga membutuhkan cahaya untuk pertumbuhan, mereka
umumnya hanya ditemukan di dekat permukaan sebagian besar perairan.
Ganggang menggunakan karbon dioksida dari atmosfer dan air sebagai bangunan
karbon blok untuk membuat sel-sel baru.
Alga tumbuh dengan cepat di perairan tercemar yang mengandung
kelimpahan nutrisi. Air ini mungkin memiliki kilau hijau yang sedap dipandang
mereka, yang merupakan ciri dari keberadaan alga. Ganggang bisa juga
menyebabkan pergeseran yang tidak diinginkan dalam kimia air, seperti fluktuasi
dalam oksigen terlarut dan pH dalam air pada waktu yang berbeda hari, tergantung
pada jumlah cahaya yang tersedia. Ini tidak diinginkan fluktuasi dapat
menyebabkan stres atau membunuh organisme lain yang hidup di air.
Virus adalah mikroorganisme terkecil. Mereka sepuluh banding satu
ratusan kali lebih kecil dari bakteri. Mereka disebut parasit karena mereka tidak
dapat hidup di luar sel organisme lain. Organisme yang mereka tinggali disebut
organisme inang. Bakteri sering organisme tuan rumah untuk virus. Virus
bertanggung jawab untuk menyebabkan penyakit manusia seperti cacar, hepatitis
infeksi, influenza, demam kuning, dan poliomielitis. Virus juga telah terkait
dengan beberapa jenis kanker. Dari penyakit-penyakit ini, para ilmuwan saat ini
percaya bahwa hanya hepatitis infeksi disebabkan oleh transmisi virus melalui air
(Vigil, 2003).

3.3.3 Indikator Fisik Pencemaran Air

Air sebagai zat, air tidak berbau, tak berwarna tanpa rasa, air merupakan
senyawa yang sangat mantap, pelarut yang mengagumkan serta sumber kimia
yang sangat kuat (Kienholz et al, 2000). Air memuai bila membeku menjadi zat
padat, dalam suatu kegiatan seringkali suatu proses disertai dengan timbulnya
panas reaksi atau panas dari gerakan mesin dan zat kimia terlarut, semakin tinggi
kenaikan suhu air semakin sedikit oksigen yang terlarut didalamnya (Martin,
2000).

Bau yang berasal dari dalam air dapat langsung berasal dari bahan-bahan
buangan atau air limbah dari kegiatan industri atau dapat pula berasal dari hasil
degradasi bahan buangan oleh mikroba yang hidup di dalam air (Diaz, 2008).
Mikroba di dalam air akan mengubah bahan buangan organik terutama gugus
protein secara degradasi menjadi bahan yang mudah menguap dan berbau
(Hendrickey et al, 2005). Pembentukan koloidal terjadi karena bahan buangan
padat yang berbentuk halus (butiran kecil), sebagian ada yang larut dan sebagian
lagi tidak dapat larut dan tidak dapat mengendap, koloidal ini melayang di dalam
air sehingga air menjadi keruh (Fairchild et al, 2000).
Menurut Irianto (2015) kekeruhan akan menghalangi penetrasi sinar
matahari kedalam air akibatnya fotosintesis tanaman didalam air tidak dapat
berlangsung dan akan mengganggu kehidupan hewan air. Padatan tersuspensi total
keberadaannya dipengaruhi oleh jumlah dan jenis limbah yang masuk ke dalam
suatu perairan (Irianto, 2015). Selanjutnya dikatakan bahwa bahan buangan padat
berbentuk kasar (butiran besar) dan berat serta tidak larut dalam air maka bahan
tersebut akan mengendap di dasar sungai.

3.3.4. Biomonitoring dan Biomarker Pencemaran Air


3.3.4.1 Definisi
Human biomonitoring (HBM) adalah metodologi yang
ditujukan untuk menilai paparan manusia dari agen lingkungan
yang mampu mempengaruhi kesehatan yang merugikan efek pada
subjek yang terpapar. HBM dapat mengukur agen (yaitu, bahan
kimia), metabolit, atau produk reaksi dalam jaringan atau
spesimen manusia, seperti darah, urin, rambut, jaringan adiposa
dan gigi. Itu bergantung pada penggunaan biomarker, terukur
indikator perubahan atau kejadian dalam sistem biologis.
Keuntungan utama menggunakan biomarker adalah intrinsik
terhadap sifat mereka, karena mereka mewakili suatu integratif
pengukuran paparan agen tertentu (yaitu, dosis internal) yang
dihasilkan dari jalur kompleks paparan manusia dan juga
menggabungkan informasi toksikokinetik dan karakteristik
individu seperti kerentanan berdasarkan genetika (Knudsen L. E
& Merlo D. F, 2012).

HBM adalah ilmu yang berkembang digunakan untuk


paparan dan penilaian risiko di kesehatan lingkungan dan
pekerjaan. Misalnya, pengukuran konsentrasi timbal dalam darah,
eksposur biomarker, digunakan untuk manajemen risiko dalam
industri dengan eksposur timbal tinggi. Menurut hasil HBM, nilai
eksposur yang diizinkan untuk timbal terus menurun, dan saat ini
tingkat paparan maksimum yang disarankan untuk anak-anak 100
mg / L seharusnya diturunkan lebih lanjut, berdasarkan temuan
terbaru dari efek neurobehavioral (Jakubowski. M. 2011)
Biomarker didefinisikan oleh World Health Organization
(WHO) pada tahun 1993 dalam kaitannya dengan penilaian
risiko, di mana istilah ‘‘ biomarker ’digunakan secara luas akal
untuk memasukkan hampir semua pengukuran yang
mencerminkan interaksi antara sistem biologis dan agen
lingkungan, yang mungkin kimia, fisik atau biologis. Tiga kelas
biomarker diidentifikasi:
 biomarker paparan: zat eksogen atau metabolitnya, atau produk dari
interaksi antara agen xenobiotic dan beberapa target molekul atau sel yang diukur
dalam kompartemen di dalam suatu organisme;
 biomarker efek: biokimia terukur, fisiologis, perilaku atau perubahan lain
dalam suatu organisme yang, tergantung pada besarnya, dapat diakui sebagai
terkait dengan kesehatan yang mapan atau mungkin gangguan atau penyakit;
 biomarker kerentanan: indikator kemampuan yang melekat atau diperoleh
suatu organisme untuk menanggapi tantangan paparan tertentu substansi
xenobiotik.
Sejak tahun 1993, ketika definisi ini mencerminkan diskusi
di lingkungan dan kesehatan kerja, konsep biomarker telah
diperkenalkan menjadi angka bidang lain seperti kedokteran
forensik, pengawasan klinis dan obat-obatan pengembangan.
Gambar 1.1 menggambarkan potensi kegunaan biomarker dalam
penyelidikan kontinum antara paparan manusia dengan agen
lingkungan dan terjadinya efek kesehatan, termasuk efek biologis
awal, mulai dari pengukuran menyediakan informasi tentang
eksposur (biomarker eksposur) dan dengan biomarker efek awal
(misalnya kerusakan kromosom) yang mungkin memprediksi
terjadinya efek samping yang tertunda (Angerer J., et al, 2006).
Biomonitoring manusia dapat dilakukan pada berbagai
media manusia mulai dari urin ke air mani. Perhatian khusus
harus diberikan pada penggunaan non-invasif sampling terutama
ketika populasi penelitian termasuk anak-anak (Neri. M., et al,
2006)

3.3.4.2 HBM: Semakin digunakan sebagai Alat di Kesehatan


dan Kedokteran Lingkungan
Saat ini banyak perhatian diberikan kepada penanda biologis
yang memprediksi penyakit, dan akibatnya pengembangan
biomarker dalam diagnostik penyakit dan evaluasi obat telah
meningkat. Dengan demikian, industri farmasi bertujuan untuk
berkembang biomarker bersama pengembangan obat-obatan baru.
Gambar 1.2 menunjukkan tingkat biomarker sebanding dalam
kesehatan dan diagnostik lingkungan dalam kontinum efek-
kesehatan yang merugikan. Langkah-langkah berbeda dalam proses
pengembangan biomarker untuk aplikasi manusia sebanding untuk
kesehatan lingkungan dan pengembangan obat (Knudsen L. E &
Merlo D. F, 2012).

Gambar 5. Efek paparan kontinum kimia lingkungan. Sumber :


Jakubowski. M. 2011

Dalam kesehatan lingkungan, sejumlah penelitian telah


dilakukan bayi baru lahir, 22–25 anak, 26–28 dan orang dewasa
dengan biomarker eksposur klasik serta tanda-tanda efek yang
menjanjikan dan teknik baru ‘omics'. Beberapa proyek yang
didanai Uni Eropa (UE) telah dikembangkan dan divalidasi
biomarker manusia, seperti PHIME (Public Health Impact of long-
term, low-level Mixed element Exposure in susceptible population
strata), Terpadu Project, 31 Newgeneris (Risiko paparan baru lahir
dan Genotoksik: Pengembangan dan penerapan biomarker paparan
diet terhadap genotoksik dan imunotoksik bahan kimia dan
biomarker efek awal, menggunakan kelahiran ibu-anak cohorts and
biobanks) program, ECNIS (Environmental Cancer Risk, Nutrition
and Individual Susceptibility) jaringan keunggulan, dan program
percontohan Eropa yang akan datang direncanakan dalam ESBIO
(European Human Biomonitoring effort) (Merlo.D. F., et al, 2009).

Tabel 3. Contoh dari biomonitoring.

Sumber: (Knudsen L. E & Merlo D. F, 2012).


Tabel 4. Media non invasiv untuk biomonitoring manusia.

Sumber: (Knudsen L. E & Merlo D. F, 2012).

Gambar 6. Penggunaan biomarker untuk paparan dan efeknya.


Sumber: (Knudsen L. E & Merlo D. F, 2012).

Tabel 5. Cara penting untuk perkembangan biomarker untuk penyakit dan


kesehatan lingkungan.

Sumber: (Knudsen L. E & Merlo D. F, 2012).


3.3.4.3Kekuatan Statistik atau Ukuran Sampel

Masalah kritis dengan penelitian biomonitoring manusia


adalah kekuatan statistik yang rendah untuk mendeteksi hubungan
/ perubahan biologis yang signifikan yang diberikan tingkat tinggi
variabilitas (individu dan intra-laboratorium) mempengaruhi
biomarker yang diukur. Setiap studi dapat melewatkan
perubahan / perbedaan nyata (yaitu, efek nyata) karena
variabilitas data yang tinggi atau karena ukuran sampel yang
kecil. Kemungkinan ini terkenal dalam pengujian hipotesis dalam
statistik sebagai salah satu dari dua jenis kesalahan dapat
menghasilkan, dan ini disebut kesalahan tipe II (atau kesalahan
beta). Ini mengarah pada ‘‘ tidak hasil signifikan '’padahal
sebenarnya efek yang diungkapkan oleh data adalah nyata dan itu
tidak signifikan secara statistik. Selalu ada kemungkinan bahwa
sebuah penelitian akan mendeteksi perubahan atau perbedaan
yang tidak nyata (yaitu, efek palsu) sebagai nyata. Ini
kemungkinan disebut kesalahan tipe I (atau kesalahan alfa) dan
mengarah ke pendeteksian Efek ‘‘ signifikan ’’ padahal
sebenarnya efek yang diungkapkan oleh data adalah karena
kebetulan. Karena dalam pengujian hipotesis tidak ada bukti
mutlak, terbukti bahwa standar (yaitu, nilai kesalahan) harus
ditetapkan dan diterima untuk menolak nol hipotesa. Standar
adalah kemungkinan bahwa efek yang diamati (berubah,
perbedaan) adalah karena variabilitas acak daripada faktor yang
sedang diselidiki. Standar umumnya ditetapkan sebesar 5% (p ¼
0,05) dan merupakan kesalahan alfa. Ini mengapa efek dianggap
signifikan secara statistik ketika probabilitas terkait dengan
statistik uji adalah o0.05. Gambar 1.3 menunjukkan hubungan
antara dua jenis kesalahan ini dan hipotesis nol yang dinyatakan
sebagai a priori dalam protokol penelitian (Knudsen L. E &
Merlo D. F, 2012).
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.3, kekuatan (statistik)
dari sebuah penelitian, yang didefinisikan sebagai 1 - b, adalah
probabilitas mendeteksi efek ketika efeknya nyata. Ukuran
sampel yang diperlukan untuk memastikan kekuatan statistik
yang memadai (1 - b) pada tingkat signifikansi tertentu (a) harus
selalu dihitung untuk merencanakan penelitian yang memiliki
peluang bagus untuk mendeteksi perbedaan yang dianggap
relevan secara biologis untuk mempelajari hipotesis dan metode
pengujian statistik. Karena spesifikasi efek (juga dikenal sebagai
ukuran efek) dalam protokol penelitian mengidentifikasi derajat
penyimpangan dianggap cukup penting (secara klinis atau
biologis), itu jelas bahwa setiap efek yang terdeteksi akan
dianggap dapat diabaikan ketika lebih kecil dari itu dianggap
relevansi biologi. Tentunya, penilaian semacam itu tidak bisa
subjektif dan harus bergantung pada kemungkinan kesalahan
yang diterima menerima kurangnya efek. Jelas bahwa perhitungan
daya (atau ukuran sampel diperlukan diberi kekuatan yang
diinginkan) harus memperhitungkan yang diketahui (atau
diasumsikan) variasi biologis dan teknis serta variasi antara
subjek (yaitu, tingkat latar belakang biomarker), dan perbedaan
atau perubahan itu dianggap relevansi biologi. Dengan
menghitung ukuran sampel penelitian yang diperlukan untuk
menguji hipotesis penelitian dengan benar, seorang peneliti
menerima keduanya di atas kesalahan yang diketahui terjadi
dalam setiap penelitian dan menetapkan probabilitas mendeteksi
perbedaan dalam sampel penelitian saat ini benar-benar hadir
(Umumnya kekuatan statistik 480% atau 490% dianggap dapat
diterima). Itu implikasi di balik perhitungan ukuran sampel adalah
bahwa, karena penelitian rendah kekuatan untuk menemukan
perbedaan kecil dan kekuatan tinggi untuk menemukan perbedaan
besar, Peneliti harus mendefinisikan apriori ukuran efek apa yang
relevan dengan biologi konteks penelitian dan mengatur tingkat
kepercayaan untuk percaya negatif temuan. Pertimbangan praktis
adalah bahwa peneliti dapat menghindari jangkauan kesimpulan
bahwa lebih banyak subjek diperlukan untuk mencapai
kesimpulan yang pasti (yaitu, belajar perlu diulang dengan lebih
banyak subjek) (Knudsen L. E & Merlo D. F, 2012).

Gambar 7. pengujian hipotesis dan hubungan antara tipe I dan


tipe II error. Sumber: Knudsen L. E & Merlo D. F, 2012.

3.3.4.4Masalah Etis

Penggunaan sampel biologis manusia menyiratkan


pertimbangan khusus informasi, persetujuan, kerahasiaan dan
tindak lanjut, sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Helsinki II.
Pengumpulan sampel dan informasi pribadi tentang status
kesehatan yang digunakan untuk penelitian dan / atau pengawasan
harus didahului oleh pemberitahuan proyek kepada komite etik,
termasuk protokol menggambarkan risiko kepada orang yang
berpartisipasi, informasi (lisan atau ditulis) diberikan kepada
orang yang berpartisipasi, dan sarana untuk memperoleh
informasi persetujuan. Jika daftar (database) yang berisi informasi
pribadi sudah diatur, aturan untuk menjalankan daftar harus
disetujui oleh perlindungan data otoritas. Panduan harus dibuat,
menyatakan siapa yang harus memiliki akses dan cara
memperoleh informasi. Informasi tentang eksposur dan
kerentanan yang diperoleh oleh pemantauan biologis bersifat
pribadi dan dapat diprediksi gangguan kesehatan. Informasi
demikian dapat bersifat diskriminatif, dan dengan demikian
sensitif dalam kaitannya dengan peluang masa depan dalam
pekerjaan dan kesehatan asuransi. Oleh karena itu sangat penting
untuk menjaga informasinya rahasia, dengan panduan yang tepat
tentang siapa yang diizinkan untuk menggunakan informasi
tersebut. Di sisi lain, juga penting untuk memastikan informasi itu
tentang hasil tes yang menunjukkan gangguan kesehatan yang
dapat diobati atau dicegah dilaporkan kepada peserta secara tepat
waktu. Ini mungkin masalah jika bank data dan sampel
menyimpan informasi secara anonim. Sebuah jumlah stakeholder
terlibat dalam studi HBM, seperti yang ditunjukkan pada Gambar
1.4 (F. Merlo, et al, 2007).

Gambar 8 Pertimbangan etis dapat diajukan pada langkah-


langkah penting yang berbeda dari biomonitoring manusia anak-
anak oleh berbagai kelompok pemangku kepentingan. Sumber :
Knudsen L. E & Merlo D. F. 2012
3.4 Contoh Penelitian Mengenai Penggunaan Indikatior Fisika dan Kimia
dalam Penentuan Tingkat Pencemaran Air atau Kualitas Air

Contoh nyata dari pengukuran pencemaran air berdasarkan indicator fisika


dan kimia adalah melalui penelitian yang dilakukan oleh Ana Amic dan Lidija
Tadic (2018), keduanya melakukan penelitian pengujian kualitas air pada dua
sungai yaitu sungai Karasica dan sungai Vucica, yang mana air mengalir dari
sungai Karasica menuju sungai Vucica. Pengambilan dan pengujian sampel
dilakukan setiap bulan sejak tahun 1998 sampai 2015 dengan lima titik stasiun.
Tiga stasiun berasal dari sungai Karasica dan dua stasiun dari sungai Vucica.
Parameter fisik dan kimia yang digunakan adalah tingkat keasaman air (pH),
COD, 5 day BOD, dan nutrient yang mencakup nitrogen dan fosfor. Berikut
adalah peta persebaran stasiun untuk pengambilan sampel.

Gambar : Persebaran Stasiun Pengambilan Sampel

Berdasarkan gambar tersebut terdapat lima sebaran stasiun yang diberi kode
21007. 21012, 21019, 21020, dan 21021. Pada pengambilan sampel pada stasiun
21007 dan 21012, terdeteksi adanya kandungan logam berat dalam periode enam
tahun (2010-2015), dan pada stasiun 21020 dan 21021 terdeteksi kandungan
logam berat pada periode dua tahun (19981999). Berdasarkan hal ini, maka
penentuan status kedua sungai ini berdasarkan parameter kimia fisika dan 50
persentil dari kandungan logam berat. Hasil penelitian menunjukkan pH terendah
terjadi pada stasiun 21019 pada tahun 2000 yaitu 7,31, sedangkan pH tertinggi
pada stasiun 21021 pada tahun 1999 yaitu 9,2. pH yang baik untuk sungai atau
danau yang mengalir berkisar antara 6,5-7,5, apabila pH dibawah 4 atau diatas 10
maka menunjukkan bahwa perairan tersebut kurang baik bagi makhluk hidup
(Vode, 2017). Indikator lain yang diukur adalah 5-day BOD, yang mana
menunjukkan bahwa 5-day BOD tertinggi terjadi pada stasiun 21019 pada tahun
2002 dengan nilai 14,4 mg O2/L. Sedangkan kadar 5-day BOD terendah terjadi
pada stasiun 21012 pada tahun 2009 dengan nilai 1,5 mg O2/L.

Parameter selanjutnya adalah kadar COD, yang mana pada sungai Karasica
COD tertinggi adalah 5,5 mg O2/L dan terendah adalah 1,8 mg O2/L. Sedangkan
pada sungai Vucica COD tertinggi adalah2,5 mg O2/ L dan COD tertingginya
adalah 5,5 mg O2/L. Parameter yang diukur selanjutnya adalah kadar nitrat,
nitrogen, dan fosfor. Data 50 persentil dari sungai Karasica menunjukkan bahwa
kandungan nitratnya 0.7 mg N/L, kandungan total nitrogennya adalah 1.1 mg N/L,
kandungan orthophosphatenya adalah 0.03 mg P/L, dan kandungan
phosphorusnya adalah 0.05 mg P/L. Pada sungai Vucica, data 50 persentil
menunjukkan bahwa kandungan nitratnya adalah 1 mg N/L, 1,4 mg N/L untuk
nitrogen, 0,09 mg P/ L untuk kandungan orthophosphate, dan 0,13 mg P/L untuk
kandungan total phosphate. Sungai memiliki kualitas yang baik apabila
kandungan nitrogennya pada kisaran 0,7-2,5 mg N/L, sedangkan kandungan total
phosphate nya adalah 0,06-0,35 mg P/L (Amic & Tadic, 2018). Berdasarkan hasil
pengukuran berbagai parameter baik fisik maupun kimiawi, dapat disimpulkan
bahwa kualitas sungai Karasica tergolong kategori baik, sedangkan sungai Vucica
tergolong sangat baik.

Tabel 3. Daftar kualitas air bersih.


Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
416/MENKES/PER/IX/1990 Tanggal : 3 September 1990.
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN

1) Pencemaran air adalah perubahan kualitas air yang membahayakan


manusia atau organisme hidup lainnya atau membuat air tidak cocok untuk
penggunaan yang diinginkan. Dan komponennya dapat berupa zat kimia,
organisme, dan zat berbahaya lainnya yang terdapat di dalam air.

2) Indikator fisika dapat berupa kekeruhan, bau, warna, dan suhu, indikator
kimia dapat berupa kandungan nutrisi, logam berat, oksigen terlarut, pH.
Sedangkan bioindikator dapat menggunakan organisme
SARAN
Pencemaran air dapat membahayakan tubuh manusia maupun organisme yang
lain. Pencemaran air dapat ditangani dengan cara membuang sampah
sembarangan, tidak membuang bahan kimia ke pembuangan air, mengurangi
penggunaan pestisida dan bahanbahan kimia yang lain.
Daftar Rujukan

Achmadi, Umar Fachmi, Prof. Dr.MPH, Ph.D, Peranan Air Dalam


PeningkatanKesehatan Masyarakat, http://www.bpkpenabur.or.id/kps-
jkt/berita/200104/lap-perananair.pdf., dikunjungi 9/6/2018.
Amic, A., & Tadic, L. 2018. Analysis of Basic Physical-Chemical Parameters,
Nutrients and Heavy Metals Content in Surface Water of Small Catchment
Area of Karašica and Vuˇcica Rivers in Croatia, Environment Journal,
5(20), 1-27, (Publishad: 25 January 2018).

Angerer . J , M. G. Bird, T. A. Burke, N. G. Doerrer, L. Needham, S. H.


Robinson, L. Sheldon and H. Zenick, Strategic biomonitoring initiatives:
moving the science forward, Toxicol. Sci., 2006, 93, 3–10.

Barnum, S.R. 2005. Biotechnology An Introduction. Edition 2. Miami University.


ISBN 0 534-49296-7.USA p: 323.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). National Report on Human
Exposure to Environmental Chemicals. CDC, Atlanta, 2010.

Darmono, 2001. Lingkungan hidup dan Pencemaran. Penerbit Universitas


Indonesia.
Diaz, E. 2008. Microbial Degradation, Bioremediation and Biotransformation.
ISBN: 978 1-904455-17-2. DIsitir tanggal 17 September 2008. 8h.
Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan, Jakarta: PT Raja grapindo
Persada.
Fairchild, G.I., D.A.J. Barry, M.J. Goss, A.S. Hamill, P. Lafrance, P.H. Milburn,
R.R. Simard., and B.J. Zebarth. 2000. Groundwater Quality. In The Health
of Our Water Toward Sustainable Agriculture in Canada. Ed. Coote, D.R.
and Gregorich, L.J. Research Branch Agriculture and Agri-Food Canada.
Publ. 2020/E.
Gunawan, T. 2000. Rancangan sistem Teknologi pengolahan limbah cair.
Surakarta. Program Pasca Sarjana Ilmu Lingkungan UNS.
Hendricky, C., R. Lambert, X. Sauvenier and A. Peeters, 2005. Sustainable
nitrogen management in agriculture : An action programe towards
protecting water resources in 87 Alwoon Religon (Belgium). Paper
presented on OECD Workshop on Agriculture and Water : Sustainability,
Markets and Policies. Australia.
Irianto, I.K. 2015. Buku Bahan Ajar Pencemaran Lingkungan. Universitas
Warmadewa.
Jakubowski . M. 2011. Low-level environmental lead exposure and intellectual
impairment in children – The current concepts of risk assessment, Int. J.
Occup. Med. Environ. Health. 24(1), 1–7.

Kienholz, 2000. E. F. Croteau, G.L. Fairchild, G.K. Guzzwell, D.I. Masse, and
T.W. van der Gulik. 2000. Water Use. In The health of Our Water Toward
Sustainable Agriculture in Canada. Ed. Coote, D.R. and Gregorich, L.J.
Research Branch Agriculture and Agri- Food Canada. Publ. 2020/E.
Knudsen L. E & Merlo D. F. 2012. Biomarkers and Human Biomonitoring
Volume 1: Ongoing Programs and Exposures. UK: The Royal Society of
Chemistry.

Lestari, D.E., Utomo, S.B., Sunarko, Virkyanov, 2008. Pengaruh Penambahan


Biosida Pengoksidasi Terhadap Kandungan Klorin untuk Pengendalian
Pertumbuhan Mikroorganisme pada Air Pendingin Sekunder RSG-GAS.
Pusat Reaktor Serba Guna-BATAN. Kawasan Puspitek Serpong. Tangerang.
Banten.
Martin, F.R.J. A. Bootsma, D.R. Coote, B.G. Fairley., L.J. gregorich, J. Lebedin,
P.H. Milburn,B.J. stewart, and T.W. van der Gulik. 2000. Canadas Rural
Water Recources. In The healt of Our Water Toward Sustainable Agricuture
in Canada Ed. Coote, D.R. and Gregorich, L.J. Research Branch Agriculture
and Agri-Food Canada. Publ. 2020/E.
Merlo D. F, C. P. Wild, M. Kogevinas, S. Kyrtopoulos and J. Kleinjans,
NewGeneris Consortium. NewGeneris: a European study on maternal diet
during pregnancy and child health, Cancer Epidemiol. Biomarkers Prev.,
2009, 18(1), 5–10.

Miller, D.A. 2007. Pollution. New York: Greenhaven Press.


Miller, G.T., & Spoolman, S.E. 2010. Environmental Science. Belmont:
Brooks/Cole.
Mudarisin. 2004. Strategi Pegendalian Pencemaran Sungai (Studi Kasus Sungai
Cipinang Jakarta Timur). Jakarta: Universitas Indonesia.
Neri M, S. Bonassi, L. E. Knudsen, R. Sram, N. Holland, D. Ugolini and D. F.
Merlo, Children’s exposure to environmental pollutants and biomarkers of
genetic damage. I. Overview and critical issues, Mutation Res., 2006, 612,
1–13.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:


416/MENKES/PER/IX/1990 Tanggal : 3 September 1990.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010 tentang
Tata Laksana Pengendalian Air.
Proowse, G.A. `1996. The Important of The Chemistry of the Water to the
mcleodd dan Eltis,
2008.
Setiawan, Hendra, Agustus 2001, Pengertian Pencemaran Air Dari Perspektif
Hukum, http://www.menlh.go.id/airnet/Artikel01.htm , dikunjungi 9/6/2018.
Vigil, K.M. 2003. Clean Water: An Introduction to Water Quality and Water
Pollution Control. Corvallis: Oregon State University Press.
Vigil, Kenneth M. 2003. Clean Water an Introduction to Water Quality and Water
Pollution Control 2nd Edition. US: Oregon State University Press.
Vode, I. 2017. Program GLOBE–Priruˇcnik za Mjerenja.
Available online: http://globe.pomsk.hr//prirucnik/voda.PDF.
Warlina, L. 2004.Pencemaran Air: Sumber, Dampak, dan Penanggulangannya.
Pengantar ke Falsafah Sains (PPS702).

Anda mungkin juga menyukai