Anda di halaman 1dari 4

PRRI ATAU PERMESTA

Munculnya pemberontakan PRRI dan Permesta bermula dari adanya persoalan di dalam tubuh
Angkatan Darat, berupa kekecewaan atas minimnya kesejahteraan tentara di Sumatera dan
Sulawesi. Hal ini mendorong beberapa tokoh militer untuk menentang Kepala Staf Angkatan Darat
(KSAD). Persoalan kemudian ternyata malah meluas. Penyebab dari pecahnya pemberontakan
tersebut antara lain:

1. Pemerintah pusat belum mampu melaksanakan pola otonomi daerah yang wajar dan benar.
Pada masa Demokrasi Liberal bahkan sampai saat ini pembangunan masih terfokuskan di
Pulau Jawa. Tidak adanya pemerataan pembangunan inilah yang membuat beberapa daerah
melakukan gerakan pemberontakan untuk menentang pemerintah pusat.
2. Ketidakstabilan pemerintah karena semakin besarnya peranan PKI. Pada Demokrasi
Terpimpin pengaruh PKI semakin besar hal ini diperkuat dengan gagasan Nasakom dari
presiden Soekarno. Pada pemilu pertama di Indonesia, PKI termasuk dalam empat besar partai
pemenang pemilu.
3. Masalah perdebatan di Konstituante. Konstitunate adalah suatu badan yang dibentuk hasil
dari Pemilu 1955 pada tahap yang kedua yaitu pada tanggal 15 Desember 1955. Konstituante
adalah badan yang bertugas membuat undang-undang dasar baru. Perdebatan panjang dalam
konstituante tidak dapat diselesaikan. Para tokoh tetap mempertahankan pendiriannya
mengenai dasar negara. Terdapat dua kelompok besar yang saling mempertahankan
usulannya, yaitu antara golongan nasionalis sekuler dengan nasionalis agamis dalam hal ini
adalah kelompok Islam yang ingin mengembalikan dasar negara seperti pada Piagam Jakarta.
4. Pertentangan antara sipil dengan militer, dalam masyarakat timbul pertentangan mengenai
konsepsi presiden.
5. Merajalelanya korupsi.

Ada ketidakadilan yang dirasakan beberapa tokoh militer dan sipil di daerah terhadap pemerintah
pusat yang dianggap tidak adil dalam alokasi dana pembangunan dan dilarangnya para perwira
melakukan kegiatan politik membuat timbulnya rasa kekecewaan. Kekecewaan tersebut
diwujudkan dengan pembentukan dewan-dewan daerah sebagai alat perjuangan tuntutan pada
Desember 1956 dan Februari 1957, seperti :
1. Dewan Banteng dibentuk tanggal 20 Desember 1956 di Sumatra Barat yang dipimpin oleh
Letkol Ahmad Husein.
2. Dewan Gajah dibentuk tanggal 22 Desember 1956 di Sumatra Utara yang dipimpin oleh
Kolonel Maludin Simbolan.
3. Dewan Garuda dibentuk pertengahan bulan Januari 1957 di Sumatra Selatan yang dipimpin
oleh Letkol Barlian.
4. Dewan Manguni dibentuk tanggal 17 Februari 1957 di Sulawesi Utara yang dipimpin oleh
Kolonel Ventje Sumual.
Pemerintah pusat mencoba menyelesaikannya dengan jalan damai. Pada tanggal 14 September
1957 dilakukan Musayawarah Nasional (Munas) dan Musayawarah Pembangunan (Munap) dalam
rangka memecahkan masalah pusat dan daerah tersebut tatapi tidak berhasil karena keinginan
daerah untuk menang sendiri. Peristiwa lain menyertai dua bulan kemudian ketika terjadi usaha
pembunuhan terhadap Presiden Sukarno yang dikenal dengan peristiwa Cikini. Presiden selamat
tetapi beberapa pelajar yang tidak berdosa mengalami cedera akibat granat yang dilemparkan oleh
kelompok ekstrim agama.

Pada 10 Pebruari 1958 diadakan rapat raksasa di Padang. Ahmad Husein lalu mengultimatum
pemerintah pusat yang isinya:

1. Dalam waktu 5×24 jam agar Kabinet Djuanda mengundurkan diri dan menyerahkan
mandatnya kepada presiden.
2. Presiden menugaskan Drs. Moh Hatta dan Sutan Hamengkubuwono IX untuk membentuk
Zaken Kabinet
3. Meminta kepada presiden supaya kembali kedudukannya sebagai presiden konstitusional
Ultimatum tersebut tidak diindahkan Kabinet Juanda. Tindakan para perwira tersebut
membuat mereka semua dipecat oleh Kabinet Juanda . Krisis pun akhirnya memuncak ketika pada
tanggal 15 Februari 1958 Achmad Hussein memproklamasikan berdirinya Pemerintahan
Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Padang, Sumatera Barat. Seluruh dewan perjuangan
di Sumatera dianggap mengikuti pemerintahan ini. Sebagai perdana menteri PRRI ditunjuk Mr.
Syafruddin Prawiranegara. Dua hari setelah PPRI diprokamasikan, di Sulawesi Utara dan Tengah
menyatakan mendukung PRRI .Gerakan tersebut dikenal dengan nama Permesta.
Pemerintah pusat tanpa ragu-ragu langsung bertindak tegas dikarenakan tidak bisa dilakukan
dengan cara damai. Operasi militer dilakukan untuk menindak pemberontak yang diam-diam
ternyata didukung Amerika Serikat. AS berkepentingan dengan pemberontakan ini karena
kekhawatiran mereka terhadap pemerintah pusat Indonesia yang bisa saja semakin dipengaruhi
komunis. Pada tahun itu juga pemberontakan PRRI dan Permesta berhasil dipadamkan
Untuk menumpas pemberontakan PRRI dilakukan dengan melakukan operasi militer yang tujuan
umumnya adalah menghancurkan kekuatan pemberontak dan mmencengah campur tangan asing.
Berikut operasi yang dilakukan untuk menumpas PRRI.
 Operasi Tegas dipimpin oleh Letkol Kaharudin Nasution dengan sasaran daerah Riau, tujuannya
untuk mengamankan instalasi-instalasi dan berhasil menguasai kota Pekanbaru
 Operasi 17 Agustus di bawah pimpinan Kolonel Ahmad Yani dengan sasaran daerah Sumatera
Barat dan berhasil menguasai kota Padang pada tanggal 17 April selanjutnya menguasai
Bukittinggi pada tanggal 12 Maret 1958.
 Operasi Saptamarga dibawah pimpinan Brigjen Jatikusumo untuk mengamankan daerah
Sumatera Utara
 Operasi Sadar dibawah pimpinan Letkol. Ibnu Sutowo untuk menguasai daerah Sumatera
Selatan.

Seluruh operasi militer di Sumatra tersebut dapat diakhiri setelah Ahmd Husain secara resmi
menyerah pada tanggal 29 Mei 1958.

Untuk menumpas gerakan Permesta, dilancarkan operasi gabungan dengan nama Operasi Merdeka
yang dipimpin oleh Letkol Rukminto Hendradiningrat, yang terdiri dari berbagai operasi, yakni:

 Operasi Saptamarga I dipimpin oleh Letkol Sumarsono dengan daerah sasaran Sulawesi Utara
bagian tengah
 Operasi Saptamarga II dipimpin oleh Letkol Agus Prasmono dengan sasaran Sulawesi Utara
bagian selatan
 Operasi Saptamarga III dipimpin oleh Letkol Magenda dengan sasaran kepulauan sebelah utara
Menado.
 Operasi Saptamarga IV dipimpin oleh Letkol Rukminto Hendradiningrat dengan sasaran
Sulawesi Utara
 Operasi Mena I dipimpin oleh Letkol Pieters dengan sasaran Jailolo
 Operasi Mena II yang dipimpin oleh Letkol KKO Hunholz untuk merebut lapangan udara
Morotai, sebelah utara Halmahera.

Operasi penumpasan oemberontakan Permesta sangat sulit karena Permesta mempunyai


persenjataan yang modern dan juga mendapat bantuan dari pihak asing, terbukti dengan
tertangkapnya A.L Peope (warga AmerikaSerikat)

Pata tanggal 8 Mei1958 setelah pesawatnya ditembak diatas kota Ambon

Anda mungkin juga menyukai